( )
[
Z1 = Cv
Z2 = Cv [
)]
( ( ) )
( ) (
( )
( )]
L=
( )
dengan:
r(d)
Z2
jarak d km,
r(0)
Cv
= Koefisien variasi,
stasiun diekstrapolasi,
d(0)
di
mana
korelasi
dalam km,
A
dalam km2,
Selanjutnya, digambar jaring-jaring segitiga sama sisi dengan panjang sisi sama dengan
jarak antar stasiun hujan (L).
dengan :
Px =
Nilai
data
hujan
yang
tahunan stasiun A
tahunan stasiun B
tahunan stasiun C
n
dengan :
Px =
Nilai
data
hujan
yang
= Koefisien regresi
dimana :
dimana :
(km2).
c. Metode Isohyet
Isohyet adalah garis lengkung yang menghubungkan tempat-tempat kedudukan yang
mempunyai curah hujan yang sama. Isohyet diperoleh dengan cara menggambar
kontur tinggi hujan yang sama, lalu luas area antara garis ishoyet yang berdekatan
diukur dan dihitung nilai rata-ratanya. Curah hujan daerah metode Isohyet dihitung
dengan persamaan berikut :
dimana :
E. Analisa Frekuensi
Analisis frekuensi dapat diartikan sebagai suatu cara untuk memprediksi suatu
besaran curah hujan di masa yang akan datang dengan menggunakan data curah
hujan di masa yang lalu berdasarkan suatu pemakaian distribusi frekuensi. Dalam
melakukan sebuah analisis frekuensi diperlukan data curah hujan, yaitu curah hujan
maksimum. Teori distribusi dapat digunakan untuk menyelesaikan persamaan umum tinggi
hujan untuk analisis frekuensi, seperti:
- Distribusi Normal
dimana :
XT = Perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T
dimana :
= Nilai variat X yang diharapkan terjadi pada peluang atau periode ulang
t tahun
log
= Logaritma rata-rata
c. Koefisien kemencengan
(
(
)(
dimana :
Cs
= koefisien kemencengan
= jumlah data
- Distribusi Gumbel
dimana:
Xt
Xt
= standar deviasi
Sn
= Nilai reduksi variat dari variabel yang diharapkan terjadi pada periode
ulang tertentu
Yn