ACARA I
II.
TUJUAN PERCOBAAN
III.
DASAR TEORI
Asam lemak bebas terbentuk sebagai akibat dekomposisi
trigliserida membentuk mono atau digliseridakarena reaksi hidrolisis, baik
secara kimiawi maupun secara enzimatik. Kandungan tinggi rendahnya
sam lemak bebas dalam minyak sawit, saat ini masih menjadi indikator
ukuran mutu konsumen komersial (refiners).
Asam lemak bebas yang rendah menunjukan bahwa minyak
sawit tersebut diolah dari buah yang baik, segar, proses produksi optimal,
serta penanganan penyimpanan dan pengelolaan transportasi ynag baik.
Kandungan asam lemak bebas yang tinggi akan menyebabkan
tingginya losses dan akan menimbulkan masalah pada tahapan bleaching
di dalam refinery, juga menurunkan stabilitas produk akhir, serta
mempengaruhi densiti minyak sawit. Penelitian menunjukan bahwa setiap
pertambahan 1 % asam lemak bebas menurunkan 0,2kg/m2, implikasinya
sudah tentu akan mempengaruhi tonase penjualan dan produksi CPO,
(Anonim, 2013).
Asam lemak bebas adalah asam lemak yang berada sebagai
asam bebas tidak terikat sebagai trigliserida. Asam lemak bebas dihasilkan
oleh proses hidrolisis dan oksidasi biasanya bergabung dengan lemak
netral. Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan ALB.
Reaksi ini akan dipercepat dengan adanya faktor-faktor panas, air,
keasaman, dan katalis (enzim). Semakin lama reaksi ini berlangsung, maka
semakin banyak kadar ALB yang terbentuk.
Kadar Asam Lemak Bebas
Kadar asam lemak bebas dalam minyak kelapa sawit, biasanya
hanya dibawah 1%. Lemak dengan kadar asam lemak bebas lebih besar
dari 1%, jika dicicipi akan terasa pada permukaan lidah dan tidak berbau
Aturan penamaan
Beberapa aturan penamaan dan simbol telah dibuat untuk
menunjukkan karakteristik suatu asam lemak. Nama sistematik dibuat
untuk menunjukkan banyaknya atom C yang menyusunnya (lihat asam
alkanoat). Angka di depan nama menunjukkan posisi ikatan ganda setelah
atom pada posisi tersebut. Contoh: asam 9-dekanoat, adalah asam dengan
10 atom C dan satu ikatan ganda setelah atom C ke-9 dari pangkal (gugus
karboksil). Nama lebih lengkap diberikan dengan memberi tanda delta ()
di depan bilangan posisi ikatan ganda. Contoh: asam 9-dekanoat.
Simbol C diikuti angka menunjukkan banyaknya atom C yang
menyusunnya; angka di belakang titikdua menunjukkan banyaknya ikatan
ganda di antara rantai C-nya). Contoh: C18:1, berarti asam lemak berantai
C sebanyak 18 dengan satu ikatan ganda.
Lambang omega () menunjukkan posisi ikatan ganda
dihitung dari ujung (atom C gugus metil).
Beberapa asam lemak
Berdasarkan panjang rantai atom karbon (C), berikut sejumlah
asam lemak alami (bukan sintetis) yang dikenal. Nama yang disebut lebih
dahulu adalah nama sistematik dari IUPAC dan diikuti dengan nama
trivialnya.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
asilsintase
III
(KAS-III)
memadukan
Nilai gizi
Asam lemak mengandung energi tinggi (menghasilkan banyak
ATP). Karena itu kebutuhan lemak dalam pangan diperlukan. Diet rendah
lemak dilakukan untuk menurunkan asupan energi dari makanan.
Asam lemak tak jenuh dianggap bernilai gizi lebih baik karena
lebih reaktif dan merupakan antioksidan di dalam tubuh.
Posisi ikatan ganda juga menentukan daya reaksinya. Semakin
dekat dengan ujung, ikatan ganda semakin mudah bereaksi. Karena itu,
asam lemak Omega-3 dan Omega-6 (asam lemak esensial) lebih bernilai
gizi dibandingkan dengan asam lemak lainnya. Beberapa minyak nabati
(misalnya -linolenat) dan minyak ikan laut banyak mengandung asam
lemak esensial (lihat macam-macam asam lemak).Karena mudah
terhidrolisis dan teroksidasi pada suhu ruang, asam lemak yang dibiarkan
terlalu lama akan turun nilai gizinya. Pengawetan dapat dilakukan dengan
menyimpannya pada suhu sejuk dan kering, serta menghindarkannya dari
kontak langsung dengan udara,(Anonima, 2013).
IV.
1. Timbangan Analit
: 1 Buah
2. Erlenmeyer
: 1 Buah
: 1 Buah
4. Gelas Ukur
: 1 Buah
5. Pipet Volume
: 1 Buah
B. BAHAN
: 50 ml
3. Indikator PP
: 5 Tetes
4. NaOH 0,1 N
: 0,4 ml
V.
LANGKAH KERJA
1.
2.
3.
4.
VI .
HASIL PENGAMATAN
A. HASIL PERHITUNGAN % FFA
% FFA =
x 100%
= 0,204
B. TABEL PENGAMATAN
ml
Berat
Bahan
NaOH
Sampel
Minyak 0,4
5 gram
goreng
Warna
N
%FFA
NaOH Awal Akhir
0,1
Jernih Merah 0,204
jambu
VII.
PEMBAHASAN
Dari praktikum untuk mencari persentase FFA minyak goreng
kelapa sawit, kami menyediakan beberapa alat dan bahan diantaranya:
erlenmeyer sebanyak 1 buah, timbangan analit sebanyak 1 buah, buret dan
statif masing-masing sebanyak 1 buah, gelas ukur 1 buah, pipet volume 1
buah dan bahan seperti: sampel minyak goreng sebanyak 5 gram yang
telah di timbang dengan timbangan analit, N Heksan sebanyak 50 ml,
Indikator PP sebanyak 5 tetes, dan NaOH sebanyak 0,4 ml. Setelah itu
menimbang sampel minyak goreng sebanyak 5 gram di dalam erlenmeyer.
Kemudian menambahkan 50 ml N Heksan, lalu dikocok hingga tercampur.
Setelah itu menitrasikan dengan NaOH 0,1 N tetes demi tetes sampai
timbul warna merah jambu yang dapat bertahan minimal 30 detik.
Kemudian kami menghitung persentase FFA dari hasil percobaan kami
seperti berikut:
% FFA
x 100%
= 0,204
Dari hasil pengamatan yang kami peroleh selama praktikum, maka dapat
di peroleh hasil persentase sebanyak 0,204 %. Jika kita membandingkan
dengan Standar Nasional Indonesia tentang presentase asam lemak bebas
yang di perbolehkan adalah seperti keterangan berikut:
Crude palm olein (Revisi. SNI 01-0016-1987)
1. Ruang Lingkup
Standar ini meliputi acuan, definisi, syarat mutu, cara pengambilan
contoh, cara uji, cara penqemasan dan syarat penandaan untuk Crude
palm olein.
2. Acuan
1.
2.
3.
4.
Hartley, C.W.S., 1977, The Oil Palm Logman. Inc. New York.
5.
6.
7.
8.
9.
10. The American Oil Chemist Society, 1994. Official Methods and
Recommended Practices of the AOCS Vol. I 4th ed AOCS Press
Washington, DC.
3. Definisi
Crude palm olein ialah minyak fraksi cair berwarna kuning kemerahan
yang diperoleh dengan cara fraksinasi. minyak kalapa sawit (crude palm
oil) dan belum menjadi proses pemurnian
SNI 01-3191-1992, Minyak nabati.
No
1.
Jenis Uji
Satuan
Persyaratan
Keadaan:
1.1.
Warna
Normal
1.2.
Normal
Titik leleh
Maks. 24
Maks. 0,22
Maks. 5,0
g Iod/ 100 g
Min. 56
(sebagai asam
palmitat),
b/b
5.
Bilangan Iod
6.
Cemaran logam
6.1
Besi (Fe)
mg/kg
Maks. 5
6.2
Tembaga (Cu)
mg/kg
Maks. 0,4
6.3
Timbal (Pb)
mg/kg
Maks. 0,1
7.
mg/kg
Maks. 0,1
VIII. KESIMPULAN
1. Sebelum praktikum kita harus menyiapkan alat dan bahan yang di
perlukan dalam praktikum agar dalam praktikum lancar.
2. Penghitungan penimbangan berat sampel tergantung ketelitian masing
masing orang, jadi harus teliti menggunakan timbangan analit.
3. Alat-alat yang digunakan harus steril di cuci hingga bersih dan kering,
serta memasukan bahan bahan dengan takaran yang tidak jauh dari
ketetapan praktikum.
4. Minyak goreng atau sampel yang telah di uji tahap akhir Menitrasikan
dengan NaOH 0,1 N tetes demi tetes sampai timbul warna merah
jambu yang dapat bertahan minimal 30 detik. Kemudian di hitung
persentase FFAnya menghasilkan angka persentase sebanyak 0,204%.
5. Hasil pengamatan praktikum perhitungan persentase FFA 0,204% jika
dibandingkan dengan persentase FFA SNI 0,5% masih baik di
konsumsi dan tidak bahaya, sebab masih di bawah standar maksimum
persentase FFA SNI.
DAFTAR PUSTAKA
Anonima. 2013. Asam Lemak. http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_lemak. ( 19
November2013).
Anonimb. 2013.
Asam
Lemak
Bebas
(FFA).
http://thi.fp.unsri.ac.id/index.php/posting/71. (19 November 2013 )