Anda di halaman 1dari 28

Tugas Fisiologi Veteriner I

SISTEM ENDOKRIN DAN


HIPOTALAMUS

OLEH
NURUL FADHILLAH SULTAN
CINDY TRIE PERMATASARI
HOSEA
STEPHANIE DATU RARA
SIGIT WICAKSONO
MUKHAMMAD YUSUF K. P
HILMAN NIHAYA

NURILMI RAHMIATI
WADI OPSIMA
RISAL PANGERAN
PUTRI JELITA
AGUNG MAULANA BASMA
RULI CALISTA DJAYA PUTRI
CALISTA

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ungkapkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul

Sistem Endokrin dan Hipofisis.

Makalah ini dikerjakan demi memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fisiologi Veteriner I
Program Studi Kedokteran Hewan Universitas Fakultas Kedokteran Hasanuddin.
Terselesaikannya makalah ini tentunya tidak lepas dari dorongan dari bantuan
berbagai pihak yang telah mendorong dan membimbing penulis, baik tenaga, ide-ide, maupun
pemikiran. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1.

dr. Wa Ode Santa Monica, Msc, yang telah memberikan tugas yang sangat bermanfaat,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

2.

Kedua orang tua kami yang dengan sabar memberi dukungan moril dan materil, kami
menyampaikan rasa kasih sayang dan hormat.

3.

Semua teman-teman O-13REV yang telah banyak membantu selama proses penulisan
makalah ini.
Kami telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian makalah ini,

namun kami menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa.Untuk
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Kiranya isi makalah ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah
ilmu pendidikan dan juga dapat dijadikan sebagai salah satu sumber referensi. Semoga tulisan
yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca pada umumnya, dan bagi kami
khususnya.

Makassar,

November 2014

Kelompok I

DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi

....................................................................................................................

ii

..............................................................................................................................

iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

....................................................................................................

...............................................................................................................

1.2. Rumusan Masalah

..........................................................................................................

1.3. Tujuan Penulisan

............................................................................................................

1.4. Manfaat Penulisan

..........................................................................................................

1.5. Metode Penulisan

..........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

......................................................................................................

2.1.Definisi Sistem Endokrin....................................................................................................

2.2. Anatomi Organ Penyusun Sistem Endokrin

................................................................

2.3. Mekanisme Kerja dan Fungsi Kelenjar Endokrin

........................................................

10

.............................................................................................................

11

....................................................................................................................

16

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan
3.2. Saran

.............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

..........................................................................................................

ii

19

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Peran hormon sangat berpengaruh dalam sistem tubuh. Produktivitas
hormon dapat menjaga setiap sistem yang ada dalam tubuh manusia dan juga
hewan. Hormon berperan dalam pembawa pesan (messenger) kimiawi. Terdapat
dua faktor yang mempengaruhi sekresi hormon, yaitu factor saraf dan factor
kimia. Beberapa kelenjar endokrin mendapat suplai saraf dari system saraf
autonom, sehingga aktivitas kelenjar endokrin tersebut dipengaruhi oleh impuls
yang dating pada kelenjar itu. Sebagai contoh, kelenjar adrenal bagian medulla
mendapat persarafan dari saraf simpatik. Sekresi epinefrin akan bertambah atau
berkurang, bergantung pada aktivitas saraf simpatik
Untuk menjamin seluruh fungsi organisme multiseluler secara
optimal, sangat penting untuk memelihara suatu system control terhadap seluruh
kondisi internal tubuh. Sebagai contoh, suatu perubahan kecil dalam keasaman
darah akan membuat banyak enzim tidak aktif. Jumlah energy yang dibutuhkan
untuk memelihara pH darah konstan lebih keil dibandingkan dengan dengan
jumlah energy yang akan dibuang oleh jalannya system enzim tidak efisien pada
pH tidak sesuai. Sistem control juga diperlukan untuk menjaga stabilitas internal
tubuh (homeostatis) agar tetap konstan, (Sonjaya, 2013).

1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Apakah definisidari sistem endokrin ?
2. Bagaimana anatomi dari organ penyusun sistem endokrin dalam tubuh
hewan ?
3. Bagaimana mekanisme kerja dari sistem endokrin dalam tubuh hewan ?
4. Bagaimana fungsi hipotalamus dalam mengatur sekresi hormon ?

1.3.Tujuan Penulisan
Tujuan disusunnya makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui definisi dari sistem endokrin;
2. Mengetahui letak anatomi dari masing-masing organ penyusun sistem
endokrin;
3. Mengetahui mekanisme kerja sistem endokrin;
4. Mengetahui fungsi hipotalamus.

1.4.Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan makalah ini yaitu:
1.

Secara teoritis sebagai sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan


khususnya tentang sistem endokrin secara umum.

2.

Secara praktis sebagai sumbangan pemikiran dan masukan bagi para pihak
yang berkepentingan khususnya mahasiswa kedokteran hewan tentang
pada hipotalamus sebagai pusat informasi dalam tubuh makhluk hidup.

1.5.Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini yaitu, kami membaca buku-buku,
referensi-referensi atau literatur-literatur yang mengenai judul makalah ini Sistem
Endokrin dan Hipotalamus.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Defenisi Sistem Endokrin
Gambaran umum sistem endokrin adalah sebagai berikut, (Slonane,
2003):
1.

Sistem endokrin berinteraksi dengan system saraf untuk mengatur dan


mengkoordinasi aktifitas tubuh;

2.

Pengendalian endokrin diperantarai oleh pembawa pesan kimia, atau


hormone, yang lepas oleh kelenjar endokrin ke dalam cairan tubuh,
diabsorbsi ke dalam aliran darah, dan dibawa melalui system sirkulasi
menuju jaringan (sel) target;

3.

Hormone mempengaruhi sel target melalui reseptor hormone, yaitu suatu


molekul protein yang memiliki sisi pengikat untuk hormone tertentu;

4.

Respon hormonal tubuh biasanya lebih lambat, durasi lebih lama, dan
distribusinya lebih luas daripada respon langsung otot dan kelenjar
terhadap stimulus system saraf.

Sistem endokrin adalah sistem yang berfungsi untuk memproduksi


hormon yang mengatur aktivitas tubuh (Monica, 2014)

2.1.2.Kelenjar Endokrin
Kelenjar endokrin adalah kelenjar yang mengeluarkan hormon ke
dalam alian darah dan bukan ke dalam saluran yang menuju ke luar tubuh atau
ke dalam salah satu organ internal seperti kelenjar eksokrin. Sebagai contoh,
kelenjar paratiroid, tiroid, pituitary, dan adrenal yang hanya berfungsi dalam
sekresi hormone. Oleh Karena itu, kelenjar endokrin disebut juga kelenjar
buntu, sedangkan kelenjar eksokrin mensekresikan zatnya melalui pembuluh
seperti kelenjar ludah, kelenjar keringat, kelenjar air mata, dan kelenjar
pencernaan makanan, (Sonjaya, 2013).

Pada sistem endokrin, terdapat tiga bagian yaitu sel sekresi,


mekanisme transport, dan sel sasaran yang masing-masin mempunyai cirri-ciri
khas. Sel sekresi yaitu yaitu sel-sel khusus yang menyintesis dan mensekresi
hormone. Mekanisme transport hormone dilakukan dengan mengangkut
hormone sebagai larutan atau terikat pada suatu komponen protein serum.
Dalam sel sasaran, hormone dikirim dan diikat oleh reseptor khusus yang
membentuk kombinasi dank has dengan satu jenis hormone, (Sonjaya, 2013).
Kelenjar endokrin terdiri dari :

Hipotalamus

Kelenjar hipofise atau pituitary

Kelenjar Pineal,

Kelenjar tiroid (thyroid gland) atau kelenjar gondok

Kelenjar paratiroid (parathyroid gland)

Kelenjar Timus

Kelenjar suprarenal (suprarenal gland)

Pulau langerhans (islets of langerhans)

Kelenjar kelamin (gonad) jantan di testis dan betina di indung telur.

2.1.2.Hormon
Hormon adalah messenger (perantara) kimia tubuh. Hormon
mengantarkan informasi yang penting untuk pengaturan fungsi bermacammacam organ dan sel Hormone disintesis dalam sel-sel endokrin dan mencapai
sel dari organ target melalui organ darah, (Agamemnon, 1998).
Menurut Herry Sonjaya (2013), hormon merupakan substansi kimia
yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin, istilah hormon diusulkan oleh Bayliss
dan Starling untuk memperkenalkan sekretin yang dapat mereka isolasi.
Sekretin adalah satu polipeptida disekresikan oleh mukus duodenum yang
dapat merangsang cairan lambung melalui pembuluh darah.
Berdasarkan sturktur kimia, dapat dibedakan tiga kelompok
hormone, yaitu hormone peptide dan hormone glikoprotein, hormone steroid
4

dan secara kimia berhubungan dengan hormone-hormon (hormone D), dan


hormone yang berasal dari asam amino tirosin. Hormone steroid yang
hidrofilik berikatan dengan protein dalam darah, beberapa diantaranya
merupakan protein pengangkut yang spesifik, misalnya transkortin untuk
kortisol dan progesterone, atau globulin yang mengikat hormone seks,
testoteron dan esterogen, (Agamemnon, 1998).

Koordinasi Fungsi Tubuh oleh Messenger Kimiawi


Berdasarkan

aktivitas

sel,

jaringan,

dan

organ

tubuh

dikoordinasikan oleh hubungan timbal balik beberapa jenis sistem messenger


kimiawi :
1. Neurotransmitter dilepaskan oleh ujung akson saraf kedalam taut sinaps
dan bekerja setempat untuk mengatur fungsi sel saraf
2. Hormon-hormon endokrin dilepaskan oleh sel kelenjar atau sel khusus ke
dalam sirkulasi dan memengaruhi fungsi sel di tempat lain di tubuh.
3. Hormon-hormon neuroendokrin disekresikan oleh sel neuron ke dalam
sirkulasi darah dan memengaruhi fungsi sel di tempat lain di tubuh.
4. Parakrin

disekresikan oleh sel ke dalam cairan ekstrasel dan

memengaruhi sel tetangga dengan jenis yang berbeda


5. Autokrin

disekresika sel de dalam cairan ekstrasel dan memengaruhi

fungsi sel yang sama yang menghasilkan zat tersebutt dengan cara terikat
pada reseprot sel
6. Sitokin merupakan peptida yang disekresikan sel ke dalam cairan ekstrasel
dan dapat bertindak sebagai autokrin, parakrin, atau hormon endokrin.

2.2. Anatomi Organ Penyusun Sistem Endokrin


2.2.1.

Hipotalamus
Hipotalamus terdiri dari substansia grisea di dinding ventrikel

ketiga dari sulkus hipotalamikus ke bawah dan di dasar ventrikel ketiga, serta
infundibulum dan korpus mamilare. Hipofisis lobus posterior (neurohipofisis),

juga dianggap sebagai bagian dari hipotalamus. Struktur ini dianggap


pembesaran dari ujung infundibulum. Sebaliknya, hipofisis lobus anterior
(adhenohipofisis) sama tidak dianggap sebagai bagian dari hipotalamus , karena
berasal dari kantung rathke, penonjolan ujung rostral saluran pencernaan
primitif. Kedua lobus hipofisis meskipun berdekatan satu dengan yang lain,
tidak berhubungan secara fungsional (Mathias, 2010).
Kolumna fornisis, ketika berjalan turun melalui hipotalamus ke
korpus mamilare pada kedua sisi, membagi hipotalamus masing-masing sisi
menjadi segmen medial dan lateral. Segmen lateral mengandung berbagai
kelompok serabut, termasuk medial forebrain bunddle (fasikulus medialis
telensefali), yang berjalan dari basal area olfaktori ke mesensefalon. Struktur ini
juga mengandung nuklei tuberales laterales. Sebaliknya, segmen medial
mengandung beberapa nuklei, baik yang dapat dibedakan maupun yang tidak
dapat dibedakan yang terbagi menjadi kelompok nuklear anterior (rostral),
medial (tuberal), dan posterior (mamilar) (Mathias, 2010).

Menurut Monica (2014), bagian posterior hipotalamus berbatasan


dengan tegmentum mesensefalon. Bagian anterior berbatasan dengan kiasma
opticum dan bersatu dengan membran basal area olfaktori. Sedangkan bagian
lateral hipotalamus, berbatasan dengan jaras optic dan crura cerebri serta
bergabung

dengan

daerah

subtalamus

tanpa

garis

Infundibulum menghubungkan hipotalamus dengan hipofisis.

batas

yang

jelas.

2.2.2. Hipofisis
Kelenjar hipofisa disebut kelenjar pituitary yang terletak di dasar
bagian otak pada sella turcica, sebuah lekukan di bawah rongga kepala. Kelenjar
ini terdiri dari lobus anterior, lobus intermedia, dan lobus posterior. Lobus
posterior berkembang secara embriologi dari dari hipotalamus dan pada dewasa
masih berhubungan dengan otak yaitu tangkai infundundibulum. Banyak saraf
lewat dari hipotalamus ke hipofisa posterior dimana saraf-saraf ini ada
hubungannya dengan sekresi hormonal (Sonjaya, 2013).

Kelenjar pituitari yang juga disebut sebagai hipofisis, merupakan


kelenjar kecil-diameternya kira-kira 1 cm dan beratnya 0,5 sampaai 1 gram yang
terletak di sela tursika, rongga tulang pada basis otak, dan dihubungkan dengan
hipotalamus oleh tangkai pituitari (atau hipofisis). Secara fisiologis, kelenjar
hipofisis dapat dibagi menjadi dua bagian yang berbeda : hipofisis anterior
(adenohipofisis) dan hipofisis posterior (neurohipofisis). Diantara kedua bagian
ini terdapat daerah kecil, yang relatif avaskuler yang disebut sebagai pars
intermedia, yang pada manusia hampir tidak ada tapi beberapa jenis hewan
tingkat rendah ukurannya jauh lebih besar lebih berfungsi (Guyton, 2007).
Secara embriologis, kedua bagian hipofisis berasal dari dua sumber
yang berbeda hipofisis anterior berasal dari kantong rathke, yang merupakan
invaginasi epitel faring sewaktu pembentukan embrio, dan hipofisis posterior
berasal dari penonjolan jaringan saraf hipotalamus. Asal mula hipofisis anterior

dari epitel faring ini dapat menjelaskan sifat epiteloid sel-selnya, sedangkan asal
mula hipofisis posterior dari jaringan neural dapat menjelaskan adanya sejumlah
besar sel tipe glia dalam kelenjar ini. (Guyton, 2007)

2.2.3. Badan Pineal


Secara anatomi, kelenjar pineal terletak di bagian tengah otak, di
antara otak kanan dan otak kiri, berwarna kemerahan-abu-abu, bentuknya
menyerupai kerucut pinus kecil, dan befungsi menghasilkan hormon melatonin.
Kelenjar pineal terdiri dari dua jenis sel yang dikenal sebagai parenkim dan selsel neuroglia (Monica, 2014)

2.2.4 Tiroid dan Paratiroid


Kelenjar tiroid terletak di leher bagian anterior Lobus lateral
kanan dan kiri dihubungkan oleh isthmus yang terletak di anterior trakea.
Kelenjar tyroid menghasilkan 3 jenis hormone T3 (triiodotironin), T4/tiroksin
(tetraiodotironin), dan tyrokalsitonin. Hormon ini dibuat di folikel jaringan tiroid
dari asam amino (tiroksin) yang mengandung yodium (Monica, 2014)

2.2.4.Thymus
Thymus terletak di daerah trachea di rongga dada bagian atas tepat
di dalam mediastinum di belakang os sternum, dan di dalam torak kira-kira
setinggi bifurkasi trakea. Thymus berwarna kemerah-merahan dan terdiri dari 2
lobus Sebuah lobus tersusun dari ribuan lobulus yang terdiri dari korteks dan
medulla. Kelenjar timus berperan dalam sistem pertahanan tubuh dengan
menghasilkan hormone Thymosin, Thymic humoral factor, Thymic factor dan
Thymopoietin

2.2.5. Pankreas
Pankreas adalah kelenjar eksokrin maupun kelenjar endokrin.
Organ Pankreas terletak di belakang / di bawah lambung, ujung kanan organ
ini lebih luas disebut bagian kepala. Kepala pancreas terletak di bagian ujung
atau atas dari usus kecil yang disebut duodenum. Ujungnya berada di sebelah

kiri lonjong dan disebut ekor. dan meluas sampai ke limpa.

2.2.6.

Kelenjar Adrenal

Kelenjar ini berbentuk bola, menempel pada bagian atas ginja. korteksnya
berwarna kekuningan dan bagian medulla berwarna coklat tua. Cortex adrenal
zona glomerulosa menghasilkan hormon aldosteron (mineralokortikoid),
korteks adrenal zona fasciculate dan zona retikularis menghasilkan hormon
kortisol (Glukokortikoid) , Selain itu juga menghasilkan hormon androgen
(dehidroiandosteron). Sedangkan medulla adrenal menghasilkan hormon
epinefrin dan norepinefrin (Monica,2014)

2.2.7.

Ovarium
Ovarium berjumlah sepasang dan digantung oleh ligamen

(messovarium ). Terletak

secara extraperitonial (retroperitonial) didaerah

Pelvis. Terbagi menjadi 2 zona / bagian, yaitu zona Parenchima(bagian


korteks) dan zona Vascularis (bagian medulla).ovarium berfungsi sel telur
(ovum) oleh FSH (Follicle Stimulating Hormone ) dan hormon kelamin oleh
LH

(Luteinizing Hormone ). Folikel de graaf pada ovarium akan

menyekresikan

hormon

estrogen

dan

corpus

luteum

menyekresikan

progesterone. FSH & LH merupakan hormon Gonadotrofin,(Monica, 2014).

10

2.2.7.

Testis
Testis berbentuk oval dan halus, dibungkus oleh tunica albuginea

berupa kapsul jaringan pengikat. Berfungsi pada proses pematangan sperma


oleh FSH (Follicle Stimulating Hormone ) dan memproduksi hormon
testosteron dan androgen oleh ICSH (Interstitial Cell Stimulating Hormon). Di
dalam lobulus terdapat tubulus seminiferus, berupa kumparan di dalam lobulus,
tempat terjadinya spermatogenesis (monica,2014)

2.3. Mekanisme Kerja Sistem Endokrin


Sekresi Hormon
Jumlah hormon yang disekresikan oleh kelenjar endokrin ditentukan
oleh kebutuhan tubuh akan hormon tersebut dalam jangka waktu tertentu. Pola
sekresi hormon di dalam tubuh diatur sedemikian rupa, sehingga tidak
mengakibatkan adanya sekresi hormon yang berlebihan atau berkurang. (Sonjaya,
2013)

11

Terdapat dua faktor yang mempengaruhi sekresi hormon, yaitu faktor


saraf dan faktor kimia. Beberapa kelenjar endokrin mendapat suplai saraf dari
sistem saraf autonom, sehingga aktivitas kelenjar endokrin tersebut dipengaruhi
oleh impuls yang datang pada kelenjar itu. Sebagai contoh, kelenjar adrenal
bagian medula mendapat persarafan dari saraf simpatik. Sekresi epinefrin akan
bertambah atau berkurang, bergantung pada aktivitas saraf simpatik Sonjaya,
2013).

Sistem Hormon Endokrin dan Neuroendokrin


Sel endokrin, yang berada di hipotalamus, memiliki ujung akson di
kelenjar hipofisis posterior dan eminensia mediana dan menyekresikan beberapa
hormon yang meliputi hormon antidiuretic (ADH), oksitoksin, dan

hormon

hipofisiotropik, yang mengatur sekresi hormon hipofisis posterior.


Hormon endokrin dibawa oleh sistem sirkulasi ke sel di seluruh tubuh, yang
meliputi sistem saraf pada beberapa keadaan, tempat hormon tersebut berikatan
dengan reseptor dan memulai berbagai reaksi. Sejumlah hormon endokrin
memengaruhi banyak jenis sel tubuh; contohnya hormon pertumbuhan yang
menimbulkan pertumbuhan di sebagian besar tubuh, dan tiroksin meningkatkan
kecepatan berbagai reaksi kimia hampir di semua sel tubuh. (Guyton, 2007).

Transpor Hormon Dalam Darah


Hormon yang larut air (peptida dan katekolamin) terlarut dalam
plasma dan dibawa dari tempat sintesisnya ke jaringan target, tempat hormon
tersebut berdifusi keluar dari kapiler, kedalam cairan intersitial, dan akhirnya ke
jaringan target (Guyton, 2007).

12

Sebaliknya, hormon steroid dan tiroid beredar dalam darah terutama


dalam bentuk ikatan dengan protein plasma. Biasanya, kurang dari 10% hormon
tiroid atau steroid, terdapat dalam bentuk bebas dalam darah.
Sejumlah besar hormon yang terikat pada protein bertindak sebagai cadangan
yang akan menggantikan konsentrasi hormon bebes ketika hormon tersebut terikat
pada reseptor target atau hilang dari sirkulasi. Pengikatan hormon pada pprotein
plasma akan sangat memperlambat bersihnya dari plasma. (Guyton, 2007)

Hipotalamus menerima sinyal dari banyak sumber dalam sistem saraf.


Jadi, bila seseorang mendapatkan rangsangan nyeri, sebagian sinyal nyeri itu akan
dijalarkan ke hipotalamus. Demikian juga, ketika seseorang menderita depresi
atau kegembiraan yang sangat kuat, sebagian sinyal itu akan dijalarkan ke
hipotalamus. Rangsangan penghidu yang merupakan bau yang menyenangkan
ataupun yang tidak menyenangkan akan menjalarkan komponen sinyal yang kuat

13

secara langsung dan melewati nukleus amigdala ke hipotalamus. Jadi,


hipotalamus merupakan pusat pengumpul informasi mengenai kesehatan bagian
dalam tubuh, dan sebagian besar informasi digunakan untuk mengatur sekresi
sebagian besar hormon hipofisis yang sangat penting. (Guyton, 2007).

Hipotalamus Mengatur Sekresi Kelenjar Hipofisis


Enam hormon peptida yang penting ditambah beberapa hormon yang
kurang penting disekresikan oleh hipofisis anterior, dan dua hormon peptida
penting disekresikan oleh hipofisis posterior. Hormon yang dikeluarkan oleh
hipofisis anterior berperan penting dalam pengaturan fungsi metabolik diseluruh
tubuh.(Guyton, 2007).
Sekresi kelenjar hipofisis posterior diatur oleh sinyal saraf yang
berasal dari hipotalamus dan berakhir di hipofisis posterior. Sebaliknya, sekresi
kelenjar hipofisis anterior diatur oleh hormon (hormon pelepas hipotalamus) dan
hormon (hormon penghambat hipotalamus) yang disekresikan ke dalam
hipotalamus sendiri dan selanjutnya dijalarkan ke hipofisis anterior, melalui
pembuluh darah kecil yang disebut pembuluh darah porta hipotalamus-hipofisis.
Di dalam kelenjar hipofisis anterior, hormon pelepas dan hormon penghambat ini
bekerja terhadap sel kelenjar dan mengatur sekresi kelenjar tersebut. (Guyton,
2007).
Sel saraf tertentu dari hipotalamus mengsekresi hormon; ini disebut
neurosekresi. Hormon yang disintesis dalam sel saraf tidak dilepaskan ke dalam
celah sinaps seperti substansi-substansi perantara lainnya, tetapi langsung masuk
ke dalam darah (Agamemnon, 1998).
Sel saraf neurosekresi dari hipotalamus bagian medial mensintesis
hormon dalam retikulum endoplasmik dari soma dan melaluinya terus ke aparatus
golgi di mana hormon kemudian masuk ke dalam granula-granula, yang masingmasing

granula dikelilingi oleh sebuah membran. Granula-granula tersebut

diangkut oleh aliran aksoplasmik ke ujung-ujung saraf. Dengan cara ini,


oksitosin dan ADH diangkut ke lobus posterior hipofisis anterior, dan RH

14

(hormon pelepas) serta IH (hormon penghambat-pelepasan) ke eminensia mediana


hipotalamus.
Hormon pelepas, RH,

untuk lobus anterior hipofisis (Apit,

adenohipofisis) disekresi dari sel saraf neurosekretori hipotalamus ke dalam


sistem darah portal atau jalan pintas ke dalam jaringan pembuluh darah
hipofisis anterior, yang menyebabkan pelepasan hormon hipofisis anterior ke
dalam sirkulasi umum. Pengaturan pelepasan RH diikuti oleh umpan balik melalui
konsentrasi hormon tropik hipofisis anterior atau hormon akhir yang sesuai dalam
plasma, (Agamemnon, 1998).
Hormon penghambat-pelepasan (IH) terdapat untuk beberapa
hormon hipofisis anterior. Hormon penghambat pelepasan juga melalui
hipotalamus ke hipofisis anterior melauli sistem portal hipofisis. Penurunan
jumlah

hormon

penghambat-pelepasan

yang

dilepaskan

menyebabkan

peningkatan pembebasan hormon hipofisis anterior yang sesuai. (Agamemnon,


1998)

Hipofisis
Suplai darah kelenjar hipofisa berasal dari arteri carotid interna.
Beberapa cabangnya menuju langsung ke kelenjar, sementara yang lainnya
menuju system kapiler dalam hipotalamus. Darah dari kapiler ini lewat melalui
pembuluh-pembuluh batang pituitary ke system kapiler kelenjar hipofisa
bagian anterior. System peredaran darah ini dikenal sebagai portal
hipotalamus-hipofisa dimana hormone-hormon hipotalamus dibawa menuju
kelenjar hipofisa, (Sonjaya, 2013).

Kelenjar Hipofisis Posterior dan Hubungannya dengan Hipotalamus


Kelenjar hipofisis posterior yang juga disebut neurohipofisis,
terutama terdiri dari sel-sel glia yang disebut pituisit. Pituisit ini tidak
menyekresikan hormon, sel ini hanya bekerja sebagai struktur penunjang bagi
banyak sekali serabut saraf terminal dan ujung saraf terminal dari jaras saraf
yang berasal dari nukleus supraoptik dan nukleus paraventrikular di

15

hipotalamus. Jaras saraf ini berjalan menuju ke neurohipofisis melalui tangkai


hipofisis (tangkai pituitari). Bagian akhir saraf ini merupakan kenop bulbosa
yang mengandung banyak granula sekretorik. Bagian ujung ini terletak pada
permukaan kapiler, tempat granula tersebut menyekresi dua hormon hipofisis
posterior : (Guyton, 2007)
1. Hormon antidiuretik (ADH) juga disebut vasopresin
2. Oksitoksin
Hampir semua sekresi kelenjar hipofisis diatur baik oleh hormon
atau sinyal saraf yang berasal dari hipotalamus. Bila kelenjar hipofisis ini
diangkat dari letak normalnya di bawah hipotalamus dan ditransplantasikan ke
beberapa bagian tubuh lain, kecepatan sekresii berbagai hormon yang berbeda
(kecuali prolaktin) akan sangat menurun. (Guyton, 2007).

Pelepasan Hormon dari Hipofisis Anterior


Diperintah oleh hormon-hormon pengatur lainnya yang dilepaskan
oleh hipotalamus. Mereka ini adalah peptida-peptida dengan berat molekul
yang rendah, beberapa diantaranya meningkatkan pelepasan (hormon pelepas,
RH) dan lainnya yang menghambat pelepasan (hormon penghambat pelepasan
, IH) hormon-hormon hipofisis anterior (Agamemnon, 1998).
Hormon-hormon Hipofisis dan Fungsinya
Menurut Sonjaya (2012) dalam bukunya, berikut ini adalah hormon
yang disekresikan oleh kelenjar hipofisa beserta fungsinya :
Hormon-hormon Lobus Anterior hipofisis (adhenohipofisis)
Terdapat enam hormone penting yang disekresikan oleh kelenjar
hipofisa anterior, yaitu hormone pertumbuhan (growth hormone), adrenocorticotrophic hormone (ACTH), thyroid stimulating hormone (TSH) , follicle
stimulating hormone (FSH), luteinizing hormone (LH), dan prolaktin.

1.

Growth Hormone
GH sering disebut somatotrophin (STH). GH merupaka polipeptida

terdiri atas 188 asam amino pada manusia dan strukturnya bervariasi menurut

16

spesies. Waktu paruhnya dalam plasma sekitar 30 menit. Secara kimia, sifatnya
hamper sama dengan prolaktin dan umumnya menyebabkan jaringan
bertumbuh tanpa pertumbuhan dan perkembangan. Kelebihan hormone
pertumbuahn pada ternak muda menyebabkan pertumbuahan yang tidak
normal, menghasilkan individu raksasa dengan kaki memanjang. Pada hewan
dewasa ujung tulang membesar dalam diameternya, tetapi tidak dalam panjang.
Sebaliknya kekurangan hormn pertumbuhan pada waktu muda menghasilkan
individu yang kecil.
GH biasanya tidak bekerja sendirian, dia dapat memperlancar atau
memperbesar pengaruh hormone lain atau bekerja dengan hormone lain secara
bersamaan. Pengaruh anabolisme darihormon pertumbuhan yang berperan
dalam sintesis protein disebabkan pleh peningkatan transport asam amino ke
dalam sel dan peningkatan asam amino ke ribosom. Pengaruh metabolism
adalah merangsang produksi glukosa dari hati sebagai pensuplai jaringan
dengan sumber energy yang siap.

2.

Adreno-Corticotrophic Hormone (ACTH)


ACTH merupakan rangkai polipeptida tunggal terdiri atas 38 asam

amino. Waktu paruhnya sangat pendek sekitar 5 sampai 10 menit. Fungsi


ACTH pada daerah korteks adalah merangsang produksi glukokortikoid.
Pelepasan ACTH dikontrol oleh hipotalamus yang mensekresikan ACTHreleasing hormone (ACTH_RH) dan dibawa melalui system portal
hipotalamus-hipofisa ke sel-sel kelenjar hipofisa anterior yang memproduksi
ACTH. Produksi ACTH-RH diatur oleh mekanisme umpan balik umpan balik
negative (negative feed-back machanism).

3. Thyroid Stimulating Hormone (TSH)


TSH merupakan glikoprotein, protein dengan komponen gula
polisakarida dengan berat molekul sekitar 30.000-36.000. Waktu paruhya
cukup panjang sekitar 35-55menit dalam plasma. TSH mengatur aktifitas
kelenjar tirois, yaitu merangsang pertumbuhan jumlah dan ukuran sel-sel

17

folikel tiroid dan merangsang pelepasan hormone-hormon tiroid dan


merangsang pelepasan hormone-hormon tiroid. Sekresi tiroid diatur
olehmekanisme umpan balik negative. Jika jumlah hormone tiroid dalam
darah turun, produksi TSH dari kelnjar hipofisa anterior akan meningkat.

4.

Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH)


FSH dan LH adalah hormone gonadotropin yang berperan langsung

dalam mengatur aktivitas gonad, yaitu ovary dan testis. Keduanya merupakan
glikoprotein dan mempunyai waktu paruh yang panjang sekitar 60 menit.
FSH berfungsi untuk merangsang pertumbuahn folikel pada
ovarium. Adanya LH, folikel akan matang dan esterogen akan dirpoduksi.
Pada testis FSH diperlukan untuk perkembangan tubulus testis, pertumbuhan
dan diferensiasi sel spermatozoa.
LH berperan dalam pematangan ovum, ovulasi, dan pembentukan
korpus luteum. Korpus luteum menghasilkan hormone progesterone yang
tidak menghambat produksi LH, juga mencegah pertumbuhan folikel,
ovulasi, dan birahi. Pada hewan jantan, Lh berpengaruh terhadap sel-sel
penghasil hormone dalam testis, sel-sel interstitial yang menghasilkan
hormone testosterone.

5.

Prolaktin
Prolaktin disebut juga hormone laktogenik , mammptropin, dan

lutotropin. Prolaktin sangat penting untuk

memelihara sekresi susu dari

kelenjar mamae. Fungsi lain prolaktin untuk spesies tertentu adalah


menimbulakn tingkah laku parental (orang tua). Sekresi prolaktin dibatasi
oleh hormone penghambat yang disekresikan dari hipotalamus. Hormone
penghambat dikenal sebagai dopamine dan sekresi susu dapat dihambat
dengan obat-obatan.

18

Hormon-Hormon Lobus Intermedia (hipofisis pars intermedia)


Kelenjar Lobus intermedia mengahasilkan Melanocyte Stimulating
Hormone. Hormone ini berkaitan dengan control sel-sel pigmentasi pada
tingkat rendah. Hormon ini menyebabkan penggelapan kulit pada hewan
amphibi atau ikan.

Hormon-hormon Lobus Posterior hipofisis (neurohipofisis)


1. Antidiuretic Hormone (ADH)
Hormone ini penting untuk mengontrol kehilangan cairan dari
ginjal. Kekurangan ADH menyebabkan penyakit yang disebut diabetes
insipidus yang dicirikan oleh eksreksi jumlah volume urine yang berlebihan.
Pelepasan hormone ini bergantung pada tekanan osmotic pada darah yang
mencapai osmoreseptor pada hipotalamus. Bila tekanan osmosis meningkat,
sekresi ADH dirangsang. Hal ini Menyebabkan tubulus ginjal meningkatkan
rearbsorsi air dari filtrate ginjal dengan menghasilkan osmolaritas plasma
kembali normal.

2.

Oksitosin
Hormone ini bekerja pada kelenjar mamae hewan betina dan

uterus. Penyusuan menyebabkan pelepasan secara reflex oksitosin yang


menyebabkan sel-sel mioepitel yang mengelilingi alveoli kelenjar mamae
berkontraksi. Proses ini dikenal sebagai milk let down, menekan susu
keluar dari alveoli, masuk kedalam saluran kelenjar mamae.

2.4. Hipotalamus
Proyeksi Aferen dan Eferen Hipotalamus ( Persyarafan)
Hubungan neural hipotalamus sangat banyak dan rumit. Untuk
melaksanakan fungsinya sebagai pusat koordinasi semua proses otonom tubuh,
hipotalamus harus berkomunikasi melalui jaras aferen dan eferen dengan berbagai
area sistem saraf yang berbeda. Informasi dari dunia luar mencapai struktur ini
melalui jaras visual, olfaktori, dan mungkin saja audtorik. Adanya aferen kortikal

19

menunjukkan bahwa hipotalamus juga dapat dipengaruhi oleh pusat yang lebih
tinggi. Hubungan utama hipotalamus adalah dengan girus cinguli dan lobus
frontalis, formasio hipokampus, talamus, ganglia basalis, batang otak, dan medula
spinalis.

Jaras Aferen
Medial forebrain bundle (fasikulus medialis telensefali) berasal dari
basal area olfaktori basal dan nukleus septalis dan berjalan sebagai rantai neuron
melalui hipotalamus ( area lateralis ) hingga tiba di formasio retikularis
mesensefali. Di sepanjang perjalanannya, serabut ini membentuk serabut kolateral
ke nukleus preoptikus, nukleus dorsomedialis, dan nukleus ventromedialis.
Medial forebrain bundles memiliki hubungan timbal balik antara area nuklear
olfaktori dan area nuklear prdoptikus serta mesensefalon. Struktur ini juga
memiliki fungsi olfakto-viseral dan olfakto-somatik.
Striae terminales berasal dari amigdala di lobus temporalis, kemudian
membentuk lengkungan di atas talamus, yang berakhir di area preoptikus dan ke
nuklus hipotalami anterior. Berkas serabut ini juga menghantarkan informasi
olfaktori, serta implus yang berkaitan dengan mood dan dorongan.
Forniks menghantarkan serabut kortikomamilaris yang berasal dari
hipokampus dan subikulum dan berjalan ke korpus mamilare, dengan kolateral ke
nukleus preoptikus, nukleus anterior talami, dan nukleus habenularis.
Impuls viceral asendens dari sistem saraf otonom perifer dan dari
nuklus traktus solitarius (pengecapan), mencapai talamus melalui berbagai jaras:
melalui hubungan timbal balik di Medial forebrain bundle dan melalui
pedunkulus korporis mamilaris. Informasi somatosensorik dari zona erogen
(genitalia dan puting susu) juga mencapai hipotalamus melalui jaras ini dan
menginduksi reaksi otonom.
Akhirnya, input aferen lain mencapai hipotalamus dari nukleus
medialis talami, neokorteks orbitofrontalis, dan globus palidus.

20

Jaras Eferen
Serabut eferen ke batang otak. Proyeksi eferen terpenting ke batang
otak adalah fasikulus longitudinalis dorsalis (schtz), yang mengandung serabut
yang berjalan kedua arah, dan Medial forebrain bundle. Impuls hipotalamik yang
berjalan di jaras ini melewati beberapa relay sinaptik, terutama di formasio
retikularis, hingga mencapai nukleus parasimpatis di batang otak, termasuk
nukleus okulomotorius (miosis), nukleus salivatorius superior dan inferior
(lakrimasi, salivasi) dan nuklus dorsalis nervi vagi. Impuls lainnya berjalan
kepusat otonom di batang otak otak yang mengkoordinasi fungsi sirkulasi,
respirasi, dan pencernaan (dll), serta ke nukleus motorius nervi trigemini
(mastikasi), nukleus nervi fasialis (ekspresi wajah), nuklus ambiguus (menelan),
dan nukleus nervi hipoglossi (menjilat). Impuls lain yang berasal dari
hipotalamus, dihantarkan melalui medula spinalis melaui serabut retikulospinalis,
memengaruhi aktivitas neuron spinal yang berperan pada regulasi suhu
(menggigil).
Fasikulus mamilotegmentalis berjalan dari korpus mamilare ke
tegmentum mesensefali, dan kemudian menuju formasio retikularis.
Traktus mamilotalamikus secara timbal balik menghubungkan hipotalamus
dengan nuklus anterior talami, yang akibatnya secara timbal balik berhubungan
dengan girus cinguli. Nukleus anterior talami dan girus cinguli merupakan
komponen penting sistem limbik, yang berfungsi untuk mengatur perilaku afektif
sehingga menunjang ketahanan hidup seseorang dan spesies.

21

Traktus supraoptiko-hipofisis telah dibahas sebagai jaras eferen ke neurohipofisis.


Neuron di nukleus supra-optikus dan nukleus paraventrikularis menghasilkan
hormon oksitoksin dan vasopresin (hormon antidiuretik), yang di bawah
disepanjang akson traktus supraoptiko-hipofisis ke neurohipofisis, dan kemudian
dilepaskan disana, dari akson terminal, ke dalam peredaran darah.

Hubungan Fungsional Hipotalamus dengan Adenohipofisis


Tidak ada hubungan neural langsung hipotalamus ke adenohipofisis.
Namun, sudah sejak lama diketahui bahwa hipotalamus memberikan pengaruh
yang besar kepada sel-sel endokrin adenohipofisis. Berkas serabut dari nuklei
tuberales membawa releasing factors dan release-inhibiting ke eminensia
mediana

melalui

berhubungan

transpor

dengan

intra-aksonal;

adenohipofisis

kemudian

melalui

eminensia

anyaman

vaskular

mediana
portal.

Hipotalamus mengatur sekresi hormon adenohipofisis melalui mekanisme ini.

Fungsi Hipotalamus
Hipotalamus secara hierarkis merupakan organ regulasi tertinggi
(head ganglion) sistem saraf otonom. Struktur ini berperan penting pada
berbagai sirkuit regulasi untuk fungsi tubuh yang vital. Fungsi regulasi ini di
lakukan sebagian besar secara tidak di sadari oleh bagian individu, yaitu secara
otonomis. Hipotalamus juga mengatur sistem hormon dan mengoordinasikan
interaksi endokrin dan sistem saraf otonom.

Neurosekresi dan Regulasi Sistem Endokrin


Seperti yang telah dijleaskan, hipofisis (glandula pituitari ) memiliki
dua komponen yaitu lobus anterior (adenohipofisis) dan lobus posterior
(neurohipofisis). Hipotalamus mengontrol masing-masing bagian secara berbeda
Sekresi hormon oleh lobus posterior. Neuron sekretorik di nukleus supraoptikus
dan nukleus paraventrikularis menghasilkan oksitoksin dan ADH, dibawa secara
intra-aksonal ke neurohipofisis dan dilepaskan ke peredaran darah di sini
(neurosekresi). Fungsi ADH telah di jelaskan sebelumnya. Oksitoksin

22

disekresikan selama beberapa minggu terakhir kehamilan; berfungsi menginduksi


kontraksi otot polos dinding rahim dan sekresi susu dari kelenjar mamae.
Stimulasi somatosensorik ( sentuhan pada puting susu) menimbulkan impuls
aferen yang mengaktivasi neuron neurosekretorik hipotalamus (melalui talamus
dan korteks serebri). Hubungan erat antara sirkuit regulasi ini dan emosi
diilustrasikan dengan kenyataan bahwa produksi susu menurun secara bermakna
ketika ibu mengalami stres atau ketakutan.
Sekresi hormon oleh lobus anterior. Neuron sekretorik parvoseluler
yang terdapat di area periventrikularis hipotalamus berhubungan dengan
adenohipofisis bukan melalui hubungan aksonal (seperti pada neurohipofisis),
tetapi melalui sistem vaskular portal. Neuron parvoseluler ini menyekresikan
hormon hipofisiotropik gonadotropin-releasing hormon (GnRH), thyrotropinreleasing hormon (TRH), corticotropin-releasing hormon (CRH), growth hormon
(GH), dan faktor-faktor yang mengatur sekresi melanocyte-stimulating hormone
(MSH), yaitu MIF dan MRF. Seluruh hormon tersebut, kemudian mengontrol
pelepasan hormon oleh hipofisis yang sesuai dari adenohipofisis, ketika hormon
tersebut mencapai adenohipofisis melalui anyaman vaskular portal. Pada
adenohipofisis, sel asidofil (sel ) menyekresikan growth hormone (GH, disebut
juga hormon somatotropik atau STH) dan prolaktin (PRL, disebut juga hormon
luteotropik atau LTH). Sel basofil (sel ) menyekresikan tirotropin (thyroidstimulating hormone, TSH), kortikotropin (adrenokortikotropik atau ACTH),
melanocyte-stimulating hormone (MSH), luteinizing hormone (LH), dan folliclestimulating hormone (FSH). Sel kromofob (sel ) tidak diketahui menyekresikan
hormon apapun, tetapi beberapa penulis menyatakan bahwa sel-sel ini berperan
pada sintesis ACTH.
Hormon yang dihasilkan oleh sel sekretorik hipofisis memasuki aliran
darah

dan

menginduksi

masing-masing

organ

endokrin

perifer

untuk

menyekresikan hormon. Hormon perifer tersebut bersirkulasi di dalam darah, dan


dengan demikian konsentrasinya memengaruhi sekresi hormon hipotalamik dan
hipofisis yang bersesuaian, sebagai lengkung umpan balik negative.

23

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Sistem endokrin adalah sistem yang berfungsi untuk memproduksi
hormon yang mengatur aktivitas tubuh.
2. Kelenjar endokrin terdiri dari :
Hipotalamus
Kelenjar hipofise atau pituitary
Kelenjar Pineal,
Kelenjar tiroid (thyroid gland) atau kelenjar gondok
Kelenjar paratiroid (parathyroid gland)
Kelenjar Timus
Kelenjar suprarenal (suprarenal gland)
Pulau langerhans (islets of langerhans)
Kelenjar kelamin (gonad) jantan di testis dan betina di indung telur.
3. Jumlah hormon yang disekresikan oleh kelenjar endokrin ditentukan oleh
kebutuhan tubuh akan hormon tersebut dalam jangka waktu tertentu. Pola
sekresi hormon di dalam tubuh diatur sedemikian rupa, sehingga tidak
mengakibatkan adanya sekresi hormon yang berlebihan atau berkurang
4. Hipotalamus secara hierarkis merupakan organ regulasi tertinggi (head
ganglion) sistem saraf otonom. Struktur ini berperan penting pada
berbagai sirkuit regulasi untuk fungsi tubuh yang vital

3.2. Saran
Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan makalah ini meskipun
penulisan ini jauh dari sempurna minimal kami mengimplementasikan tulisan ini.
Masih banyak kesalahan dari penulisan ini, karena kami adalah manusia yang
menjadi tempat salah dan dosa. Dalam hadits al insanu minal khotto wannisa,
dan kami butuh saran/ kritikan agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang
lebih baik daripada masa sebelumnya.
24

DAFTAR PUSTAKA

Slonane, Ethel.2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula.Penerbit Buku


Kedokteran EGC: Jakarta

25

Anda mungkin juga menyukai