Tujuan
Peserta dapat memahami tahapan penyusunan rencana zonasi WP-3-K (RZWP-3-K) serta
mekanisme penetapan rencana zonasi Propinsi/Kab./Kota menjadi Peraturan Daerah.
Topik
Durasi
Modul ini diberikan selama 90 menit.
Metode
Materi di dalam modul ini disampaikan dengan pendekatan partisipatif dan menggunakan
metode yang interaktif .
Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan dalam penyampaian modul meliputi: presentation slides,
LCD/Proyektor, laptop, flipchart, pointer laser serta perlengkapan untuk simulasi dan diskusi
kelompok sesuai kebutuhan.
1-1
Modul 1
Proses Penyusunan Rencana Zonasi
Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
tahapan.
1-2
RZWP-3-K memiliki jangka waktu hingga 20 tahun dan dapat ditinjau paling tidak selama
5 tahun sekali serta penetapan dengan Peraturan Daerah.
3) Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RPWP-3-K)
Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
memuat
susunan
kerangka kebijakan,
prosedur, dan
rangka
pemerintah
mengenai kesepakatan penggunaan sumber daya atau kegiatan pembangunan di zona yang
ditetapkan. RPWP-3-K berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat ditinjau kembali sekurangkurangnya 1 (satu) kali dan ditetapkan dengan Peraturan Gubernur atau Peraturan
Bupati/Walikota.
4) Rencana Aksi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RAWP-3-K)
Rencana Aksi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah tindak lanjut
Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang memuat tujuan, sasaran,
anggaran, dan jadwal untuk satu atau beberapa tahun ke depan secara terkoordinasi untuk
melaksanakan berbagai kegiatan yang diperlukan oleh instansi pemerintah, pemerintah daerah,
dan pemangku kepentingan lainnya guna mencapai hasil pengelolaan sumber daya pesisir
dan pulau-pulau kecil di setiap Kawasan perencanaan. RAPWP-3-K berlaku 1 (satu) sampai
dengan 3 (tiga) tahun dan ditetapkan dengan Peraturan Gubernur atau Peraturan
Bupati/Walikota.
Modul ini membatasi pembahasan pada penyusunan RZWP-3-K.
A.
1-3
2. Otoritas dan
tingkat
kepentingan
Stakeholders
3. Tingkat
kepentingan dan
lokasinya
4. Tingkat kepentingan
Stakeholders dalam
proses perencanaan?
Tidak
ada
otoritas,
pengguna aktif di
laut,
sangat
tergantung dgn
kualitas air.
Sangat
tinggi
karena
butuh
kualitas air yang
baik di lokasinya,
pendukung
sumber ekonomi
nelayan
Sangat
berpengaruh
and memiliki kelompok
nelayan
yang
terorganisir baik. Dekat
dengan DKP setempat
krn
mendapatkan
bantuan
modal/alat
tangkap,dll
*Catatan:
5. Saran
Keterlibatan
dalam proses
penyusunan
RZWP-3-K
Anggota Pokja/
FGD/ Konsultasi
Publik/
Responden
/
Gatekeeper/ Key
Informan Person/
dll
6. Pengaruh
Stakeholders
dalam
Implementasi
RZWP-3-K
Kepatuhan dan
kerjasama
Stakeholders ini
sangat penting
2. Sosialisasi
Sosialisasi perlu dilaksanakan sebelum dilakukan penyusunan RZWP-3-K. Sosialisasi
dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai pengelolaan
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil termasuk di dalamnya terkait kebijakan dan program
terkait penyusunan RZWP-3-K, menumbuhkan rasa kepemilikan dari para pemangku
kepentingan terhadap rencana yang berlangsung di daerahnya. Sosialisasi perlu dilakukan
untuk menghindari konflik di kemudian hari, sehingga pada saat sosialisasi harus melibatkan
berbagai pihak terkait. Sosialisasi selayaknya diikuti oleh target peserta seperti tercantum
dalam tabel 1.2.
Tabel 1.2 Tujuan dan Sasaran Peserta Sosialisasi Penyusunan RZWP-3-K
Tujuan
Agar masyarakat mengenal,
mengetahui, dan memahami
tentang kebijakan dan program
Menjelaskan rencana
penyusunan dokumen
perencanaan WP-3-K dan
menumbukan rasa kepemilikan
Stakeholder terhadap rencana
yang berlangsung di daerahnya
Meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan Stakeholder
terhadap pengelolaan wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil
Target Peserta
1) Pemerintah
SKPD daerah yang terdiri dari :
Pemerintah Provinsi
1. Bappeda Provinsi
2. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Pemerintah Kabupaten/Kota
1. Bappeda
2. Dinas Kelautan dan perikanan
3. Dinas Pekerjaan Umum
4. BPN
5. Dinas Kehutanan
6. Dinas Pertanian
7. Dinas Pariwisata
8. Dinas Perhubungan
9. Dinas Perindustrian
10. Dinas Lingkungan hidup.
1-4
Tujuan
Target Peserta
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
Metode
Hasil
Pengumuman
Pemutaran film
Kota sasaran
berisikan
sosialisasi
contoh kasus
Diskusi/
Pemerintah
seminar/
perencanaan WP-3-K
Daerah (Dinas
tentang Pengelolaan
pertemuan
Kelautan dan
terbuka
partisipasi dari
Perikanan atau
Media cetak
Bappeda)
Kebijakan RZWP-3-K
dan media
didapatkan suatu
Harmonisasi Rencana
elektronik
Jo, Undang-undang
Pulau-Pulau Kecil
Lokasi
pemerintah daerah
(RTRW) dengan
Rencana Zonasi
setempat
Kabupaten/
Kantor
Adanya pemahaman
Pulau-Pulau Kecil
tentang RZWP-3-K
(RZWP-3-K)
sebagai instrumen
1-5
Target Peserta
Metode
Hasil
Simulasi
Pemutaran
peningkatan
a sasaran
film
pemahaman dalam
bimtek
berisikan
penyusunan RZWP-
Kantor
Pemetaan
contoh
3-K
RZWP-3-K
Pengumpulan dan
RZWP-3-K Berbasis
Lokasi
Adanya
Kabupaten/Kot
Pemerintah
kasus
Daerah (Dinas
Diskusi/
Kelautan dan
seminar/
Perikanan atau
Pertimbangan dan
pertemuan
Bappeda)
Penentuan, Delineasi,
terbuka
Mitigasi Bencana
Data Informasi, Kriteria,
serta Pengaturan
1-6
B.
2007 jo Undang-undang No. 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil dan
peraturan menteri yang mengatur tentang perencanaan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil. Setiap langkah dalam proses penyusunan RZWP-3-K merupakan langkah yang harus dilalui
untuk menghasilkan Peraturan Daerah Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Adapun
langkah-langkah penyusunan RZWP-3-K dapat dilihat dalam diagram berikut:
1-7
Persiapan
TAHAPAN
Persiapan
Pengumpulan Data
Survei Lapangan
Pengolahan dan
Analisis Data
Penyusunan Dokumen
Awal
Peta-peta tematik
Hasil Pendeskripsian terhadap peta-peta tematik yang disusun
disusundisuusnyangtelahdisusun
Penyampaian Draft Dokumen Awal RZWP3K
Menjaring masukan
Konsultasi Publik
9
0
10
11
Penetapan
Ranperda
RZWP-3-K
PROSES / OUTPUT
Penentuan Usulan
Alokasi Ruang
Penyusunan Dokumen
Antara
Konsultasi Publik
Penyusunan Dokumen
Final
13
Permohonan
Tanggapan/Saran
13
Pembahasan
Ranperda
14
Penetapan
1-8
1-4
Jangka waktu yang dibutuhkan dalam proses penyusunan RZWP-3-K Kabupaten/Kota hingga
dokumen final selesai diupayakan seefektif mungkin, minimal selama 2 (dua) tahun / 24 (dua puluh
empat) bulan dan jangka waktu maksimal adalah lima (5) tahun. Jangka waktu minimal proses
penyusunan RZWP-3-K dapat dilihat pada Gambar 1.3.
(KAK)/Terms of Reference (TOR) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB). Rencana kerja adalah
langkah-langkah yang dibuat untuk mencapai target yang disertai dengan jadwal waktu
pelaksanaan dan personil yang melaksanakan. Target yang akan dicapai adalah tersusunnya
Peraturan Daerah (PERDA) mengenai Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.
Kerangka Acuan Kerja (KAK) / Terms of Reference (TOR) adalah dokumen perencanaan
yang memberikan gambaran umum mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan.
2) Pengumpulan Data
Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh gambaran awal tentang isu
permasalahan, potensi, pemanfaatan ruang, dan pemanfaatan sumberdaya laut, pesisir dan
pulau-pulau kecil di lokasi perencanaan, yang digunakan sebagai data awal dalam membuat
peta dasar, peta tematik dan peta rencana kerja. Data tersebut merupakan hasil
penelitian/studi yang dilakukan lembaga lain (sekunder).
Proses pengumpulan data sekunder dilakukan melalui penelurusan dokumendokumen berupa laporan, peta, gambar dari citra satelit, hasil-hasil penelitian yang
terdapat di instansi terkait (instansi pemerintah/pemerintah daerah, perguruan tinggi, LSM,
lembaga-lembaga riset, internet, dll.). Data sekunder yang akan dikumpulkan dalam survei
lapangan akan meliputi kebijakan, data spasial, kondisi fisik wilayah, kondisi sosial budaya,
kondisi ekonomi, kondisi pemanfaatan ruang saat ini, kondisi ekologi dan rencana/studi
terkait lainnya.
(Primer
dan
Sekunde
r)
1-2
1-5
Data spasial merupakan data utama yang diperlukan dalam penyusunan peta RZWP3-K. Data spasial tersebut terdiri dari 12 dataset yang terdiri dari dua (2) dataset dasar
(baseline dataset) dan 10 dataset tematik (thematic datasets). Jenis data yang digunakan
dalam penyusunan rencana zonasi dibedakan untuk kabupaten dan kota, yang terdiri atas:
a) Peta dasar dan citra satelit
b) Data spasial dasar
c) Data spasial dan non spasial tematik
Data dasar dan tematik untuk pemetaan rencana RWP-3-K propinsi, kabupaten, dan
kota memiliki skala, ketelitian dan kedetilan informasi yang berbeda, yaitu:
a) Propinsi
: skala 1:250.000
b) Kabupaten
: skala 1:50.000
c) Kota
: skala 1:25.000
skala
akurasi geometri
kedetailan data
kedalaman data
kemutakhiran data
kelengkapan atribut
b) Kuantitas
Secara kuantitas yakni apabila memenuhi ketentuan kelengkapan jenis data.
Data yang dibutuhkan untuk penyusunan RZWP-3-K sebagaimana tercantum dalam Tabel
1.6.
Tabel 1.6. Jenis dan Sumber Data serta Kegunaannya dalam penyusunan RZWP-3-K
No
KATEGORI
DATA
JENIS DATA/PETA
Peta Tanah
Terestrial
Topografi
SUMBER DATA
INSTANSI
& SKALA
PENYEDIA DATA
KEGUNAAN
Peta Tanah
skala 1 :
250.000, 1 :
BIG, BAPPEDA
50.000 dan
1 : 25.000 (dari
untuk kriteria
Peta RTRW)
kesesuaiannya
Peta Rupabumi
Indonesia
BIG, BAPPEDA
skala 1 :
250.000, 1 :
memerlukan data
1-6
No
KATEGORI
DATA
JENIS DATA/PETA
SUMBER DATA
INSTANSI
& SKALA
PENYEDIA DATA
KEGUNAAN
50.000 dan
1 : 25.000 (dari
kesesuaiannya
Peta RTRW)
Peta Rupabumi
Kemiringan Lereng
Indonesia
skala 1 :
250.000, 1 :
BIG, BAPPEDA
50.000 dan
memerlukan data
1 : 25.000 (dari
Peta RTRW)
kriteria kesesuaiannya
Peta
Lingkungan
Bathimetri
2
Bathimetri
Pantai
Indonesia skala
1 : 250.000, 1 :
perairan yang
BIG
memerlukan data
batimetri untuk kriteria
50.000 dan 1 :
kesesuaiannya
25.000
Peta Geologi
Geologi dan
geomorfologi dasar
laut (Substrat dasar)
3.
dan
geomorfologi
- P3GL
dasar laut
- Dit. Vulkanologi
skala 1 :
Kementerian
250.000, 1 :
ESDM
Geologi dan
50.000 dan
Geomorfologi
1 : 25.000
Geomorfologi
Peta Land
System
RePProT (dari
BIG, BAPPEDA
Peta RTRW)
Oseanografi Fisik:
a. Pasut
b. Gelombang
4
Oseanografi
c. Arus
d. Suhu Permukaan
e. Kecerahan
f. Total Suspended
Peta
oseanografi fisik
skala 1 :
250.000, 1 :
50.000, 1 :
25.000
Dishidros, KKP,
LIPI, Instansi
terkait,
perairan yang
Perguruan
memerlukan data
Tinggi
1-7
No
KATEGORI
DATA
JENIS DATA/PETA
SUMBER DATA
INSTANSI
& SKALA
PENYEDIA DATA
KEGUNAAN
Solid (TSS)
Oseanografi Kimia
Dishidros, KKP,
pH, salinitas,COD,
Peta
LIPI, Instansi
BOD, Ammonia
oseanografi
terkait,
(NH3-N)+, Nitrat
kimia skala 1 :
Perguruan
(NO3-N), Nitrit
250.000, 1 :
Tinggi
50.000, 1 :
25.000
Logam berat
Dishidros, KKP,
Oseanografi Biologi
Peta
LIPI, Instansi
oseanografi
terkait,
Klorofil, Plankton,
biologi skala 1 :
Perguruan
Benthos
250.000, 1 :
Tinggi
50.000, 1 :
25.000
Peta
Penggunaan
Penggunaan Lahan
Lahan
BIG, BAPPEDA
skala 1 :
250.000, 1 :
50.000, 1 :
Penggunaan
5.
25.000 (dari
Lahan dan
Peta RTRW)
Status Lahan
pengembangannya
Peta status
lahan skala 1 :
Status Lahan
250.000, 1 :
50.000, 1 :
BPN, BAPPEDA
25.000 (dari
Peta RTRW)
Peta
Pemanfaatan
6
Wilayah Laut
Eksisting
Pemanfaatan
Wilayah Laut
Eksisting
Pemanfaatan
Wilayah
Perairan/Laut
skala 1 :
KKP, Instansi
terkait
250.000, 1 :
50.000, 1 :
1-8
No
KATEGORI
DATA
JENIS DATA/PETA
SUMBER DATA
INSTANSI
& SKALA
PENYEDIA DATA
KEGUNAAN
25.000
Peta Kawasan
Konservasi
Kawasan Konservasi
skala 1 :
250.000, 1 :
KKP
50.000, 1 :
25.000
Peta alur laut
Alur Laut
skala 1 :
250.000, 1 :
50.000, 1 :
25.000
Kawasan Strategis
Nasional Tertentu
Peta KSNTskala
1 : 250.000, 1 :
50.000, 1 :
25.000
Kemenhub,
Kementerian
ESDM, KKP, LIPI,
Instansi terkait
KKP, TNI,
Kemenhub,
Kemenparekraf
Peta
Sumberdaya Air
Permukaan dan
Sumberdaya Air
Sumberdaya
1 : 250.000, 1 :
Air
Tanah
50.000, 1 :
dan rencana
pengembangannya
25.000
(dari Peta
RTRW)
Penentuan alokasi
ruang untuk
penangkapan ikan
demersal yang
Ekosistem
membutuhkan data
Pesisir dan
Sumberdaya
8
Peta Mangrove
Mangrove
mangrove sebagai
skala 1 :
Baplan-
indikator keberadaan
250.000, 1 :
Kemenhut, BIG,
sumberdaya
Kelimpahan
50.000, 1 :
LIPI, KKP
perikanan.
Ikan)
25.000
Penentuan alokasi
ruang untuk
budidaya komoditas
perikanan yang
membutuhkan data
mangrove sebagai
1-9
No
KATEGORI
DATA
JENIS DATA/PETA
SUMBER DATA
INSTANSI
& SKALA
PENYEDIA DATA
KEGUNAAN
kriteria
kesesuaiannya.
Penentuan alokasi
ruang untuk kawasan
konservasi.
Penentuan kawasan
ekowisata.
Penentuan alokasi
ruang untuk
penangkapan ikan
demersal yang
membutuhkan data
terumbu karang,
lamun dan substrat
dasar sebagai
indikator keberadaan
Peta Terumbu
sumberdaya
Karang, Lamun
Terumbu Karang,
dan Substrat
Dasar
Dasar
skala 1 :
perikanan.
Penentuan alokasi
ruang untuk
budidaya komoditas
250.000, 1 :
perikanan yang
50.000, 1 :
membutuhkan data
25.000
terumbu karang,
lamun dan substrat
dasar sebagai kriteria
kesesuaiannya.
Penentuan alokasi
ruang untuk kawasan
konservasi.
Penentuan kawasan
ekowisata.
Peta Daerah
Daerah
Penangkapan Ikan
(Fishing Ground) &
Jenis dan
Kelimpahan Ikan
Penangkapan
Ikan (Fishing
Penentuan alokasi
ruang untuk
penangkapan ikan
skala 1 :
250.000, 1 :
50.000,
1:
1 - 10
No
KATEGORI
DATA
JENIS DATA/PETA
SUMBER DATA
INSTANSI
& SKALA
PENYEDIA DATA
KEGUNAAN
25.000
Lokasi Sarana dan
Prasarana Kelautan
dan Perikanan
Infrastruktur Umum:
Bandara, terminal,
pasar umum,
pelabuhan umum,
kawasan industri,
Peta Lokasi
kantor pemerintah,
Sarana dan
sekolah, rumah
Prasarana
sakit/puskesmas,
Kelautan dan
bangunan
Perikanan
wisata/sejarah
skala 1 :
250.000, 1 :
Infrastruktur
Infrastruktur
50.000, 1 :
25.000
10
Peta Eksisting
dan Rencana
Jaringan Sistem
Peta
Prasarana skala
Infrastruktur
1 : 250.000, 1 :
PU, Kemen
50.000, 1 :
Perhubungan
25.000
Data Kependudukan
Peta
Demografi dan
dan Sosial:
Kependudukan
Sosial
- Populasi:jumlah,
dan Sosial
kepadatan dan
skala 1 :
BPS, BAPPEDA
1 - 11
No
KATEGORI
DATA
JENIS DATA/PETA
SUMBER DATA
INSTANSI
& SKALA
PENYEDIA DATA
distribusi umur
250.000, 1 :
(time series 10
50.000, 1 :
tahun)
25.000 (time
- Trend
KEGUNAAN
series),
pertumbuhan
populasi : tingkat
kelahiran dan
kematian (time
series 10 tahun)
- Pendidikan umum
- Mata Pencaharian
- Agama
- Budaya
- Tingkat akses dan
keterlayanan
fasilitas publik:
listrik, air bersih,
sanitasi,
kesehatan,
pendidikan
- Lembaga
Masyarakat, LSM
- Masyarakat
hukum adat
- Wilayah nelayan
tradisional
Tingkat
perekonomian
wilayah:
- Pendapatan
perkapita provinsi
11
Ekonomi
- Pertumbuhan
WIlayah
Pendapatan
perkapita provinsi
- Angkatan kerja
dan tingkat
Peta
perekonomian
wilayah
skala 1 :
250.000, 1 :
50.000, 1 :
25.000
Kesesuaian alokasi
ruang darat
(time series)
pengangguran per
kabupaten
- Tenaga kerja di
1 - 12
No
KATEGORI
DATA
JENIS DATA/PETA
SUMBER DATA
INSTANSI
& SKALA
PENYEDIA DATA
KEGUNAAN
bidang perikanan,
pertanian,
kehutanan, dll
- Populasi dan
kepadatan
nelayan
- Pendapatan di
sektor perikanan
- Produksi
perikanan dan
sektor -sektor lain
- Potensi
pengembangan
sumberdaya
perikanan dan
kelautan
- Jumlah wisatawan
- Pendapatan ratarata dan
pengeluaran per
sektor
Peta sebaran
daerah rawan
dan risiko
bencana
BNPB, BMKG,
bencana
skala 1 :
KKP
alokasi ruang
darat
250.000, 1 :
12
Risiko Bencana
50.000, 1 :
dan
25.000
Pencemaran
Peta sebaran
Kesesuaian
Analisis non
spasial
daerah
Peta sebaran daerah
pencemaran
pencemaran
skala 1 :
250.000, 1 :
BNPB, LIPI,
KemenLH, BLHD
Kesesuaian alokasi
ruang perairan
50.000, 1 :
25.000
Sumber: Dit. Tata Ruang Laut Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (2014)
Apabila ketersediaan data belum memenuhi persyaratan kualitas dan kuantitas di
atas maka perlu dilakukan survei lapangan. Jenis data, fungsi, dan manfaat data yang
1 - 13
Observasi
Pengambilan sampel
Pengukuran
Wawancara
Penyebaran kuesioner
1 - 14
Gambar 3.4 Ilustrasi Contoh Ilustrasi Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir Eksisting di Kab.
Banggai
1 - 15
Pendahuluan
- Dasar Hukum Penyusunan RZWP-3-K
- Profil Wilayah
- Isu-isu Strategis Wilayah
- Peta-peta yang minimal mencakup peta orientasi wilayah
2)
Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
3)
Pemanfaatan
4)
No
1
DATASET
Terestrial
1. Peta Tanah *
Bathimetri
4. Peta Bathimetri
Oseanografi
1 - 16
No
DATASET
Sumberdaya Air
Infrastruktur
10
11
Ekonomi Wilayah
12
1 - 17
7)
Konsultasi Publik I
Selanjutnya Dokumen Awal RZWP-3-K wajib dilakukan konsultasi publik untuk
memverifikasi data dan informasi, dan untuk mendapatkan masukan, tanggapan atau
saran. Konsultasi publik adalah suatu proses penggalian dan dialog masukan, tanggapan
dan sanggahan antara pemerintah daerah dengan pemerintah, dan pemangku kepentingan
di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang dilaksanakan antara lain melalui rapat,
musyawarah/rembug desa, dan lokakarya. Tahap ini merupakan pelaksanaan konsultasi
publik I (pertama). Hasil konsultasi publik dituangkan ke dalam Berita Acara (Lampiran 1),
dilengkapi dengan notulensi, daftar hadir, dan dokumentasi.
Tabel 1.11 Tujuan, Hasil dan Sasaran Peserta Konsultasi Publik I
Tujuan
Memverifikasi data
dan informasi
Menjaring
masukan,
tanggapan, koreksi
dan usulan
terhadap data dan
informasi.
Output
Informasi potensi
dan permasalahan
di wilayah
perencanaan
verifikasi data dan
informasi
Tanggapan berupa
masukan/usulan
Target Peserta
1) Pemerintah
SKPD daerah yang terdiri dari :
Pemerintah Provinsi
1. Bappeda Provinsi
2. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Pemerintah Kabupaten/Kota
1. Bappeda
2. Dinas Kelautan dan perikanan
3. Dinas Pekerjaan Umum
4. BPN
5. Dinas Kehutanan
6. Dinas Pertanian
7. Dinas Pariwisata
8. Dinas Perhubungan
9. Dinas Perindustrian
10. Dinas Lingkungan hidup.
11. Dinas Pendapatan Daerah
12. BUMD
13. BPBD
14. Administrasi Pelabuhan
15. dll.
2) TNI AL dan POLAIRUD
3) LSM
4) Perguruan Tinggi/Akademisi
5) Ormas
6) Kelompok Masyarakat (Masyarakat Hukum
Adat, Masyarakat Lokal, dan Masyarakat
Tradisional)
7) Camat, Lurah/Kepala Desa
8) Dunia Usaha di Bidang Kelautan dan Perikanan
1 - 18
Metode pelaksanaan
Fokus group Discussion
(FGD)
Rembug Desa
(dapat dilakukan dengan
menerapkan model Simulasi)
Lokasi
Kantor Pemerintah Daerah
(Dinas Kelautan dan perikanan
atau Bappeda)
Kantor kecamatan/
Kelurahan
1 - 19
1 - 20
Keterangan
kawasan
yang
dipergunakanuntuk
tahun 2007
industri
maritim,
pariwisata,
merupakan kawasan
Pelayaran di Laut
dilindungi
Kawasan Strategis Nasional Tertentu adalah
kriteria;
negara,
hidup,
yang
bagi
dan/atau
pengendalian
situs
lingkungan
warisan
pengembangannya
kepentingan nasional
dunia,
diprioritaskan
batas-batas
maritim
kedaulatan
negara;
1 - 21
Gambar 1.6 Contoh Ilustrasi Klasifikasi Kawasan di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Peta Rencana Alokasi Ruang WP-3-K Kabupaten atau Kota disusun berdasarkan peta
paket sumberdaya dan/atau kesesuaian terhadap kriteria. Diagram alir penyusunan peta
rencana alokasi ruang berdasarkan peta paket sumberdaya sebagai berikut:
1 - 22
Penentuan alokasi ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil harus memperhatikan
hal-hal, sebagai berikut:
1) Penentuan Kawasan Konservasi
Penentuan Kawasan konservasi harus memperhatikan keberadaan wilayah
yang berpotensi menjadi kawasan konservasi. Kawasan konservasi ditetapkan untuk
wilayah yang memiliki ciri khas tertentu yang dilindungi untuk mewujudkan
pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil yang berkelanjutan. Pembagian kawasan
konservasi disesuaikan dengan jenis/kategori kawasan konservasi yang ada di
Kabupaten/Kota.
2) Penentuan Kawasan Strategis Nasional Tertentu (KSNT)
1 - 23
Penentuan Kawasan Strategis Nasional Tertentu memperhatikan kriteriakriteria: batas-batas maritim kedaulatan negara; kawasan yang secara geopolitik,
pertahanan dan keamanan negara; situs warisan dunia; pulau-pulau kecil terluar
yang menjadi titik pangkal dan/atau habitat biota endemik dan langka.
3) Penentuan Kawasan Pemanfaatan Umum
Penentuan Kawasan Pemanfaatan Umum memperhatikan kriteria:
tidak
b.
c.
d.
memperhatikan koridor pemasangan kabel laut dan pipa bawah laut; dan
e.
suhu, salinitas, kecepatan dan arah arus, pasang surut, tinggi dan panjang
gelombang, warna perairan, substrat dasar, kedalaman perairan, dan tipologi
kelandaian dasar laut. Kecepatan dan arah arus akan memberikan indikasi terhadap
pola pergerakan dan alur migrasi ikan, sementara keterkaitan suhu, salinitas,
kedalaman perairan, kontur dasar, dan warna perairan memberikan informasi
perairan optimum terhadap ikan-ikan target tangkapan yang dikehendaki. Alur
migrasi biota laut, dapat berupa : alur migrasi cetacea, tuna, penyu belimbing, penyu
lekang, paus dll.
Selanjutnya, penentuan arahan pemanfaatan alokasi ruang wilayah pesisir dan pulaupulau kecil dilakukan melalui penentuan zona dan sub zona atau arahan pemanfaatannya
pada masing-masing kawasan. Penentuan zona pada masing-masing kawasan dilakukan
1 - 24
dengan menggunakan metode kesesuaian perairan. Hasil kesesuaian perairan dan contoh
peta alokasi ruang dapat dilihat pada ilustrasi gambar di bawah ini.
Gambar 1.8 Ilustrasi Contoh Pembagian Kawasan menjadi Zona (Subandono, 2008)
Deliniasi batas kawasan, zona dan sub-zona ditampilkan pada Peta yang menggunakan grid
dengan sistem koordinat lintang (longitute) dan bujur (latitute) pada lembar peta yang
diterbitkan oleh lembaga yang berwenang.
Setelah diperoleh Peta Alokasi Ruang selanjutnya dilakukan analisis nonspasial :
a. Analisis Kebijakan dan Kewilayahan
Analisis Kebijakan digunakan untuk melihat kedudukan wilayah perencanaan terhadap
kebijakan rencana tata ruang nasional/provinsi/Kabupaten/Kota, dan menyesuaikan
perencanaan yang dibuat dengan kebijakan pembangunan daerah, dengan tujuan agar
tidak terjadi tumpang tindih kegiatan. Disamping itu, analisis yang didasarkan pada
kebijakan pembangunan nasional, termasuk kebijakan geopolitik dan pertahanan
keamanan. Sedangkan analisis kewilayahan merupakan analisis untuk melihat
kecenderungan perkembangan kawasan di wilayah perencanaan berdasarkan potensi fisik
wilayah dan kondisi ekonomi, sosial budaya yang ada.
b.
1 - 25
Analisis Infrastruktur
Analisis infrastruktur di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil bertujuan untuk mengetahui
sebaran infrastruktur yang ada, sebagai data dasar dalam pengembangan struktur wilayah
dan acuan dalam analisis proyeksi kebutuhan sarana dan prasarana kelautan dan
perikanan. Kondisi infrastruktur dapat diketahui berdasarkan data sekunder yang telah
ada dan observasi langsung di lapangan. Pemetaan dilakukan dengan cara digitalisasi data
sekunder dan plotting lokasi secara langsung di lapangan, meliputi sarana dan prasarana
transportasi, air bersih, listrik dan energi, sanitasi, dan prasarana lainnya.
d.
e.
f.
1 - 26
g.
Analisis isu dan permasalahan perencanaan di wilayah pesisir dan pulau -pulau
kecil
Identifikasi ini meliputi antara lain:
Identifikasi daerah rawan bencana: banjir, tsunami, erosi, abrasi, sedimentasi, akresi
garis pantai, subsiden/longsoran tanah, gempa bumi
Identifikasi masalah lingkungan dan pencemaran: intrusi air laut/asin, polusi,
kerusakan ekosistem/habitat hutan mangrove, kerusakan ekosistem/habitat terumbu
karang
Identifikasi daerah konservasi/perlindungan: kawasan lindung nasional/kawasan
konservasi yang ditetapkan secara nasional (taman nasional, taman laut, cagar alam,
suaka alam laut), kawasan konservasi yang sedang diusulkan oleh daerah, dan daerah
perlindungan laut lokal
Identifikasi aktivitas di daratan yang berpengaruh terhadap kegiatan pada kawasan
perairan
Konflik penggunaan lahan
Konflik sosial
Kesenjangan ekonomi antar wilayah pesisir dengan wilayah daratan utama.
h.
1 - 27
berinteraksi sehingga diperlukan pihak ketiga yang membantu proses penyelesaian konflik.
Idealnya pihak ketiga tersebut tidak mendominasi proses penyelesaian konflik dan atau
mempunyai kuasa untuk membuat keputusan melainkan bertindak sebagai fasilitator
komunikasi dan peace builder, yang sering disebut sebagai mediator.
i. Penyelarasan, Penyerasian dan Penyeimbangan dengan RTRW
Rencana alokasi ruang yang dihasilkan perlu dilakukan penyelarasan, Penyerasian dan
Penyeimbangan antara RZWP-3-K dengan RTRW sesuai UU No.27 Tahun 2007 Jo. UU No. 1
Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Selain itu, juga
perlu
diserasikan,
diselaraskan,
dan
diseimbangkan
dengan
RZWP-3-K
propinsi/kabupaten/kota yang bersebelahan atau berhadapan.
Tujuan penyelarasan, penyerasian dan penyeimbangan antara RZWP-3-K dengan RTRW
adalah untuk mereview dan membandingkan draft dokumen antara RZWP-3-K dengan
rencana lain yang telah disahkan dan untuk merevisi draft dokumen antara RZWP-3-K
tersebut, sehingga konsisten dengan rencana-rencana dan program-program yang
bersesuaian yang telah disahkan.
Penyelarasan, penyerasian dan penyeimbangan tersebut dilakukan melalui tiga (3) cara
berikut ini:
(1) Menyelaraskan/ mengadopsi pola ruang dan struktur ruang daratan pesisir RTRW ke
dalam RZWP-3-K
(2) Menyerasikan alokasi ruang perairan pesisir dan pulau-pulau kecil dalam RZWP-3-K
yang bersinggungan dengan pola ruang dalam RTRW
(3) Menyeimbangkan/memadukan rencana Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang
telah ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan ke dalam alokasi
ruang perairan pesisir dalam RZWP-3-K.
j. Penyusunan Pernyataan pemanfaatan Ruang dan Peraturan Pemanfaatan Ruang
Pernyataan pemanfaatan ruang merupakan hasil akhir dari serangkaian proses
penyusunan rencana alokasi ruang. Penyusunan pernyataan pemanfaatan ruang dilengkapi
dengan peraturan pemanfaatan ruang yang berisi ketentuan persyaratan pemanfaatan
ruang dan ketentuan pengendaliannya yang disusun untuk setiap zona peruntukan dalam
RZWP-3-K Kabupaten/Kota, terdiri dari kegiatan yang boleh dilakukan dan tidak boleh
dilakukan serta kegiatan yang hanya dapat dilakukan setelah memperoleh izin. Arahan
pemanfaatan ruang hasil konsep dan rencana dilakukan konsultasi publik II (kedua).
k. Rekomendasi terhadap RTRW dan Rencana Pembangunan Lainnya
Hasil penyerasian, penyelarasan, dan penyeimbangan RZWP-3-K dengan RTRW, RZW-3-K
dapat digunakan sebagai pertimbangan di dalam penetapan struktur dan pola ruang yang
terdapat didalam RTRW. Rekomendasi terhadap RTRW, meliputi :
(1) Alokasi ruang di WP3K untuk kegiatan-kegiatan yang memiliki keterkaitan terhadap
sumberdaya di WP3K;
(2) Kawasan Strategis Nasional Tertentu (KSNT) dapat menjadi muatan kawasan strategis
RTRW;
(3) Penetapan Kawasan Strategis WP3K dapat menjadi muatan kawasan strategis
Kab/Kota pada RTRW.
1 - 28
Memverifikasi atau
Hasil
Tanggapan, masukan
konsultasi publik
sebelumnya
konsultasi sebelumnya
Kesepakatan publik
Target Peserta
1) Unsur pemerintah
Pemerintah Pusat
Pemerintah Daerah
1. Bappeda
2. Dinas Kelautan
dan perikanan
3. Dinas Pekerjaan
Umum
1 - 29
Tujuan
Hasil
Menginformasikan hasil
alokasi ruang
Target Peserta
4.
5.
6.
7.
8.
BPN
Dinas Kehutanan
Dinas Pertanian
Dinas Pariwisata
Dinas
Perhubungan
9. Dinas
Perindustrian
10. Dinas Lingkungan
hidup.
11. Dinas
Pendapatan
Daerah
12. BUMD
13. dll
2) TNI AL dan POLAIRUD
3) DPRD
4) LSM
5) Perguruan
Tinggi/Akademisi
6) Ormas
7) Kelompok Masyarakat
8) Camat, Lurah/Kepala Desa
9) Pers
10) Dunia Usaha di Bidang
Kelautan dan Perikanan
Tabel 1.16 Materi, Metode dan Lokasi Konsultasi Publik II Penyusunan RZWP-3-K
Materi
Metode pelaksanaan
Fokus Group Discussion
Lokasi
(FGD)
Rembug Desa
Penyelarasan ,
menerapkan model
penyerasian dan
Simulasi)
kantor kecamatan/kelurahan
penyeimbangan dengan
RTRW
Hasil dari konsultasi publik II (kedua) adalah diperolehnya kesepakatan pemanfaatan ruang
(kawasan/zona/subzona).
1 - 30
Final
merupakan
perbaikan
Dokumen
Antara
yang
telah
dikonsultasipublikkan. Sistematika dokumen final RZWP-3-K (lampiran 4), sekurangkurangnya terdiri atas:
1) Pendahuluan yang memuat Dasar Hukum Penyusunan RZWP3K, Profil Wilayah, Isu-isu
Strategis Wilayah, Peta-peta yang minimal mencakup peta orientasi wilayah;
2) Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Kabupaten/Kota;
3) Deskripsi Potensi Sumberdaya Pesisir dan Pulau-pulau Kecil dan Kegiatan Pemanfaatan
4) Rencana Alokasi Ruang;
5) Peraturan Pemanfaatan Ruang;
6) Indikasi program;
7) Album Peta Tematik dan Album Peta RZWP-3-K; dan
8) Draft Rancangan Perda RZWP-3-K.
12) Permintaan Tanggapan dan/atau Saran
Dokumen Final RZWP-3-K selanjutnya dimintakan tanggapan dan/atau saran kepada
Menteri Kelautan dan Perikanan dan Gubernur. Berdasarkan UU Nomor 27 Tahun 2007
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 pasal 14 dan
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 16 Tahun 2008 pasal 26, mekanisme
pemberian tanggapan dan/atau saran, adalah sebagai berikut :
(1) Bupati/walikota menyampaikan Dokumen Final RZWP-3-K kabupaten/kota kepada
gubernur dan Menteri untuk mendapatkan tanggapan dan/atau saran.
(2) Gubernur atau Menteri memberikan tanggapan dan/atau saran terhadap dokumen
final RZWP-3-K dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kerja.
(3) Gubernur atau Menteri dalam memberikan tanggapan dapat melibatkan lembaga yang
mengkoordinasikan penataan ruang nasional atau daerah.
(4) Tanggapan atau saran perbaikan oleh gubernur atau bupati/walikota dipergunakan
sebagai bahan perbaikan Dokumen Final RZWP-3-K.
(5) Dalam hal tanggapan dan/atau saran tidak dipenuhi, maka dokumen RZWP-3-K dapat
diberlakukan secara definitif.
1 - 31
1 - 32
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Tata Ruang Laut Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (2011). Ketentuan Mengenai Penyusunan
RZWP-3-K Kab/Kota. Jakarta: Direktorat Tata Ruang Laut Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.
Direktorat Tata Ruang Laut Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (2011). Ketentuan Mengenai Penyusunan
RZWP-3-K Provinsi. Jakarta: Direktorat Tata Ruang Laut Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.
Direktorat Tata Ruang Laut Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (2011). Modul Bimbingan Teknis
Penyusunan Perencanaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Jakarta: Direktorat Tata
Ruang Laut Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.
Direktorat Tata Ruang Laut Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (2013). Pedoman Teknis Pemetaan Rencana
Zonasi Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Provinsi dan Kabupaten/Kota. Jakarta: Direktorat
Tata Ruang Laut Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.
Direktorat Tata Ruang Laut Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (2013). Pedoman Teknis Penyusunan RZWP3-K Provinsi. Jakarta: Direktorat Tata Ruang Laut Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.
Direktorat Tata Ruang Laut Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (2013). Pedoman Teknis Penyusunan RZWP3-K Kabupaten/Kota. Jakarta: Direktorat Tata Ruang Laut Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 16 Tahun 2008 tentang Perencanaan Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 jo Undang-undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Undang-undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial.
1 - 33