Anda di halaman 1dari 27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Struma nodosa atau struma adenomatosa terutama di temukan di daerah


pegunungan karena defisiensi iodium. Struma endemik ini dapat dicegah
dengan substitusi iodium. Di luar daerah endemik, struma nodosa ditemukan
secara
insidental
atau pada
keluarga
tertentu. Etiologinya
umumnya
multifaktorial. Biasanya tiroid sudah membesar sejak usia muda dan
berkembang menjadi multinodular pada saat dewasa.
Struma multinodosa biasanya ditemukan pada wanita berusia lanjut, dan
perubahan yang terdapat pada kelenjar berupa hiperplasia sampai bentuk
involusi. Kebanyakan struma multinodosa dapat dihambat oleh tiroksin.
Penderita struma nodosa biasanya tidak mengalami keluhan karena tidak ada
hipotiroidisme
atau
hipertiroidisme.
Nodul
mungkin
tunggal,
tetapi
kebanyakan berkembang menjadi multinoduler yang tidak berfungsi.
Degenerasi
jaringan
menyebabkan
kista
atau
adenoma.
Karena
pertumbuhannya yang sering berangsur-angsur, struma dapat menjadi besar
tanpa gejala kecuali benjolan di leher. Sebagian penderita dengan struma
nodosa dapat hidup dengan strumanya tanpa gangguan. 1

A. DEFINISI
Struma
karena

adalah

pembesaran

folikel-folikel

terisi

pada

koloid

kelenjar

secara

tiroid

berlebihan.

yang

biasanya

Setelah

terjadi

bertahun-tahun

sebagian folikel tumbuh semakin besar dengan membentuk kista dan kelenjar
tersebut

menjadi

noduler.

Struma

nodosa

non

toksik

adalah

pembesaran

kelenjar tyroid yang secara klinik teraba nodul satu atau lebih tanpa disertai
tanda-tanda hipertiroidisme.

B; EMBRIOLOGI
Glandula thyroidea mula-mula berkembang dari penonjolan endodermal
pada garis tengah dasar pharynx, diantara tuberculum impar dan copula.
Nantinya penebalan ini berubah menjadi divertikulum yang disebut ductus
thyroglossalis. Dengan berlanjutnya perkembangan, duktus ini memanjang
dan ujung distalnya menjadi berlobus dua. Duktus ini merubah menjadi tali
padat dan bermigrasi menuruni leher, berjalan di sebelah anterior, atau
posterior terhadap os hyoideum yang sedang berkembang. Pada minggu ke
tujuh, tiba pada posisi akhirnya di dekat larynx dan trachea. Sementara itu tali
padat yang menghubungkan glandula thyroidea dengan lidah, terputus dan
lenyap. Tempat asal ductus tyroglossalis pada lidah menetap sebagai suatu
sumur yang disebut foramen caecum linquae. Kemudian, dua lobus pada
ujung terminal ductus thyroglossalis akan membesar sebagai akibat proliferasi
epitel dan membentuk glandula thyroidea.

C; ANATOMI
Glandula thyroidea terdiri atas lobus kiri dan kanan yang dihubungkan
oleh isthmus yang sempit. Setiap lobus berbentuk buah avokad, dengan
puncaknya ke atas sampai linea oblique cartilaginis thyroidea dan basisnya
terdapat dibawah, setinggi cincin trachea ke-4 atau ke-5. Glandula thyroidea
merupakan organ yang sangat vascular, dibungkus oleh selubung yang berasal
dari lamina pretrachealis. Selubung ini melekatkan kelenjar ini ke larynx dan
trachea.
Juga sering didapatkan lobus piramidalis, yang menjalar ke atas dari
isthmus, biasanya ke kiri garis tengah. Lobus ini merupakan sisa jaringan
embryonic thyroid yang ketinggalan pada waktu migrasijaringan ini ke bagian
anterior di hipofaring. Bagian atas dari lobus ini dikenal sebagai pole atas dari
kelenjar tiroid, dan bagian bawah disebut sebagai pole bawah. Suatu pita
fibrosa atau muscular sering menghubungkan lobus piramidalis dengan os
hyoideum; jika ia muscular disebut sebagai m. levator glandulae thyroidea.

Berat tiroid pada orang dewasa normal adalah 10-30 gram tergantung
kepada ukuran tubuh dan suplai Iodium. Lebar dan panjang dari isthmus
sekitar 20 mm, dan ketebalannya 2-6 mm. Ukuran lobus lateral dari pole
superior ke inferior sekitar 4 cm. Lebarnya 15-20 mm, dan ketebalan 20-39
mm.
Kelenjar tiroid terletak antara fascia colli media dan fascia prevertebralis.
Di dalam ruangan yang sama terdapat trakea, esophagus, pembuluh darah
besar, dan saraf. Kelenjar tiroid melekat pada trakea dan fascia pretrachealis
dan melingkari duapertiga bahkan sampai tigaperempat lingkaran. A. carotis
communis, v. jugularis interna, dan n. vagus terletak bersama di dalam suatu
ruang tertutup di laterodorsal tiroid. N. recurrens terletak di dorsal sebelum
masuk ke laring. N. phrenicus dan truncus symphaticus tidak masuk ke dalam
ruang antara fascia media dan prevertebralis.
Limfe dari kelenjar tiroid terutama dicurahkan ke lateral, ke dalam nl.
cervicales profundi. Beberapa pembuluh limfe berjalan turun ke nl.
paratracheales.
Seluruh cincin tiroid dibungkus oleh suatu lapisan jaringan yang
dinamakan true capsule. Sedangkan extension dari lapisan tengah fascia
servicalis profundus yang mengelilingi tiroid dinamakan false capsule atau
surgical capsule. Seluruh arteri dan vena, plexus limphaticus dan kelenjar
paratiroid terletak antara kedua kapsul tersebut. Ligamentum Berry menjadi
penghubung di bagian posterior antara kedua kapsul tersebut. Ligamentum
Berry menjadi penghubung di bagian posterior antara kedua lobus tiroid.
Aa. carotis superior dextra et sinistra, dan kedua aa. thyroidea inferior
dextra et sinistra memberikan vaskularisasi untuk tiroid. Kadang kala
dijumpai a. ima, cabang truncus brachiocephalica. Sistem vena berjalan
bersama arterinya, persarafan diatur oleh n. recurrens dan cabang dari n.
laryngeus superior, sedangkan sistem limfatik yang penting menerima aliran
limfe tiroid terdiri dari pembuluh limfe superior yang menerima cairan limfe
dari pinggir atas isthmus, sebagian besar permukaan medial lobus lateral, dan
permukaan ventral dan dorsal bagian atas lobus lateral dan pembuluh limfe

inferior yang menerima cairan limfe dari sebagian besar isthmus dan bagian
bawah lobus lateral.
Pada pembedahan tiroid penting memperhatikanjalan arteri pada pool atas
kanan dan kiri, karena ligasi tinggi pada arteri tersebut dapat mencederai n.
laryngeus superior, kerusakan nervus ini dapat mengakibatkan perubahan
suara menjadi parau yang bersifat sementara namun dapat pula permanen.

D; FISIOLOGI
Kelenjar

tiroid menghasilkan

yang kemudian

berubah

menjadi

hormone

tiroid utama

bentuk aktifnya

yaitu

tiroksin

(T4)

yaitu triyodotironin (T3).

Iodium nonorganic yang diserap dari saluran cerna merupakan bahan baku
hormone tiroid. Zat ini dipekatkan kadarnya menjadi 30-40 kali sehingga
mempunyai afinitas yang sangat tinggi di dalam jaringan tiroid. Sebagian
besar

T4

kemudian

akan

dilepaskan

ke

sirkulasi

sedangkan

sisanya

tetap

didalam kelenjar yang kemudian mengalami daur ulang. Di sirkulasi, hormone


tiroid

akan

terikat

dengan

protein

yaitu

globulin

pengikat

tiroid

(thyroid

binding globulin, TBG) atau prealbumin pengikat albumin (thyroxine binding


prealbumine, TBPA). Hormon stimulator tiroid (thyroid stimulatimg hormone,
TSH) memegang peranan penting untuk mengatur sekresi dari kelenjar tiroid.
TSH dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar hipofisis. Proses yang dikenal
sebagai negative feedback sangat penting dalam pengeluaran hormone tiroid
ke sirkulasi. Pada pemeriksaan akan terlihat adanya sel parafolikuler yang
menghasilkan kalsitonin yang berfungsi untuk mengatur metabolism kalsium,
yaitu menurunkan kadar kalsium serum terhadap tulang.

E; HISTOLOGI
Kelenjar tiroid terdiri dari nodula-nodula yang tersusun dari folikel-folikel
kecil yang dipisahkan satu dengan yang lainnya denganjaringan ikat. Folikelfolikel tiroid dibatasi oleh epitel kubus dan lumennya terisi oleh koloid.
Kelenjar tiroid mengandung 2 tipe sel utama yaitu thyroid follicular cells
dan C cells (parafollicular cells). Sel folikular menggunakan iodine dari darah

untuk membuat hormone, yang membantu meregulasi metabolisme tubuh. Sel


parafolikular
membuat
calcitonin,
suatu
hormone
yang
membantu
meregulasikan bagaimana tubuh menggunakan kalsium

F. ETIOLOGI
Penyebab pasti pembesaran kelenjar tiroid pada struma nodosa tidak
diketahui,
namun
sebagian
besar
penderita
menunjukkan
gejala-gejala
tiroiditis ringan; oleh karena itu, diduga tiroiditis ini menyebabkan
hipotiroidisme ringan, yang selanjutnya menyebabkan peningkatan sekresi
TSH (thyroid stimulating hormone) dan pertumbuhan yang progresif dari
bagian kelenjar yang tidak meradang. Keadaan inilah yang dapat menjelaskan
mengapa kelenjar ini biasanya nodular, dengan beberapa bagian kelenjar
tumbuh namun bagian yang lain rusak akibat tiroiditis.
Adanya
gangguan
fungsional
dalam
pembentukan
hormon tyroid
merupakan faktor penyebab pembesaran kelenjar tyroid antara lain :
1. Defisiensi iodium
Pada umumnya, penderita penyakit struma sering terdapat di
daerah yang kondisi air minum dan tanahnya kurang mengandung iodium,
misalnya daerah pegunungan.
2. Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa hormon tyroid.

a; Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia (seperti substansi dalam


kol, lobak, kacang kedelai).

b; Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan (misalnya :


thiocarbamide, sulfonylurea dan litium).

c; Hiperplasi dan involusi kelenjar tiroid.


Pada umumnya ditemui pada masa pertumbuhan, puberitas,
menstruasi, kehamilan, laktasi, menopause, infeksi dan stress lainnya.
Dimana menimbulkan nodularitas kelenjar tiroid serta kelainan
arseitektur yang dapat bekelanjutan dengan berkurangnya aliran darah
didaerah tersebut.

Akhirnya, ada beberapa makanan yang mengandung substansi goitrogenik


yakni makanan yang mengandung sejenis propiltiourasil yang mempunyai
aktifitas antitiroid sehingga juga menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid
akibat rangsangan TSH. Beberapa bahan goitrogenik ditemukan pada
beberapa varietas lobak dan kubis.

G. KLASIFIKASI
Pada struma gondok endemik, Perez membagi klasifikasi menjadi:

1; Derajat 0: tidakteraba pada pemeriksaan


2; Derajat I: teraba pada pemeriksaan, terlihat hanya kalau kepala ditegakkan
3; Derajat II: mudah terlihat pada posisi kepala normal
4; Derajat III: terlihat pada jarak jauh.
Pada keadaan tertentu derajat 0 dibagi menjadi:

a; Derajat 0a: tidak terlihat atau teraba tidak besar dari ukuran normal.
b; Derajat 0b: jelas teraba lebih besar dari normal, tetapi tidak terlihat bila
kepala ditegakkan.

Burrow menggolongkan struma nontoksik sebagai berikut:

1; Nontoxic diffuse goiter


2; Endemic
3; Iodine deficiency
4; Iodine excess
5; Dietary goitrogenic
6; Sporadic
7; Conngenital defect in thyroid hormone biosynthesis
8; Chemichal agents, e.g lithium, thiocyanate, ^aminosalicylic acid
9; Iodine deficiency
10; Compensatory following thyroidectomy
11;Nontoxic nodular goiter due to causes listed above
12; Uninodular or multinodular
13; Functional, nonfunctional, or both.

Dari

aspek

fungsi

kelenjar

tiroid,

yang

tugasnya

memproduksi

hormon

tiroksin, maka bisa dibagi menjadi:

1; Hipertiroidi; sering juga disebut toksik (walaupun pada kenyataannya pada


penderita ini tidak dijumpai adanya toksin), bila produksi hormon tiroksin
berlebihan.

2; Eutiroid; bila produksi hormon tiroksin normal.


3; Hipotiroidi; bila produksi hormon tiroksin kurang.
4; Struma nodosa non toksik; bila tanpa tanda-tanda hipertiroidi
Struma nodosa dapat diklasifikasi berdasarkan beberapa hal, yaitu:
1 Berdasarkanjumlah nodul;

a; bila jumlah nodul hanya satu disebut struma nodosa soliter


(uninodosa)

b; bila lebih dari satu disebut struma multinodosa.


5; Berdasarkan kemampuan menangkap yodium radioaktif dikenal 3 bentuk
nodul tiroid yaitu :

a; nodul dingin
b; nodul hangat
c; nodul panas.
6; Berdasarkan konsistensinya
a; nodul lunak
b; nodul kistik
c; nodul keras
d; nodul sangat keras.
H. PATOFISIOLOGI
Iodium

merupakan

semua

bahan

utama

yang

dibutuhkan

tubuh

untuk

pembentukan hormon tyroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus,


masuk ke dalam sirkulasi darah dan ditangkap paling banyak oleh kelenjar
tyroid..

Dalam kelenjar, iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif yang


distimuler oleh Tiroid Stimulating Hormon kemudian disatukan menjadi
molekul tiroksin yang terjadi pada fase sel koloid. Senyawa yang terbentuk
dalam molekul diyodotironin membentuk tiroksin (T4) dan molekul
yoditironin (T3).
Tiroksin (T4) menunjukkan pengaturan umpan balik negatif dari sekresi
Tiroid Stimulating Hormon dan bekerja langsung pada tirotropihypofisis,
sedang tyrodotironin (T3) merupakan hormon metabolik tidak aktif.
Beberapa obat dan keadaan dapat mempengaruhi sintesis, pelepasan dan
metabolisme tyroid sekaligus menghambat sintesis tiroksin (T4) dan melalui
rangsangan umpan balik negatif meningkatkan pelepasan TSH oleh kelenjar
hypofisis. Keadaan ini menyebabkan pembesaran kelenjar tyroid.

I. GAMBARAN KLINIS
Pada penyakit struma nodosa nontoksik tyroid membesar dengan lambat.
Awalnya kelenjar ini membesar secara difus dan permukaan licin. Jika struma
cukup besar, akan menekan area trakea yang dapat mengakibatkan gangguan
pada respirasi danjuga esofhagus tertekan sehingga terjadi gangguan menelan.
Klien tidak mempunyai keluhan karena tidak ada hipo atau hipertirodisme.
Benjolan

di

meningkatnya

leher. Peningkatan
denyut

metabolism

karena

klien

nadi. Peningkatan simpatis seperti

hiperaktif
;

dengan

jantung menjadi

berdebar-debar, gelisah, berkeringat, tidak tahan cuaca dingin, diare, gemetar,


dan kelelahan.
Pada pemeriksaan status lokalis struma nodosa, dibedakan dalam hal:

1; Jumlah nodul; satu (soliter) atau lebih dari satu (multipel).


2; Konsistensi; lunak, kistik, keras atau sangat keras
3; Nyeri pada penekanan; ada atau tidak ada
4; Perlekatan dengan sekitarnya; ada atau tidak ada.
5; Pembesaran kelenjar getah bening di sekitar tiroid : ada atau tidak ada.
J. DIAGNOSIS

Diagnosis struma nodosa non toksik ditegakkan berdasarkan anamnesis,


pemeriksaan fisik, penilaian resiko keganasan, dan pemeriksaan peninjang.
Pada umumnya struma nodosa non toksik tidak mengalami keluhan karena
tidak ada hipo- atau hipertiroidisme. Biasanya tiroid mulai membesar pada
usia muda dan berkembang menjadi multinodular pada saat dewasa. Karena
pertumbuhannya berangsur-angsur, struma dapat menjadi besar tanpa gejala
kecuali benjolan di leher. Sebagian besar penderita dengan struma nodosa
dapat hidup dengan strumanya tanpa keluhan.
Walaupun sebagian struma nodosa tidak mengganggu pernafasan karena
menonjol ke depan, sebagian lain dapat menyebabkan penyempitan trakea bila
pembesarannya bilateral. Struma nodosa unilateral dapat menyebabkan
pendorongan sampai jauh ke arah kontra lateral. Pendorongan demikian
mungkin tidak mengakibatkan gangguan pernafasan. Penyempitan yang
berarti menyebabkan gangguan pernafasan sampai akhirnya terjadi dispnea
dengan stridor inspirator.
Keluhan yang ada ialah rasa berat di leher. Sewaktu menelan trakea naik
untuk menutup laring dan epiglotis sehingga terasa berat karena terfiksasi
pada trakea.
Pemeriksaan pasien dengan struma dilakukan dari belakang kepala
penderita sedikit fleksi sehingga muskulus sternokleidomastoidea relaksasi,
dengan demikan tiroid lebih mudah dievaluasi dengan palpasi. Gunakan kedua
tangan bersamaan dengan ibu jari posisi di tengkuk penderita sedang keempat
jari yang lain dari arah lateral mengeveluasi tiroid serta mencari pole bawah
kelenjar tiroid sewaktu penderita disuruh menelan.
Pada struma yang besar dan masuk retrosternal tidak dapat di raba trakea
dan pole bawah tiroid. Kelenjar tiroid yang normal teraba sebagai bentukan
yang lunak dan ikut bergerak pada waktu menelan. Biasanya struma masih
bisa digerakkan ke arah lateral dan susah digerakkan ke arah vertikal. Struma
menjadi terfiksir apabila sangat besar, keganasan yang sudah menembus
kapsul, tiroiditis dan sudah ada jaringan fibrosis setelah operasi.

Untuk memeriksa struma yang berasal dari satu lobus (misalnya lobus kiri
penderita), maka dilakukan dengan jari tangan kiri diletakkan di mediall di
bawah kartilago tiroid, lalu dorong benjolan tersebut ke kanan. Kemudian ibu
jari tangan kanan diletakkan di permukaan anterior benjolan. Keempat jari
lainnya diletakkan pada tepi belakang muskulus sternokleidomastoideus untuk
meraba
tepi
lateral
kelenjar
tiroid
tersebut.
Pada pemeriksaan fisik nodul harus dideskripsikan:

1; lokasi: lobus kanan, lobos kiri, ismus


2; ukuran: dalam sentimeter, diameter panjang
3; jumlah nodul: satu (uninodosa) atau lebih dari satu (multinodosa)
4; konsistensinya: kistik, lunak, kenyal, keras
5; nyeri: ada nyeri atau tidak pada saat dilakukan palpasi
6; mobilitas: ada atau tidak perlekatan terhadap trakea, muskulus
sternokleidomastoidea

7; pembesaran kelenjar getah bening di sekitar tiroid: ada atau tidak.


Inspeksi: leher dibatasi di cranial oleh tepi rahang bawah, di kaudal oleh
kedua tulang selangka dan tepi cranial sternum, di lateral oleh
pinggir depan m. trapezius kiri dan kanan. Kedua m.
sternocleidomastoideus selalu jelas terlihat, dan pada garis tengah
dari cranial ke kaudal terdapat tulang hyoid serta kartilago tiroid,
krikoid, dan trakea.
Palpasi: palpasi dapat dilakukan pada pasien dalam sikap duduk atau
berbaring, dengan kepala dalam sikap fleksi ringan supaya regangan
otot

pita

leher

tidak

mengganggu

palpasi.

Pada

sikap

duduk

dilakukan pemeriksaan dari belakang penderita maupun dari depan.


Sedangkan pada sikap berbaring digunakan bantal tipis di bawah
kepala.

Tulang

hyoid,

kartilago

tiroid

dan

krikoid

sampai

cincin

kedua trakaea biasanya mudah diraba di garis tengah. Cincin trakea


yang lebih kaudal makin sukar diraba karena trakea mengarah ke
dorsal. Pada gerakan menelan, seluruh trakea bergerak naik turun.

10

Satu-satunya struktur lain yang turut dengan gerakan


kelenjar tiroid atau sesuatu yang berasal dari kelenjar tiroid.

ini

adalah

Sekitar 5% struma nodosa mengalami keganasan. Di klinik perlu dibedakan


nodul tiroid jinak dan nodul ganas yang memiliki karakteristik:

1; Konsistensi keras pada beberapa bagian atau menyeluruh pada nodul dan
sukar digerakkan, walaupun nodul ganas dapat mengalami degenerasi kistik
dan kemudian menjadi lunak.

2; Sebaliknya nodul dengan konsistensi lunak lebih sering jinak, walaupun


nodul yang mengalami kalsifikasi dapat dtemukan pada hiperplasia
adenomatosa yang sudah berlangsung lama.

3; Infiltrasi nodul kejaringan sekitarnya merupakan tanda keganasan,


walaupun nodul ganas tidak selalu mengadakan infiltrasi. Jika ditemukan
ptosis, miosis dan enoftalmus (Horner syndrome) merupakan tanda
infiltrasi atau metastase kejaringan sekitar.

4; 20% nodul soliter bersifat ganas sedangkan nodul multipel jarang yang
ganas, tetapi nodul multipel dapat ditemukan 40% pada keganasan tiroid

5; Nodul yang muncul tiba-tiba atau cepat membesar perlu dicurgai ganas
terutama

yang

tidak

disertai

nyeri.

Atau

nodul

lama

yang

tiba-tiba

membesar progresif.

6; Nodul dicurigai ganas bila disertai dengan pembesaran kelenjar getah


bening regional atau perubahan suara menjadi serak.

7; Pulsasi arteri karotis teraba dari arah tepi belakang muskulus sternokleido
mastoidea karena

desakan

pembesaran nodul

(Berry's sign)

Kecurigaan suatu keganasan pada nodul tiroid bisa dirangkum:


1. Sangat mencurigakan

a; riwayat keluarga karsinoma tiroid medulare


b; cepat membesar terutama dengan terapi dengan levotirosin
c; nodul padat atau keras
d; sukar digerakkan atau melekat pada jaringan sekitar

11

e; paralisis pita suara


f; metastasis jauh
2; Kecurigaan sedang
a; umur di bawah 20 tahun atau di atas 70 tahun
b; pria
c; riwayat iradiasi pada leher dan kepala
d; nodul >4cm atau sebagian kistik
e; keluhan penekana termasuk disfagia,disfonia, serak, dispnu dan batuk.
3; Noduljinak
a; riwayat keluarga: noduljinak
b; struma difusa atau multinodosa
c; besarnya tetap
d; FNAB:jinak
e; kista simpleks
f; nodul hangat atau panas
g; mengecil dengan terapi supresi levotiroksin.

12

Index

Wayne

digunakan

untuk

menentukan

apakah

pasien

mengalami

eutiroid, hipotiroid atau hipertiroid


Gejala subjektif
Dispneu d' effort
Palpitasi

Angka

Gejala objektif

Ada

Tidak

+1

Tiroid teraba

+3

-3

+2

Bruit

-2

+2

systole
diatas

13

Capai/lelah
Suka panas

+2

Eksoftalmus

+2

Lid retraksi

~+2
~

Suka dingin

+5

Lid lag

+1

14

Keringat banyak
Nervous

+3

Hiperkinesis

+4

-2

+2

Tangan panas

+2

~-2"

15

Tangan basah

+1

Nadi

16

Tangan panas

-1

<80x/m

-3

17

Nafsu makan t

+3

80-90x/m

18

Nafsu makan J

-3

>90x/m

BB t

< 11 eutiroid

BB J

+3

11-18 normal

Fibrilasi atrium

+3

> 19 hipertiroid

+3

19

Jumlah
Pemerikasaan laboratorium yang digunakan dalam diagnosa
penyakit tiroid terbagi atas:
1. Pemeriksaan

untuk

Pemerikasaan

hormon

radioimmuno-assay
(ELISA)

dalam

tiroid

(RIA)
serum

mengukur
dan
dan
atau

TSH
cara

plasma

fungsi tiroid
paling

sering

enzyme-linked
darah.

menggunakan
immuno-assay

Pemeriksaan

T4

total

dikerjakan pada semua penderita penyakit tiroid, kadar normal pada


orang dewasa 60-150 nmol/L atau 50-120 ng/dL; T3 sangat membantu
untuk hipertiroidisme, kadar normal pada orang dewasa antara 1,0-2,6
nmol/L atau 0,65-1,7 ng/dL; TSH sangat membantu untuk mengetahui
hipotiroidisme primer di mana basal TSH meningkat 6 mU/L. Kadangkadang meningkat sampai 3 kali normal.

20

2.

Pemeriksaan

untuk

menunjukkan

penyebab

gangguan

tiroid.

Antibodi terhadap macam-macam antigen tiroid ditemukan pada serum


penderita dengan penyakit tiroid autoimun.

a; antibodi tiroglobulin
b; antibodi mikrosomal
c; antibodi antigen koloid ke dua (CA2 antibodies)
d; antibodi permukaan sel (cell surface antibody)
e; thyroid stimulating hormone antibody (TSA)
Pemeriksaan radiologis dengan foto rontgen dapat memperjelas
adanya deviasi trakea, atau pembesaran struma retrosternal yang pada
umumnya secara klinis pun sudah bisa diduga, foto rontgen leher [posisi
AP dan Lateral diperlukan untuk evaluasi kondisi jalan nafas sehubungan
dengan intubasi anastesinya, bahkan tidak jarang intuk konfirmasi
diagnostik
tersebut
sampai
memelukan
CT-scan
leher.
USG bermanfaat pada pemeriksaan tiroid untuk:

1; Dapat menentukan jumlah nodul


2; Dapat membedakan antara lesi tiroid padat dan kistik,
3; Dapat mengukur volume dari nodul tiroid
4; Dapat mendeteksi adanya jaringan kanker tiroid residif yang tidak
menangkap iodium, yang tidak terlihat dengan sidik tiroid.

5; Pada

kehamilan

dilakukan,

di

pemeriksaan

mana
USG

pemeriksaan
sangat

sidik

tiroid

membantu

tidak

mengetahui

dapat
adanya

pembesaran tiroid.

6; Untuk mengetahui lokasi dengan tepat benjolan tiroid yang akan


dilakukan biopsi terarah

7; Dapat dipakai sebagai pengamatan lanjut hasil pengobatan.


Pemeriksaan tiroid dengan menggunakan radio-isotop dengan
memanfaatkan metabolisme iodium yang erat hubungannya dengan kinerja
tiroid bisa menggambarkan aktifitas kelenjar tiroid maupun bentuk

21

lesinya. Penilaian fungsi kelenjar tiroid dapat juga dilakukan karena


adanya sistem transport pada membran sel tiroid yang menangkap iodida
dan anion lain. Iodida selain mengalami proses trapping juga ikut dalam
proses organifikasi, sedangkan ion pertechnetate hanya ikut dalam proses
trapping. Uji tangkap tiroid ini berguna untuk menentukan fungsi dan
sekaligus membedakan berbagaii penyebab hipertiroidisme dan juga
menentukan dosis iodium radioaktif untuk pengobatan hipertiroidisme.
Uji tangkap tiroid tidak selalu sejalan dengan keadaan klinik dan
kadar hormon tiroid. Pemeriksaan dengan sidik tiroid sama dengan uji
angkap tiroid, yaitu dengan prinsip daerah dengan fungsi yang lebih aktif
akan
menangkap
radioaktivitas
yang
lebih
tinggi.
Pemerikasaan histopatologis dengan biopsi jarum halus (fine needle
aspiration biopsy FNAB) akurasinya 80%. Hal ini perlu diingat agar
jangan sampai menentukan terapi definitif hanya berdasarkan hasil FNAB
saja.
Berikut ini penilaian FNAB untuk nodul tiroid.
1; Jinak (negatif)
Tiroid normal
Nodul koloid
Kista
Tiroiditis subakut
Tiroiditis Hashimoto

2; Curiga (indeterminate)
Neoplasma sel folikuler
Neoplasma Hurthle
Temuan kecurigaan keganasan tai tidak pasti

3; Ganas (positif)
Karsinoma tiroid papiler
Karsinoma tiroid meduler
Karsinoma tiroid anaplastik.5

22

Pemeriksaan potong beku (VC = Vries coupe) pada operasi


tiroidektomi diperlukan untuk meyakinkan bahwa nodul yang dioperasi
tersebut suatu keganasan atau bukan. Lesi tiroid atau sisa tiroid yang
dilakukan VC dilakukan pemeriksaan patologi anatomis untuk memastika
n proses ganas atau jinak serta mengetahui jenis kelainan histopatologis
dari nodul tiroid dengan parafin block.

K. PENATALAKSANAAN
Pilihan terapi nodul tiroid:

1; Terapi supresi dengan hormon levotirosin


2; Pembedahan
3; Iodium radioaktif
4; Suntikan etanol
5; US Guided Laser Therapy
6; Observasi, bila yakin nodul tidak ganas.
Indikasi operasi pada struma adalah:

a; struma difus toksik yang gagal dengan terapi medikamentosa


b; struma uni atau multinodosa dengan kemungkinan keganasan
c; struma dengan gangguan tekanan
d; kosmetik.
Kontraindikassi operasi pada struma:

a; struma toksika yang belum dipersiapkan sebelumnya


b; struma dengan dekompensasi kordis dan penyakit sistemik yang lain
yang belum terkontrol

c; struma besar yang melekat erat ke jaringan leher sehingga sulit


digerakkan

yang

biasanya

karena

karsinoma.

Karsinoma

yang

demikian biasanya sering dari tipe anaplastik yang jelek prognosanya.


Perlekatan pada trakea ataupun laring dapat sekaligus dilakukan

23

reseksi

trakea

atau

lunak

leher

yang

laringektomi,
luas

tetapi

sulit

perlekatan

dilakukan

dengan

eksisi

jaringan

yang

baik.

d. struma yang disertai dengan sindrom vena kava superior. Biasanya


karena

metastase

dilakukan

luas

sternotomi,

ke
dan

mediastinum,
bila

sukar

dipaksakan

akan

eksisinya

biarpun

memberikan

telah

mortalitas

yang tinggi dan sering hasilnya tidak radikal.

Pertama-tama dilakukan pemeriksaan klinis untuk menentukan apakah


nodul tiroid tersebut suspek maligna atau suspek benigna.

Bila

nodul

tersebut

tersebut

operabel

suspek
atau

maligna

inoperabel.

dibedakan
Bila

atas

kasus

apakah
yang

kasus

dihadapi

inoperabel maka dilakukan tindakan biopsi insisi dengan pemeriksaan


histopatologi

secara

blok

parafin.

Dilanjutkan

dengan

tindakan

debulking dan radiasi eksterna atau khemoradioterapi.

Bila nodul tiroid suspek maligna tersebut operabel dilakukan tindakan


isthmolobektomi dan pemeriksaan potong beku (VC ).

Ada 5 kemungkinan hasil yang didapat:

1; Lesijinak.
Maka tindakan operasi selesai dilanjutkan dengan observasi

2; Karsinoma papilare.
Dibedakan atas risiko tinggi dan risiko rendah berdasarkan klasifikasi
AMES.

a;

Bila risiko rendah tindakan operasi selesai dilanjutkan dengan


observasi.

b;

Bila risiko tinggi dilakukan tindakan tiroidektomi total.

3; Karsinoma folikulare.
Dilakukan tindakan tiroidektomi total

4; Karsinoma medulare.

24

Dilakukan tindakan tiroidektomi total


5. Karsinoma anaplastik.

a; Bila memungkinkan dilakukan tindakan tiroidektomi total.


b; Bila tidak memungkinkan, cukup dilakukan tindakan debulking
dilanjutkan dengan radiasi eksterna atau khemoradioterapi.
Bila nodul tiroid secara klinis suspek benigna dilakukan tindakan
FNAB ( Biopsi Jarum Halus ). Ada 2 kelompok hasil yang mungkin
didapat yaitu :
1; Hasil FNAB suspek maligna, "foliculare Pattern" dan "Hurthle
Cell". Dilakukan tindakan isthmolobektomi dengan pemeriksaan
potong beku seperti diatas.

2; Hasil FNAB benigna.


Dilakukan terapi supresi TSH dengan tablet Thyrax selama 6
bulan kemudian dievaluasi, bila nodul tersebut mengecil diikuti
dengan tindakan observasi dan apabila nodul tersebut tidak ada
perubahan atau bertambah besar sebaiknya dilakukan tindakan
isthmolobektomi dengan pemeriksaan potong beku seperti diatas.

25

Bagan Penatalaksanaan Nodul Tiroid


Bagan
I

Nodul Tiroid

Klinis

Suspek Maligna
i
s^ 1

Suspek Benigna
i
1
1

26

27

Anda mungkin juga menyukai