(LKPP)
LAPORAN MODUL PEMBELAJARAN BERBASIS SCL
Judul
Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Hasanuddin
Oktober 2008
i
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN MODUL PEMBELAJARAN
PROGRAM TRANSFORMASI DARI TEACHING KE LEARNING
UNIVERSITAS HASANUDDIN 2008
Judul
Nama Lengkap
NIP
Pangkat/Golongan
Jurusan
Fakultas/Universitas
:
:
:
:
:
: 1 (satu) bulan
Mulai 04 Januari 2008 s,d 04 Februari 2008
Biaya
Pembuat Modul
KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Allah swt, atas berkah dan rahmatnya, laporan modul pembelajaran program
transformasi dari teaching ke learning yang berjudul Menentukan struktur molekul senyawa
melalui analisis data spektroskopi telah dapat diselesaikan.
Kedinamisan di dunia pendidikan saat ini sangat dirasakan, baik bagi pembuat modul
sebagai dosen maupun mahasiswa. Kedinamisan ini, salah satunya adalah adanya penyajian
dalam proses pembelajaran yang menekankan pada Student center learning.
Proses
pembelajaran tersebut pada dasarnya bertujuan agar mahasiswa bisa lebih aktif dan kreatif
dalam menimba ilmu di perguruan tinggi. Selain itu dosen sebagai fasilitator juga dituntut
untuk tetap mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan sehingga proses pembelajaran
tersebut dapat berjalan dengan baik. Modul ini dibuat untuk mendukung proses pembelajaran
sehingga mahasiswa dapat mempersiapkan diri dalam menempuh mata kuliah penentuan
struktur dengan baik. Pengampu mata kuliah ini ada dua dosen, maka modul yang akan
dibuat mulai minggu ke 8 sampai dengan minggu ke 16.
Penulis yakin bahwa modul ini masih memerlukan penyempunaan, oleh sebab itu
diharapkan adanya masukan dari berbagai pihak. Semoga Allah swt. Senantiasa memberikan
ridhoNya. Amin.
iii
RINGKASAN
NMR (Nuclear Magnetic Resonance) merupakan metode spektroskopi yang sangat
penting dalam penentuan struktur senyawa organic. Apabila spektroskopi inframerah dapat
mengindikasikan tentang gugus fungsi yang terdapat pada suatu senyawa organik, maka
1
13
C NMR selain
memberikan data tentang jumlah karbon dalam suatu molekul juga tipe dari karbon tersebut.
Pada
H NMR dapat diketahui pergeseran kimia untuk setiap proton yang terdapat
pada suatu molekul. Ini disebabkan bahwa tidak setiap proton dalam molekul beresonansi
pada frekuensi yang identik sama. Dalam kenyataan setiap proton dalam molekul dikelilingi
elektron dan menunjukkan sedikit perbedaan lingkungan elektronik dari satu proton dengan
proton yang lainnya. Proton-proton dilindungi oleh elektron-elektron yang mengelilinginya.
Di dalam medan magnet, perputaran elektron-elektron valensi dari proton menghasilkan
medan megnet yang melawan medan magnet yang digunakan. Dengan demikian proton
dalam molekul dilindungi dari medan megnet yang digunakan dan besarnya perlindungan ini
tergantung pada kerapatan elektron yang mengelilinginya. Makin besar kerapatan elektron
yang mengililingi inti, maka makin besar pula medan yang dihasilkan yang melawan medan
yang digunakan. Hal ini berakibat inti/proton merasakan adanya pengurangan medan yang
mengenainya. Karena inti merasakan medan magnet yang lebih kecil, maka inti akan
mengalami presesi pada frekuensi yang lebih rendah dan berlaku juga untuk sebaliknya.
Pada
13
C NMR, pergeseran kimia setiap karbon yang terdapat pada suatu molekul
berbagai harga
pergeseran kimia. Selain itu akan dapat diketahui dengan pasti berapa banyak jumlah karbon
yang ada pada suatu molekul yang akan ditentukan strukturnya.
Untuk NMR 2D, akan sangat membantu dalam penempatan setian unit kecil dalam
suatu molekul sehingga dapat diketahui struktur molekul suatu senyawa secara pasti.
Spektrum NMR 2D yang sering digunakan antara lain HMQC, COSY, NOESY, dan HMBC.
iv
Spektrum NMR-2D
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
ii
KATA PENGANTAR ..
iii
RINGKASAN ......................
iv
vi
1
1
2
13
14
Pendahuluan ..................................................................................
Pembahasan ..................................................................................
Penutup ..........................................................................................
14
15
23
24
24
25
31
32
32
34
38
40
MODUL V
vi
MODUL I
JUDUL: PENGENALAN SPEKTRUM 1H-NMR,
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Perkembangan Ilmu Kimia Organik, pada hakekatnya seiring dengan usaha isolasi
dan identifikasi bahan alam. Hal ini antara lain disebabkan karena struktur molekul yang
dihasilkan oleh organisme mempunyai variasi yang sangat luas. Kenyataan ini dapat
digunakan untuk mendalami data spektroskopi sehingga dapat menentukan struktur molekul
senyawa yang dihasilkan.
Dalam modul ini akan dibahas tentang spektrum NMR yang merupakan salah satu
data spektroskopi yang
memahami arti dari nilai geseran kimia, integrasi puncak, dan multiplisitas pada
spektrum NMR kaitannya dengan struktur molekul
C.
Pengukuran
Pergeseran Kimia
Kaitan Modul
Merupakan modul kelima dari delapan modul yang dibahas dalam matakuliah
Penentuan struktur
H,
2
1
H,
13
C,
14
N,
17
O,
dan
8
19
F.
9
viii
12
6
C dan
16
8
tetapi inti atom hidrogen (proton) mempunyai spin. Untuk setiap atom yang memiliki spin,
jumlah kedudukan spin adalah tertentu dan ditentukan oleh bilangan kuantum spin inti, I.
Bilangan spin I merupakan bilangan bulat genap, maka harga I adalah nol atau kelipatan
bulat (0, 1, 2, ...............). Jika jumlah proton dan netron merupakan bilangan ganjil, maka
harga I merupakan bilangan tengahan (, 1, 3/2, sampai 9/2), tergantung pada macam
intinya. Jika jumlah proton dan netron merupakan bilangan genap, maka harga I adalah 0
yang berarti tidak ada putaran, seperti 12C dan
6
16
O di atas.
Bilangan spin I menunjukkan jumlah orientasi suatu inti jika menerima medan
magnet seragam dari luar, yang sesuai dengan rumus 2I + I. Setiap orientasi menunjukkan
tingkat energi dari inti tersebut. Dengan demikian untuk proton akan diperoleh 2 x + 1 = 2
macam orientasi, pararel
merupakan fungsi dari momen magnet dan medan magnet dari luar Bo yang dikenakan
pada inti (Gambar 1).
Persamaan pokok yang menghubungkan frekuensi elektromagnet dan kuat medan
magnet Bo, adalah
Bo
=
2
(1)
Tetapan dinamakan nilai banding magnet giro dan merupakan tetapan inti yang
fundamental. Tetapan ini mempunyai hubungan dengan momen magnet dan bilangan spin
I:
2
=
hI
H adalah tetapan Planck
Masalahnya adalah bagaimana memberikan energi frekuensi elektromagnet ke dalam proton
yang berada pada keadaan paralel dalam suatu medan magnet dan bagaimana mnegukur
energi yang diserap sehingga proton tersebut naik ke tingkat nenrgi yang lebih tinggi. Hal ini
ix
dapat diterangkan secara klasik dimana digambarkan bahwa proton berputar dalam medan
magnet dari luar; maka sumbu magnet proton akan melakukan presesi pada sumbu medan
magnet dari luar serupa dengan putaran giroskop yang melakukan presesi yang dipengaruhi
gravitasi. Kecepatan sudut presesi o adalah stara dengan hasil kali dari nilai banding dan
kekuatan medan magnet yang digunakan Bo.
o = Bo
dan jika dihubungkan dengan persamaan dasar, maka
Bo = 2
oleh karenanya
o = 2
Awan eletron berputar
di bawah pengaruh Bo
Inti
Inti atom
yang dikelilingi
oleh elektron
Inti atom
tidak memiliki
elektron
Bi = 0
Bi
Bo
Bi = Bo
Bo
Beff = Bo - Bi
Beff = Bo
E = h
E = h
= derajat perisaian
Beff
Gambar 1
Pengaruh medan magnet dan tingkat energi dalam medan magnet Bo
Sebenarnya karena gangguan panas maka hanya sedikit fraksi dari populasi total
proton benar-benar terdapat pada posisi pararel. Energi frekuensi elektromagnetik diterapkan
sedemikian rupa sehingga komponen magnet B1 tegak lurus terhadap medan magnet utama
Bo dan berputar sesuai dengan proton yang berpresesi. Hal ini dikerjakan oleh suatu
kumparan dengan tegak lurus terhadap medan megnit utama Bo. Seperti suatu kumparan
akan menghasilkan medan magnet tergetar B1 sepanjang arah sumbu kumparan.
Adanya B1, maka inti akan mengalami medan magnet luar (Beff) yang besarnya tidak
sama dengan Bo yang ada pada sistem sebagai berikut:
Beff = Bo - Bi
Bi sebanding dengan Bo , dengan
konstanta perbandingan adalah
Bi = Bo
E =
hB
= h
2
(1- )Bo
2
(1- )Bo
2
GUGUS
GUGUSFUNGSI
FUNGSI
kerapatan
e
Mengalami
Bo
C. Pengukuran
Pengukuran sampel untuk mendapatkan spektrum 1H atau
13
larutan. Volume yang diperlukan 0,5 ml dengan jumlah sampel beberapa sampai
50
xi
Oleh karena yang akan dideteksi adalah proton sehingga diperlukan pelarut yang
tidak mengandung hidrogen. Dengan demikian pelarut yang ideal harus tidak mengandung
proton dalam strukturnya dengan kata lain harus terdeuterasi, selain itu juga tidak mahal, dan
mempunyai titik didih yang rendah, tidak polar dan bersifat inert serta cuplikan cukup larut
di dalamnya. Pelarut yang sering digunakan untuk pengukuran
13
sedangkan pelarut yang luas penggunaannya adalah CDCl3, CD3OH, aseton-d6, benzenad6, piridin-d5,DMSO-d6, D2O. Puncak proton tajam dan kecil akan muncul sebagai
pengotor dari CHCl3 pada 7,24 ppm. Untuk pengukuran
13
D. Pergeseran Kimia
Faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran kimia
1. Faktor Intramolekul
Dalam larutan encer, faktor yang mempengaruhi parameter pergeseran kimia adalah
faktor intramolekuler yang dibagi dalam tiga kelompok.
a. Faktor Induksi
Jika suatu atom diletakkan dalam medan magnet yang seragam, maka elektronelektron di sekeliling inti akan beredar mengelilingi inti dan membentuk medan
magnet sekunder yang berlawanan arah dengan medan magnet yang diterima.
Pergerakan elektron tersebut menyebabkan inti menjadi terlindung. Tetapi jika
kerapatan elektron di sekitar suatu atom berkurang karena efek induksi dari atom
tetangga yang bersifat elektronegatif, maka kuat medan sekunder yang timbul juga
menurun, sehingga resonansi terjadi pada harga yang lebih besar. Hal ini
disebabkan elektron menarik dirinya dari proton sebagai akibat dari pengaruh atom
yang bersifat elektronegatif dan ini menyebabkan proton menjadi kurang terlindung.
Sebagai contoh proton pada gugus metil yang terikat oksigen resonansi pada medan
lebih rendah ( lebih besar) dari pada proton gugus metil yang terikat pada karbon
(Tabel 1).
Tabel 1 Harga untuk proton metil pada lingkungan yang berbeda
xii
No
Lingkungan metil
CH3 C -
0,9 ppm
CH3 N -
2,3 ppm
CH3 O -
3,3 ppm
Dengan demikian proton yang sama seperti metil pada Tabel 1 akan mempunyai
harga pergeseran kimia yang berbeda tergantung lingkungan masing-masing.
Alkana
Pada cincin sikloheksana proton ekuatorial melakukan resonansi kurang lebih
0,5 lebih tinggi dari pada proton
anisotropik oleh elektron pada ikatan seperti ditunjukkan pada Gambar 3. Pengaruh
ini kecil jika dibandingkan dengan pengaruh elektron yang sirkulasi.
xiii
Gambar 3
Terlindung dan tidak terlindung anisotropi pada sikloheksana.
Alkena
Gugus alkena akan berorientasi sedemikian sehingga bidang ikatan rangkap tegak
lurus terhadap arah medan yang digunakan (Gambar 4). Sirkulasi elektron terinduksi
menghasilkan medan magnet sekunder yang diamagnetik sekitar atom karbon itu, tetapi
paramagnetik terhadap daerah proton alkena. Pada proton alkena arah medan magnet
terinduksi adalah paralel terhadap medan magnet yang digunakan Bo, sehingga kekuatan
medannya lebih besar dari pada Bo. Proton pada daerah ini memerlukan harga Bo lebih
rendah untuk terjadi resonansi dan oleh karena itu, terlihat pada medan lebih rendah (
lebih tinggi) dari yang diduga.
Gugus lain yang terletak di atas atau di bawah bidang ikatan rangkap akan terlindung,
karena pada daerah ini arah medan magnet terinduksi berlawanan terhadap arah Bo.
Gambar 4
Pengaruh terlindung dan tidak terlindung di sekitar gugus alkena
Senyawa karbonil
Daerah terlindung dan tidak terlindung pada senyawa karbonil sedikit berbeda dari
corak alkena. Dua bentuk kerucut berpusat pada atom oksigen terletak paralel terhadap
sumbu ikatan C=O (Gambar 5). Proton dalam kerucut menjadi tidak terlindung. Dengan
demikian proton aldehid terlihat pada harga tinggi. Proton yang terletak di atas atau di
bawah kerucut ini akan melakukan resonansi pada harga rendah.
xiv
Gambar 5
Pengaruh terlindung dan tidak terlindung di sekitar gugus karbonil
Alkuna
Jika alkena dan aldehid terlihat pada harga tinggi, maka proton alkuna terlihat sekitar
1,5 3,5 ppm. Sirkulasi elektron sekitar ikatan rangkap tiga terjadi dengan cara
sedemikian rupa sehingga proton tersebut mengalami pergeseran diamagnetik (Gambar
6), jika sumbu gugus alkuna terletak paralel terhadap arah Bo. Sarung berbentuk silinder
dari elektron terjadi disebabkan oleh sirkulasi sekeliling sumbu dan sebagai hasilnya
timbul medan magnet yang berlawanan arah dengan arah Bo di sekitar proton. Oleh
karena itu, diperlukan harga Bo lebih tinggi supaya proton melakukan resonansi. Proton
asetina terlihat pada harga rendah di sekitarnya.
xv
Gambar 6
Pengaruh terlindung anisotropi pada alkuna
Senyawa aromatik
Pada senyawa aromatik elektron akan terdelokalisasi di seputar cincin aromatik. Putaran
elektron dengan adanya medan magnet Bo, menghasilkan arus listrik yang kuat yang disebut
dengan arus cincin. Medan magnet ini dinamakan dengan medan magnet listrik yang
mempunyai geometri dan arah seperti pada Gambar 7. Medan yang dihasilkan adalah
diamagnetik (berlawanan arah terhadap Bo) pada pusat cincin, tetapi daerah diluar cincin
adalah paramagentik. Protondi sekitar bagian tepi cincin mengalami medan magnet yang
lebih besar daripada Bo dan sebagai akibatnya proton tersebut melakukan resonansi pada
harga lebih tinggi daripada yang diduga. Proton yang terdapat di atas atau di bawah cincin
melakukan resonansi pada harga rendah.
Gambar 7
Pengaruh terlindung dan tidak terlindung anisotropi yang berhubungan
dengan arus cincin aromatik.
c. Tidak terlindungi Van der Waals
Jika proton-proton terikat pada atom yang berbeda dan memungkinkan untuk bekerja
gaya Van der Waals, akan menyebabkan proton tersebut menjadi tidak terlindung. Karena itu
proton H pada sistem kursi sikloheksana berbentuk kaku akan melakukan resonansi pada
medan lebih rendah jika R = CH3 daripada R = H. Pergeseran paramagnetik yang disebabkan
oleh gaya Van der Waals biasanya pada orde 1 ppm atau kurang. Interaksi sterik
xvi
menyebabkan tidak terlindung, karena perlindungan efektif inti hidroge menurun pada
distorsi asimetrik awan elektron.
Dengan demikian, efek induksi selalu menghasilkan pergeseran paramagnetik yang
besarnya beberapa ppm. Begitu juga kongesti sterik akan menghasilkan tidak terlindung,
tetapi pengaruhnya biasanya kurang dari 1 ppm. Efek medan yang disebabkan oleh momen
dipol dan anisotropi dari gugus kimia merupaka hal yang sangat penting dalam penetapan
besar kecilnya daerah pergeseran, dengan besar dan arahnya tergantung dari jarak dan sudut
yang mempengaruhi.
d. Ikatan hidrogen
Jika suatu proton melakukan ikatan hidrogen, maka hal ini menyebabkan pergeseran
ke medan lebih bawah relatif terhadap jika tidak ada ikatan hidrogen. Pergeseran
paramagnetik yang berhubungan dengan ikatan hidrogen dapat sedemikian besar dan hal ini
bukan tak umum untuk proton berikatan hidrogen dari fenol dan asam karboksilat untuk
muncul pada lebih besar dari 10. Pergeseran ke medan lebih tinggi resonansi proton
hidroksil dari etanol dengan naiknya suhu atau pada pengenceran etanol dengan CCl4
disebabkan oleh pemutusan ikatan hidrogen intramolekul.
E. Indikator Penilaian
Melalui pendekatan SCL indikator penilaian didasarkan pada kemampuan komunikasi ,
menganalisis, kreatifitas, kedisiplinan, kerjasama team, dan kejelasan tentang pengertian
spektrum NMR yang berhubungan dengan pengaruh medan magnet, pengukuran dan
pergeseran kimianya.
F. Tugas
MATA KULIAH
SEMESTER
: Ganjil 2007/2008
TUGAS KE
: I (satu)
dan medan
xvii
2. URAIAN TUGAS:
a. Materi tugas
3. KRITERIA PENILAIAN
a. Kognitif: Kemampuan ilmu pengetahuan melaui tugas dan ujian
b. Afektif : Sikap setiap individu melalui kemampuan komunikasi, leadership,
kreativitas, kedisiplinan dan kerjasama team.
c. Psikomotorik: Kemampuan skill dalam analisis data dan presentasi
xviii
proton dalam suatu molekul sangat memegang peranan penting karena akan mempunyai
harga pergeseran kimia yang berbeda-beda.
Dari uraian pada modul ini, maka mahasiswa sudah mempunyai dasar untuk bisa
membahas hal-hal yang akan disajikan pada modul berikutnya yang harus diperhitungkan
dalam analisis spektrum NMR suatu senyawa.
DAFTAR PUSTAKA.
1. Bretmaier, E., Structure Elucidation by NMR in Organic Chemistry, John Wiley & Sons,
New York, 1993.
2. Friebolin, H., Basic One and Two Dimentional NMR Spectroscopy, VCH Press, New
York, 1991.
3. Sastrohamidjojo H., Spektroskopi, Penerbit Liberti, Yogyakarta, 1985
4. Williams, D.H., Ian, F., Spectroscopic methods in organic chemistry, 4th Ed., McGRAWHILL Book Company (UK) Limited, London, 1987.
xix
MODUL II
JUDUL: EFEK RESONANSI DAN SIMETRI TERHADAP PERGESERAN
KIMIA
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Data pergeseran kimia telah diuraikan untuk penggunaan secara luas dari faktorfaktor yang dibahas pada modul I. Untuk lebih mengetahui secara pasti pergeseran kimia
proton dengan lingkungan yang bermacam-macam, maka kita perlu mengetahui pula efek
resonansi dan kesimetrisan proton dalam suatu molekul. Efek resonansi dan kedudukan
proton akan dapat menyebabkan harga pergeseran kimia berbeda-beda sesuai yang
dialami oleh senyawa yang mengandung proton tersebut.
Untuk itu pada modul VI ini akan dibahas tentang resonansi dan kesimetrisan proton
dalam molekul serta pengaruhnya terhadap harga pergeseran kimia suatu proton dalam
molekul tertentu.
B. Ruang Lingkup Isi
- Efek resonansi
- Efek simetri
C. Kaitan Modul
Merupakan modul keenam dari delapan modul yang dibahas dalam matakuliah Penentuan
struktur.
xx
A. Efek resonansi
Resonansi timbul jika kita dapat menuliskan dua struktur atau lebih untuk sebuah
molekul dengan susunan elektron yang berbeda tetapi susunan atomnya identik. Resonansi
dangat berbeda dengan isomeri yang susunan atomnya berbeda. Jika resonansi mungkin
terjadi, senyawa dikatakan mempunyai struktur hibrida resonansi dari beberapa struktur
penyumbang (contributing structures).
a. Resonansi pada senyawa alifatik.
Suatu proton dari dua molekul yang berbeda dan keduanya dapat menyumbangkan
bentuk-bentuk resonansinya akan menempati pergeseran kimia yang berbeda. Hal ini
dapat dipengaruhi oleh atom yang elektronegatif (menarik lektron) yang berhubungan.
Apabila efek penarik elektron tersebut menjadi berkurang pada bentuk resonansinyanya,
maka proton yang berdekatan akan menduduki pergeseran kimia yang lebih terlindung
(shielding). Namun apabila bentuk resonansi tersebut menyebabkan aton penarik elektron
semakin kuat, maka harga pergeseran kimia protonnya akan menjadi lebih besa karena
kurang terlindung (deshielding).
Sebagai contoh:
Kita akan bandingkan harga pergeseran kimia dari proton metilen pada etena, metoksi
etena dan propenil metil ester. Harga pergeseran kimia proton pada etena akan terletak
diantara kedua senyawa yang lain, dan harga pergeseran kimia dari proton metilen pada
metoksi etena akan jauh lebih terlindung dibandingkan dengan proton metin pada
propenil metil ester walaupun keduanya mempunyai kedekatan yang sama terhadap atom
oksigen. Perbedaan ini dikarenakan efek resonansi yang terjadi. Bentuk bentuk resonansi
dan harga pergeseran kimia pada ketiga contoh senyawa di atas dapat dilihat pada
Gambar 1.
xxi
H
H3C +
_
H2C
CH3
CH3
H3 C
CH3
H 2C
7,00
8.0
+
O
7.0
CH2
5,28
6.0
CH3
H2 C
H
4,10
5.0
4.0
3.0
ppm
Nilai geseran kimia tergantung dari pelarut yang digunakan
Gambar 1
Perbedaaan Nilai geseran Kimia karena efek resonansi pada senyawa alifatik
b. Resonansi pada senyawa aromatik.
Delokalisasi elektron yang terjadi pada senyawa aromatik membuat senyawa tersebut
mempunyai struktur hibrida resonansi dari beberapa struktur penyumbang (contributing
structures).
Sebagai contoh senyawa fenol mempunyai beberapa bentuk resonansi (Gambar 2). Dari
bentuk resonansi tersebut dapat diketahui pula bagaimana distribusi elektron yang terjadi
pada cincin aromatik dan juga pada posisi orto, para maupun meta. Oleh sebab itu harga
pergeseran kimia proton pada kedudukan orto, meta dan para menjadi berbeda.
Apabila substiuen yang dimiliki oleh suatu cincin bezen berbeda akan mempengaruhi
pula harga pergeseran kimia protonnya. (Gambar 3). Pada gambar 3 tersebut terlihat
bahwa harga pergeseran kimia proton pada kedudukan orto, meta dan para dengan
substituen yang berbeda menjadi sangat berbeda pula. Substituen yang dapat
menyumbangkan elektronnya akan menjadikan harga pergeseran kimia proton aromatik
xxii
menjadi terlindung ( kecil) dan sebaliknya substituen yang menarik elektron akan
memberikan efek tak terlindungi sehingga proton aromatiknya mempunyai harga
pergeseran kimia yang lebih besar.
H
+
:O
:O :
+
:O
+
:O
_
:
_
:
.. _
++
:O :
:O :
Gambar 2
Efek resonansi pada senyawa fenol
benzena
7,27
H3C
O
Ho
Hm
Hm
Hm
Hp
Ho
Ho
Ho
Hm
Hp
Hp
Hp
8,22
7,61 7,48
8.0
7,24
6,73 6,79
7.0
ppm
Gambar 3
Perbedaan harga pergeseran kimia pada cincin aromatik dengan substituen yang berbeda
B. Efek simetri
xxiii
Harga pergeseran kimia proton pada suatu molekul dipengaruhi oleh sifat
kesimetrisannya. Apabila suatu atom terikat pada molekul yang dapat berputar pada
bidang, maka atom
equivalence).
H
120o
H
H
CH3
Cl
H
H
H
120o
Cl
Br
CH3
NO2
H
H
Cl
HO
Cl
H
H
F
F
H
H
OH
NO2
CH3
Cl
Br
Cl
CH3
Cl
HO
OH
Gambar 4
Beberapa proton yang identik
xxiv
Atom atom yang ekivalen secara magnetik (homotopik) akan mempunyai harga pergeseran
kimia () yang sama, sehingga akan muncul satu sinyal saja.
Contoh atom atom yang ekivalen dapat dilihat pada Gambar 4.
Keekivalenan suatu atom terdapat dapat pula terjadi karena hal-hal berikut ini:
1. Diastereotopik: proton diastereotopik walaupun keduanya pada posisi yang berbeda
( dan ) akan mempunyai harga pergeseran kimia, tetapi apabila kedua proton
tersebut terikat pada suatu struktur molekul yang kaku, maka harga pergeseran
kimianya akan berbeda. (Gambar 5)
Proton-proton diastereotopik
H
CH3
HO
tetapi...
OH
H2
H1
Gambar 5
Proton proton diastereotopik yang ekivalen
2. Perubahan Konformasi
Perubahan konformasi dapat terjadi secara cepat pada suatu molekul.
Sebagai contoh senyawa sikloheksana yang kita ketahui bersama mempunyai bentuk
konformasi yang cukup stabil yaitu konformasi kursi. Adanya konformasi tersebut
dapat diketahui bahwa terdapat dua posisi hidrogen yaitu aksial dan ekuatorial yang
tentunya mempunyai harga pergeseran kimia yang berbeda. Posisi tersebut dapat
xxv
H
H
H
H
H
H
H
H
H
Hax
H
Heq
H
H
H
Hax
H
Heq
H
H
H
H
H
sangat
cepat
H
Hax
H
H
H
H
H
Heq
H
H
OH
OH
H
HO
HO
HO
H
A
Hax dan Heq dapat dibedakan
Gambar 6
Perubahan konformasi mempengaruhi pergeseran kimia
3. Tautomerisasi
Tautomeri merupakan proses dinamik yang sangat cepat dari bentuk keto ke enol atau
sebaliknya. Karena salah satu bentuk yang terjadi lebih stabil, maka jalannya
perubahan tersebut akan lebih cenderung ke posisi yang lebih stabil. Hal tersebut
menyebabkan posisi yang tidak stabil sangat kecil sehngga tidak terdeteksi (Gambar
7),
xxvi
Tautomerisasi
Tautomerisasi
OH
O
CH3
H 3C
CH3
H 3C
CH3
H3 C
CH3
H
O
Gambar 7
13
karbon.
Epimerisasi
Epimerisasi
OH
OH
O
H
HO
HO
HO
HO
HO
HO
64%
36%
Gambar 8
Proses epimerisasi
xxvii
C. Indikator Penilaian
Melalui pendekatan SCL indikator penilaian didasarkan pada kemampuan komunikasi ,
menganalisis, kreatifitas, kedisiplinan, kerjasama team, dan kejelasan tentang efek resonansi,
simetri dan beberapa perubahan posisi atom-atom pada struktur molekul yang mempengaruhi
pergeseran kimia pada spektrum NMR.
D. Tugas
MATA KULIAH
SEMESTER
: Ganjil 2007/2008
TUGAS KE
: I (satu)
efek resonansi, simetri dan beberapa perubahan posisi atom-atom pada struktur
molekul dan interpretasi pergeseran kimia akibat efek-efek tersebut
b. Yang harus dikerjakan dan batasan-batasan:
Mempelajari tentang efek resonansi, simetri dan beberapa perubahan posisi atomatom pada struktur molekul sehingga dapat menentukan pergeseran kimia yang
sesuai pada spektrum NMR untuk penentuan struktur.
c. Metodologi/cara pengerjaan, acuan yang digunakan:
Metode Pembelajaran kuliah, Cooperatif learning dan presentasi. Setiap kelompok
menelusuri literatur untuk dapat mengerjakan tugas yang diberikan baik melalui
buku-buku di perpustakaan, jurnal maupun internet, diskusi kelompok dan
presentasi.
3. KRITERIA PENILAIAN
a. Kognitif: Kemampuan ilmu pengetahuan melaui tugas dan ujian
b. Afektif : Sikap setiap individu melalui kemampuan komunikasi, leadership,
kreativitas, kedisiplinan dan kerjasama team.
c. Psikomotorik: Kemampuan skill dalam analisis data dan presentasi
xxviii
xxix
MODUL III
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Data pergeseran kimia telah diuraikan untuk penggunaan secara luas dari faktor-faktor yang
dibahas pada modul I dan efek-efek atau perubahan struktur molekul yang mempengaruhi
pergeseran kimia pada modul II. Tetapi pengetahuan tentang letak pergeseran kimia saja
belumlah cukup untuk dapat mengetahui secara pasti pergeseran kimia proton dengan
lingkungan yang bermacam-macam, maka kita perlu mengetahui pula kopling yang dapat
memberikan multiplisitas signal proton menjadi berbeda satu dengan yang lainnya.
Multiplitas serta tetapan kopling yang ada akan sangat membantu kita dalam menentukan
satu proton dan lainnya yang berhubungan dalam satu sistem tertentu
Untuk itu pada modul VII ini akan dibahas tentang asal usul kopling, tetapan kopling
dan multiplitas yang ditimbulkan akibat kopling yang terjadi.
B. Ruang Lingkup Isi
- Kopling
- Konstanta kopling
- Corak Penjodohan
C. Kaitan Modul
Merupakan modul ketujuh dari delapan modul yang dibahas dalam matakuliah Penentuan
struktur.
xxx
Setelah mengikuti modul ini mahasiswa dapat menjelaskan dan mengetahui tentang kopling,
tetapan kopling, multiplisitas dan corak penjodohan yang terbentuk sehingga dapat
menentukan unit-unit molekul yang ada dalam suatu senyawa.
A. Kopling
Kopling merupakan komunikasi magnetik (polarisasi magnetik) antar atom dalam
molekul. Interaksi tersebut terjadi melalui elektron ikatan.
Contoh : spektrum 1,1-dietoksi-2,2-dikloroetana seperti Gambar 1
Gambar 1
Tetapan Kopling
xxxi
Kopling terjadi pada signal proton NMR apabila terdapat proton tetangga. Beberapa
hal yang perlu kita perhatikan yang berhubungan dengan kopling, konstanta kopling dan
multiplisitas adalah:
a. Kopling yang terjadi apabila J1 = J2 dan J1 J2
Pada keadaan ini berapapun jumlah proton dan tetangganya akan mengalami kopling
yang sama seperti contoh untuk senyawa R O CH2 CH3 pada Gambar 2.
H1
R
C C
H2
H1
H2
CH3
H2
H8
kopling
CH2
kopling
CH3
Gambar 2
Kopling: jika J1 = J2
Pada contoh tersebut memperlihatkan pengaruh yang sama terhadap proton tetangganya.
Untuk mengetahui mengapa proton 1 melakukan resonansi seperti pada Gambar 2, karena
dapat diketahui bahwa proton-proton yang setara kimia tidak menunjukkan penjodohan
spin-spin sebagai hasil interaksi di antara mereka sendiri. Corak penjodohan ini menjadi
suatu aturan yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Jika suatu proton mempunyai tetangga kelompok proton yang masing-masing setara
kimia na, nb.nc, .......... pelipat ganda resonansinya adalah (na + 1)(nb + 1) (nc + 1) ......
2.
Untuk satu kelompok proton tetangga dari n proton yang setara kimia,intensitas relatif
dari n + 1 komponen multiplet merupakan koefisien dari perluasan (x + 1)n. Misalnya
pada doublet (n = 1) perbandingan puncaknya 1 : 1, dan puncak triplet berbanding 1 : 2
xxxii
Jumlah proton
tetangga
Pola sinyal
Pola sinyal
4
1:1
1:4:6:4:1
5
1:5:10:10:5:1
1:2:1
6
1:3:3:1
1:6:15:20:15:6:1
Gambar 3
Pola kopling untuk J1 = J2 mengikuti aturan segitiga Pascal
Kopling yang terjadi apabila J1 J2 tidak mengikuti aturan segitiga Pascal seperti yang
terlihat pada Gambar 4.
O
H3
H1
H3
H2
H1
H2
2J
1,2
3J
1,3
3J
2,3
3J
2,3
3,00
Gambar 4
Pola kopling untuk J1 J2 tidak mengikuti aturan segitiga Pascal
xxxiii
Sistem yang tidak mengikuti aturan segitiga Pascal dapat dinyatakan sebagai berikut:
d (doublet)
dd (doubel dari doublet) (J1 J2) t (J1 J2)
ddd (J1 J2 J3) dt (J2 J3)
dd
ddd
dddd
dt
J2
J1
J
J
J
J
Gambar 5
Konstanta kopling:
Jarak antara dua puncak (Hertz, Hz)
xxxiv
Untuk lebih jelasnya kita bisa lihat nilai-nilai konstanta kopling dari beberapa proton
dalam suatu molekul (Gambar 6)
3,30
ppm
7,0 Hz
10,0 Hz
1,90 ppm
12,5 Hz
3,70
ppm
14,0 Hz
CH3
H3C
HO
2,50 ppm
CH3 O
10,0
10,0 10,0
7,0 7,0
7,0
dd
dd
2,50
7,0
7,0
ddd
Gambar 6
Contoh beberapa konstanta kopling:
C. Corak Penjodohan
Proton-proton yang mempunyai pergeseran kimia sama diletakkan dalam satu
kelompok. Kelompok-kelompok proton yang mempunyai perbedaan pergeseran kimia kecil
ditandai dengan huruf A, B, dan C, sedangkan kelompok-kelompok yang mempunyai
perbedaan perbedaan pergeseran kimia besar (/J>10) ditandai dengan huruf A, M, dan X.
Jumlah proton dalam setiap kelompok ditunjukkan oleh angka.
Untuk gugus yang linier (memiliki rotasi bebas) pola puncak akan mengikuti aturan
segitiga Pascal dan J = 6 8 Hz .
xxxv
CH3
Sistem spinA3X2
3H
2H
A6
X2
O
CH3
6H
CH3
2H
Sistem spinA3MX2
1H
X2
O
O
A3
B2
CH3
2H
Sistem spinA3B2X2
3H
2H
Arti sistem spin (gugus linier/ada putaran bebas) adalah sebagai berikut:
SISTEM SPIN
A3X2, A3M2, A3B2
A3M2X2, A3B2X2
MULTIPLISITAS
A (3 puncak, t)
B, M, X (4 puncak, q)
A (3 puncak, t)
B, M (6 puncak, sext)
X (3 puncak, t)
GUGUS YANG
DIIDENTIFIKASI
CH3
A (2 puncak, d)
B, M, X (7 puncak, hept)
CH3
CH3
CH3
D. Indikator Penilaian
Melalui pendekatan SCL indikator penilaian didasarkan pada kemampuan komunikasi ,
menganalisis, kreatifitas, kedisiplinan, kerjasama team, dan kejelasan tentang kopling,
tetapan kopling, multiplisitas dan corak penjodohan yang menunjukkan kelompok-kelompok
proton yag membentuk satu sistem tertentu.
xxxvi
E. Tugas
MATA KULIAH
SEMESTER
: Ganjil 2007/2008
TUGAS KE
: I (satu)
Kopling, tetapan kopling, multiplisitas dan corak penjodohan pada atom H dan
interpretasi kelompok proton yang membentuk suatu sistem tertentu.
b. Yang harus dikerjakan dan batasan-batasan:
Mempelajari tentang tentang kopling, tetapan kopling, multiplisitas dan corak
penjodohan yang menunjukkan kelompok-kelompok proton yag membentuk satu
sistem tertentu.
c. Metodologi/cara pengerjaan, acuan yang digunakan:
Metode Pembelajaran Tutorial, Cooperatif learning dan presentasi. Setiap
kelompok menelusuri literatur untuk dapat mengerjakan tugas yang diberikan
baik melalui buku-buku di perpustakaan, jurnal maupun internet, diskusi
kelompok dan presentasi.
3. KRITERIA PENILAIAN
a. Kognitif: Kemampuan ilmu pengetahuan melaui tugas dan ujian
b. Afektif : Sikap setiap individu melalui kemampuan komunikasi, leadership,
kreativitas, kedisiplinan dan kerjasama team.
c. Psikomotorik: Kemampuan skill dalam analisis data dan presentasi
mengerti betul bagaimana proton satu dan lainnya mengalami kopling dan pengelompokan
bebrapa proton yang berhubungan dapat membentuk satu sistem tertentu. Hal ini memegang
peranan penting karena tanpa pengetahuan tersebut akan mendapat kesulitan dalam
penentuan struktur suatu senyawa.
Dari uraian pada modul ini, maka mahasiswa sudah mempunyai gambaran lebih jauh tentang
sistem-sistem tersebut yang terbentuk dari sekelompok proton yang berhubungan.
DAFTAR PUSTAKA.
1. Bretmaier, E., Structure Elucidation by NMR in Organic Chemistry, John Wiley & Sons,
New York, 1993.
2. Friebolin, H., Basic One and Two Dimentional NMR Spectroscopy, VCH Press, New
York, 1991.
3. Sastrohamidjojo H., Spektroskopi, Penerbit Liberti, Yogyakarta, 1985
4. Williams, D.H., Ian, F., Spectroscopic methods in organic chemistry, 4th Ed., McGRAWHILL Book Company (UK) Limited, London, 1987.
xxxviii
MODUL IV
JUDUL: KARBON NMR, DEPT DAN NMR 2 D
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Data pergeseran kimia telah diuraikan untuk penggunaan secara luas dari faktorfaktor yang dibahas pada modul V, efek-efek atau perubahan struktur molekul yang
mempengaruhi pergeseran kimia pada modul VI, dan kopling yang dapat memberikan
multiplisitas signal proton menjadi berbeda satu dengan yang lainnya serta corak
penjodohan untuk proton pada spektrum
13
sehingga pengetahuan tersebut dapat digunakan untuk interpretasi data dari spektrum
13
NMR. Hal yang tidak kalah pentingnya untuk melengkapi dalam penentuan struktur
adalah 13C NMR, DEPT serta NMR 2D.
Untuk itu pada modul VIII ini akan dibahas tentang 13C NMR, DEPT serta
NMR
13
C. Kaitan Modul
Merupakan modul kedelapan dari delapan modul yang dibahas dalam matakuliah
Penentuan struktur.
xxxix
13
CH-halida
CH-OR
CH-C=C
H-C=C (aromatik)
H-C=O
10
H-C=C (Alken)
8
CH-C=O
4
CH-Alkana
2
CH-R
CH2-R
C=C aroamtik
C=O
220
200
CH3-R
C=C alkena
180
160
140
120
100
80
60
40
20
Gambar 1
Harga pergeseran kimia H dan C
xl
untuk membedakan CH3 dengan Ckuartener, CH2 dan CH. Masing masing sinyal karbon
tersebut dapat dibedakan selain berdasarkan pergeseran kimianya juga posisi signal ke arah
positif dan negatif. Untuk CH3 dan CH posisi signal ke arah positif, CH2 negatif, sedangkan
Ckuartener dapat diketahui dari selisih total karbon yang ada dengan jumlah karbon metil,
metin dan metilen.
DEPT 90
(hanya muncul sinyal CH)
DEPT 135
(C kuartener tidak muncul,
CH dan CH3 +, CH2 -)
CH2-R
C=C aroamtik
C=O
220
200
C=C alkena
180
160
140
120
CH3-R
100
80
60
40
20
Gambar 2
Sinyal karbon yang disortir: teknik dept
Teknik spin dekopling biasa dilakukan untuk mengetahui atom-atom yang termasuk dalam
satu sistem. Misalnya pada sistem AX yang mengalami spliting mempunyai konstanta
kopling Jax , setelah A diradiasi maka X akan menjadi singlet.
C. Spektrum NMR dua dimensi (2D)
a. Heternuclear Multiple Quantum Coherence (HMQC)
Spektrum HMQC dapat memberikan indikasi posisi atom H pada C. Spektrum ini
memberikan korelasi H dengan C dengan jarak satu ikatan melalui kontur yang muncul
pada spektrum. Dengan demikian dari spektrum HMQC ini dapat menetapkan nilai
pergeseran kimia karbon yang memiliki hidrogen.
xli
Rumus
Rumusmolekul
molekul
MS dan 13C-NMR
xlii
UV, NMR
Penentuan
PenentuanDBE
DBE
Diagram 1
Sistematika penentuan struktur
E. Indikator Penilaian
Melalui pendekatan SCL indikator penilaian didasarkan pada kemampuan komunikasi,
menganalisis, kreatifitas, kedisiplinan, kerjasama team, dan kejelasan tentang kegunaan
13
NMR, DEPT dan NMR 2D serta kemampuan menentukan struktur suatu senyawa dengan
cara yang sistematik.
F. Tugas
MATA KULIAH
SEMESTER
: Ganjil 2007/2008
TUGAS KE
: I (satu)
13
1. URAIAN TUGAS:
xliii
a. Materi tugas
13
C NMR, DEPT dan NMR 2D serta penentuan struktur molekul suatu senyawa.
2. KRITERIA PENILAIAN
d. Kognitif: Kemampuan ilmu pengetahuan melaui tugas dan ujian
e. Afektif : Sikap setiap individu melalui kemampuan komunikasi, leadership,
kreativitas, kedisiplinan dan kerjasama team.
f. Psikomotorik: Kemampuan skill dalam analisis data dan presentasi
13
menentukan struktur suatu senyawa dengan cara yang sistematik yang dibahas dalam modul
ini memberikan pemahaman dan kelancaran pada mahasiswa untuk dapat menentukan
struktur suatu senyawa berdasarkan data-data spektroskopi UV, IR dan NMR.
Dari uraian pada modul ini, maka mahasiswa sudah dapat mengaplikasikan pengetahuan
yang diperoleh khususnya tentang data-data spektroskopi dan cara analisisnya untuk
penentuan struktur molekul suatu senyawa.
DAFTAR PUSTAKA.
1. Bretmaier, E., Structure Elucidation by NMR in Organic Chemistry, John Wiley & Sons,
New York, 1993.
xliv
2. Friebolin, H., Basic One and Two Dimentional NMR Spectroscopy, VCH Press, New
York, 1991.
3. Sastrohamidjojo H., Spektroskopi, Penerbit Liberti, Yogyakarta, 1985
4. Williams, D.H., Ian, F., Spectroscopic methods in organic chemistry, 4th Ed., McGRAWHILL Book Company (UK) Limited, London, 1987.
xlv
Oleh:
Prof. Dr. Nunuk Hariani Soekamto, MS
xlvi
Makassar,
Oktober
2008
Pembimbing
Peserta
KOMPENTENSI UTAMA
MINGGU
KE
MATERI
PEMBELAJARAN
BENTUK
PEMBELAJARAN
KOMPENTENSI
AKHIR SESI
dan
INDIKATOR PENIL
xlvii
PEMBELAJARAN
Pengenalan spektra
UV, IR, 1H-NMR,
13
C-NMR dan MS
Cooperative Learning :
Kuliah, Penelusuran
pustaka dan tugas
perorangan
2 s/d 8
Spektrum UV dan
IR
9 s/d 13
Analisis spektra
1
H-NMR, Efek
resonansi dan
simetri terhadap
pergeseran kimia
14
Penguasaan materi;
Kemampuan menjelask
Kopling, konstanta kop
dan corak penjodohan
15
13
15 s/d 16
Penguasaan materi;
Kemampuan menganali
spektrum 13C NMR, DE
NMR 2D.untuk menent
struktur molekul senyaw
tidak diketahui
Kemampuan menjawa
soal
Dapat
menganalisis
spektroskopi
menentukan struktur
senyawa
C NMR, DEPT
dan NMR 2D
Problem Based
earning : Penelusuran
ustaka, Kerja Kelompok
Mengetahui tentang
beberapa spektra dan
membedakannya
secara umum
xlviii
KODE/NAMA DOSEN
Hanapi Usman, MS
JUMLAH PESERTA
PROGRAM STUDI
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
NIM
Nama Mahasiswa
H311 02 023
H311 02 031
H311 02 041
H311 03 003
H311 03 005
H311 03 007
H311 03 009
H311 03 010
H311 03 011
H311 03 016
H311 03 018
Irma Suryani
Taufik
Abdul Muis
Umi Kalsum
Arjuna
Satriadi
Sriaty Pala'langan
Amalia Patabang
Rima Yanti
Adriani Nurnasrah A
A. Saidah P. Indah
Lestari
Penguasaan
konsep dan
kejelasan
uraian
(5%)
Sikap,
keterampilan
dan keaktifan
(2,5%)
Kemutahiran
bahan pustaka
(2,5%)
KONTRAK PEMBELAJARAN
Nama Mata Kuliah
: Penentuan Struktur
Kode Mata Kuliah
: 431H312
Pembelajar
: Prof. Dr. Nunuk
(NH)/Prof. Dr. Hanapi Usman, MS (HU)
Smester
: Ganjil
Hari/Jam
: Senin
Ruang Kuliah
: KD1
Hariani
Soekamto,
MS.
xlix
Dapat
menganalis
Violet dan I
(5%)
Penguasaan
Identifikasi
panjang
gelombang
(2,5%)
dan MS
3. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mampu menjelaskan perbedaan beberapa spektra (UV, IR, NMR, MS)
dan menganalisisnya.
2. Mampu menjelaskan perbedaan antara spektrum NMR 1-D dan 2-D dan
menganalisisnya
3. Mampu menyusun langkah analisis data sspektroskopi lengkap secara
sistematik untuk dapat mengetahui struktur molekul suatu senyawa
tertentu.
Spektrum NMR-2D
li
7. TUGAS-TUGAS
1. Buku bacaan materi kuliah telah dimiliki dan dibaca oleh mahasiswa
sebelum mengikuti kuliah
2. Mahasiswa diwajibkan menyelesaikan tugas yang diberikan dan
dkumpulkan sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan.
8. KRITERIA PENILAIAN
Kriteria yang dinilai pada mata kuliah ini sebagai berikut:
1. Penguasaan konsep dan kejelasan uraian; Sikap, keterampilan dan
keaktifan di kelas; Kemutahiran bahan pustaka (10%)
2. Penguasaan Identifikasi panjang gelombang UV dan daerah serapan
gugus fungsi dari IR; spektrum 1H-NMR , spektrum 13C-NMR kopling
konstan dan unit molekul (20%)
3. Kemampuan mengaplikasikan data spektroskopi UV, IR, NMR, dan MS
untuk menentukan struktur molekul senyawa yang diketahui (20%)
4. Kemampuan menganalisis data spektroskopi UV, IR, NMR, dan MS
untuk menentukan struktur molekul senyawa yang belum diketahui
(25%)
5. Ujian Kompetensi (25%)
Penentuan nilai akhir (A,B,C,D dan E)
A = > 85
B = >75 85
C = >60 74
D = >45 59
E = <45
9. NORMA AKADEMIK
lii
Topik Bahasan
Kontrak Pembelajaran dan
Pendahuluan
Pengenalan Spektrum UV dan IR
IV
VI
VII
Analisis Spektrum IR
VIII
Spektrum 1H-NMR
IX
Spektrum 1H-NMR
Spektrum
DEPT
XI
Spektrum
HMQC
NOESY, COSY
XII
Spektrum HMBC
XIII
XiV
XV
XVI
13
C-NMR
dan
HSQC,
Model SCL
Dosen
HU
HU
HU
HU
HU
HU
HU
HU
NH
NH
NH
NH
NH
NH
NH+HU
NH+HU
liii
LEMBARAN KONSULTASI
NAMA COACH
NAMA COACHY
SOEKAMTO, MS.
NO
TANGGAL
REKOMENDASI/CATATAN
TTD
COACH
liv
MENGETAHUI,
KONSULTAN COACHING CLINIC SCL
lv