Anda di halaman 1dari 18

BAB I

KONSEP MEDIK

A. PENGERTIAN
Tumor Abdomen merupakan massa yang padat dengan ketebalan yang berbedabeda, yang disebabkan oleh sel tubuh yang yang mengalami transformasi dan tumbuh
secara autonom lepas dari kendali pertumbuhan sel normal, sehingga sel tersebut berbeda
dari sel normal dalam bentuk dan strukturnya. Secara patologi kelainan ini mudah
terkelupas dan dapat meluas ke retroperitonium, dapat terjadi obstruksi ureter atau vena
kava inferior. Massa jaringan fibrosis mengelilingi dan menentukan struktur yang di
bungkusnya tetapi tidak menginvasinya.
Bagian terbesar dari tumor abdomen terdiri dari neuroblastoma, tumor Wilms,
teratoma, tumor ovarium, limfoma abdomen, hepatoma dan lainlain. Tumor abdomen
merupakan sepertiga dari seluruh tumor ganas pada anak. Tumor ini sifatnya sangat
berbeda dengan jenis tumor lainnya. Salah satu yang spesial dari tumor ini adalah sangat
sulit untuk dideteksi.Pada umumnya anak dengan tumor abdomen hampir tidak
memberikan keluhan apabila masih dini, bahkan tidak jarang keluhan tidak atau belum
timbul walaupun tumor telah dapat diraba. Hal ini diakibatkan oleh sifat rongga perut
yang yang longgar, sehingga bila ada massa di dalamnya, dapat tumbuh sampai cukup
besar tanpa mengganggu organ di sekitarnya.
Gejala-gejala umum yang disebabkan seperti lesu, lemah, badan makin kurus,
keringat berlebih, demam, pucat dan rasa nyeri dalam perut, perlu mendapatkan perhatian
seksama meskipun gejala seperti tersebut di atas dapat dijumpai pula pada berbagai
penyakit infeksi kronis yang masih banyak terdapat di Indonesia. Biasanya adanya tumor
dalam abdomen dapat diketahui setelah perut tampak membuncit dan keras ataupun pada
saat anak dimandikan. Apabila telah diketahui ada tumor dalam abdomen, selanjutnya
dilakukan pemeriksaan fisik dengan hati-hati dan lembut untuk menghindari trauma
berlebihan yang dapat mempermudah terjadinya tumor pecah ataupun metastasis.
Ditentukan apakah letak tumornya intraperitoneal atau retroperitoneal. Tetapi pada tumor
yang terlalu besar sulit menentukan letak tumor secara pasti. Demikian pula bila tumor
yang berasal dari rongga pelvis telah mendesak ke rongga abdomen.

B. BAGIAN- BAGIAN DARI TUMOR ABDOMEN


Adapun bagian-bagian dari tumor abdomen adalah:
1. Neuroblastoma
Neuroblastoma merupakan tumor lunak, padat yang berasal dari sel-sel crest
neuralis yang merupakan prekusor dari medula adrenal dan sistem saraf simpatis.
Neuroblastoma dapat timbul di tempat terdapatnya jaringan saraf simpatis. Tempat
tumor primer yang umum adalah abdomen, kelenjar adrenal atau ganglia paraspinal
toraks, leher dan pelvis. Neuroblastoma umumnya bersimpati dan seringkali
bergeseran dengan jaringan atau organ yang berdekatan. Tumor ini paling banyak
berasal dari kelenjar adrenal dan gejala yang ditimbulkan merupakan akibat
dilepaskannya metabolit katekolamin secara berlebihan yaitu berupa hipertensi,
kemerahan (flushing), keringat yang berlebihan dan demam. Bila tumor telah
membesar menyebabkan perasaan tidak nyaman dan penuh dalam perut disertai
penurunan berat badan sampai failure to thrive. Ditemukannya benjolan-benjolan
subkutis terutama di daerah kepala atau proptosis dan ekimosis periorbita, merupakan
gambaran penyakit yang lanjut atau metastasis.
Kadar vanillyl mandelic acid (VMA) ialah suatu derivat katekolamin biasanya
meningkat dan dapat ditemukan dalam urin penderita. Pemeriksaan foto polos
abdomen tidak jarang dapat ditemukan tanda-tanda perkapuran dalam massa tumor
dan pada pielografi intravena biasanya sistem pelviokalises masih baik hanya letaknya
berubah. Pemeriksaan USG dan CT scan dapat lebih mengetahui perluasan tumor dan
metastasis. Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan histopatologis tumor,
kadang-kadang diperlukan pemeriksaan imunohistokimia seperti neurofilament,
synaptophysin dan neuron specific enolase (NSE) pada stadium lanjut dapat
ditemukan kelompok-kelompok metastasis neuroblastoma dalam sumsum tulang.
Kebanyakan etiologi dari neuroblastoma adalah tidak diketahui. Ada laporan yang
menyebutkan bahwa timbulnya neuroblastoma infantile (pada anak-anak) berkaitan
dengan orang tua atau selama hamil terpapar obat-obatan atau zat kimia tertentu
seperti hidantoin, etanol, dll. (Willie, 2008). Kelainan sitogenik yang terjadi pada
neuroblastoma kira-kira pada 80% kasus, meliputi penghapusan (delesi) parsial lengan
pendek kromosom 1, anomali kromosom 17, dan ampifilatik genomik dari oncogen NMyc, suatu indikator prognosis buruk (Nelson, 2000).
Gejala yang berhubungan dengan massa retroperitoneal, kelenjar adrenal,
paraspinal.
a. Massa abdomen tidak teratur,tidak nyeri tekan, keras, yang melintasi garis tengah.

b. Perubahan fungsi usus dan kandung kemih


c. Kompresi vaskuler karena edema ekstremitas bawah
d. Sakit punggung, kelemahan ekstremitas bawah
e. Defisit sensoris
f. Hilangnya kendali sfingter
Gejala-gejala yang berhubunngan dengan masa leher atau toraks.
a. Limfadenopati servikal dan suprakavikular
b. Kongesti dan edema pada wajah
c. Disfungsi pernafasan
d. Sakit kepala
e. Proptosis orbital ekimotik
f. Miosis
g. Ptosis
h. Eksoftalmos
i. Anhidrosis
Menurut Willie (2008) manifestasi klinis dari neuroblastoma berbeda tergantung dari
lokasi metastasenya:
a. Neuroblastoma retroperitoneal
Massa menekan organ dalam abdomen dapat timbul nyeri abdomen, pemeriksaan
menemukan masa abdominal yang konsistensinya keras dan nodular, tidak
bergerak, massa tidak nyeri dan sering melewati garis tengah. Pasien stadium
lanjut sering disertai asites, pelebaran vena dinding abdomen, edema dinding
abdomen.
b. Neurobalstoma mediastinal
Kebanyakan di paravertebral mediastinum posterior, lebih sering di mediastinum
superior daripada inferior. Pada awalnya tanpa gejala, namun bila massa besar
dapat menekan dan timbul batuk kering, infeksi saluran nafas, sulit menelan. Bila
penekanan terjadi pada radiks saraf spinal, dapat timbul parastesia dan nyeri
lengan.
c. Neuroblastoma leher
Mudah ditemukan, namun mudah disalah diagnosis sebagai limfadenitis atau
limfoma maligna. Sering karena menekan ganglion servikotorakal hingga timbul
syndrome paralisis saraf simpatis leher (Syndrom horner), timbul miosis unilateral,
blefaroptosis dan diskolorasi iris pada mata.

d. Neuroblastoma pelvis
Terletak di posterior kolon presakral, relative dini menekan organ sekitarnya
sehingga menimbulkan gejala sembelit sulit defekasi, dan retensi urin.
e. Neuroblastoma berbentuk barbell
yaitu neuroblastoma paravertebral melalui celah intervertebral ekstensi ke dalam
canalis vertebral di ekstradural. Gejala klinisnya berupa tulang belakang kaku
tegak, kelainan sensibilitas, nyeri. Dapat terjadi hipomiotonia ekstremitas bawah
bahkan paralisis.
2. Nefroblastoma (Tumor Wilms)
Tumor Wilms ini terjadi pada parenchym renal. Penyebabnya tidak di ketahui
secara pasti,tetapi juga di duga melibatkan faktor genetik. Kurang dari 2 % terjangkit
karena faktor keturunan. Kebanyakan kasus terjadi secara sporadik dan merupakan
hasil dari mutasi genetik yang mempengaruhi perkembangan sel-sel di ginjal. Dapat
berhubungan dengan kelainan bawaan tertentu,seperti :
a. Kelainan saluran kemih
b. Anridia ( tidak memiliki iris )
c. Hemyhipertrofi ( pembesaran separuh bagian tubuh)
Tumor bisa tumbuh cukup besar, tetapi biasanya tetap berada dalam
kapsulnya.Tumor bisa menyebar ke bagian tubuh lainnya.Tumor Wilms di
temukan pada 1 diantara 200.000 250.000 anak-anak. Biasanya umur rata-rata
terjangkit kanker ini antara 3-5 tahun baik laki-aki maupun perempuan.
Tumor tersebut tumbuh dengan cepat di lokasi yang dapat unilateral atau
bilateral.Pertumbuhan tumor tersebut akan meluas atau menyimpang ke luar renal.
Mempunyai gambaran khas berupa glomerulus dan tubulus yang primitif atau abortif
dengan ruangan bowman yang tidak nyata, dan tubulus abortif di kelilingi stroma sel
kumparan.
Pertama-tama jaringan ginjal hanya mengalami distorsi,tetapi kemudian di invasi
oleh sel tumor.Tumor ini pada sayatan memperlihatkan warna yang putih atau keabuabuan homogen, lunak dan encepaloid (menyerupai jaringan ikat). Tumor tersebut
akan menyebar atau meluas hingga ke abdomen dan di katakana sebagai suatu massa
abdomen. Akan teraba pada abdominal dengan di lakukan palpasi.
Tumor ini bila telah menyebar dapat menimbulkan hematuria. Disamping itu
dapat disertai hipertensi karena tumor ini dapat merangsang aktifitas renin. Gejala
tersebut dapat disertai nyeri, demam ataupun kadang-kadang anemia atau gejala tumor

abdomen umumnya. Tumor Wilms disebut dalam kepustakaan dapat disertai aniridia
dan hemihipertrofi, walaupun keadaan tersebut sangat jarang. Pada pielografi
intravena biasanya ditemukan gambaran sistem pelviokalises yang rusak atau gambar
hidronefrosis dan tidak jarang gambaran sekresi ginjal tidak tampak. Pada stadium
lanjut dapat ditemukan gambaran metastasis dalam paru. Ultrasonografi dan CT scan
walaupun tidak mutlak tetapi sangat membantu menegakkan diagnosis dan juga
mencari metastasis. Diagnosis pasti ditentukan dengan pemeriksaan histopatologi dari
ginjal yang berisi tumor yang telah diangkat pada laparatomi eksplorasi.
Menurut NWTS (National Wilms Tumor Study ) setelah di lakukan tindakan
Nefroktomi, tingkat penyebaran di bagi menjadi 5 stadium dan rekuren:
a. Stadium I : Tumor terbatas pada ginjal dan dapat di eksisi sempurna
b. Stadium II : Tumor meluas keuar ginjal dan dapat di eksisi sempurna,mungkin
telah mengadakan penetrasi ke jaringan lemak perirenal,limfonodi paraaorta atau
ke vasa renalis
c. Stadium III : Ada sisa sel tumor di abdomen yang mungkin berasal dari biopsi atau
ruptur yang terjadi sebelum atau selama operasi
d. Stadium IV : Metastasis ke hematogen, paru-paru, hati, tulang, dan otak
e. Stadium V : Tumor Bilateral. Rekuren = terjadi lagi kanker setelah di terapi,dapat
di tempat pertama kali terjadi atau di organ lain
Keluhan utama biasanya hanya benjolan di perut, perutnya membuncit ketika
di bawa ke Dokter oleh orang tuanya, hematuri karena invasi tumor yang menembus
sistem pelveokalises. Demam dapat terjadi sebagai reaksi anafilaksis tubuh terhadap
protein tumor.Gejala lain yang bisa muncul adalah :
a. Malaise (merasa tidak enak badan)
b. Anorexia
c. Anemia
d. Lethargi
e. Hemihypertrofi
f. Nafas pendek,dyspnea,batuk,nyeri dada (karena ada metastase)
3. Limfoma Abdomen
Limfoma abdomen dapat timbul dari kelenjar getah bening di hati, limpa dan usus.
Apabila timbul di hati atau limpa akan menyebabkan hepatomegali atau splenomegali
atau keduanya. Tetapi bila timbulnya di usus, maka massa tumor dapat menyebabkan
obstruksi usus atau sebagai leading point untuk terjadinya intususepsi. Gejala yang
dapat timbul ialah nyeri disertai pembengkakan perut dan perubahan kebiasaan buang

air besar serta gejala obstruksi usus serta mual dan muntah. Perdarahan saluran cerna
jarang terjadi apalagi perforasi usus. Biasanya pasien dengan gejala seperti tersebut di
atas datang pada ahli bedah. Pemeriksaan radiologik yang diperlukan ialah barium
meal terutama bila obstruksinya parsial. Dapat pula dilakukan pemeriksaan USG usus.
4. Teratoma
Tumor yang berasal dari sel germinativum ini dapat timbul di manamana. Tumor
yang asalnya dari rongga abdomen hanya sekitar 1- 2% dan biasanya letaknya
retroperitoneal.

Kira-kira

29%

teratoma

berasal

dari

ovarium.

Teratoma

retroperitoneal harus dibedakan dengan tumor Wilms, neuroblastoma atau


rhabdomiosarkoma. Selain ditemukan massa tumor dalam abdomen yang biasanya
cukup besar, untuk teratoma matur, pada pemeriksaan foto polos abdomen dapat
ditemukan gambaran gigi, tulang dan lain-lain.
5. Rhabdomiosarkoma
Umumnya sebagian tumor ini berasal dari rongga pelvis, tetapi bila sudah besar dapat
mendesak ke rongga abdomen sehingga secara klinis sukar dibedakan asalnya.
Tumor ini dapat memberikan gejala hematuria, sekret berdarah ataupun obstruksi
saluran kemih. Pada anak perempuan tumor dapat keluar melalui vagina khususnya
jenis botryoid, sehingga diagnosis menjadi lebih mudah. Pemeriksaan penunjang lain
untuk tumor ini tidak banyak memberikan bantuan kecuali pemeriksaan histopatologis
dan imunohistokimia seperti vimentin, actin, myosin dan desmin.

C. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya tumor karena terjadinya pembelahan sel yang abnormal. Pembelahan
sel tumor tergantung drai besarnya penyimpangan dalam bentuk dan fungsi autonomnya
dalam pertumbuhan, kemampuannya mengadakan infiltrasi dan menyebabkan metastasis.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya tumor antara lain:
1. Karsinogen
2. Hormone
3. Gaya hidup, kelebihan nutrisi khususnya lemak dan kebiasaan makan makanan yang
kurang berserat
4. Parasit: parasit schistosoma hematobin yang mengakibatkan karsinoma planoseluler
5. Genetic
6. Infeksi, trauma, hipersensitivitas terhadap obat-obatan

D. PATOFISIOLOGI
Tumor adalah proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal di ubah oleh mutasi
ganetic dari DNA seluler, sel abnormal ini membentuk kolon dan ber popliferasi secar
abnormal, mengabaikan sinyal mengatur pertumbuhan dalam lingkungan sekitar sel
tersebut.
Sel-sel neoplasma mandapat energi terutama dari anaerob karena kemampuan sel untuk
oksidasi berkurang, meskipun mempunyai enzim yang lengkap untuk oksidasi. Susunan
enzim

sel

uniform

sehingga

lebih

mengutamakan

berkembang

biak

yang

membutuhkan energi unruk anabolisme daripada untuk berfungsi yang menghasilkan


energi dengan jalan katabolisme. Jaringan yang tumbuh memerlukan bahan- bahan
untuk

membentuk

protioplasma dan

energi,

antara

lain

asam

amino.

Sel-sel

neoplasma dapat mengalahkan sel- sel normal dalm mendapatkan bahan- bahan tersebut
(Kusuma, Budi dr g. 2001).
Ketika dicapai suatu tahap dimana sel mendapatkan ciri-ciri invasi, dan terjadi
perubahan pada jaringan sekitarnya. Sel- sel tersebut menginfiltrasi jaringan dan
memperoleh akses ke limfe dan pembuluh-pembuluh darah, melalui pembuluh darah
tersebut sel-sel dapat terbawa ke area lain dalam tubuh untuk membentuk metastase
(penyebaran tumor) pada bagian tubuh yang lain Meskipun penyakit ini dapat diuraikan
secara umum seperti yang telah digunakan namun tumor bukan suatu penyakit tunggal
dengan penyebab tunggal: tetapi lebih kepada suatu kelompok penyakit yang jelas dengan
penyebab, metastase, pengobatan dan prognosa yang berbeda (Smelstzer, Suzanne
C.2001).
E. MANIFESTASI KLINIK
1. Keluhan yang menonjol adalah nyeri perut. Adapun jenis nyeri perut terdiri dari:
a. Nyeri Viseral
Terjadi bila terdapat rangsangan pada organ atau struktur dalam rongga perut.
Peritonium visceral yang menyelimuti organ perut dipersarafi oleh sistem saraf
otonom dan tidak peka terhadap rabaan atau pemotongan. Akan tetapi bila
dilakukan regangan organ atau terjadi kontraksi yang berlebihan pada otot yang
menyebabkan iskhemia akan timbul nyeri. Pasien biasanya tidak dapat
menunjukkan secara tepat letak nyeri. Nyeri visceral disebut juga sebagai nyeri
sentral.
Penderita memperlihatkan pola yang khas sesuai dengan persarafan organ
embrional yang terlibat. Saluran cerna yang berasal dari usus depan (foregut)

menyebabkan nyeri di ulu hati atau epigastrium. Saluran cerna yang berasal dari
usus tengah (midgut) menyebabkan nyeri di sekitar umbilikus. Bagian saluran
cerna yang berasal dari usus belakang (hindgut) menyebabkan nyeri di perut
bagian bawah. Demikian juga nyeri dari buli-buli atau rektosigmoid. Karena tidak
disertai rangsang peritonium nyeri ini tidak dipengaruhi gerakan sehingga
penderita dapat aktif bergerak. Persarafan sensorik organ perut:
Organ atau struktur Saraf
Bagian tengah diafragma
Tepi diafragma, lambung, pankreas,
kandung empedu, usus halus
Apendiks, kolon proksimal, dan organ
panggul
Kolon distal, rektum, ginjal, ureter,
dan testis
Buli-buli, rektosigmoid

Tingkat persarafan
n. frenikus C3-5
Pleksus seliakus Th. 6-9
Pleksus mesenterikus Th. 10-11
n. splanknikus kaudal Th. 11-L1
Pleksus hipogastrik S2-S3

b. Nyeri Somatik
Nyeri somatik terjadi karena rangsangan pada bagian yang dipersarafi oleh saraf
tepi, dan luka pada dinding perut. Nyeri dirasakan seperti ditusuk atau disayat, dan
pasien dapat menunjukkan secara tepat letaknya dengan jari. Rangsang yang
menimbulkan nyeri ini berupa rabaan, tekanan, rangsang kimiawi atau proses
radang.
Gesekan antara visera yang meradang menimbulkan rangsang peritoneum dan
menyebabkan nyeri. Perdangannya sendiri maupun gesekan antar kedua
peritoneum menyebabkan perubahan intensitas nyeri. Gesekan inilah yang
menjelaskan nyeri kontralateral pada apendisitis akut.
Letak nyeri somatik :
Letak
Abdomen kanan atas

Abdomen kiri bawah


Suprapubik
Periumbilikal

Organ
Kandung empedu, hati, duodenum,
pankreas, kolon, paru, miokard
Lambung, pankreas, duodenum, paru,
kolon
Limpa, kolon, ginjal, pankreas, paru
Apendiks, adneksa, sekum, ileum,
ureter
Kolon, adneksa, ureter
Buli-buli, uterus, usus halus
Usus halus

Pinggang/punggung

Pankreas, aorta, ginjal

Epigastrium
Abdomen kiri atas
Abdomen kanan bawah

2. Hiperplasia
3. Konsistensi tumor umumnya padat atau keras
4. Tumor epital biasanya mengandung sedikit jaringan ikat dan apabila berasal dari
masenkim yang banyak mengandung jaringan ikat maka akan elastic kenyal atau
lunak.
5. Kadang tampak hipervaskulari disekitar tumor.
6. Biasa terjadi pengerutan dan mengalami retraksi.
7. Edema disekitar tumor disebabkan infiltrasi kepembuluh limfe.
8. Anoreksia, mual, muntah.
9. Penurunan berat badan
F. KOMPLIKASI

Obstruksi ureter atau vena cava inferior, hematuria

Perdarahan sehingga terjadi anemia berat

Konstipasi, udema, ileus, kebocoran anastomiosis.

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Prosedur diagnostik yang biasa dilakukan dalam mengevaluasi malignansi meliputi:
1. Marker tumor
Substansi yang ditemukan dalam darah atau cairan tubuh lain yang dibentuk oleh
tumor atau oleh tubuh dalam berespon terhadap tumor.
2. Pencitraan resonansi magnetic (MRI)
Penggunaan medan magnet dan sinyal frekuensi_radio untuk menghasilkan gambaran
berbagai struktur tubuh.
3. CT Scan
Menggunakan pancaran sinar sempit sinar-X untuk memindai susunan lapisan jaringan
untuk memberikan pandangan potongan melintang.
4. Flouroskopi
Menggunakan sinar-X yang memperlihatkan perbedaan ketebalan antar jaringan;
dapat ,mencakup penggunaan bahan kontras.
5. Ultrasound
Echo dari gelombang bunyi berfrekuensi tinggi direkam pada layer penerima,
digunakan untuk mengkaji jarinagn yang dalam di dalam tubuh.

6. Endoskopi
Memvisualkan langsung rongga tubuh atau saluran denagan memasukan suatu ke
dalam rongga tubuh atau ostium tubuh; memungkinkan dilakukannya biopsy jaringan,
aspirasi dan eksisi tumor yang kecil.
7. Pencitraan kedokteran nuklir
Menggunakan suntikan intravena atau menelan bahan radiosisotope yang diikuti
dengan

pencitraan yang menjadi tempat berkumpulnya radioisotope (Smeltzer,

Suzanne C.2001).

H. PENATALAKSANAAN MEDIK
1. Pembedahan
Pembedahan adalah modalitas penanganan utama, biasanya gasterektoni subtotal atau
total, dan digunakan untuk baik pengobatan maupun paliasi.
2. Pasien dengan tumor lambung tanpa biopsy dan tidak ada bukti matastatis jauh harus
menjalani laparatomi eksplorasi atau seliatomi untuk menentukan apakah pasien harus
menjalani prosedur kuratif atau paliatif. Komplikasi yang berkaitan dengan tindakan
adalah injeksi, perdarahan, ileus, dan kebocoran anastomoisis (Smeltzer, Suzanne C.
2001)
3. Radioterapi
Penggunaaan partikel energy tinggi untuk menghancurkan sel-sel dalam pengobatan
tumor dapat menyebabkan perubahan pada DNA dan RNA sel tumor. Bentuk energy
yang digunakan pada radioterapi adalah ionisasi radiasi yaitu energy tertinggi dalam
spektrum elektromagnetik.
4. Kemoterapi
Kemoterapi sekarang telah digunakan sebagai terapi tambahan untuk reseksi tumor,
untuk tumor lambung tingkat tinggi lanjutan dan pada kombinasi dengan terapi radiasi
dengan melawan sel dalam proses pembelahan, tumor dengan fraksi pembelahan yang
tinggi ditangani lebih efektif dengan kemoterapi.
5. Bioterapi
Terapi biologis atau bioterapi sebagai modalitas pengobatan keempat untuk kanker
dengan menstimulasi system imun (biologic response modifiers/BRM) berupa
antibody monoclonal, vaksin, factor stimulasi koloni, interferon, interleukin (Danielle
Gale. 2000).

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Data dasar pengkajian klien :
1. Aktivitas istirahat
Gelaja : kelemahan dan keletihan
2. Sirkulasi
Gejala : palpitasi, nyeri, dada pada pengarahan kerja.
Kebiasaan : perubahan pada TD
3. Integritas ego
Gejala : alopesia, lesi cacat pembedahan
Tanda : menyangkal, menarik diri dan marah
4. Eliminasi
Gejala : perubahan pada pola defekasi misalnya : darah pada feces, nyeri pada
defekasi.
Perubahan eliminasi urinarius misalnya nyeri atau rasa terbakar pada saat berkemih,
hematuria, sering berkemih.
Tanda : perubahan pada bising usus, distensi abdomen.
5. Makanan/cairan
Gejala : kebiasaan diet buruk (rendah serat, tinggi lemak, aditif bahan pengawet).
Anoreksisa, mual/muntah.
Intoleransi makanan
Perubahan pada berat badan; penurunan berat badan hebat, berkuranganya massa otot.
Tanda : perubahan pada kelembapan/tugor kulit, edema.
6. Neurosensori
Gejala : pusing, sinkope.
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : ketidaknyamanan ringan sampai berat (dihubungkan dengan proses penyakit)
8. Pernafasan
Gejala : merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan serumah yang merokok)
Pemajanan asbes.
9. Keamanan
Gejala : pemajanan bahan kimia toksik. Karsinogen

10. Pemajanan matahari lama/berlebihan.


Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi.
11. Seksualitas
Gejala : masalah seksualitas misalnya dampak pada hubungan perubahan pada tingkat
kepuasan.
12. Interaksi social
Gejala : ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre operasi
1. Ketakutan/ansietas b/d perubahan status kesehatan.
2. Nyeri (akut) b/d proses penyakit
3. Kurang pengetahuan mengenai prognosis dan kebutuhan pengobatan.
Post operasi
1. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan tindakan
pembedahan.
2. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat tindakan operasi.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi.
4. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.

C. RENCANA KEPERAWATAN
Pre operasi
1. Ansietas/cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan kecemasan klien berkurang
Kriteria hasil :
a. Berkurangnya rasa takut
b. Tampak rileks
Intervensi
a. Kaji penyebab dari kecemasan klien.
b. Dorong klien untuk mengungkapkan
pikiran dan perasaan.
c. Berikan lingkungan terbuka dimana
klien merasa aman untuk
mendiskusikan perasaannya.

Rasional
a. Mempermudah perawat melakukan
intervensi yang tepat.
b. Memberikan kesempatan untuk
memeriksa takut realistis serta
kesalahan konsep tentang diagnosis.
c. Membantu klien untuk merasa
diterima pada adanya kondisi tanpa
perasaan dihakimi dan
meningkatkan rasa terhormat.

d. Pertahankan kontak sesering mungkin


dengan klien.
e. Bantu klien/keluarga dalam
mengenali dan mengklasifikasikan
rasa takut untuk memulai
mengembangkan strategi koping.

d. Memberikan keyakinan bahwa klien


tidak sendiri atau ditolak.
e. Dukungan dan konseling sesering
diperlukan untuk memungkinkan
individu mengenal dan menghadapi
rasa takut.

2. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit.


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri terkontrol atau berkurang
Hasil yang diharapkan :
a. Melaporkan nyeri yang dirasakan menurun atau menghilang
b. Ekspresi wajah tampak rileks
Intervensi
a. Tentukan riwayat nyeri misalnya
lokasi, durasi dan skala
b. Berikan tindakan kenyaman dasar
misal: massage punggung dan
aktivitas hiburan misalnya music.
c. Dorong penggunaan keterampilan
manajement nyeri misalnya relaksasi
napas dalam.
d. Kolaborasi pemberian analgetik
sesuai indikasi

Rasional
a. Informasi memberikan data dasar
untuk mengevaluasi kebutuhan /
keefektifan intervensi.
b. Dapat meningkatkan relaksasi

c. Memungkinkan klien untuk


berpartisipasi secara aktif dalam
meningkatkan rasa control.
d. Analgetik dapat menghambat
stimulus nyeri.

3. Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi


Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dapat mengungkapkan
informasi akurat tentang diagnose dan aturan pengobatan
a.

b.

c.

d.

Intervensi
Review pengertian klien dan
keluarga
tentang
diagnosa,
pengobatan dan akibatnya.
Tentukan persepsi klien tentang
penyakit
dan
pengobatannya,
ceritakan pada klien tentang
pengalaman
klien
lain
yang
menderita penyakit yang sama
Beri informasi yang akurat dan
faktual. Jawab pertanyaan secara
spesifik, hindarkan informasi yang
tidak diperlukan.
Berikan
bimbingan
kepada
klien/keluarga sebelum mengikuti

Rasional
a. Menghindari adanya duplikasi dan
pengulangan terhadap pengetahuan
klien.
b. Memungkinkan
dilakukan
pembenaran terhadap kesalahan
persepsi
dan
konsepsi
serta
kesalahan pengertian.
c. Membantu klien dalam memahami
proses penyakit.

d. Membantu klien dan keluarga


dalam
membuat
keputusan

prosedur pengobatan, therapy yang


lama, komplikasi. Jujurlah pada
klien.
e. Anjurkan klien untuk memberikan
umpan balik verbal dan mengkoreksi
miskonsepsi tentang penyakitnya.
f. Review klien /keluarga tentang
pentingnya status nutrisi yang
optimal.
g. Anjurkan klien untuk mengkaji
membran mukosa mulutnya secara
rutin, perhatikan adanya eritema,
ulcerasi.

h. Anjurkan
klien
memelihara
kebersihan kulit dan rambut.

pengobatan.

e. Mengetahui sampai sejauhmana


pemahaman klien dan keluarga
mengenai penyakit klien.
f. Meningkatkan pengetahuan klien
dan keluarga mengenai nutrisi yang
adekuat.
g. Mengkaji perkembangan prosesproses penyembuhan dan tandatanda infeksi serta masalah dengan
kesehatan mulut yang dapat
mempengaruhi intake makanan dan
minuman.
h. Meningkatkan integritas kulit dan
kepala.

Post operasi
1. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan tindakan
pembedahan.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan voume cairan seimbang.
Kriteria hasil :
membrane mukosa lembab, turgor kulit dan pengisian kapiler baik tanda vital stabil
dan haluaran urien adekuat.
Intervensi
a. Monitor intake dan output termasuk
keluaran yang tidak normal seperti
emesis, diare, drainase luka. Hitung
keseimbangan selama 24 jam.
b. Timbang
berat
badan
jika
diperlukan.
c. Monitor vital signs. Evaluasi pulse
peripheral, capilarry refil.

d. Kaji turgor kulit dan keadaan


membran mukosa. Catat keadaan
kehausan pada klien.
e. Anjurkan intake cairan samapi 3000
ml per hari sesuai kebutuhan

Rasional
a. Pemasukan oral yang tidak adekuat
dapat menyebabkan hipovolemia.

b. Dengan memonitor berat badan


dapat
diketahui
bila
ada
ketidakseimbangan cairan.
c. Tanda-tanda hipovolemia segera
diketahui dengan adanya takikardi,
hipotensi dan suhu tubuh yang
meningkat berhubungan dengan
dehidrasi.
d. Dengan mengetahui tanda-tanda
dehidrasi dapat mencegah terjadinya
hipovolemia.
e. Memenuhi kebutuhan cairan yang
kurang.

individu.
f. Observasi kemungkinan perdarahan
seperti perlukaan pada membran
mukosa, luka bedah, adanya
ekimosis dan pethekie.
g. Hindarkan trauma dan tekanan yang
berlebihan pada luka bedah.
Kolaboratif
h. Berikan cairan IV bila diperlukan.
i.

Berikan therapy antiemetik.

j.

Monitor hasil laboratorium : Hb,


elektrolit, albumin

f. Segera diketahui adanya perubahan


keseimbangan volume cairan.

g. Mencegah terjadinya perdarahan.

h. Memenuhi kebutuhan cairan yang


kurang.
i. Mencegah/menghilangkan
mual
muntah.
j. Mengetahui perubahan yang terjadi.

2. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat tindakan operasi.


Tujuan :

Nyeri dapat berkurang

Kriteria : Klien mengungkapkan nyeri berkurang dan ekspres wajah normal.


Intervensi
a. Kaji nyeri meliputi lokasi, tempat,
faktor pencetus, durasi, dan kualitas.
b. Observasi isyarat ketidaknyamanan
non verbal.
c. Ajarkan penggunaan teknik non
farmakologis: teknik relaksasi napas
dalam selama aktivitas yang
menyakitkan dan sebelum nyeri
meningkat.
d. Berikan informasi tentang nyeri,
seperti penyebab nyeri, seberapa lama
akan berlangsung, dan antisipasi
ketidaknyamanan.
e. Kolaborasi pemberian analgesik.

Rasional
a. Mengevaluasi kebutuhan/ keefektifan
intervensi.
b. Bermanfaat dalam mengevaluasi
nyeri, menentukan pilihan intervensi,
menentukan efektivitas terapi
c. Membantu untuk memfokuskan
kembali perhatian dan membantu
pasien untuk mengatasi nyeri/rasa
tidak nyaman secara lebih efektif.
d. Memberikan kesempatan untuk
pemberian analgesik sesuai waktu
(membantu dalam meningkatkan
kemampuan koping pasien dan dapat
menurunkan ansietas).
e. Efek analgetik yaitu memblok
stimulus nyeri disistem saraf pusat.

3. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi.


Tujuan : infeksi tidak terjadi.
Kriteria: Luka sembuh dengan baik, verband tidak basah dan tidak ada tanda-tanda
infeksi (kalor, dolor, rubor, tumor).
Intervensi
Rasional
a. Cuci tangan sebelum melakukan a. Mencegah terjadinya infeksi silang.

tindakan.
Pengunjung
juga
dianjurkan melakukan hal yang
sama
b. Jaga personal hygine klien dengan b. Menurunkan/mengurangi
adanya
baik.
organisme hidup
c. Monitor temperatur
c. Peningkatan suhu merupakan tanda
terjadinya infeksi
d. Kaji semua sistem untuk melihat d. Mencegah/mengurangi
terjadinya
tanda-tanda infeksi
resiko infeksi
e. Hindarkan/batasi prosedur invasif e. Mencegah terjadinya infeksi
dan jaga aseptik prosedur
Kolaboratif
f. Monitor CBC, WBC, granulosit, f. Segera dapat diketahui apabila
platelets.
terjadi infeksi.
g. Berikan
antibiotik
bila g. Adanya indikasi yang jelas sehingga
diindikasikan.
antibiotik yang diberikan dapat
mengatasi organisme penyebab
infeksi.
4. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
Tujuan :Nutrisi klien dapat terpenuhi.
Kriteria: Klien mengungkapkan nafsu makan baik, badan tidak lemah, dan HB normal.
Intervensi
a. Monitor intake makanan setiap hari,
apakah klien makan sesuai dengan
kebutuhannya.
b. Timbang dan ukur berat badan,
ukuran triceps serta amati penurunan
berat badan.
c. Kaji pucat, penyembuhan luka yang
lambat dan pembesaran kelenjar
parotis.
d. Anjurkan
klien
untuk
mengkonsumsi makanan tinggi
kalori dengan intake cairan yang
adekuat. Anjurkan pula makanan
kecil untuk klien.
e. Kontrol faktor lingkungan seperti
bau busuk atau bising. Hindarkan
makanan yang terlalu manis,
berlemak dan pedas.

f. Ciptakan

suasana

makan

Rasional
a. Memberikan informasi
status gizi klien.
b.

c.

tentang

Memberikan informasi tentang


penambahan dan penurunan berat
badan klien.
Menunjukkan keadaan gizi klien
sangat buruk.

d.

Kalori merupakan sumber energi.

e.

Mencegah mual muntah, distensi


berlebihan,
dispepsia
yang
menyebabkan penurunan nafsu
makan serta mengurangi stimulus
berbahaya yang dapat meningkatkan
ansietas.
Agar klien merasa seperti berada

yang f.

menyenangkan misalnya makan


bersama teman atau keluarga.
g. Anjurkan
tehnik
relaksasi, g.
visualisasi,
latihan
moderate
sebelum makan.
h. Anjurkan
komunikasi
terbuka h.
tentang problem anoreksia yang
dialami klien.
Kolaboratif
i. Amati studi laboraturium seperti i.
total limposit, serum transferin dan
albumin

j. Berikan pengobatan sesuai indikasi


j.
Phenotiazine,
antidopaminergic,
corticosteroids, vitamins khususnya
A,D,E dan B6, antacida
k. Pasang pipa nasogastrik untuk k.
memberikan makanan secara enteral,
imbangi dengan infus.

dirumah sendiri.
Untuk menimbulkan perasaan ingin
makan/membangkitkan
selera
makan.
Agar dapat diatasi secara bersamasama (dengan ahli gizi, perawat dan
klien).
Untuk
mengetahui/menegakkan
terjadinya gangguan nutrisi sebagi
akibat
perjalanan
penyakit,
pengobatan dan perawatan terhadap
klien.
Membantu menghilangkan gejala
penyakit, efek samping dan
meningkatkan status kesehatan
klien.
Mempermudah intake makanan dan
minuman dengan hasil yang
maksimal
dan
tepat
sesuai
kebutuhan.

DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Doenges, E.M. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, (Edisi 3). Jakarta : EGC
Elizabet J. Corwin. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC
Gale, Danielle RN, MS. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. Jakarta : EGC
Smelster Suzanne, C. 2001. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 2. Jakarta : EGC
(http://tumor.abdomen.htm)

Anda mungkin juga menyukai