OLEH
NURUL FADHILLAH SULTAN
CINDY TRIE PERMATASARI
HOSEA
STEPHANIE DATU RARA
SIGIT WICAKSONO
MUKHAMMAD YUSUF K. P
HILMAN NIHAYA
NURILMI RAHMIATI
WADI OPSIMA
RISAL PANGERAN
PUTRI JELITA
AGUNG MAULANA BASMA
RULI CALISTA DJAYA PUTRI
CALISTA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ungkapkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
Makalah ini dikerjakan demi memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fisiologi Veteriner I
Program Studi Kedokteran Hewan Universitas Fakultas Kedokteran Hasanuddin.
Terselesaikannya makalah ini tentunya tidak lepas dari dorongan dari bantuan
berbagai pihak yang telah mendorong dan membimbing penulis, baik tenaga, ide-ide, maupun
pemikiran. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1.
dr. Wa Ode Santa Monica, Msc, yang telah memberikan tugas yang sangat bermanfaat,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
2.
Kedua orang tua kami yang dengan sabar memberi dukungan moril dan materil, kami
menyampaikan rasa kasih sayang dan hormat.
3.
Semua teman-teman O-13REV yang telah banyak membantu selama proses penulisan
makalah ini.
Kami telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian makalah ini,
namun kami menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa.Untuk
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Kiranya isi makalah ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah
ilmu pendidikan dan juga dapat dijadikan sebagai salah satu sumber referensi. Semoga tulisan
yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca pada umumnya, dan bagi kami
khususnya.
Makassar,
November 2014
Kelompok I
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
....................................................................................................................
ii
..............................................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
....................................................................................................
...............................................................................................................
..........................................................................................................
............................................................................................................
..........................................................................................................
..........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
......................................................................................................
................................................................
........................................................
10
.............................................................................................................
11
....................................................................................................................
16
.............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
..........................................................................................................
ii
19
BAB I
PENDAHULUAN
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Apakah definisidari sistem endokrin ?
2. Bagaimana anatomi dari organ penyusun sistem endokrin dalam tubuh
hewan ?
3. Bagaimana mekanisme kerja dari sistem endokrin dalam tubuh hewan ?
4. Bagaimana fungsi hipotalamus dalam mengatur sekresi hormon ?
1.3.Tujuan Penulisan
Tujuan disusunnya makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui definisi dari sistem endokrin;
2. Mengetahui letak anatomi dari masing-masing organ penyusun sistem
endokrin;
3. Mengetahui mekanisme kerja sistem endokrin;
4. Mengetahui fungsi hipotalamus.
1.4.Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan makalah ini yaitu:
1.
2.
Secara praktis sebagai sumbangan pemikiran dan masukan bagi para pihak
yang berkepentingan khususnya mahasiswa kedokteran hewan tentang
pada hipotalamus sebagai pusat informasi dalam tubuh makhluk hidup.
1.5.Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini yaitu, kami membaca buku-buku,
referensi-referensi atau literatur-literatur yang mengenai judul makalah ini Sistem
Endokrin dan Hipotalamus.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Defenisi Sistem Endokrin
Gambaran umum sistem endokrin adalah sebagai berikut, (Slonane,
2003):
1.
2.
3.
4.
Respon hormonal tubuh biasanya lebih lambat, durasi lebih lama, dan
distribusinya lebih luas daripada respon langsung otot dan kelenjar
terhadap stimulus system saraf.
2.1.2.Kelenjar Endokrin
Kelenjar endokrin adalah kelenjar yang mengeluarkan hormon ke
dalam alian darah dan bukan ke dalam saluran yang menuju ke luar tubuh atau
ke dalam salah satu organ internal seperti kelenjar eksokrin. Sebagai contoh,
kelenjar paratiroid, tiroid, pituitary, dan adrenal yang hanya berfungsi dalam
sekresi hormone. Oleh Karena itu, kelenjar endokrin disebut juga kelenjar
buntu, sedangkan kelenjar eksokrin mensekresikan zatnya melalui pembuluh
seperti kelenjar ludah, kelenjar keringat, kelenjar air mata, dan kelenjar
pencernaan makanan, (Sonjaya, 2013).
Hipotalamus
Kelenjar Pineal,
Kelenjar Timus
2.1.2.Hormon
Hormon adalah messenger (perantara) kimia tubuh. Hormon
mengantarkan informasi yang penting untuk pengaturan fungsi bermacammacam organ dan sel Hormone disintesis dalam sel-sel endokrin dan mencapai
sel dari organ target melalui organ darah, (Agamemnon, 1998).
Menurut Herry Sonjaya (2013), hormon merupakan substansi kimia
yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin, istilah hormon diusulkan oleh Bayliss
dan Starling untuk memperkenalkan sekretin yang dapat mereka isolasi.
Sekretin adalah satu polipeptida disekresikan oleh mukus duodenum yang
dapat merangsang cairan lambung melalui pembuluh darah.
Berdasarkan sturktur kimia, dapat dibedakan tiga kelompok
hormone, yaitu hormone peptide dan hormone glikoprotein, hormone steroid
4
aktivitas
sel,
jaringan,
dan
organ
tubuh
fungsi sel yang sama yang menghasilkan zat tersebutt dengan cara terikat
pada reseprot sel
6. Sitokin merupakan peptida yang disekresikan sel ke dalam cairan ekstrasel
dan dapat bertindak sebagai autokrin, parakrin, atau hormon endokrin.
Hipotalamus
Hipotalamus terdiri dari substansia grisea di dinding ventrikel
ketiga dari sulkus hipotalamikus ke bawah dan di dasar ventrikel ketiga, serta
infundibulum dan korpus mamilare. Hipofisis lobus posterior (neurohipofisis),
dengan
daerah
subtalamus
tanpa
garis
batas
yang
jelas.
2.2.2. Hipofisis
Kelenjar hipofisa disebut kelenjar pituitary yang terletak di dasar
bagian otak pada sella turcica, sebuah lekukan di bawah rongga kepala. Kelenjar
ini terdiri dari lobus anterior, lobus intermedia, dan lobus posterior. Lobus
posterior berkembang secara embriologi dari dari hipotalamus dan pada dewasa
masih berhubungan dengan otak yaitu tangkai infundundibulum. Banyak saraf
lewat dari hipotalamus ke hipofisa posterior dimana saraf-saraf ini ada
hubungannya dengan sekresi hormonal (Sonjaya, 2013).
dari epitel faring ini dapat menjelaskan sifat epiteloid sel-selnya, sedangkan asal
mula hipofisis posterior dari jaringan neural dapat menjelaskan adanya sejumlah
besar sel tipe glia dalam kelenjar ini. (Guyton, 2007)
2.2.4.Thymus
Thymus terletak di daerah trachea di rongga dada bagian atas tepat
di dalam mediastinum di belakang os sternum, dan di dalam torak kira-kira
setinggi bifurkasi trakea. Thymus berwarna kemerah-merahan dan terdiri dari 2
lobus Sebuah lobus tersusun dari ribuan lobulus yang terdiri dari korteks dan
medulla. Kelenjar timus berperan dalam sistem pertahanan tubuh dengan
menghasilkan hormone Thymosin, Thymic humoral factor, Thymic factor dan
Thymopoietin
2.2.5. Pankreas
Pankreas adalah kelenjar eksokrin maupun kelenjar endokrin.
Organ Pankreas terletak di belakang / di bawah lambung, ujung kanan organ
ini lebih luas disebut bagian kepala. Kepala pancreas terletak di bagian ujung
atau atas dari usus kecil yang disebut duodenum. Ujungnya berada di sebelah
2.2.6.
Kelenjar Adrenal
Kelenjar ini berbentuk bola, menempel pada bagian atas ginja. korteksnya
berwarna kekuningan dan bagian medulla berwarna coklat tua. Cortex adrenal
zona glomerulosa menghasilkan hormon aldosteron (mineralokortikoid),
korteks adrenal zona fasciculate dan zona retikularis menghasilkan hormon
kortisol (Glukokortikoid) , Selain itu juga menghasilkan hormon androgen
(dehidroiandosteron). Sedangkan medulla adrenal menghasilkan hormon
epinefrin dan norepinefrin (Monica,2014)
2.2.7.
Ovarium
Ovarium berjumlah sepasang dan digantung oleh ligamen
(messovarium ). Terletak
menyekresikan
hormon
estrogen
dan
corpus
luteum
menyekresikan
10
2.2.7.
Testis
Testis berbentuk oval dan halus, dibungkus oleh tunica albuginea
11
hormon
12
13
14
hormon
penghambat-pelepasan
yang
dilepaskan
menyebabkan
Hipofisis
Suplai darah kelenjar hipofisa berasal dari arteri carotid interna.
Beberapa cabangnya menuju langsung ke kelenjar, sementara yang lainnya
menuju system kapiler dalam hipotalamus. Darah dari kapiler ini lewat melalui
pembuluh-pembuluh batang pituitary ke system kapiler kelenjar hipofisa
bagian anterior. System peredaran darah ini dikenal sebagai portal
hipotalamus-hipofisa dimana hormone-hormon hipotalamus dibawa menuju
kelenjar hipofisa, (Sonjaya, 2013).
15
1.
Growth Hormone
GH sering disebut somatotrophin (STH). GH merupaka polipeptida
terdiri atas 188 asam amino pada manusia dan strukturnya bervariasi menurut
16
spesies. Waktu paruhnya dalam plasma sekitar 30 menit. Secara kimia, sifatnya
hamper sama dengan prolaktin dan umumnya menyebabkan jaringan
bertumbuh tanpa pertumbuhan dan perkembangan. Kelebihan hormone
pertumbuahn pada ternak muda menyebabkan pertumbuahan yang tidak
normal, menghasilkan individu raksasa dengan kaki memanjang. Pada hewan
dewasa ujung tulang membesar dalam diameternya, tetapi tidak dalam panjang.
Sebaliknya kekurangan hormn pertumbuhan pada waktu muda menghasilkan
individu yang kecil.
GH biasanya tidak bekerja sendirian, dia dapat memperlancar atau
memperbesar pengaruh hormone lain atau bekerja dengan hormone lain secara
bersamaan. Pengaruh anabolisme darihormon pertumbuhan yang berperan
dalam sintesis protein disebabkan pleh peningkatan transport asam amino ke
dalam sel dan peningkatan asam amino ke ribosom. Pengaruh metabolism
adalah merangsang produksi glukosa dari hati sebagai pensuplai jaringan
dengan sumber energy yang siap.
2.
17
4.
dalam mengatur aktivitas gonad, yaitu ovary dan testis. Keduanya merupakan
glikoprotein dan mempunyai waktu paruh yang panjang sekitar 60 menit.
FSH berfungsi untuk merangsang pertumbuahn folikel pada
ovarium. Adanya LH, folikel akan matang dan esterogen akan dirpoduksi.
Pada testis FSH diperlukan untuk perkembangan tubulus testis, pertumbuhan
dan diferensiasi sel spermatozoa.
LH berperan dalam pematangan ovum, ovulasi, dan pembentukan
korpus luteum. Korpus luteum menghasilkan hormone progesterone yang
tidak menghambat produksi LH, juga mencegah pertumbuhan folikel,
ovulasi, dan birahi. Pada hewan jantan, Lh berpengaruh terhadap sel-sel
penghasil hormone dalam testis, sel-sel interstitial yang menghasilkan
hormone testosterone.
5.
Prolaktin
Prolaktin disebut juga hormone laktogenik , mammptropin, dan
18
2.
Oksitosin
Hormone ini bekerja pada kelenjar mamae hewan betina dan
2.4. Hipotalamus
Proyeksi Aferen dan Eferen Hipotalamus ( Persyarafan)
Hubungan neural hipotalamus sangat banyak dan rumit. Untuk
melaksanakan fungsinya sebagai pusat koordinasi semua proses otonom tubuh,
hipotalamus harus berkomunikasi melalui jaras aferen dan eferen dengan berbagai
area sistem saraf yang berbeda. Informasi dari dunia luar mencapai struktur ini
melalui jaras visual, olfaktori, dan mungkin saja audtorik. Adanya aferen kortikal
19
menunjukkan bahwa hipotalamus juga dapat dipengaruhi oleh pusat yang lebih
tinggi. Hubungan utama hipotalamus adalah dengan girus cinguli dan lobus
frontalis, formasio hipokampus, talamus, ganglia basalis, batang otak, dan medula
spinalis.
Jaras Aferen
Medial forebrain bundle (fasikulus medialis telensefali) berasal dari
basal area olfaktori basal dan nukleus septalis dan berjalan sebagai rantai neuron
melalui hipotalamus ( area lateralis ) hingga tiba di formasio retikularis
mesensefali. Di sepanjang perjalanannya, serabut ini membentuk serabut kolateral
ke nukleus preoptikus, nukleus dorsomedialis, dan nukleus ventromedialis.
Medial forebrain bundles memiliki hubungan timbal balik antara area nuklear
olfaktori dan area nuklear prdoptikus serta mesensefalon. Struktur ini juga
memiliki fungsi olfakto-viseral dan olfakto-somatik.
Striae terminales berasal dari amigdala di lobus temporalis, kemudian
membentuk lengkungan di atas talamus, yang berakhir di area preoptikus dan ke
nuklus hipotalami anterior. Berkas serabut ini juga menghantarkan informasi
olfaktori, serta implus yang berkaitan dengan mood dan dorongan.
Forniks menghantarkan serabut kortikomamilaris yang berasal dari
hipokampus dan subikulum dan berjalan ke korpus mamilare, dengan kolateral ke
nukleus preoptikus, nukleus anterior talami, dan nukleus habenularis.
Impuls viceral asendens dari sistem saraf otonom perifer dan dari
nuklus traktus solitarius (pengecapan), mencapai talamus melalui berbagai jaras:
melalui hubungan timbal balik di Medial forebrain bundle dan melalui
pedunkulus korporis mamilaris. Informasi somatosensorik dari zona erogen
(genitalia dan puting susu) juga mencapai hipotalamus melalui jaras ini dan
menginduksi reaksi otonom.
Akhirnya, input aferen lain mencapai hipotalamus dari nukleus
medialis talami, neokorteks orbitofrontalis, dan globus palidus.
20
Jaras Eferen
Serabut eferen ke batang otak. Proyeksi eferen terpenting ke batang
otak adalah fasikulus longitudinalis dorsalis (schtz), yang mengandung serabut
yang berjalan kedua arah, dan Medial forebrain bundle. Impuls hipotalamik yang
berjalan di jaras ini melewati beberapa relay sinaptik, terutama di formasio
retikularis, hingga mencapai nukleus parasimpatis di batang otak, termasuk
nukleus okulomotorius (miosis), nukleus salivatorius superior dan inferior
(lakrimasi, salivasi) dan nuklus dorsalis nervi vagi. Impuls lainnya berjalan
kepusat otonom di batang otak otak yang mengkoordinasi fungsi sirkulasi,
respirasi, dan pencernaan (dll), serta ke nukleus motorius nervi trigemini
(mastikasi), nukleus nervi fasialis (ekspresi wajah), nuklus ambiguus (menelan),
dan nukleus nervi hipoglossi (menjilat). Impuls lain yang berasal dari
hipotalamus, dihantarkan melalui medula spinalis melaui serabut retikulospinalis,
memengaruhi aktivitas neuron spinal yang berperan pada regulasi suhu
(menggigil).
Fasikulus mamilotegmentalis berjalan dari korpus mamilare ke
tegmentum mesensefali, dan kemudian menuju formasio retikularis.
Traktus mamilotalamikus secara timbal balik menghubungkan hipotalamus
dengan nuklus anterior talami, yang akibatnya secara timbal balik berhubungan
dengan girus cinguli. Nukleus anterior talami dan girus cinguli merupakan
komponen penting sistem limbik, yang berfungsi untuk mengatur perilaku afektif
sehingga menunjang ketahanan hidup seseorang dan spesies.
21
melalui
berhubungan
transpor
dengan
intra-aksonal;
adenohipofisis
kemudian
melalui
eminensia
anyaman
vaskular
mediana
portal.
Fungsi Hipotalamus
Hipotalamus secara hierarkis merupakan organ regulasi tertinggi
(head ganglion) sistem saraf otonom. Struktur ini berperan penting pada
berbagai sirkuit regulasi untuk fungsi tubuh yang vital. Fungsi regulasi ini di
lakukan sebagian besar secara tidak di sadari oleh bagian individu, yaitu secara
otonomis. Hipotalamus juga mengatur sistem hormon dan mengoordinasikan
interaksi endokrin dan sistem saraf otonom.
22
dan
menginduksi
masing-masing
organ
endokrin
perifer
untuk
23
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Sistem endokrin adalah sistem yang berfungsi untuk memproduksi
hormon yang mengatur aktivitas tubuh.
2. Kelenjar endokrin terdiri dari :
Hipotalamus
Kelenjar hipofise atau pituitary
Kelenjar Pineal,
Kelenjar tiroid (thyroid gland) atau kelenjar gondok
Kelenjar paratiroid (parathyroid gland)
Kelenjar Timus
Kelenjar suprarenal (suprarenal gland)
Pulau langerhans (islets of langerhans)
Kelenjar kelamin (gonad) jantan di testis dan betina di indung telur.
3. Jumlah hormon yang disekresikan oleh kelenjar endokrin ditentukan oleh
kebutuhan tubuh akan hormon tersebut dalam jangka waktu tertentu. Pola
sekresi hormon di dalam tubuh diatur sedemikian rupa, sehingga tidak
mengakibatkan adanya sekresi hormon yang berlebihan atau berkurang
4. Hipotalamus secara hierarkis merupakan organ regulasi tertinggi (head
ganglion) sistem saraf otonom. Struktur ini berperan penting pada
berbagai sirkuit regulasi untuk fungsi tubuh yang vital
3.2. Saran
Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan makalah ini meskipun
penulisan ini jauh dari sempurna minimal kami mengimplementasikan tulisan ini.
Masih banyak kesalahan dari penulisan ini, karena kami adalah manusia yang
menjadi tempat salah dan dosa. Dalam hadits al insanu minal khotto wannisa,
dan kami butuh saran/ kritikan agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang
lebih baik daripada masa sebelumnya.
24
DAFTAR PUSTAKA
25