Anda di halaman 1dari 3

MANAJEMEN PAKAN UDANG

YANG BAIK
AWAS PAKAN BERLEBIH
Pakan dan teknis pemberian pakan
merupakan factor yang paling utama
dalam berbudidaya udang. Baik dalam
jumlah maupun dalam kualitas yang
mengatur ekosistem tambak. Maksud
jumlah disini adalah jumlah meterinya
dan biaya yang dikeluarkan. Sedangkan
kualitas adalah berperan dalam memberi
nutrisi pada udang agar udang tumbuh
dengan baik juga dapat menjaga
keseimbangan lingkungan tempat hidup
udang (air tambak dan sedimen, red).
Dalam budidaya udang secara intensive
seperti budidaya udang yang ada dibumi
bahari ini sangat bergantung pada pakan
buatan dalam membesarkan udang
peliharaan. Banyak dari kita yang
mungkin masih berpikiran bahwa jika
untuk mendapatkan pertumbuhan yang
sangat baik, sebaiknya pakan yang kita
berikan sebanyak-banyaknya. Kalau kita
berpikir secara matematika dalam
membesarkan
udang
mungkin
pernyataan tersebut benar, dimana jika
makan satu maka berat akan bertambah
satu, dan jika makan 2 maka berat akan
bertambah 2. tapi mungkinkah itu akan
terjadi
pada
udang
kita?
Udang bukanlah seperti balon dimana
diisi air satu liter maka volume balon
akan bertambah satu liter (1000 cm3).
Udang mempunyai batas maksimum
makan sesuai dengan ukuran tubuhnya.
Udang mungkin lebih mirip manusia.
Jika setiap hari seseorang biasa mampu
makan 2 piring, suatu saat di beri makan
tiga piring masih mampu menghabiskan
makanan tersebut, namun jika ditambah
lagi menjadi 4 piring kemungkinan
orang tersebut tidak akan mampu. Dan ia
akan dapat makan lagi setelah perutnya
kosong kembali. Begitu juga dengan
udang, jika perut udang sudah penuh
dengan pakan maka udang tersebut akan
berhenti mengambil makanan dan
menunggu hingga beberapa jam lagi

untuk mengambil makanan setelah


perutnya kosong kembali. Perut udang
berada
dibagian
kepala
(dalam
lingkaran) sedangkan yang kita lihat
dibagian punggung sepanjang tubuhnya
adalah usus udang yang berisikan ampas
makanan. Makanan udang di hancur dan
diserap sari patinya pada bagian perut
tersebut
sedangkan
ampasnya
dikeluarkan
melalui
usus.
Hal ini jelas bahwa udang mempunyai
batas maksimum pakan yang dimakan
hingga ia tidak lagi mengisi perutnya
sampai kembali kosong. Jika batas
makanan yang dimakannya per ekor
udang dikalikan dengan jumlah udang
yang ada ditambak makan sudah dapat
ditentukan
berapa
pakan
yang
seharusnya diberikan sesuai dengan
jumlah udang yang ada. Batas
maksimum makanan yang mampu
dimakan oleh tiap udang berbeda
menurut berat udang. Seorang petambak
udang
seharusnya
sudah
dapat
memperkirakan berapa banyak pakan
yang dibutuhkan pada jumlah udang
tertentu dan berat udang tertentu yang
dihitung berdasarkan feeding rate
(persentase kebutuhan pakan harian
berdasarkan
berat
udang).
Nah bagaimana jika pakan yang kita
berikan
berlebih?
Udang dalam tambak yang memakan
makanan sama halnya dengan kita yang
sedang berada dalam suatu ruangan dan
melakukan aktivitas makan dalam
ruangan tersebut. Jika kita makan
makanan yang lebih dari kemampuan
kita maka pakan tersebut akan bersisa.
Sisa makan kita letakkan dalam ruangan
tersebut. Sewaktu kita lapar kembali dan
kita akan memakan makanan yang sisa
tadi ternyata sudah tidak dapat dimakan
karena sudah basi. Kemudian kita
diberikan lagi makanan yang berlebih.
Dan bersisa lagi. Sisanya juga basi. Hal
ini berlangsung dalam waktu berharihari sehingga makanan sisa yang basi
dan membusuk bertambah setiap harinya
didalam ruangan tempat kita tinggal.
1

Kita bisa bayangkan apa yang akan


terjadi? Kemungkinan ruangan tempat
kita berada tersebut akan terjadi bau
yang tidak sedap. Jelas udaranya tidak
segar seperti awalnya dan bibit penyakit
yang ditimbulkan dari sisa makanan
yang bususk tadi akan mengakibatkan
kita jadi stress, sehingga kekebalan
tubuh akan menurun dan penyakit akan
mudah
masuk
ketubuh
kita.
Udang yang kita pelihara dalam tam bak
dan kita beri makan setiap hari sama
halnya dengan cerita diatas. Jika pakan
yang kita berikan ke udang berlebih
maka pakan tersebut akan membusuk.
Dalam waktu yang cukup lama makanan
yang busuk tadi dapat mengakibatkan
lingkungan tempat hidup udang manjadi
tidak sehat lagi. Udang akan stress dan
kekebalan tubuhnya akan menurun
sehingga bibit penyakit akan mudah
menyerang tubuh udang. Akibatnya
udang tidak mau makan dan ditambah
dengan penyakit yang menyerang maka
udang
akan
mati.
Selain
kelebihan
pakan
yang
mengakibatkan kondisi buruk terhadap
udang, juga berpengaruh terhadap
tingkat racun yang ada dalam tambak.
Pakan yang tidak termakan oleh udang
akan menghasilkan bahan organic yang
mengandung protein. Protein ini jika
tidak terurai dengan sempurna akan
menghasilkan racun berupa nitrit dan
ammonia yang dapat membunuh udang
jika pada batas tidak dapat ditolirir oleh
udang. Sisa pakan juga mengandung
sulfur. Sulfur dalam tambak jika sangat
banyak dan tidak ada unsur Fe yang
mengikatnya makan sulfur ini akan
berikatan dengan hydrogen membentuk
hydrogen sulfide atau yang lebih dikenal
H2S. Hydrogen sulfide ini sangat toksit
bagi udang. Dan juga bagi manusia.
Hydrogen sulfide dapat memblokir
oksigen yang masuk ke dalam tubuh.
Akibatnya oksigen tidak dapat masuk ke
dalam darah dan mangakibatkan udang
menjadi lemah hingga mengakibatkan
kematian. Kalaupun ada sebagian udang

menghidarnya dengan naik kepermukaan


perairan tambak, maka udang tersebut
akan stress dalam waktu yang
berkepanjangan. Akibatnya walaupun ia
hidup namun tidak akan terjadi
pertumbuhan yang normal. Karena
udang selalu dalam keadaan stress
sepanjang
waktu.
Sulfur yang terdapat pada dasar tambak
udang yang manajemen pakannya tidak
terkontrol akan meningkat setiap
siklusnya. Peningkatan sulfur ini juga
dapat mempengaruhi dalam ketersediaan
Fe dalam tambak yang dibutuhkan oleh
fitoplankton untuk berkembang. Hal ini
karena sulfur selalu berikatan dengan Fe
membentuk FeS yang ditandai dengan
tanah dasar tambak yang berwarna
kehitaman. Jika jumlah Fe dalam tambak
semakin berkurang maka sulit bagi
fitoplankton untuk tumbuh. Itulah
sebabnya banyak tambak kesulitan
dalam
menumbuhkan
fitoplankton
meskipun pupuk anorganik maupun
organic telah banyak diberikan seperti
urea, sp 36, dan pupuk dari
hasilfermentasi.
Selain dari masalah kualitas baik udang
maupun ekosistem tempat hidup udang
yang ditimbulkan oleh kelebihan pakan
yang diberikan, ada hal yang paling
penting. Adapun hal itu adalah
menyangkut
kelangsungan
siklus
budidaya untuk siklus-siklus berikutnya.
Ada apa dengan kelangsungan siklus
budidaya dan perusahaan kita yang
tercinta
ini?
Pakan merupakan suatu unsur yang
terbesar
dalam
sususnan
biaya
operasional budidaya udang. Hampir
70% dari biaya operasional budidaya
udang adalah dari pembelian pakan. Nah
jika dari 70% biaya tadi sebenarnya
terdapat biaya pakan yang seharusnya
tidak perlu keluar, maka
bisa
dibayangkan berapa banyak uang yang
telah dihambur-hamburkan. Sebagai
2

contoh suatu tambak panen dengan hasil


7695 kg udang. Pakan yang telah
dipergunakan dengan indikasi FCR
(Feed Conversion Ratio) 1.78 yaitu
sebanyak 13.697 kg. Dari total pakan
tersebut sebenarnya ada pakan yang
terbuang akibat kesalahan dalam
pengaturan pemberian pakan atau
kelebihan pakan sebanyak 16.66%
(16.66% dihitung dari pakan yang
seharusnya dibutuhkan dengan FCR
1.5). Pakan yang terbuang tersebut
sebesar 2.154 kg. Jika harga rata-rata
pakan sebesar Rp. 8.800 per kilogram,
maka biaya pakan yang terbuang itu
adalah sebesar Rp. 18.955.200,- Jika hal
ini terus terjadi dalam setiap bulannya
tanpa kita sadari kerugian terus
bertambah,
dan
tidak
menutup
kemungkinan suatu tambak tidak mampu
lagi menjalankan usahanya karena
kerugian
yang
terus
terjadi..
Beban yang ditanggung akibat kelebihan
pakan yang sebenarnya tidak perlu
terjadi, dipikul juga oleh nelayan
penangkap ikan. Suatu pabrik pakan
sudah memprediksi atau merencanakan
kebutuhan bahan-bahan pembuatan
pakan beberapa bulan sebelum pakan
siap digunakan di tambak-tambak.
Perhitungan didasarkan pada kebutuhan
stndar pakan yang telah ditentukan dan
kemampuan pabrik membuat pakan.
Artinya kebutuhan ikan sebagai salah
satu bahan utama dalam membuat pakan
sudah diperhitungkan kepada penyedia
ikan. Penyedia ikan tentunya tidak
terlepas dari para nelayan yang
menangkap ikan. Jika perhitungan pakan
yang semula sudah direncanakan dan
informasi kebutuhan ikan sebagai bahan
pembuat pakan sudah sampai kepada
nelayan, dan tiba-tiba kebutuhan pakan
meningkat akibat pemborosan pakan
yang berarti juga kebutuhan ikan
meningkat, maka akan membuat repot
para nelayan. Apalagi tidak setiap bulan
nelayan dapat menangkap ikan karena
tergantung musim. Ini berarti akan
meningkatkan biaya yang dibutuhkan

untuk ketersediaan ikan yang cukup.


Ternyata dari penjelasan diatas tentang
kelebihan pakan yang terjadi dan
seharusnya tidak perlu terjadi maka
dapat ditarik beberapa hal penting,
yaitu
:
1. Kelebihan pakan dapat menyebabkan
lingkungan tambak menjadi buruk.
2. Dapat menyebabkan sistem kekebalan
tubuh
udang
menurun.
3. Penyakit akan mudah menyerang
udang
4. Dapat menimbulkan gas beracun dan
membunuh
udang.
5.
Dapat
menyulitkan
dalam
pembentukan fitoplankton akibat ion Fe
berkurang karena terikat oleh sulfur dari
sisa
pakan.
6. Terjadi pemborosan biaya produksi
udang.
7. Terjadi pemborosan biaya dalam
menyediakan bahan pembuat pakan.
8. Memberi beban yang terlalu berat
pada
nelayan
penangkap
ikan.
Mudah-mudahan dari tulisan yang saya
buat ini dapat menyentuh hati dan
pikiran para teknisi dan petambak udang
di Indonesia, agar menyadari bahaya
yang ditimbulkan akibat kelebihan pakan
dalam budidaya udang. Dan selanjutnya
dapat menyusun strategi yang baik
dalam management (pengaturan) pakan
yang effisien dan efektif sehingga pakan
yang diberikan dapat meningkatkan
pertumbuhan yang baik bagi udang,
tidak merusak lingkungan tambak
sebagai tempat hidup udang, dapat
mengkondisikan udang agar tetap sehat,
tidak terjadi pemborosan biaya, dan
tidak membebani masyarakat nelayan
tangkap, dan menghasilkan keuntungan
bagi semua.

Anda mungkin juga menyukai