Anda di halaman 1dari 38

Modul 1

Proses Penyusunan Rencana Zonasi


Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

Tujuan
Peserta dapat memahami tahapan penyusunan rencana zonasi WP-3-K (RZWP-3-K) serta
mekanisme penetapan rencana zonasi Propinsi/Kab./Kota menjadi Peraturan Daerah.
Topik

Langkah-langkah pra penyusunan RZWP-3-K

Tahapan Penyusunan RZWP-3-K

Muatan dan Sistematika RZWP-3-K

Durasi
Modul ini diberikan selama 90 menit.
Metode
Materi di dalam modul ini disampaikan dengan pendekatan partisipatif dan menggunakan
metode yang interaktif .
Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan dalam penyampaian modul meliputi: presentation slides,
LCD/Proyektor, laptop, flipchart, pointer laser serta perlengkapan untuk simulasi dan diskusi
kelompok sesuai kebutuhan.

1-1

Modul 1
Proses Penyusunan Rencana Zonasi
Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

MELIPUTI APA SAJAKAH PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL?


Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (WP-3-K) meliputi perencanaan,
pemanfaatan, pengawasan dan pengendalian terhadap interaksi manusia dalam memanfaatkan
sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil (UU Nomor 27 Tahun 2007 Jo UU No. 1 Tahun 2014
Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil).
Dalam mengelola wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil perlu mengintegrasikan kegiatan antara
pemerintah dan pemerintah daerah, antara pemerintah daerah satu dengan pemerintah daerah yang
lain, antar sektor yang berkepentingan, antara seluruh stakeholders (pemerintah, dunia usaha, dan
masyarakat), antara ekosistem yang ada di darat dengan yang ada di laut serta mengintegrasikan
segala ilmu pengetahuan yang terkait dengan upaya pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil. Untuk itu diperlukan perencanaan yang melingkupi semua aspek tersebut.
Perencanaan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil meliputi:
1) Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RSWP-3-K)
RSWP-3-K adalah rencana yang memuat arah kebijakan lintas sektor untuk kawasan
perencanaan pembangunan melalui penetapan tujuan, sasaran, dan strategi yang luas, serta
target pelaksanaan dengan indikator yang tepat.
RSWP-3-K memiliki durasi waktu hingga 20 tahun dan dapat ditinjau paling tidak selama 5
tahun sekali. RSWP-3-K harus mempertimbangkan isu strategis yang muncul dalam pengelolaan
wilayah pesisir di daerah masing-masing, seperti isu pemanfaatan sumberdaya, degradasi
sumberdaya pesisir dan laut, isu daerah potensi bencana, isu konflik antar pengguna
sumberdaya, dan lain-lain. RSWP-3-K ditetapkan dengan Peraturan Gubernur atau Peraturan
Bupati/Walikota sesuai kewenangannya.
2) Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP-3-K)
Rencana Zonasi adalah rencana yang menentukan arah penggunaan sumber daya tiaptiap satuan perencanaan disertai dengan penetapan struktur dan pola ruang pada kawasan
perencanaan yang memuat kegiatan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan serta
kegiatan yang hanya dapat dilakukan setelah memperoleh izin (Undang-undang No. 27 Tahun
2007). Rencana ini merupakan salah satu dokumen yang memuat rencana yang bersifat spasial
(keruangan).

Penyusunan Rencana Zonasi WP-3-K

(RZWP-3-K) membutuhkan beberapa

tahapan.

1-2

RZWP-3-K memiliki jangka waktu hingga 20 tahun dan dapat ditinjau paling tidak selama
5 tahun sekali serta penetapan dengan Peraturan Daerah.
3) Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RPWP-3-K)
Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
memuat

susunan

kerangka kebijakan,

Pulau-Pulau Kecil adalah rencana yang

prosedur, dan

tanggung jawab dalam

pengoordinasian pengambilan keputusan di antara berbagai lembaga/instansi

rangka

pemerintah

mengenai kesepakatan penggunaan sumber daya atau kegiatan pembangunan di zona yang
ditetapkan. RPWP-3-K berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat ditinjau kembali sekurangkurangnya 1 (satu) kali dan ditetapkan dengan Peraturan Gubernur atau Peraturan
Bupati/Walikota.
4) Rencana Aksi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RAWP-3-K)
Rencana Aksi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah tindak lanjut
Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang memuat tujuan, sasaran,
anggaran, dan jadwal untuk satu atau beberapa tahun ke depan secara terkoordinasi untuk
melaksanakan berbagai kegiatan yang diperlukan oleh instansi pemerintah, pemerintah daerah,
dan pemangku kepentingan lainnya guna mencapai hasil pengelolaan sumber daya pesisir
dan pulau-pulau kecil di setiap Kawasan perencanaan. RAPWP-3-K berlaku 1 (satu) sampai
dengan 3 (tiga) tahun dan ditetapkan dengan Peraturan Gubernur atau Peraturan
Bupati/Walikota.
Modul ini membatasi pembahasan pada penyusunan RZWP-3-K.
A.

APA LANGKAH-LANGKAH YANG HARUS DILAKUKAN SEBELUM MENYUSUN RZWP-3-K ?


1. Identifikasi para pemangku kepentingan (stakeholders)
Sebelum dilaksanakan sosialisasi, dilakukan identifikasi para pemangku kepentingan
dengan menggunakan metode stakeholders analysis yang meliputi identifikasi pemangku
kepentingan, tingkat otoritas yang dimiliki, tingkat kepentingan masing-masing pemangku
kepentingan terhadap sumberdaya dan perencanaan RZWP-3-K, pengaruh pemangku
kepentingan dalam implementasi RZWP-3-K (untuk lebih jelasnya dapat melihat contoh yang
ditampilkan pada tabel 3.3). Langkah-langkah ini dilaksanakan untuk melihat peluang dan
hambatan yang akan terjadi selama penyusunan RZWP-3-K. Analisis ini diharapkan dapat
menghasilkan pendekatan dan strategi untuk melancarkan pelaksanaan penyusunan RZWP3-K.

1-3

Tabel 1.1 Contoh Identifikasi Pemangku Kepentingan*


1. Daftar
Stakeholders;
SKPD, kelompok
users dan masy
pesisir
Kelompok
nelayan
bagan
tancap

2. Otoritas dan
tingkat
kepentingan
Stakeholders

3. Tingkat
kepentingan dan
lokasinya

4. Tingkat kepentingan
Stakeholders dalam
proses perencanaan?

Tidak
ada
otoritas,
pengguna aktif di
laut,
sangat
tergantung dgn
kualitas air.

Sangat
tinggi
karena
butuh
kualitas air yang
baik di lokasinya,
pendukung
sumber ekonomi
nelayan

Sangat
berpengaruh
and memiliki kelompok
nelayan
yang
terorganisir baik. Dekat
dengan DKP setempat
krn
mendapatkan
bantuan
modal/alat
tangkap,dll

*Catatan:

5. Saran
Keterlibatan
dalam proses
penyusunan
RZWP-3-K
Anggota Pokja/
FGD/ Konsultasi
Publik/
Responden
/
Gatekeeper/ Key
Informan Person/
dll

6. Pengaruh
Stakeholders
dalam
Implementasi
RZWP-3-K
Kepatuhan dan
kerjasama
Stakeholders ini
sangat penting

Langkah ini juga ditambahkan skoring analisis pemangku kepentingan, termasuk

disertainya berita acara berisikan data kuota anggota untuk verifikasi.

2. Sosialisasi
Sosialisasi perlu dilaksanakan sebelum dilakukan penyusunan RZWP-3-K. Sosialisasi
dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai pengelolaan
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil termasuk di dalamnya terkait kebijakan dan program
terkait penyusunan RZWP-3-K, menumbuhkan rasa kepemilikan dari para pemangku
kepentingan terhadap rencana yang berlangsung di daerahnya. Sosialisasi perlu dilakukan
untuk menghindari konflik di kemudian hari, sehingga pada saat sosialisasi harus melibatkan
berbagai pihak terkait. Sosialisasi selayaknya diikuti oleh target peserta seperti tercantum
dalam tabel 1.2.
Tabel 1.2 Tujuan dan Sasaran Peserta Sosialisasi Penyusunan RZWP-3-K
Tujuan
Agar masyarakat mengenal,
mengetahui, dan memahami
tentang kebijakan dan program
Menjelaskan rencana
penyusunan dokumen
perencanaan WP-3-K dan
menumbukan rasa kepemilikan
Stakeholder terhadap rencana
yang berlangsung di daerahnya
Meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan Stakeholder
terhadap pengelolaan wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil

Target Peserta
1) Pemerintah
SKPD daerah yang terdiri dari :
Pemerintah Provinsi
1. Bappeda Provinsi
2. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Pemerintah Kabupaten/Kota
1. Bappeda
2. Dinas Kelautan dan perikanan
3. Dinas Pekerjaan Umum
4. BPN
5. Dinas Kehutanan
6. Dinas Pertanian
7. Dinas Pariwisata
8. Dinas Perhubungan
9. Dinas Perindustrian
10. Dinas Lingkungan hidup.

1-4

Tujuan

Target Peserta

2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)

11. Dinas Pendapatan Daerah


12. Dinas Pertambangan/ESDM
13. BUMD
14. dll.
TNI AL dan POLAIRUD
DPRD
LSM
Perguruan Tinggi/Akademisi
Kelompok Masyarakat (Masyarakat Hukum Adat,
Masyarakat Lokal, dan Masyarakat Tradisional)
Camat, Lurah/Kepala Desa
Dunia Usaha di Bidang Kelautan dan Perikanan
Pers

Dalam mensosialisasikan penyusunan RZWP-3-K diperlukan strategi komunikasi agar


tercapai tujuan secara efektif. Penentuan sasaran, pesan utama yang akan disampaikan (key
message), media penyampaian (channeling) dan metode penyampaian harus disusun
sedemikian rupa agar masing-masing pemangku kepentingan memahami perlunya RZWP-3K. Identifikasi siapa saja yang menjadi sasaran sosialisasi dapat mengacu kepada hasil
identifikasi para pemangku kepentingan, sehingga sosialisasi menjadi tepat sasaran.
Sebagai contoh, pada Tabel 1.3 dijabarkan mengenai topik/materi, jadwal
pelaksanaan, metode, serta hasil dari sosialisasi penyusunan RZWP-3-K Kabupaten/Kota.
Tabel 1.3 Materi, Metode, Hasil dan Lokasi Sosialisasi
Penyusunan RZWP-3-K
Materi
Pengelolaan pesisir

Metode

Hasil

Pengumuman

Pemutaran film

pandang dan pola pikir

Kota sasaran

sesuai dengan amanat

berisikan

yang sama para

sosialisasi

UU No.27 Tahun 2007

contoh kasus

eksekutif dan legislatif di

Diskusi/

tingkat daerah dalam

Pemerintah

No. 1 tahun 2014

seminar/

perencanaan WP-3-K

Daerah (Dinas

tentang Pengelolaan

pertemuan

Adanya dukungan dan

Kelautan dan

Wilayah Pesisir dan

terbuka

partisipasi dari

Perikanan atau

Media cetak

pemerintah daerah agar

Bappeda)

Kebijakan RZWP-3-K

dan media

didapatkan suatu

Harmonisasi Rencana

elektronik

komitmen baik dari

dan pulau-pulau kecil

Jo, Undang-undang

Pulau-Pulau Kecil

Lokasi

Adanya kesamaan cara

Tata Ruang Wilayah

pemerintah daerah

(RTRW) dengan

maupun badan legislatif

Rencana Zonasi

setempat

Wilayah Pesisir dan

Kabupaten/

Kantor

Adanya pemahaman

Pulau-Pulau Kecil

tentang RZWP-3-K

(RZWP-3-K)

sebagai instrumen

1-5

penataan ruang perairan


laut

3. Bimbingan Teknis (Bimtek)


Pelatihan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan anggota Kelompok
Kerja Perencanaan Tata Ruang BKPRD (Tim Penyusun RZWP-3-K) dalam menyusun dokumen
RZWP-3-K.
Tabel 1.4 Tujuan dan Sasaran Peserta Bimtek Penyusunan RZWP-3-K
Tujuan

Target Peserta

Agar peserta mengerti tentang kebijakan dan tahapan


penyusunan RZWP-3-K
Agar peserta mengerti kebutuhan data dasar dan tematik,
pengumpulan data, survey lapangan, penyusunan peta
tematik dan paket sumberdaya
Agar peserta memahami pengertian dan jenis bencana,
konsep mitigasi bencana dalam penyusunan RZWP-3-K
Agar peserta memahami pengertian zona, kebutuhan
data dan informasi, kriteria, pertimbangan dan ketentuan,
delineasi serta pengaturan zona.
Agar peserta mengerti kriteria, pertimbangan, dan
penentuan alokasi ruang RZWP-3-K
Agar peserta mengerti pengertian Alur Laut, kebutuhan
data dan informasi pertimbangan dan ketentuan,
delineasi serta pengaturan.
Agar peserta mengerti prosedur penanganan konflik
dalam RZWP-3-K
Agar peserta mengerti peran dan pelibatan pemangku
kepentingan dalam RZWP-3-K

Peserta terdiri atas anggota Kelompok Kerja


Perencanaan Tata Ruang BKPRD (Tim Penyusun
RZWP-3-K)

Tabel 1.5 Materi, Metode, Hasil dan Lokasi Sosialisasi


Penyusunan RZWP-3-K
Materi
Proses Penyusunan

Metode

Hasil

Simulasi

Pemutaran

peningkatan

a sasaran

film

pemahaman dalam

bimtek

Analisis Data Spasial serta

berisikan

penyusunan RZWP-

Kantor

Pemetaan

contoh

3-K

RZWP-3-K
Pengumpulan dan

RZWP-3-K Berbasis

Lokasi

Adanya

Kabupaten/Kot

Pemerintah

kasus

Daerah (Dinas

Diskusi/

Kelautan dan

seminar/

Perikanan atau

Pertimbangan dan

pertemuan

Bappeda)

Penentuan, Delineasi,

terbuka

Mitigasi Bencana
Data Informasi, Kriteria,

serta Pengaturan

1-6

Kawasan Konservasi, Alur


Laut, Zona Perikanan
Budidaya, Perikanan
Tangkap, Zona
Pertambangan, Zona
Pariwisata, Zona
Permukiman dan
Perdagangan, Zona
Industri
Kriteria, Pertimbangan,
dan Penentuan Alokasi
Ruang
Resolusi Konflik Dalam
RZWP-3-K
Pelibatan Pemangku
Kepentingan Dalam
RZWP-3-K

B.

BAGAIMANA LANGKAH-LANGKAH DALAM PENYUSUNAN RZWP-3-K ?


Penyusunan RZWP-3-K mengikuti mekanisme yang diatur dalam Undang-undang No. 27 Tahun

2007 jo Undang-undang No. 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil dan
peraturan menteri yang mengatur tentang perencanaan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil. Setiap langkah dalam proses penyusunan RZWP-3-K merupakan langkah yang harus dilalui
untuk menghasilkan Peraturan Daerah Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Adapun
langkah-langkah penyusunan RZWP-3-K dapat dilihat dalam diagram berikut:

1-7

Persiapan

TAHAPAN

Persiapan

Penyusunan Rencana Kerja


Penyusunan TOR/RAB

Pengumpulan Data

Pengumpulan data sekunder

Pengumpulan data primer (apabila data sekunder yang telah


dikumpulkan belum memenuhi kebutuhan)

Penyusunan Dokumen Final RZWP-3-K

Survei Lapangan

Pengolahan dan
Analisis Data

Pengolahan dan analisis data untuk disusun dalam peta-peta


tematik

Deskripsi Potensi &


Kegiatan Pemanfaatan

Pendeskripsian terhadap peta-peta tematik yang telah disusun

Penyusunan Dokumen
Awal

Peta-peta tematik
Hasil Pendeskripsian terhadap peta-peta tematik yang disusun
disusundisuusnyangtelahdisusun
Penyampaian Draft Dokumen Awal RZWP3K
Menjaring masukan

Konsultasi Publik

9
0

10

11

Penetapan
Ranperda
RZWP-3-K

PROSES / OUTPUT

Penentuan Usulan
Alokasi Ruang

Penyusunan Dokumen
Antara

Tumpang susun peta-peta tematik dalam Dokumen Awal yang


telah diperbaiki dari hasil Konsultasi Publik (Penyusunan Paket
Sumberdaya)
Analisis kesesuaian terhadap kriteria kawasan, zona, sub zona,
dan/atau pemanfaatannnya
Penentuan usulan kawasan, zona, sub zona, dan/atau
pemanfaatannnya

Hasil perbaikan dokumen awal


Analisis non spasial
Analisis konflik pemanfaatan ruang (resolusi konflik)
Penentuan Alokasi Ruang
Penyelarasan , penyerasian dan penyeimbangan dengan RTRW
Penyusunan pernyataan pemanfaatan ruang peraturan
pemanfaatan ruang
Penyusunan Indikasi Program
Draft Rancangan Perda RZWP-3-K

Penyampaian Draft Dokumen Antara RZWP-3-K


Menjaring masukan

Hasil perbaikan Dokumen Antara

Konsultasi Publik
Penyusunan Dokumen
Final

13

Permohonan
Tanggapan/Saran

Permohonan tanggapan/saran terhadap Dokumen Final

13

Pembahasan
Ranperda

Pembahasan Draft Ranperda oleh DPRD


Evaluasi

Penetapan Ranperda menjadi Perda RZWP-3-K

14

Penetapan

1-8

Gambar 1.2 Proses Penyusunan RZWP-3-K Kabupaten/Kota

1-4

Jangka waktu yang dibutuhkan dalam proses penyusunan RZWP-3-K Kabupaten/Kota hingga
dokumen final selesai diupayakan seefektif mungkin, minimal selama 2 (dua) tahun / 24 (dua puluh
empat) bulan dan jangka waktu maksimal adalah lima (5) tahun. Jangka waktu minimal proses
penyusunan RZWP-3-K dapat dilihat pada Gambar 1.3.

Gambar 1.3 Jangka Waktu Penyusunan RZWP-3-K Kabupaten/Kota


1) Persiapan
Pada tahap ini dilakukan penyusunan rencana kerja dan

Kerangka Acuan Kerja

(KAK)/Terms of Reference (TOR) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB). Rencana kerja adalah
langkah-langkah yang dibuat untuk mencapai target yang disertai dengan jadwal waktu
pelaksanaan dan personil yang melaksanakan. Target yang akan dicapai adalah tersusunnya
Peraturan Daerah (PERDA) mengenai Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.
Kerangka Acuan Kerja (KAK) / Terms of Reference (TOR) adalah dokumen perencanaan
yang memberikan gambaran umum mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan.
2) Pengumpulan Data
Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh gambaran awal tentang isu
permasalahan, potensi, pemanfaatan ruang, dan pemanfaatan sumberdaya laut, pesisir dan
pulau-pulau kecil di lokasi perencanaan, yang digunakan sebagai data awal dalam membuat
peta dasar, peta tematik dan peta rencana kerja. Data tersebut merupakan hasil
penelitian/studi yang dilakukan lembaga lain (sekunder).
Proses pengumpulan data sekunder dilakukan melalui penelurusan dokumendokumen berupa laporan, peta, gambar dari citra satelit, hasil-hasil penelitian yang
terdapat di instansi terkait (instansi pemerintah/pemerintah daerah, perguruan tinggi, LSM,
lembaga-lembaga riset, internet, dll.). Data sekunder yang akan dikumpulkan dalam survei
lapangan akan meliputi kebijakan, data spasial, kondisi fisik wilayah, kondisi sosial budaya,
kondisi ekonomi, kondisi pemanfaatan ruang saat ini, kondisi ekologi dan rencana/studi
terkait lainnya.

(Primer
dan
Sekunde
r)

1-2

1-5

Data spasial merupakan data utama yang diperlukan dalam penyusunan peta RZWP3-K. Data spasial tersebut terdiri dari 12 dataset yang terdiri dari dua (2) dataset dasar
(baseline dataset) dan 10 dataset tematik (thematic datasets). Jenis data yang digunakan
dalam penyusunan rencana zonasi dibedakan untuk kabupaten dan kota, yang terdiri atas:
a) Peta dasar dan citra satelit
b) Data spasial dasar
c) Data spasial dan non spasial tematik
Data dasar dan tematik untuk pemetaan rencana RWP-3-K propinsi, kabupaten, dan
kota memiliki skala, ketelitian dan kedetilan informasi yang berbeda, yaitu:
a) Propinsi

: skala 1:250.000

b) Kabupaten

: skala 1:50.000

c) Kota

: skala 1:25.000

Ketersediaan data harus memenuhi persyaratan secara kualitas maupun kuantitas,


yaitu:
a) Kualitas

skala

akurasi geometri

kedetailan data

kedalaman data

kemutakhiran data

kelengkapan atribut

b) Kuantitas
Secara kuantitas yakni apabila memenuhi ketentuan kelengkapan jenis data.
Data yang dibutuhkan untuk penyusunan RZWP-3-K sebagaimana tercantum dalam Tabel
1.6.
Tabel 1.6. Jenis dan Sumber Data serta Kegunaannya dalam penyusunan RZWP-3-K
No

KATEGORI
DATA

JENIS DATA/PETA

Peta Tanah

Terestrial

Topografi

SUMBER DATA

INSTANSI

& SKALA

PENYEDIA DATA

KEGUNAAN

Peta Tanah

Penentuan alokasi ruang

skala 1 :

di wilayah pesisir dan

250.000, 1 :

BIG, BAPPEDA

pulau-pulau kecil yang

50.000 dan

memerlukan data tanah

1 : 25.000 (dari

untuk kriteria

Peta RTRW)

kesesuaiannya

Peta Rupabumi

Penentuan alokasi ruang

Indonesia

BIG, BAPPEDA

di wilayah pesisir dan

skala 1 :

pulau-pulau kecil yang

250.000, 1 :

memerlukan data

1-6

No

KATEGORI
DATA

JENIS DATA/PETA

SUMBER DATA

INSTANSI

& SKALA

PENYEDIA DATA

KEGUNAAN

50.000 dan

topografi untuk kriteria

1 : 25.000 (dari

kesesuaiannya

Peta RTRW)
Peta Rupabumi

Kemiringan Lereng

Indonesia

Penentuan alokasi ruang

skala 1 :

di wilayah pesisir dan

250.000, 1 :

BIG, BAPPEDA

pulau-pulau kecil yang

50.000 dan

memerlukan data

1 : 25.000 (dari

kemiringan lereng untuk

Peta RTRW)

kriteria kesesuaiannya

Peta
Lingkungan
Bathimetri
2

Bathimetri

Penentuan alokasi ruang

Pantai
Indonesia skala
1 : 250.000, 1 :

perairan yang
BIG

memerlukan data
batimetri untuk kriteria

50.000 dan 1 :

kesesuaiannya

25.000
Peta Geologi
Geologi dan
geomorfologi dasar
laut (Substrat dasar)

3.

dan
geomorfologi

- P3GL

dasar laut

- Dit. Vulkanologi

skala 1 :

Kementerian

250.000, 1 :

ESDM

Geologi dan

50.000 dan

Geomorfologi

1 : 25.000

Geomorfologi

Penentuan alokasi ruang


perairan yang
memerlukan data
substrat dasar untuk
kriteria kesesuaiannya

Peta Land

Penentuan alokasi ruang

System

di wilayah pesisir dan

RePProT (dari

BIG, BAPPEDA

Peta RTRW)

pulau-pulau kecil yang


memerlukan data
geomorfologi untuk
kriteria kesesuaiannya

Oseanografi Fisik:
a. Pasut
b. Gelombang
4

Oseanografi

c. Arus
d. Suhu Permukaan
e. Kecerahan
f. Total Suspended

Peta
oseanografi fisik
skala 1 :
250.000, 1 :
50.000, 1 :
25.000

Dishidros, KKP,
LIPI, Instansi

Penentuan alokasi ruang

terkait,

perairan yang

Perguruan

memerlukan data

Tinggi

hidrodinamika laut untuk


kriteria kesesuaiannya

1-7

No

KATEGORI
DATA

JENIS DATA/PETA

SUMBER DATA

INSTANSI

& SKALA

PENYEDIA DATA

KEGUNAAN

Solid (TSS)
Oseanografi Kimia
Dishidros, KKP,
pH, salinitas,COD,

Peta

LIPI, Instansi

BOD, Ammonia

oseanografi

terkait,

(NH3-N)+, Nitrat

kimia skala 1 :

Perguruan

(NO3-N), Nitrit

250.000, 1 :

Tinggi

(NO2), Fosfat (PO4-

50.000, 1 :

P)+, Silika (Si),

25.000

Penentuan alokasi ruang


perairan yang
memerlukan data kimia
perairan untuk kriteria
kesesuaiannya

Logam berat
Dishidros, KKP,
Oseanografi Biologi

Peta

LIPI, Instansi

oseanografi

terkait,

Klorofil, Plankton,

biologi skala 1 :

Perguruan

Benthos

250.000, 1 :

Tinggi

50.000, 1 :

Penentuan alokasi ruang


perairan yang
memerlukan data biologi
kelautan untuk kriteria
kesesuaiannya

25.000
Peta
Penggunaan
Penggunaan Lahan

Lahan

BIG, BAPPEDA

skala 1 :
250.000, 1 :
50.000, 1 :

Penggunaan
5.

Penentuan daya dukung

25.000 (dari

Lahan dan

lahan dan rencana

Peta RTRW)

Status Lahan

pengembangannya

Peta status
lahan skala 1 :
Status Lahan

250.000, 1 :
50.000, 1 :

BPN, BAPPEDA

25.000 (dari
Peta RTRW)
Peta
Pemanfaatan
6

Wilayah Laut
Eksisting

Pemanfaatan
Wilayah Laut
Eksisting

Pemanfaatan
Wilayah
Perairan/Laut
skala 1 :

KKP, Instansi
terkait

Penentuan alokasi ruang


dan rencana
pengembangannya

250.000, 1 :
50.000, 1 :

1-8

No

KATEGORI
DATA

JENIS DATA/PETA

SUMBER DATA

INSTANSI

& SKALA

PENYEDIA DATA

KEGUNAAN

25.000
Peta Kawasan
Konservasi
Kawasan Konservasi

skala 1 :
250.000, 1 :

KKP

50.000, 1 :
25.000
Peta alur laut
Alur Laut

skala 1 :
250.000, 1 :
50.000, 1 :
25.000

Kawasan Strategis
Nasional Tertentu

Peta KSNTskala
1 : 250.000, 1 :
50.000, 1 :
25.000

Kemenhub,
Kementerian
ESDM, KKP, LIPI,
Instansi terkait
KKP, TNI,
Kemenhub,
Kemenparekraf

Peta
Sumberdaya Air
Permukaan dan

Sumberdaya Air

Air Tanah skala

Sumberdaya

Permukaan dan Air

1 : 250.000, 1 :

Air

Tanah

50.000, 1 :

Penentuan daya dukung


PU, BAPPEDA

dan rencana
pengembangannya

25.000
(dari Peta
RTRW)

Penentuan alokasi
ruang untuk
penangkapan ikan
demersal yang

Ekosistem

membutuhkan data

Pesisir dan
Sumberdaya
8

Peta Mangrove
Mangrove

mangrove sebagai

skala 1 :

Baplan-

indikator keberadaan

Ikan (Jenis dan

250.000, 1 :

Kemenhut, BIG,

sumberdaya

Kelimpahan

50.000, 1 :

LIPI, KKP

perikanan.

Ikan)

25.000

Penentuan alokasi
ruang untuk
budidaya komoditas
perikanan yang
membutuhkan data
mangrove sebagai

1-9

No

KATEGORI
DATA

JENIS DATA/PETA

SUMBER DATA

INSTANSI

& SKALA

PENYEDIA DATA

KEGUNAAN
kriteria
kesesuaiannya.

Penentuan alokasi
ruang untuk kawasan
konservasi.

Penentuan kawasan
ekowisata.

Penentuan alokasi
ruang untuk
penangkapan ikan
demersal yang
membutuhkan data
terumbu karang,
lamun dan substrat
dasar sebagai
indikator keberadaan

Peta Terumbu

sumberdaya

Karang, Lamun
Terumbu Karang,

dan Substrat

Lamun dan Substrat

Dasar

Dasar

skala 1 :

perikanan.

BIG, LIPI, KKP

Penentuan alokasi
ruang untuk
budidaya komoditas

250.000, 1 :

perikanan yang

50.000, 1 :

membutuhkan data

25.000

terumbu karang,
lamun dan substrat
dasar sebagai kriteria
kesesuaiannya.

Penentuan alokasi
ruang untuk kawasan
konservasi.

Penentuan kawasan
ekowisata.

Peta Daerah
Daerah
Penangkapan Ikan
(Fishing Ground) &
Jenis dan
Kelimpahan Ikan

Penangkapan
Ikan (Fishing

Ground) & Jenis


dan Kelimpahan
Ikan

KKP, BPPT, LIPI

Penentuan alokasi
ruang untuk
penangkapan ikan

skala 1 :
250.000, 1 :
50.000,

1:

1 - 10

No

KATEGORI
DATA

JENIS DATA/PETA

SUMBER DATA

INSTANSI

& SKALA

PENYEDIA DATA

KEGUNAAN

25.000
Lokasi Sarana dan
Prasarana Kelautan
dan Perikanan
Infrastruktur Umum:
Bandara, terminal,
pasar umum,
pelabuhan umum,
kawasan industri,

Peta Lokasi

kantor pemerintah,

Sarana dan

sekolah, rumah

Prasarana

sakit/puskesmas,

Kelautan dan

bangunan

Perikanan

wisata/sejarah

skala 1 :
250.000, 1 :

Infrastruktur

Infrastruktur

50.000, 1 :

Khusus: Pasar ikan,

25.000

KKP, Peta RTRW,


Peta
Infrastruktur PU

Kesesuaian alokasi ruang


perairan dan darat

KUD, BBI, Pelabuhan


perikanan, TPI,
Gudang
penyimpanan,
bangunan
perlindungan pesisir
(jeti, penahan
gelombang)
Data Eksisting dan
Rencana Jaringan
Sistem Prasarana
(Transportasi,
sumberdaya air,
energi,
telekomunikasi,
persampahan,
sanitasi, drainase)

10

Peta Eksisting
dan Rencana

KKP, Peta RTRW,

Jaringan Sistem

Peta

Prasarana skala

Infrastruktur

1 : 250.000, 1 :

PU, Kemen

50.000, 1 :

Perhubungan

Kesesuaian alokasi ruang


perairan dan darat

25.000

Data Kependudukan

Peta

Demografi dan

dan Sosial:

Kependudukan

Sosial

- Populasi:jumlah,

dan Sosial

kepadatan dan

skala 1 :

BPS, BAPPEDA

Kesesuaian alokasi ruang


darat

1 - 11

No

KATEGORI
DATA

JENIS DATA/PETA

SUMBER DATA

INSTANSI

& SKALA

PENYEDIA DATA

distribusi umur

250.000, 1 :

(time series 10

50.000, 1 :

tahun)

25.000 (time

- Trend

KEGUNAAN

series),

pertumbuhan
populasi : tingkat
kelahiran dan
kematian (time
series 10 tahun)
- Pendidikan umum
- Mata Pencaharian
- Agama
- Budaya
- Tingkat akses dan
keterlayanan
fasilitas publik:
listrik, air bersih,
sanitasi,
kesehatan,
pendidikan
- Lembaga
Masyarakat, LSM
- Masyarakat
hukum adat
- Wilayah nelayan
tradisional
Tingkat
perekonomian
wilayah:
- Pendapatan
perkapita provinsi
11

Ekonomi

- Pertumbuhan

WIlayah

Pendapatan
perkapita provinsi
- Angkatan kerja
dan tingkat

Peta
perekonomian
wilayah
skala 1 :
250.000, 1 :
50.000, 1 :
25.000

Peta RTRW, Data


statistik BPS,
Disnaker, Dinas
pariwisata,
Dinas Perikanan

Kesesuaian alokasi
ruang darat

Analisis non spasial

(time series)

pengangguran per
kabupaten
- Tenaga kerja di

1 - 12

No

KATEGORI
DATA

JENIS DATA/PETA

SUMBER DATA

INSTANSI

& SKALA

PENYEDIA DATA

KEGUNAAN

bidang perikanan,
pertanian,
kehutanan, dll
- Populasi dan
kepadatan
nelayan
- Pendapatan di
sektor perikanan
- Produksi
perikanan dan
sektor -sektor lain
- Potensi
pengembangan
sumberdaya
perikanan dan
kelautan
- Jumlah wisatawan
- Pendapatan ratarata dan
pengeluaran per
sektor
Peta sebaran
daerah rawan

Peta sebaran daerah

dan risiko

rawan dan risiko

bencana

BNPB, BMKG,

bencana

skala 1 :

KKP

alokasi ruang
darat

250.000, 1 :
12

Risiko Bencana

50.000, 1 :

dan

25.000

Pencemaran

Peta sebaran

Kesesuaian

Analisis non
spasial

daerah
Peta sebaran daerah

pencemaran

pencemaran

skala 1 :
250.000, 1 :

BNPB, LIPI,
KemenLH, BLHD

Kesesuaian alokasi
ruang perairan

50.000, 1 :
25.000

Sumber: Dit. Tata Ruang Laut Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (2014)
Apabila ketersediaan data belum memenuhi persyaratan kualitas dan kuantitas di
atas maka perlu dilakukan survei lapangan. Jenis data, fungsi, dan manfaat data yang

1 - 13

dibutuhkan dapat dipelajari secara lebih detail pada Modul 2.


3) Pengumpulan Data Primer Melalui Survei Lapangan
Apabila data sekunder yang dikumpulkan belum memenuhi persyaratan kualitas dan
kuantitas, maka perlu dilakukan pengumpulan data primer melalui survei lapangan.
Adapun pengumpulan data primer dapat dilakukan melalui pengumpulan data secara
langsung di lapangan melalui survei dan wawancara.
Pengumpulan data primer dilakukan melalui survei di lapangan, yang bertujuan
untuk:

Melakukan verifikasi terhadap data sekunder yang sudah terkumpul sebelumnya

Melakukan pengumpulan data primer yang belum tersedia.


Teknik untuk melakukan survei di lapangan yang dilakukan untuk mengumpulkan

data primer antara lain meliputi:

Observasi

Pengambilan sampel

Pengukuran

Wawancara

Penyebaran kuesioner

Focus Group Discussion (FGD)


FGD bertujuan untuk menjaring aspirasi dan masukan dari masyarakat dan para

pemangku kepentingan lain, terkait dengan permasalahan pemanfaatan sumberdaya


pesisir dan pulau-pulau kecil.

FGD ini melibatkan instansi pemerintah terkait, unsur

perwakilan masyarakat, tokoh-tokoh masyarakat (tokoh adat), kelompok-kelompok


masyarakat yang bergerak di wilayah pesisir dan laut dan LSM. Metode survei tiap data
akan dibahas lebih lanjut pada Modul 2.
Apabila data yang dibutuhkan belum terpenuhi maka pengumpulan data dapat
dilanjutkan pada tahun berikutnya.
4) Pengolahan dan Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan diolah dan dianalisis sehingga menghasilkan peta-peta
tematik. Pengolahan data dilakukan untuk memperoleh data yang siap digunakan untuk analisis.
Pengolahan data meliputi:
1. Konversi data non spasial ke format spasial
2. Standarisasi format dan kelengkapan data
3. Perbaikan data
Analisis data dilakukan untuk memperoleh informasi sesuai dengan tema yang
dibutuhkan. Aktivitas yang dilakukan adalah:
1. Interpolasi spasial/pemodelan ruang untuk menghasilkan keseragaman data melalui
pendekatan nilai yang sama.
2. Pemodelan matematis

1 - 14

3. Simbolisasi dan penyajian hasil analisis menjadi peta-peta tematik


Pengolahan dan analisis peta tematik dilakukan sesuai dengan hirarki perencanaan,
baik provinsi, kabupaten maupun kota. Beberapa komponen yang harus diperhatikan
antara lain input data, proses pengolahan data dan output peta tematik yang
dihasilkan. Input data untuk penyusunan peta tematik provinsi, kabupaten dan kota
berbeda, demikian pula proses pengolahan yang dilakukan dan kerincian informasi
tematik pada output peta.
5) Deskripsi Potensi dan Kegiatan Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Setelah dilakukan pengolahan dan analisis data serta disajikan dalam bentuk peta tematik
selanjutnya dilakukan pendeskripsian terhadap peta-peta tematik yang telah disusun. Hal yang
dideskripsikan adalah potensi dan pemanfaatan sumberdaya.
Deskripsi potensi sumberdaya dilakukan untuk mengetahui potensi sumberdaya
saat ini (eksisting) berdasarkan peta tematik yang telah disusun. Potensi s umberdaya
yang dapat diidentifikasi antara lain potensi sebaran ikan, potensi ekosistem pesisir,
potensi pariwisata, potensi pertambangan, dll.
Deskripsi ini meliputi identifikasi terhadap potensi kegiatan-kegiatan pemanfaatan
sumberdaya di masa lalu dan saat ini (eksisting) yang terdiri dari rona-rona dan fasilitas
yang terkait dengan pemanfaatan sumberdaya alam (penangkapan ikan, budidaya
perairan, pertanian, penambangan, kehutanan, wisata, habitat cagar alam laut,
kapabilitas sumberdaya), pelabuhan, lokasi-lokasi industri, lokasi-lokasi pemukiman dan
perkotaan, serta fasilitas wisata. Contoh penggambaran peta tematik seperti tercantum
pada gambar ...

Gambar 3.4 Ilustrasi Contoh Ilustrasi Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir Eksisting di Kab.
Banggai

1 - 15

6) Penyusunan Dokumen Awal


Penyusunan dokumen awal dilaksanakan setelah Tim Teknis melakukan pengolahan dan
analisis data untuk disusun dalam peta-peta tematik. Output dokumen awal adalah petapeta tematik.
Bagaimana sistematika Dokumen Awal Tersebut?
Sistematika Dokumen Awal, sekurang-kurangnya memuat :
1)

Pendahuluan
- Dasar Hukum Penyusunan RZWP-3-K
- Profil Wilayah
- Isu-isu Strategis Wilayah
- Peta-peta yang minimal mencakup peta orientasi wilayah

2)

Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

3)

Deskripsi Potensi Sumberdaya Pesisir dan Pulau-pulau Kecil dan Kegiatan

Pemanfaatan
4)

Album Peta Tematik, seperti tercantum pada Tabel 1.10


Tabel 1.10 Tabel Jenis Peta Tematik

No
1

DATASET
Terestrial

JENIS PETA TEMATIK


)

1. Peta Tanah *

2. Peta Kemiringan Lereng *


3. Peta Topografi *

Bathimetri

4. Peta Bathimetri

Geologi dan Geomorfologi Laut

5. Peta Substrat Dasar Laut

Oseanografi

6. Peta Gelombang Laut


7. Peta Arus Air Laut
8. Peta Suhu Permukaan Air Laut
9. Peta Kecerahan Air Laut
10. Peta Total Suspended Solid (TSS)
11. Peta pH
12. Peta salinitas
13. Peta COD
14. Peta BOD
15. Peta Ammonia (NH3-N)+
16. Peta Nitrat (NO3-N)
17. Peta Nitrit (NO2)
18. Peta Fosfat (PO4-P)+
19. Peta Sebaran Klorofil
20. Peta Sebaran Plankton,
21. Peta Sebaran Benthos

Penggunaan Lahan dan Status Lahan

22. Peta Penggunaan Lahan *

1 - 16

No

DATASET

JENIS PETA TEMATIK


23. Peta Status Lahan *

Pemanfaatan Wilayah Laut Eksisting

24. Peta Pemanfaatan Wilayah Laut Eksisting

Sumberdaya Air

25. Sumberdaya Air Permukaan dan Air Tanah


*)

Ekosistem Pesisir dan Sumberdaya Ikan (Jenis dan


Kelimpahan Ikan)

26. Peta Ekosistem Pesisir (Mangrove, Terumbu


Karang, Lamun)
27. Peta Daerah Potensi Ikan Demersal
28. Peta Daerah Potensi Ikan Pelagis

Infrastruktur

29. Peta Infrastruktur Eksisting dan Rencana

10

Demografi dan Sosial

30. Peta Jumlah dan Kepadatan Penduduk


- Pendidikan umum
- Mata Pencaharian
- Agama
- Budaya
- Tingkat akses dan keterlayanan fasilitas publik:
listrik, air bersih, sanitasi, kesehatan,
pendidikan
- Lembaga Masyarakat, LSM
- Masyarakat hukum adat
- Wilayah nelayan tradisional

11

Ekonomi Wilayah

31. Tingkat perekonomian wilayah:


- Pendapatan perkapita provinsi
- Pertumbuhan Pendapatan perkapita provinsi
- Angkatan kerja dan tingkat pengangguran per
kabupaten
- Tenaga kerja di bidang perikanan, pertanian,
kehutanan, dll
- Populasi dan kepadatan nelayan
- Pendapatan di sektor perikanan
- Produksi perikanan dan sektor sektor lain
- Potensi pengembangan sumberdaya
perikanan dan kelautan
- Jumlah wisatawan
- Pendapatan rata-rata dan pengeluaran per
sektor

12

Risiko Bencana dan Pencemaran

32. Peta sebaran daerah rawan dan risiko


bencana
33. Peta sebaran daerah pencemaran

1 - 17

7)

Konsultasi Publik I
Selanjutnya Dokumen Awal RZWP-3-K wajib dilakukan konsultasi publik untuk
memverifikasi data dan informasi, dan untuk mendapatkan masukan, tanggapan atau
saran. Konsultasi publik adalah suatu proses penggalian dan dialog masukan, tanggapan
dan sanggahan antara pemerintah daerah dengan pemerintah, dan pemangku kepentingan
di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang dilaksanakan antara lain melalui rapat,
musyawarah/rembug desa, dan lokakarya. Tahap ini merupakan pelaksanaan konsultasi
publik I (pertama). Hasil konsultasi publik dituangkan ke dalam Berita Acara (Lampiran 1),
dilengkapi dengan notulensi, daftar hadir, dan dokumentasi.
Tabel 1.11 Tujuan, Hasil dan Sasaran Peserta Konsultasi Publik I

Tujuan
Memverifikasi data
dan informasi
Menjaring
masukan,
tanggapan, koreksi
dan usulan
terhadap data dan
informasi.

Output
Informasi potensi
dan permasalahan
di wilayah
perencanaan
verifikasi data dan
informasi
Tanggapan berupa
masukan/usulan

Target Peserta
1) Pemerintah
SKPD daerah yang terdiri dari :
Pemerintah Provinsi
1. Bappeda Provinsi
2. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Pemerintah Kabupaten/Kota
1. Bappeda
2. Dinas Kelautan dan perikanan
3. Dinas Pekerjaan Umum
4. BPN
5. Dinas Kehutanan
6. Dinas Pertanian
7. Dinas Pariwisata
8. Dinas Perhubungan
9. Dinas Perindustrian
10. Dinas Lingkungan hidup.
11. Dinas Pendapatan Daerah
12. BUMD
13. BPBD
14. Administrasi Pelabuhan
15. dll.
2) TNI AL dan POLAIRUD
3) LSM
4) Perguruan Tinggi/Akademisi
5) Ormas
6) Kelompok Masyarakat (Masyarakat Hukum
Adat, Masyarakat Lokal, dan Masyarakat
Tradisional)
7) Camat, Lurah/Kepala Desa
8) Dunia Usaha di Bidang Kelautan dan Perikanan

1 - 18

Tabel 1.12 Materi, Metode dan Lokasi Konsultasi Publik I


Materi
Draft Dokumen Awal yang memuat :
data dan informasi penyusunan
rencana zonasi
peta-peta tematik

Metode pelaksanaan
Fokus group Discussion
(FGD)
Rembug Desa
(dapat dilakukan dengan
menerapkan model Simulasi)

Lokasi
Kantor Pemerintah Daerah
(Dinas Kelautan dan perikanan
atau Bappeda)
Kantor kecamatan/
Kelurahan

8) Penentuan Usulan Alokasi Ruang


Setelah dokumen awal diperbaiki sesuai dengan masukan, tanggapan, atau saran
pada saat konsultasi publik I, maka dilanjutkan dengan kegiatan penentuan usulan alokasi
ruang. Peta-peta tematik yang telah disepakati pada saat Konsultasi Publik I (pertama) dan
tersusun dalam Dokumen Awal, selanjutnya dianalisis melalui dua metode, yaitu : a)
penyusunan Paket Sumberdaya terhadap kriteria kawasan, zona; dan/atau b) kesesuaian
lahan (perairan pesisir dan/atau daratan pulau kecil) terhadap kawasan, zona, sub zona.
Hasil analisis ini berupa usulan alokasi ruang. Untuk mempertajam usulan alokasi ruang
maka dilakukan analisis non spasial
a)

Penyusunan Paket Sumberdaya


Paket atau satuan sumberdaya merupakan informasi mengenai kondisi
sumberdaya yang ada di area tertentu di dalam satu unit perencanaan di wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil. Unit perencanaan merupakan kawasan tertentu yang
ada di suatu wilayah perencanaan (Provinsi atau Kabupaten/kota).
Batas spasial unit perencanaan merupakan kombinasi dari kondisi topografi,
oseanografi, ekologi, pemanfaatan/penggunaan lahan/perairan saat ini (eksisting). Di
dalam setiap unit perencanaan terdapat paket-paket sumberdaya yang memiliki
potensi untuk dikembangkan sesuai dengan karakteristik biofisik dan lingkungannya.
Berbagai kegiatan pemanfaatan umum yang dapat dikembangkan diantaranya
perikanan tangkap, budidaya perairan, wisata bahari, permukiman, rekreasi, industri,
pertambangan, hutan dan sebagainya.
Peta paket sumberdaya merupakan kombinasi dari 2 (dua) dataset dasar
(baseline dataset) dan 10 (sepuluh) dataset tematik (thematic dataset) yang
diperoleh melalui tumpangsusun (overlay) peta. Berdasarkan Peta Paket Sumberdaya
hasil proses matching, kemudian dilakukan pendeskripsian nilai-nilai sumberdaya
yang ada di setiap unit pemetaan sumberdaya yang ada.
Berdasarkan Peta Paket Sumberdaya, kemudian dilakukan pendeskripsian nilainilai sumberdaya yang ada di setiap unit pemetaan sumberdaya yang ada. Secara
teknis, proses penyusunan Paket Sumberdaya dan identifikasi nilai-nilai sumberdaya
mengacu pada Pedoman Teknis Pemetaan RZWP-3-K.
Berikut adalah contoh peta paket sumberdaya hasil tumpangsusun berbagai
karakteristik lahan dan perairan.

1 - 19

Gambar 1.5 Contoh Peta Paket Sumberdaya


Hasil Tumpangsusun Berbagai Karakteristik Lahan dan Perairan
b) Analisis Kesesuaian Lahan (Perairan Pesisir dan/atau Daratan Pulau Kecil) Terhadap
Kawasan, Zona, Sub Zona
Analisis kesesuaian lahan dilakukan terhadap wilayah perairan pesisir dan/atau
daratan pulau kecil.

Analisis kesesuaian lahan dilakukan dengan cara mendeliniasi masing-

masing parameter peta-peta tematik berdasarkan kriteria kesesuaian zona/subzona tertentu.


Hasil deliniasi masing-masing parameter peta-peta tematik tersebut diatas dilakukan
overlay/tumpang susun. Proses ini dilakukan dengan cara yang sama terhadap parameter petapeta tematik tertentu berdasarkan kriteria zona/subzona lainnya.
Hasil dari proses overlay tersebut diatas adalah peta-peta kesesuaian untuk masingmasing zona/subzona dengan kategori kesesuaiannya (sesuai (S1), kurang sesuai (S2), dan tidak
sesuai (N)).

Masing-masing peta-peta kesesuaian zona/subzona tersebut kemudian dioverlay

sehingga menghasilkan peta multikesesuaian untuk zona/subzona. Berdasarkan peta


multikesesuaian dilakukan penilaian kesesuaian akhir untuk zona/subzona, sehingga dihasilkan
usulan alokasi ruang dalam bentuk peta Alokasi Ruang.
Apabila dalam satu lokasi memiliki beberapa kategori kesesuaian yang sama maka perlu
dilakukan analisis non spasial.

1 - 20

c) Penentuan Alokasi Ruang


Rencana alokasi ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil kabupaten/ kota
merupakan rencana distribusi peruntukan ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
di kabupaten dan kota yang meliputi rencana peruntukan ruang yang ada di kawasan
pemanfaatan umum, kawasan konservasi, kawasan strategis nasional tertentu, dan alur
laut. Klasifikasi kawasan pada wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil berdasarkan UU Nomor
27 tahun 2007 jo Undang-undang No. 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil adalah sebagai berikut:
Tabel 1.13 Klasifikasi Kawasan dalam RZWP-3-K
Klasifikasi Kawasan

Keterangan

(Berdasarkan UU Nomor 27 tahun 2007)


Kawasan Pemanfaatan Umum merupakan

Kawasan Pemanfaatan Umum pada UU No 27 tahun

kawasan

2007 setara dengan Kawasan Budidaya pada UU No 26

yang

dipergunakanuntuk

kepentingan ekonomi, sosial budaya seperti

tahun 2007

kegiatan perikanan, prasarana perhubungan


laut,

industri

maritim,

pariwisata,

permukiman, dan pertambangan


Kawasan Konservasi

merupakan kawasan

pesisir dan pulau-pulau kecil dengan ciri khas

Kawasan Konservasi pada UU No 27 tahun 2007 setara


dengan Kawasan Lindung pada UU No 26 tahun 2007

tertentu yang dilindungi untuk mewujudkan


pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil yang
berkelanjutan
Alur merupakan perairan yang dimanfaatkan

Aturan mengenai alur pelayaran dapat mengikuti

antara lain untuk alur pelayaran, pipa/kabel

Permen Perhubungan No.68 tahun 2011 tentang Alur

bawah laut, dan migrasi biota laut yang perlu

Pelayaran di Laut

dilindungi
Kawasan Strategis Nasional Tertentu adalah

Kawasan Strategis Nasional Tertentu memperhatikan

Kawasan yang terkait dengan kedaulatan

kriteria;

negara,

hidup,

kawasan yang secara geopolitik, pertahanan dan

yang

keamanan negara; situs warisan dunia; pulau-pulau

bagi

kecil terluar yang menjadi titik pangkal dan/atau habitat

dan/atau

pengendalian
situs

lingkungan

warisan

pengembangannya
kepentingan nasional

dunia,

diprioritaskan

batas-batas

maritim

kedaulatan

negara;

biota endemik dan langka

Klasifikasi Kawasan di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil berdasarkan UU No. 27


tahun 2007 jo UU No. 1 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil, dapat dilihat pada ilustrasi gambar di bawah ini.

1 - 21

Gambar 1.6 Contoh Ilustrasi Klasifikasi Kawasan di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Peta Rencana Alokasi Ruang WP-3-K Kabupaten atau Kota disusun berdasarkan peta
paket sumberdaya dan/atau kesesuaian terhadap kriteria. Diagram alir penyusunan peta
rencana alokasi ruang berdasarkan peta paket sumberdaya sebagai berikut:

1 - 22

Gambar 1.7 Diagram Penyusunan Peta Alokasi Ruang Wilayah Laut/Perairan

Penentuan alokasi ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil harus memperhatikan
hal-hal, sebagai berikut:
1) Penentuan Kawasan Konservasi
Penentuan Kawasan konservasi harus memperhatikan keberadaan wilayah
yang berpotensi menjadi kawasan konservasi. Kawasan konservasi ditetapkan untuk
wilayah yang memiliki ciri khas tertentu yang dilindungi untuk mewujudkan
pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil yang berkelanjutan. Pembagian kawasan
konservasi disesuaikan dengan jenis/kategori kawasan konservasi yang ada di
Kabupaten/Kota.
2) Penentuan Kawasan Strategis Nasional Tertentu (KSNT)

1 - 23

Penentuan Kawasan Strategis Nasional Tertentu memperhatikan kriteriakriteria: batas-batas maritim kedaulatan negara; kawasan yang secara geopolitik,
pertahanan dan keamanan negara; situs warisan dunia; pulau-pulau kecil terluar
yang menjadi titik pangkal dan/atau habitat biota endemik dan langka.
3) Penentuan Kawasan Pemanfaatan Umum
Penentuan Kawasan Pemanfaatan Umum memperhatikan kriteria:

tidak

termasuk ke dalam wilayah yang ditetapkan menjadi kawasan konservasi dan


Kawasan Strategis Nasional Tertentu, dan merupakan wilayah yang sebagian besar
dipergunakan untuk aktivitas ekonomi.
4) Penentuan Alur Laut
Penentuan Alur Laut memperhatikan kriteria: ruang yang dapat dimanfaatkan
untuk alur pelayaran, pipa/kabel bawah laut, dan migrasi biota laut yang perlu
dilindungi.
Aturan mengenai alur pelayaran dapat mengikuti Permen Perhubungan No.68
tahun 2011 tentang Alur Pelayaran di Laut, dimana alur pelayaran di laut terdiri atas
: (1) Alur pelayanan umum dan perlintasan; dan (2) Alur pelayaran masuk pelabuhan.
Pipa/kabel bawah laut merupakan instalasi yang dapat dibangun di perairan,
dengan persyaratan, sebagai berikut :
a.

penempatan, pemendaman, dan penandaan;

b.

tidak menimbulkan kerusakan terhadap bangunan atau instalasi Sarana Bantu


Navigasi-Pelayaran dan fasilitas Telekomunikasi-Pelayaran;

c.

memperhatikan ruang bebas dalam pembangunan jembatan;

d.

memperhatikan koridor pemasangan kabel laut dan pipa bawah laut; dan

e.

berada di luar perairan wajib pandu.


Sedangkan Alur Migrasi Ikan adalah pola ruaya (migrasi) ikan yang dipengaruhi

suhu, salinitas, kecepatan dan arah arus, pasang surut, tinggi dan panjang
gelombang, warna perairan, substrat dasar, kedalaman perairan, dan tipologi
kelandaian dasar laut. Kecepatan dan arah arus akan memberikan indikasi terhadap
pola pergerakan dan alur migrasi ikan, sementara keterkaitan suhu, salinitas,
kedalaman perairan, kontur dasar, dan warna perairan memberikan informasi
perairan optimum terhadap ikan-ikan target tangkapan yang dikehendaki. Alur
migrasi biota laut, dapat berupa : alur migrasi cetacea, tuna, penyu belimbing, penyu
lekang, paus dll.
Selanjutnya, penentuan arahan pemanfaatan alokasi ruang wilayah pesisir dan pulaupulau kecil dilakukan melalui penentuan zona dan sub zona atau arahan pemanfaatannya
pada masing-masing kawasan. Penentuan zona pada masing-masing kawasan dilakukan

1 - 24

dengan menggunakan metode kesesuaian perairan. Hasil kesesuaian perairan dan contoh
peta alokasi ruang dapat dilihat pada ilustrasi gambar di bawah ini.

Gambar 1.8 Ilustrasi Contoh Pembagian Kawasan menjadi Zona (Subandono, 2008)
Deliniasi batas kawasan, zona dan sub-zona ditampilkan pada Peta yang menggunakan grid
dengan sistem koordinat lintang (longitute) dan bujur (latitute) pada lembar peta yang
diterbitkan oleh lembaga yang berwenang.
Setelah diperoleh Peta Alokasi Ruang selanjutnya dilakukan analisis nonspasial :
a. Analisis Kebijakan dan Kewilayahan
Analisis Kebijakan digunakan untuk melihat kedudukan wilayah perencanaan terhadap
kebijakan rencana tata ruang nasional/provinsi/Kabupaten/Kota, dan menyesuaikan
perencanaan yang dibuat dengan kebijakan pembangunan daerah, dengan tujuan agar
tidak terjadi tumpang tindih kegiatan. Disamping itu, analisis yang didasarkan pada
kebijakan pembangunan nasional, termasuk kebijakan geopolitik dan pertahanan
keamanan. Sedangkan analisis kewilayahan merupakan analisis untuk melihat
kecenderungan perkembangan kawasan di wilayah perencanaan berdasarkan potensi fisik
wilayah dan kondisi ekonomi, sosial budaya yang ada.
b.

Analisis Sosial dan Budaya


Dalam upaya untuk mencapai pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat, perlu dilakukan penilaian/analisis sosial budaya di
wilayah dan atau kawasan. Penilaian/analisis sosial (urban social indicator) misalnya
kependudukan/demografi, struktur sosial budaya, pelayanan sarana dan prasarana sosial
dan budaya, potensi sosial budaya masyarakat, atau kesiapan masyarakat terhadap suatu
pengembangan.
Tujuan analisis ini adalah mengkaji kondisi sosial budaya masyarakat yang mendukung
atau menghambat pengembangan wilayah dan atau kawasan, serta memiliki fungsi antara
lain :
1. sebagai dasar penyusunan rencana tata ruang wilayah dan atau kawasan serta
pembangunan sosial budaya masyarakat

1 - 25

2. mengidentifikasi struktur sosial budaya masyarakat


3. menilai pelayanan sarana dan prasarana sosial budaya yang mendukung
pengembangan wilayah dan atau kawasan
4. menentukan prioritas-prioritas utama dalam formulasi kebijakan pembangunan
sosial budaya masyarakat
5. memberikan gambaran situasi dan kondisi obyektif dalam proses perencanaan
c.

Analisis Infrastruktur
Analisis infrastruktur di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil bertujuan untuk mengetahui
sebaran infrastruktur yang ada, sebagai data dasar dalam pengembangan struktur wilayah
dan acuan dalam analisis proyeksi kebutuhan sarana dan prasarana kelautan dan
perikanan. Kondisi infrastruktur dapat diketahui berdasarkan data sekunder yang telah
ada dan observasi langsung di lapangan. Pemetaan dilakukan dengan cara digitalisasi data
sekunder dan plotting lokasi secara langsung di lapangan, meliputi sarana dan prasarana
transportasi, air bersih, listrik dan energi, sanitasi, dan prasarana lainnya.

d.

Analisis Ekonomi Wilayah


Analisis ekonomi wilayah bertujuan untuk mengetahui pola distribusi perkembangan
ekonomi wilayah melalui PDRB, pertumbuhan pusat-pusat kegiatan di wilayah kajian,
sektor basis wilayah dan/atau kawasan untuk mengetahui sektor yang memberikan
sumbangan/kontribusi relatif yang cukup besar terhadap PDRB di suatu wilayah dan/atau
kawasan sehingga sektor tersebut dikatakan sebagai sektor basis (dominan), dan
komoditas unggulan wilayah pada sektor basis yang memiliki keunggulan komparatif dan
berpotensi ekspor. Komoditas unggulan merupakan Komoditas kunci yang memiliki peran
penting baik secara langsung/tidak langsung dan bersifat multiplier effect.

e.

Analisis Pengembangan Wilayah


Identifikasi ini meliputi kegiatan-kegiatan pemanfaatan sumberdaya di masa yang
akan datang yang diproyeksikan di dalam kawasan perencanaan yang berpotensi
untuk pengembangan wilayah. Beberapa pertimbangan untuk melihat potensi
pengembangan wilayah diantaranya:
Potensi sumberdaya lokal
Potensi sumberdaya lokal dapat dilihat dari sumberdaya unggulan di suatu wilayah
yang akan dibuat RZWP-3-K. Pendekatan identifikasinya menggunakan kerangka
ekonomi kewilayahan, pendekatan keunggulan komparatif (comparative advantage
approach), dan pendekatan keunggulan bersaing (competitive advantage approach).
Potensi lingkungan strategis
Potensi lingkungan strategis dapat menggunakan cara pandang yang sedang
berkembangan di lingkup global, regional dan nasional. Pendekatan identifikasinya
menggunakan upaya sintesis dari informasi-informasi terkini.

f.

Analisis dampak aktivitas dari wilayah sekitar


Identifikasi ini dibutuhkan untuk mengetahui dampak aktivitas dari wilayah sekitar
terhadap wilayah perencanaan zonasi, sehingga dapat dilakukan antisipasi atau adaptasi
yang dibutuhkan. Contoh proses identifikasi ini dapat dilihat pada tabel berikut.

1 - 26

g.

Analisis isu dan permasalahan perencanaan di wilayah pesisir dan pulau -pulau
kecil
Identifikasi ini meliputi antara lain:
Identifikasi daerah rawan bencana: banjir, tsunami, erosi, abrasi, sedimentasi, akresi
garis pantai, subsiden/longsoran tanah, gempa bumi
Identifikasi masalah lingkungan dan pencemaran: intrusi air laut/asin, polusi,
kerusakan ekosistem/habitat hutan mangrove, kerusakan ekosistem/habitat terumbu
karang
Identifikasi daerah konservasi/perlindungan: kawasan lindung nasional/kawasan
konservasi yang ditetapkan secara nasional (taman nasional, taman laut, cagar alam,
suaka alam laut), kawasan konservasi yang sedang diusulkan oleh daerah, dan daerah
perlindungan laut lokal
Identifikasi aktivitas di daratan yang berpengaruh terhadap kegiatan pada kawasan
perairan
Konflik penggunaan lahan
Konflik sosial
Kesenjangan ekonomi antar wilayah pesisir dengan wilayah daratan utama.

h.

Analisis Konflik Pemanfaatan Ruang (Resolusi Konflik)


Konflik dalam penyusunan rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, dapat
terjadi pada saat tahap penyusunan rencana alokasi ruang dan pada tahapan konsultasi
publik.
a) Pada tahap penyusunan rencana alokasi ruang, identifikasi konflik dilakukan terhadap
kegiatan-kegiatan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang bersinggungan namun
tidak sesuai (compatible). Hasil analisis paket sumberdaya yang dilanjutkan dengan
beberapa analisis lanjutan, kemudian diidentifikasi antar kegiatan/zona/sub zona
untuk memilih kegiatan/zona/sub zona yang paling sesuai dengan cara membuat
matrik kesesuaian/keterkaitan.
b) Pada tahap konsultasi publik, peluang terjadinya konflik besar sekali. Konflik
dimungkinkan terjadi karena tidak semua harapan dari para pemangku kepentingan
terakomodasi dalam rencana zonasi tersebut. Konflik ini dapat memberikan dampak
positif jika seluruh pihak mau menghormati pemikiran masing-masing pemangku
kepentingan dan memperoleh kesepakatan mengenai kebutuhan prioritas yang perlu
diadopsi dalam rencana zonasi. Di sisi lain, konflik dalam konsultasi publik bisa
berdampak negatif saat ada satu atau lebih pihak memaksakan keinginannya dan tidak
mau bernegosiasi. Pada tahapan ini, jika semua pihak bersikeras untuk memasukkan
keinginannya dalam rencana zonasi makan akan terjadi dead lock sehingga tidak
terjadi kesepakatan. Rencana zonasi menjadi terkatung-katung penyelesaiannya.
c) Pada tahap pembahasan pemberian tanggapan dan/atau saran, konflik kepentingan
berpeluang terjadi apabila masing-masing pemangku kepentingan ada yang merasa
kebutuhannya tidak terakomodasi.
Konflik yang terjadi memerlukan adanya manajemen konflik. Penyelesaian konflik yang
terbaik adalah melalui negosiasi kolaboratif antara pihak-pihak yang berkonflik itu sendiri.
Cara demikian akan memperbaiki hubungan dan interaksi antara pihak-pihak yang
berkonflik. Namun demikian seringkali pihak-pihak yang berkonflik itu tidak mampu

1 - 27

berinteraksi sehingga diperlukan pihak ketiga yang membantu proses penyelesaian konflik.
Idealnya pihak ketiga tersebut tidak mendominasi proses penyelesaian konflik dan atau
mempunyai kuasa untuk membuat keputusan melainkan bertindak sebagai fasilitator
komunikasi dan peace builder, yang sering disebut sebagai mediator.
i. Penyelarasan, Penyerasian dan Penyeimbangan dengan RTRW
Rencana alokasi ruang yang dihasilkan perlu dilakukan penyelarasan, Penyerasian dan
Penyeimbangan antara RZWP-3-K dengan RTRW sesuai UU No.27 Tahun 2007 Jo. UU No. 1
Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Selain itu, juga
perlu
diserasikan,
diselaraskan,
dan
diseimbangkan
dengan
RZWP-3-K
propinsi/kabupaten/kota yang bersebelahan atau berhadapan.
Tujuan penyelarasan, penyerasian dan penyeimbangan antara RZWP-3-K dengan RTRW
adalah untuk mereview dan membandingkan draft dokumen antara RZWP-3-K dengan
rencana lain yang telah disahkan dan untuk merevisi draft dokumen antara RZWP-3-K
tersebut, sehingga konsisten dengan rencana-rencana dan program-program yang
bersesuaian yang telah disahkan.
Penyelarasan, penyerasian dan penyeimbangan tersebut dilakukan melalui tiga (3) cara
berikut ini:
(1) Menyelaraskan/ mengadopsi pola ruang dan struktur ruang daratan pesisir RTRW ke
dalam RZWP-3-K
(2) Menyerasikan alokasi ruang perairan pesisir dan pulau-pulau kecil dalam RZWP-3-K
yang bersinggungan dengan pola ruang dalam RTRW
(3) Menyeimbangkan/memadukan rencana Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang
telah ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan ke dalam alokasi
ruang perairan pesisir dalam RZWP-3-K.
j. Penyusunan Pernyataan pemanfaatan Ruang dan Peraturan Pemanfaatan Ruang
Pernyataan pemanfaatan ruang merupakan hasil akhir dari serangkaian proses
penyusunan rencana alokasi ruang. Penyusunan pernyataan pemanfaatan ruang dilengkapi
dengan peraturan pemanfaatan ruang yang berisi ketentuan persyaratan pemanfaatan
ruang dan ketentuan pengendaliannya yang disusun untuk setiap zona peruntukan dalam
RZWP-3-K Kabupaten/Kota, terdiri dari kegiatan yang boleh dilakukan dan tidak boleh
dilakukan serta kegiatan yang hanya dapat dilakukan setelah memperoleh izin. Arahan
pemanfaatan ruang hasil konsep dan rencana dilakukan konsultasi publik II (kedua).
k. Rekomendasi terhadap RTRW dan Rencana Pembangunan Lainnya
Hasil penyerasian, penyelarasan, dan penyeimbangan RZWP-3-K dengan RTRW, RZW-3-K
dapat digunakan sebagai pertimbangan di dalam penetapan struktur dan pola ruang yang
terdapat didalam RTRW. Rekomendasi terhadap RTRW, meliputi :
(1) Alokasi ruang di WP3K untuk kegiatan-kegiatan yang memiliki keterkaitan terhadap
sumberdaya di WP3K;
(2) Kawasan Strategis Nasional Tertentu (KSNT) dapat menjadi muatan kawasan strategis
RTRW;
(3) Penetapan Kawasan Strategis WP3K dapat menjadi muatan kawasan strategis
Kab/Kota pada RTRW.

1 - 28

l. Penyusunan Indikasi Program


Indikasi program dijabarkan dalam jangka waktu perencanaan 5 (lima) tahunan
hingga akhir tahun perencanaan 20 (dua puluh) tahun.

9) Penyusunan Dokumen Antara


Penyusunan dokumen antara dilaksanakan setelah melakukan tahapan penentuan
usulan alokasi ruang.
Sistematika Dokumen Antara, sekurang-kurangnya memuat :
(1) Pendahuluan
- Dasar Hukum Penyusunan RZWP-3-K
- Profil Wilayah
- Isu-isu Strategis Wilayah
- Peta-peta yang minimal mencakup peta orientasi wilayah
(2) Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
(3) Deskripsi Potensi Sumberdaya Pesisir dan Pulau-pulau Kecil dan Kegiatan
Pemanfaatan
(4) Rencana Alokasi Ruang yang berisi Peta RZWP-3-K
(5) Peraturan Pemanfaatan Ruang
(6) Indikasi Program RZWP-3-K
(7) Album Peta Tematik dan Peta RZWP-3-K
10) Konsultasi Publik II
Konsultasi publik II (kedua) ini dilakukan untuk memverifikasi draft rencana zonasi,
arahan pemanfaatan dan juga untuk memeriksa konsistensi draft RZWP-3-K dengan RTRW
dan aturan-aturan lainnya, sehingga draft rencana alokasi ruang dapat disepakati oleh
semua pihak.
Sasaran yang ingin dicapai adalah perbaikan dan penyempurnaan dari draft
Dokumen Antara dan memfasilitasi aspirasi dari seluruh pemangku kepentingan, serta
penetapan alokasi ruang ke dalam kawasan/zona/subzona dalam Dokumen Final yang akan
disusun.
Tabel 1.15 Tujuan, Hasil dan Sasaran Peserta Konsultasi Publik II
Penyusunan RZWP-3-K
Tujuan

Memverifikasi atau

Hasil
Tanggapan, masukan

memastikan kembali data

atau keberatan terhadap

dan informasi tematik

hasil perbaikan dari

yang menjadi masukan

konsultasi publik

publik pada tahap

sebelumnya

konsultasi sebelumnya

Kesepakatan publik

Target Peserta
1) Unsur pemerintah
Pemerintah Pusat
Pemerintah Daerah
1. Bappeda
2. Dinas Kelautan
dan perikanan
3. Dinas Pekerjaan
Umum

1 - 29

Tujuan

Hasil

Menginformasikan hasil

terhadap draft rencana

perbaikan draft rencana

alokasi ruang

Target Peserta
4.
5.
6.
7.
8.

BPN
Dinas Kehutanan
Dinas Pertanian
Dinas Pariwisata
Dinas
Perhubungan
9. Dinas
Perindustrian
10. Dinas Lingkungan
hidup.
11. Dinas
Pendapatan
Daerah
12. BUMD
13. dll
2) TNI AL dan POLAIRUD
3) DPRD
4) LSM
5) Perguruan
Tinggi/Akademisi
6) Ormas
7) Kelompok Masyarakat
8) Camat, Lurah/Kepala Desa
9) Pers
10) Dunia Usaha di Bidang
Kelautan dan Perikanan

zonasi dari hasil


kesepakatan pada
konsultasi publik
sebelumnya, serta menilai
kelayakan/kesesuaian
pemanfaatan, analisis,
usulan alokasi ruang,
serta arahan
pemanfaatan dan
memeriksa konsistensi
draft RZWP-3-K dengan
RTRW (penyelarasan,
penyerasian dan
penyeimbangan dengan)
dan aturan-aturan lainnya

Tabel 1.16 Materi, Metode dan Lokasi Konsultasi Publik II Penyusunan RZWP-3-K
Materi

Hasil perbaikan dokumen


awal

Metode pelaksanaan
Fokus Group Discussion

Lokasi

(FGD)

Hasil Analisis lanjutan

Rembug Desa

Penetapan Alokasi Ruang

(dapat dilakukan dengan

Penyelarasan ,

menerapkan model

penyerasian dan

Simulasi)

Kantor Pemerintah Daerah


(Dinas Kelautan dan
perikanan atau Bappeda)

kantor kecamatan/kelurahan

penyeimbangan dengan
RTRW

Hasil dari konsultasi publik II (kedua) adalah diperolehnya kesepakatan pemanfaatan ruang
(kawasan/zona/subzona).

1 - 30

11) Penyusunan Dokumen Final


Setelah Dokumen Antara diperbaiki sesuai dengan masukan, tanggapan, atau saran
pada saat konsultasi publik II, selanjutnya Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Peta Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil, Deskripsi Zona/Subzona, Peraturan Pemanfaatan Ruang, dan Indikasi Program
dibahasahukumkan menjadi draft rancangan perda RZWP-3-K.
Dokumen

Final

merupakan

perbaikan

Dokumen

Antara

yang

telah

dikonsultasipublikkan. Sistematika dokumen final RZWP-3-K (lampiran 4), sekurangkurangnya terdiri atas:
1) Pendahuluan yang memuat Dasar Hukum Penyusunan RZWP3K, Profil Wilayah, Isu-isu
Strategis Wilayah, Peta-peta yang minimal mencakup peta orientasi wilayah;
2) Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Kabupaten/Kota;
3) Deskripsi Potensi Sumberdaya Pesisir dan Pulau-pulau Kecil dan Kegiatan Pemanfaatan
4) Rencana Alokasi Ruang;
5) Peraturan Pemanfaatan Ruang;
6) Indikasi program;
7) Album Peta Tematik dan Album Peta RZWP-3-K; dan
8) Draft Rancangan Perda RZWP-3-K.
12) Permintaan Tanggapan dan/atau Saran
Dokumen Final RZWP-3-K selanjutnya dimintakan tanggapan dan/atau saran kepada
Menteri Kelautan dan Perikanan dan Gubernur. Berdasarkan UU Nomor 27 Tahun 2007
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 pasal 14 dan
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 16 Tahun 2008 pasal 26, mekanisme
pemberian tanggapan dan/atau saran, adalah sebagai berikut :
(1) Bupati/walikota menyampaikan Dokumen Final RZWP-3-K kabupaten/kota kepada
gubernur dan Menteri untuk mendapatkan tanggapan dan/atau saran.
(2) Gubernur atau Menteri memberikan tanggapan dan/atau saran terhadap dokumen
final RZWP-3-K dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kerja.
(3) Gubernur atau Menteri dalam memberikan tanggapan dapat melibatkan lembaga yang
mengkoordinasikan penataan ruang nasional atau daerah.
(4) Tanggapan atau saran perbaikan oleh gubernur atau bupati/walikota dipergunakan
sebagai bahan perbaikan Dokumen Final RZWP-3-K.
(5) Dalam hal tanggapan dan/atau saran tidak dipenuhi, maka dokumen RZWP-3-K dapat
diberlakukan secara definitif.

1 - 31

Uraian Modul RZWP-3-K


Perincian proses penyusunan Rencana Zonasi WP-3-K sebagaimana dimaksud pada Modul
1 yang dijabarkan lebih lanjut pada modul-modul sebagai berikut:
Modul 2. Pengumpulan dan Analisis Data Spatial serta Pemetaan untuk Mendukung RZWP-3-K
Modul 3. Rencana Zonasi WP-3-K Berbasis Mitigasi Bencana
Modul 4. Data dan Informasi, Kriteria, Pertimbangan dan Penentuan, Delineasi serta
Pengaturan Kawasan Konservasi
Modul 5. Data dan Informasi, Kriteria, Pertimbangan dan Penentuan Pola Ruang dan Delineasi
serta Pengaturan Zona Budidaya Laut
Modul 6. Data dan Informasi, Kriteria, Pertimbangan dan Penentuan Pola Ruang dan Delineasi
serta Pengaturan Zona Perikanan Tangkap (fishing ground)
Modul 7. Data dan Informasi, Kriteria, Pertimbangan dan Penentuan Pola Ruang dan Delineasi
serta Pengaturan Zona Pertambangan di Laut
Modul 8. Data dan Informasi, Kriteria, Pertimbangan dan Penentuan Pola Ruang dan Delineasi
serta Pengaturan Zona Pariwisata di Laut
Modul 9. Data dan Informasi, Kriteria, Pertimbangan dan Penentuan dan Delineasi serta
Pengaturan Zona Permukiman dan Perdagangan/Jasa
Modul 10. Data dan Informasi, Kriteria, Pertimbangan dan Penentuan dan Delineasi
serta Pengaturan Zona Industri
Modul 11. Data dan Informasi, Kriteria, Pertimbangan dan Penentuan dan Delineasi serta
Pengaturan Alur Laut
Modul 12. Kriteria, Pertimbangan dan Penentuan Alokasi Ruang RZWP-3-K
Modul 13. Resolusi Konflik dalam Perencanaan WP-3-K
Modul 14. Pelibatan Pemangku Kepentingan dalam Penyusunan RZWP-3-K

1 - 32

DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Tata Ruang Laut Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (2011). Ketentuan Mengenai Penyusunan
RZWP-3-K Kab/Kota. Jakarta: Direktorat Tata Ruang Laut Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.
Direktorat Tata Ruang Laut Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (2011). Ketentuan Mengenai Penyusunan
RZWP-3-K Provinsi. Jakarta: Direktorat Tata Ruang Laut Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.
Direktorat Tata Ruang Laut Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (2011). Modul Bimbingan Teknis
Penyusunan Perencanaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Jakarta: Direktorat Tata
Ruang Laut Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.
Direktorat Tata Ruang Laut Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (2013). Pedoman Teknis Pemetaan Rencana
Zonasi Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Provinsi dan Kabupaten/Kota. Jakarta: Direktorat
Tata Ruang Laut Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.
Direktorat Tata Ruang Laut Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (2013). Pedoman Teknis Penyusunan RZWP3-K Provinsi. Jakarta: Direktorat Tata Ruang Laut Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.
Direktorat Tata Ruang Laut Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (2013). Pedoman Teknis Penyusunan RZWP3-K Kabupaten/Kota. Jakarta: Direktorat Tata Ruang Laut Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 16 Tahun 2008 tentang Perencanaan Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 jo Undang-undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Undang-undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial.

1 - 33

Anda mungkin juga menyukai