Pembimbing
dr. Mas Wishnuwardhana W, Sp.A
Disusun oleh :
Alvian Reza Muhammad
030.09.009
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA, 2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Glomerulonefritis merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal tahap akhir dan
tingginya angka morbiditas pada anak. Terminologi glomerulonefritis yang dipakai disini
adalah untuk menunjukkan bahwa kelainan yang pertama dan utama terjadi pada glomerulus,
bukan pada struktur ginjal yang lain.1
Glomerulonefritis merupakan penyakit peradangan ginjal bilateral. Peradangan
dimulai dalam gromleurus dan bermanifestasi sebagai proteinuria dan atau hematuria.
Meskipun lesi utama pada gromelurus, tetapi seluruh nefron pada akhirnya akan mengalami
kerusakan, sehingga terjadi gagal ginjal. Penyakit yang mula-mula digambarkan oleh Richard
Bright pada tahun 1827 sekarang diketahui merupakan kumpulan banyak penyakit dengan
berbagai etiologi, meskipun respon imun agaknya menimbulkan beberapa bentuk
glomerulonefritis.2
Indonesia pada tahun 2007, melaporkan adanya 270 pasien yang dirawat di rumah
sakit pendidikan dalam 12 bulan. Pasien terbanyak dirawat di Surabaya (26,5%), kemudian
disusul berturut-turut di Jakarta (24,7%), Bandung (17,6%), dan Palembang (8,2%). Pasien
laki-laki dan perempuan berbanding 2 : 1 dan terbanyak pada anak usia antara 6-8 tahun
(40,6%).3
Gejala glomerulonefritis bisa berlangsung secara mendadak (akut) atau secara
menahun (kronis) seringkali tidak diketahui karena tidak menimbulkan gejala. Gejalanya
dapat berupa mual-mual, kurang darah (anemia), atau hipertensi. Gejala umum berupa
sembab kelopak mata, kencing sedikit, dan berwarna merah, biasanya disertai hipertensi.
Penyakit ini umumnya (sekitar 80%) sembuh spontan, 10% menjadi kronis, dan 10%
berakibat fatal.4
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama: An. CHA
Umur: 9 Tahun
Tempat/Tanggal Lahir: Bekasi, 07 Oktober 2005
Bekasi
Tanggal Keluar: -
II. ANAMNESIS
Diambil dari: Alloanamnesis kepada ibu pasien tanggal : 8 Desember 2014 jam : 13.00 WIB
Keluhan utama: Bengkak di sekitar mata dan wajah
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan bengkak di wajah dan sekitar mata.
Keluhan sudah dirasakan sejak 3 hari SMRS. Bengkak dirasakan berat saat pagi hari, dan saat
siang hari tampak agak berkurang. Sebelumnya pasien juga mengeluhkan buang air kecil
terlihat seperti cucian daging, berwarna merah. Kemudian kira-kira 1 hari SMRS, air kecing
sudah tidak merah lagi, dan berwarna kuning keruh. Pasien tidak merasakan adanya sakit di
sekitar pinggang atau nyeri saat berkemih. Pasien juga mengeluhkan adanya batuk pilek yang
sudah berjalan 14 hari SMRS. pasien juga demam sejak 11 hari lalu.
Setelah demam 3 hari, pasien dibawa ke dokter umum di puskesmas, diberikan obat
batuk dan penurun panas. Gejala batuk dan demam berkurang, namun demam kembali naik
dan batuk belum juga sembuh. Lalu pasien demam tinggi, dan kencing berwarna merah
sampai akhirnya dibawa ke RSUD untuk dirawat dan masuk melalui poli anak.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami penyakit serupa sebelumnya. Tidak pernah bengkak
dan kencing merah. Sebelumnya pasien mengalami batuk selama 11 hari sebelum demam
tinggi dan kemudian bengkak.
Riwayat Alergi, Operasi dan Pengobatan
3
Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat, atau alergi makanan. Pasien pernah
menjalani operasi tonsilektomi saat berusia 6 tahun.
Riwayat Kelahiran (Birth History):
Pasien lahir di bidan dengan persalinan normal, ditolong oleh bidan. Berat badan lahir
3000 gram, ibu pasien lupa panjang badan pasien ketika lahir. Ketika lahir langsung
menangis, ibu mengaku tidak ada kelainan saat setelah bersalin.
Riwayat kehamilan:
Kontrol rutin sebulan sekali ke bidan dekat rumah. Riwayat ibu demam (-), hipertensi
(-), diabetes melitus (-), anemia (-).
Riwayat Imunisasi:
Pasien mendapat imunisasi dasar lengkap sesuai dengan jadwal. Imunisasi dilakukan
di puskesmas dekat rumah, kemudian pasien juga mendapatkan imunisasi selama sekolah
dasar.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Riwayat penyakit dalam keluarga serupa (-), dalam keluarga tidak ada anggota
keluarga yang menderita penyakit ginjal.
Riwayat Sosial Ekonomi:
Pasien adalah anak pertama dari Tn.H yang bekerja sebagai karyawan, dan Ny.Y
yang bekerja sebagai ibu rumah tangga. Secara ekonomi, keluarga pasien tergolong ekonomi
menengah. Pasien merupakan peserta BPJS.
Riwayat Lingkungan:
Tinggal dirumah milik sendiri. Terdapat 3 kamar tidur dan 1 kamar mandi. Ventilasi
baik, jendela cukup, cahaya matahari cukup masuk rumah, air minum dan air mandi berasal
dari air tanah. Rumah pasien terletak di rumah padat penduduk. Di sekitar perumahan sanitasi
kurang baik terdapat selokan yang jarang dibersihkan. Di rumah pasien tidak terdapat hewan
peliharaan.
Pedigree Keluarga:
PAT:
A: Tonus (+) Consibility (+) Look (+) Speech (+) Interactiveness (+)
B: Nafas Normal, NCH (-) Retraksi (-) Dyspneu (-)
C: Sianosis (-) CRT <2 Anemis (-), ikterik (-),
Heart Rate
: 76 x/menit
Pernapasan
Suhu badan
: 36,60C
Tekanan Darah
: 130/90
Berat badan
: 25 kg
Panjang badan
: 114 cm
Kesan Gizi
: Gizi baik
Pemeriksaan Khusus
Kepala
Rambut
hitam
Muka
Mata
Hidung
Mulut
Telinga
Leher
Edema Periorbita
Thoraks
Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Inspeksi
datar
Palpasi
Perkusi
timpani
Auskultasi
Jantung
Abdomen
Hasil
Nilai Normal
11,0 g/dL
12-14 g/dL
36,4%
40-48%
14.900 / L
4000-10000/L
369.000 / L
150.000-450.000/L
IMUNOSEROLOGI SPESIFIK
REAKTIF
NON REAKTIF
FUNGSI GINJAL
14 mg/dL
10-50 mg/dL
0.7 mg/dL
0.5-1.5 mg/dL
KIMIA KLINIK
7,30 g/dL
6-8g/dL
2,92 g/dL
3.5-4.5 g/dL
4.38d/gL
1,5-3.5 g/dL
145 mg/dL
<200 mg/dL
ELEKTROLIT
139 mmol/L
135-145 mmol/L
4.4 mmol/L
3.4-5 mmol/L
48 mmol/L
94-111 mmol/L
Interpretasi
Turun
Turun
Meningkat
Normal
ABNORMAL
Normal
Normal
Normal
Menurun
Meningkat
Normal
Normal
Normal
Normal
Hasil
Kuning
Agak keruh
7.0
1015
Negatif
Negatif
Negatif
0.2
Negatif
Nilai Normal
Kuning
Jernih
5-8
1005=1030
Negatif
Negatif
Negatif
0,1-1 UE
Negatif
Interpretasi
Normal
Abnormal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Darah Samar
+2
Negatif
Abnormal
Leu.Esterase
Nitrit
Negatif
Negatif
Eritrosit
Leukosit
Silinder
Epitel
Kristal
Bakteri
Lain-lain
Negatif
Negatif
MIKROSKOPIS
5-10/LPB
<2
0-5/ LPB
<5
Negatif
Negatif
Gepeng +
Gepeng +
Negatif
Negatif
+1
Negatif
Negatif
Negatif
Normal
Normal
Abnormal
Normal
Normal
Normal
Normal
Abnormal
Normal
Hasil
Kuning
Jernih
7.0
1005
Negatif
Negatif
Negatif
0.2
Negatif
Nilai Normal
Kuning
Jernih
5-8
1005=1030
Negatif
Negatif
Negatif
0,1-1 UE
Negatif
Interpretasi
Normal
Abnormal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Darah Samar
+1
Negatif
Abnormal
Leu.Esterase
Nitrit
Negatif
Negatif
Eritrosit
Leukosit
Silinder
Epitel
Kristal
Bakteri
Lain-lain
Negatif
Negatif
MIKROSKOPIS
0-2/LPB
<2
0-5/ LPB
<5
Negatif
Negatif
Gepeng +
Gepeng +
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Normal
Normal
Abnormal
Normal
Normal
Normal
Normal
Abnormal
Normal
V. RESUME
Os datang ke RSUD Kota Bekasi dengan keluah bengkak di sekitar mata dan wajah,
keluah sudah dirasakan 3 hari SMRS, Os sebelumnya mengalami kencing berwarna merah
seperti cucian daging. Os juga batuk pilek dan demam sejak 11 hari lalu. Os berobat ke
dokter umum namun belum membaik kemudian datang ke RSUD kemudian dirawat. Hasil
pemeriksaan fisik menunjukkan tanda vital baik, tekanan darah 130/90 mmHg, ditemukan
edema periorbotal (+), Hasil pemeriksaan lab menunjukkan leukositosis 14.900 u/L, ASTO
(+), Albumin 2,92 g/dL, Serta hasil urinalisis ditemukan darah samar +2.
VI. DIAGNOSIS
Diagosis Pasti : Glomerulonefritis Post Infeksi Streptokokus
Dasar :
-
Gross Hematuria
Edema Periorbital
Hipoalbuminemia
ASTO (+)
VII. TERAPI
Medikamentosa
-
Amoxicilin 3x 500mg
Non-Medikamentosa
-
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam
: bonam
Ad fungsional
: bonam
Ad sanationam
: bonam
10
IX. FOLLOW UP
6/12/2014
S
7/12/2014
8/12/2014
Bengkak
Bengkak di sekitar
berkurang,
bengkak di sekitar
mata masih
sedikit, batuk
pilek (+)
S : 37,1
N : 84x/m
Edema periorbital (+)
Edema Wajah (+)
Edema tungkai (-)
S : 36,5
S : 36,5
N : 76x/m
N : 76x/m
Edema periorbital Edema periorbital
(+)
Edema
(+)
Wajah
Berkurang
Edema tungkai (-)
Urinalisis :
Urinalisis :
Keruh
Jernih
Darah Samar +2
Darah Samar +1
GNAPS
GNAPS
GNAPS
10tpm
10tpm
Amoxicilin
500mg
500mg
Paracetamol 3x2
Paracetamol 3x2
cth
cth
3x Amoxicilin
3x
11
BAB II
ANALISIS KASUS
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, dapat ditarik
diagnosis melalui perjalanan penyakit pasien yang akan dijelaskan dibawah ini :
Pasien terdiagnosis GNAPS setelah muncul gejala dan diperiksa lab. Sebelumnya
pasien sudah mengalami batuk pilek selama 11 hari. Diduga batuk pilek ini sebagai
infeksi awalan bakteri streptokokus yang kemudian akan menyebar secara hematogen,
dan menyebar ke ginjal. Hal ini didukung dengan adanya pemeriksaan lab yaitu
leukosit yang meningkat hingga 14.000.
Saat berobat ke dokter umum, pasien demam dan kencing berwarna air cucian daging.
Secara teori, diagnosis kerja GNAPS sudah bisa ditegakkan. Kemudian pasien dirujuk
ke RSUD untuk menjalani pemeriksaan.
Saat di RSUD, pasien sudah tidak lagi kencing berwarna merah cucian daging, namun
saat diperiksakan urinalisis, masih terdapat darah samar. Hal tersebut menggambarkan
hematuria yang sudah membaik.
Di RSUD pasien juga diperiksakan ASTO. Pemeriksaan inilah yang menjadikan
diagnosis pasti dari pasien menjadi GNAPS. Secara teori, diperlukan juga
pemeriksaan komplemen C3. Akan didapatkan komplemen C3 yang menurun pada
GNAPS. Pemeriksaan komplemen C3 penting untuk menilai keadaan inflamasi yang
terjadi apakah sudah mereda atau belum. C3 juga memiliki fungsi prognostik bagi
pasien, namun pada kondisi di lapangan, pemeriksaan tersebut cukup mahal sehingga
cukup dilakukan 1 pemeriksaan saja yaitu ASTO, dan melihat klinis pasien saat
diberikan pengobatan.
Pasien sudah batuk selama 11 hari, sebagai anjuran, perlu dilakukan foto rontgen
untuk mencari kemungkinan adanya infeksi paru baik spesifik maupun non spesifik.
Terapi yang diberikan sudah sesuai dengan teori. Pada teori, pemberian antibiotik
yang tepat untuk GNAPS adalah golongan penisilin, dahulu digunakan Penisilin
Procain, atau Pen-G. namun saat ini sudah banyak derivat penisilin yang lazim
dipakai. Pasien diberikan amoxicilin 3x500mg. amoxicilin merupakan derivat
penisilin.
12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.3.1.
DEFINISI
Glomerulonefritis akut juga disebut dengan glomerulonefritis akut post sterptokokus
(GNAPS) adalah suatu sindrom nefrotik akut yang ditandai dengan timbulnya hematuria,
edema, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal (azotemia). Merupakan proses radang nonsupuratif yang mengenai glomeruli, sebagai akibat infeksi kuman streptokokus beta
hemolitikus grup A, tipe nefritogenik di tempat lain. Penyakit ini sering mengenai anakanak.1,4
Glomerulonefritis akut (GNA) adalah suatu reaksi imunologis pada ginjal terhadap
bakteri atau virus tertentu.Yang sering terjadi ialah akibat infeksi kuman streptococcus.
Glomerulonefritis merupakan suatu istilah yang dipakai untuk menjelaskan berbagai ragam
penyakit ginjal yang mengalami proliferasi dan inflamasi glomerulus yang disebabkan oleh
suatu mekanisme imunologis. Sedangkan istilah akut (glomerulonefritis akut) mencerminkan
adanya korelasi klinik selain menunjukkan adanya gambaran etiologi, patogenesis, perjalanan
penyakit dan prognosis.6
3.3.2. ETIOLOGI
Sebagian besar (75%) glomerulonefritis akut paska streptokokus timbul setelah
infeksi saluran pernapasan bagian atas, yang disebabkan oleh kuman Streptokokus beta
hemolitikus grup A tipe 1, 3, 4, 12, 18, 25, 49. Sedang tipe 2, 49, 55, 56, 57 dan 60
menyebabkan infeksi kulit 8-14 hari setelah infeksi streptokokus, timbul gejala-gejala klinis.
Infeksi
kuman
streptokokus
beta
hemolitikus
ini
mempunyai
resiko
terjadinya
2.
3.
Mungkin faktor iklim, keadaan gizi, keadaan umum dan faktor alergi mempengaruhi
terjadinya GNA setelah infeksi dengan kuman Streptococcuss. Ada beberapa penyebab
glomerulonefritis akut, tetapi yang paling sering ditemukan disebabkan karena infeksi dari
streptokokus, penyebab lain diantaranya:
1. Bakteri :
epidemika dl
3. Parasit
Streptokokus
Sterptokokus adalah bakteri gram positif berbentuk bulat yang secara khas
membentuk pasangan atau rantai selama masa pertumbuhannya. Merupakan golongan bakteri
yang heterogen. Lebih dari 90% infeksi streptokkus pada manusia disebabkan oleh
Streptococcus hemolisis kumpulan A. Kumpulan ini diberi spesies nama S. pyogenes 9,10
S. pyogenes -hemolitik golongan A mengeluarkan dua hemolisin, yaitu:
a.
Sterptolisin O
adalah suatu protein (BM 60.000) yang aktif menghemolisis dalam keadaan tereduksi
(mempunyai gugus-SH) tetapi cepat menjadi tidak aktif bila ada oksigen. Sterptolisin O
bertanggung jawab untuk beberapa hemolisis yang terlihat ketika pertumbuhan dipotong
cukup dalam dan dimasukkan dalam biakan pada lempeng agar darah. Sterptolisisn O
bergabung dengan antisterptolisin O, suatu antibody yang timbul pada manusia setelah
infeksi oleh setiap sterptokokus yang menghasilkan sterptolisin O. antibody ini menghambat
hemolisis oleh sterptolisin O. fenomena ini merupakan dasar tes kuantitatif untuk antibody.
Titer serum antisterptolisin O (ASO) yang melebihi 160-200 unit dianggap abnormal dan
menunjukkan adanya infeksi sterptokokus yang baru saja terjadi atau adanya kadar antibodi
yang tetap tinggi setelah serangan infeksi pada orang yang hipersensitifitas.9
b.
Sterptolisin S
14
Adalah zat penyebab timbulnya zone hemolitik disekitar koloni sterptokokus yang
tumbuh pada permukaan lempeng agar darah. Sterptolisin S bukan antigen, tetapi zat ini
dapat dihambat oleh penghambat non spesifik yang sering ada dalam serum manusia dan
hewan dan tidak bergantung pada pengalaman masa lalu dengan sterptokokus.9
mikroskop
imunofluoresensi,
pada
pemeriksaan
cahaya
glomerulus
tampak
diantara sel-sel endotel dan membran basalis,serta menghambat fungsi filtrasi simpai kapiler.
Jika kompleks terutama terletak subendotel atau subepitel, maka respon cenderung berupa
glomerulonefritis difusa, seringkali dengan pembentukan sabit epitel. Pada kasus penimbunan
kronik komplek imun subepitel, maka respon peradangan dan proliferasi menjadi kurang
nyata, dan membran basalis glomerulus berangsur- angsur menebal dengan masuknya
kompleks-kompleks ke dalam membran basalis baru yang dibentuk pada sisi epitel.1,5
Mekanisme yang bertanggung jawab terhadap perbedaan distribusi deposit kompleks
imun dalam glomerulus sebagian besar tidak diketahui, walaupun demikian ukuran dari
kompleks tampaknya merupakan salah satu determinan utama. Kompleks-kompleks kecil
cenderung menembus simpai kapiler, mengalami agregasi, dan berakumulasi sepanjang
dinding kapiler do bawah epitel, sementara kompleks-kompleks berukuran sedang tidak
sedemikian mudah menembus membran basalis, tapi masuk ke mesangium. Komplkes juga
dapat berlokalisasi pada tempat-tempat lain.1,5
Jumlah antigen pada beberapa penyakit deposit kompleks imun terbatas, misal antigen
bakteri dapat dimusnahkan dengan mekanisme pertahanan penjamu atau dengan terapi
spesifik. Pada keadaan demikian, deposit kompleks-kompleks imun dalam glomerulus
terbatas dan kerusakan dapat ringan dan berlangsung singkat, seperti pada glomerulonefritis
akut post steroptokokus.1,2
Hasil penyelidikan klinis imunologis dan percobaan pada binatang menunjukkan adanya
kemungkinan proses imunologis sebagai penyebab. Beberapa penyelidik mengajukan
hipotesis sebagai berikut :1
1.
2.
3.
17
3.3.4. PREVALENSI
GNAPS dapat terjadi pada semua kelompok umur, namun tersering pada golongan
umur 5-15 tahun, dan jarang terjadi pada bayi. Referensi lain menyebutkan paling sering
ditemukan pada anak usia 6-10 tahun. Penyakit ini dapat terjadi pada laki laki dan
perempuan, namun laki laki dua kali lebih sering dari pada perempuan. Perbandingan antara
laki-laki dan perempuan adalah 2:1. Diduga ada faktor resiko yang berhubungan dengan
umur dan jenis kelamin. Suku atau ras tidak berhubungan dengan prevelansi penyakit ini, tapi
kemungkinan prevalensi meningkat pada orang yang sosial ekonominya rendah, sehingga
lingkungan tempat tinggalnya tidak sehat.2,4
3.3.5. GEJALA KLINIS
Gambaran klinis dapat bermacam-macam. Kadang-kadang gejala ringan tetapi tidak
jarang anak datang dengan gejala berat.. Kerusakan pada rumbai kapiler gromelurus
mengakibatkan hematuria/kencing berwarna merah daging dan albuminuria, seperti yang
telah dikemukakan sebelumnya. Urine mungkin tampak kemerah-merahan atau seperti kopi
Kadang-kadang disertai edema ringan yang terbatas di sekitar mata atau di seluruh tubuh.
Umumnya edema berat terdapat pada oliguria dan bila ada gagal jantung. Edema yang terjadi
berhubungan dengan penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG/GFR) yang mengakibatkan
ekskresi air, natrium, zat-zat nitrogen mungkin berkurang, sehingga terjadi edema dan
azotemia.2,6
Peningkatan aldosteron dapat juga berperan pada retensi air dan natrium. Dipagi hari
sering terjadi edema pada wajah terutama edem periorbita, meskipun edema paling nyata
dibagian anggota GFR biasanya menurun (meskipun aliran plasma ginja biasanya normal)
akibatnya, ekskresi air, natrium, zat-zat nitrogen mungkin berkurang, sehingga terjadi edema
dan azotemia. Peningkatan aldosteron dapat juga berperan pada retensi air dan natrium.
Dipagi hari sering terjadi edema pada wajah terutama edem periorbita, meskipun edema
paling nyata dibagian anggota bawah tubuh ketika menjelang siang. Derajat edema biasanya
tergantung pada berat peradangan glomerulus, apakah disertai dnegan payah jantung
kongestif, dan seberapa cepat dilakukan pembatasan garam.1,5,6
18
19
20
tampak membrana basalis menebal tidak teratur. Terdapat gumpalan humps di subepitelium
yang mungkin dibentuk oleh globulin-gama, komplemen dan antigen Streptococcus.12
21
keterangan gambar :
gambar diambil dengan menggunakan mikroskop electron. Gambar menunjukjan proliferadi
dari sel endothel dan sel mesangial juga infiltrasi lekosit yang bergabung dnegan deposit
electron di subephitelia.(lihat tanda panah)
menegakkan
glomerulonefritis
diagnosis.
Tetapi
beberapa
keadaan
lain
dapat
menyerupai
22
pascastreptokok hematuria timbul 10 hari setelah faringitas; sedangkan hipertensi dan sembab
jarang tampak pada nefropati-IgA.1,4,6
Glomerulonefritis kronik lain juga menunjukkan gambaran klinis berupa hematuria
makroskopis akut, sembab, hipertensi dan gagal ginjal. Beberapa glomerulonefritis kronik
yang menunjukkan gejala tersebut adalah glomerulonefritis membrano proliferatif, nefritis
lupus, dan glomerulonefritis proliferatif kresentik. Perbedaan dengan glomerulonefritis akut
pascastreptokok sulit diketahui pada awal sakit.11
Pada glomerulonefritis akut pascastreptokok perjalanan penyakitnya cepat membaik
(hipertensi, sembab dan gagal ginjal akan cepat pulih) sindrom nefrotik dan proteinuria
masih lebih jarang terlihat pada glomerulonefritis akut pascastreptokok dibandingkan pada
glomerulonefritis kronik. Pola kadar komplemen C3 serum selama tindak lanjut merupakan
tanda (marker) yang penting untuk membedakan glomerulonefritis akut pascastreptokok
dengan glomerulonefritis kronik yang lain. Kadar komplemen C3 serum kembali normal
dalam waktu 6-8 minggu pada glomerulonefritis akut pascastreptokok sedangkan pada
glomerulonefritis yang lain jauh lebih lama.kadar awal C3 <50 mg/dl sedangkan kadar ASTO
> 100 kesatuan Todd. 1,2
Eksaserbasi hematuria makroskopis sering terlihat pada glomerulonefritis kronik
akibat infeksi karena streptokok dari strain non-nefritogenik lain, terutama pada
glomerulonefritis membranoproliferatif. Pasien glomerulonefritis akut pascastreptokok tidak
perlu dilakukan biopsi ginjal untuk menegakkan diagnosis; tetapi bila tidak terjadi perbaikan
fungsi ginjal dan terdapat tanda sindrom nefrotik yang menetap atau memburuk, biopsi
merupakan indikasi.1,11
3.3.9. DIAGNOSIS BANDING 1
GNAPS harus dibedakan dengan beberapa penyakit, diantaranya adalah :
1. Nefritis IgA
Kecurigaan kearah nefropati IgA pada seorang anak dibuat bila timbulnya serangan
hematuria makroskopik secara akut dipicu oleh suatu episode panas yang berhubungan
dengan ISPA. Hematuria makroskopik biasanya bersifat sementara dan menghilang bila ISPA
mereda, namun akan berulang kembali bila penderita mengalami panas yang berkaitan
23
dengan ISPA. Diantara 2 episode, biasanya penderita tidak menunjukkan gejala, kecuali
hematuria mikroskopik dengan proteinuria ringan masih ditemukan pada urinalisis. Edema,
hipertensi, dan penurunan fungsi ginjal biasanya tidak ditemukan. Kadar IgA serum biasanya
meningkat pada 10-20% dari jumlah kasus yang telah dilaporkan, kadar komplemen (C3 dan
C4) dalam serum biasanya normal. Diagnosis pasti biasanya dibuat berdasarkan biopsi ginjal.
2. Lupus nefritis
Lupus nefritis adalah peradangan ginjal yang disebabkan oleh lupus eritematosus sistemik
(SLE), penyakit dari sistem kekebalan tubuh. SLE biasanya menyebabkan kerusakan pada
kulit, sendi, ginjal, dan otak.
Penyebab dari lupus tidak diketahui. Banyak faktor yang mungkin memainkan peran,
termasuk
infeksi
virus
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan : Alopesia, butterfly rash, discoid lupus
photosensitivity, ulkus pada mulut / nasofaring, pleuritis, perikarditis, hepatitis, nyeri
abdomen, asites, splenomegali.
Pemeriksaan laboratorium :
Darah tepi : Anemia normositik normokrom, retikulositosis, trombositopenia, leukopenia,
waktu protrombin / waktu tromboplastin partial biasanya memanjang. Imunoserologis : Uji
Coomb (+), Sel LE (+).
Diagnosis dari nefritis lupus ditegakkan berdasarkan kelainan diatas, dengan gambaran biopsi
ginjal, mulai dari yang ringan berupa GN proliferatif fokal ringan sampai yang berat berupa
proliferatif difusa.
24
3. Glomerulonefritis kronis
Glomerulonefritis kronis merupakan sindrom klinis yang ditandai dengan penyakit
pada glomerulus ginjal dan penurunan progresif fungsi ginjal untuk waktu yang lama atau
dapat dikatakan suatu kelainan dimana terjadi kerusakan glomeruli dan kemunduran fungsi
ginjal selama bertahun-tahun. Merupakan glomerulonefritis tingkat akhir (end stage)
dengan kerusakan jaringan ginjal akibat proses nefrotik dan hipertensi sehingga menimbulkan
gangguan fungsi ginjal yang irreversible.
Timbulnya GNK didahului oleh infeksi akut ekstra renal, terutama di traktus
respiratorius bagian atas dan kulit oleh kuman streptokokkus beta hemolitikus gol A. Faktor
lain yang dapat menyebabkan adalah faktor iklim, keadaan gizi, keadaan umum dan faktor
alergi.
Glomerulonefritis kronis ditandai dengan kerusakan glomerulus secara progresif
lambat akibat
ditemukan adalah :
1. Kadang tidak memberikan keluhan sama sekali sampai terjadi gagal ginjal.
2. Hematuri
3. Edema, penurunan kadar albumin
4. Hipertensi, Kadang-kadang ada serangan ensefalopatihipertensi
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium :
1. Urinalisis
2. Pemeriksaan darah lengkap
3. Biopsi ginjal untuk menunjukkan obstruksi kapiler glomerular dan memastikan
diagnosis.
Penatalaksanaan
Medikamentosa :
1. Pengobatan ditujukan pada gejala klinik dan gangguan elektrolit.
2. Pengobatan aktivitas sehari-hari sesuai batas kemampuan pasien.
3. Pengawasan hipertenasi dengan antihipertensi.
4. Pemberian antibiotik untuk infeksi.
5. Dialisis berulang untuk memperpanjang harapan hidup pasien.
3.3.10.
PENATALAKSANAAN 1,4
1.
Istirahat mutlak selama 3-4 minggu. Dulu dianjurkan istirahat mutlah selama 6-8
minggu untuk memberi kesempatan pada ginjal untuk menyembuh. Tetapi
penyelidikan terakhir menunjukkan bahwa mobilisasi penderita sesudah 3-4 minggu
dari mulai timbulnya penyakit tidak berakibat buruk terhadap perjalanan penyakitnya.
2.
Pemberian penisilin pada fase akut. Pemberian antibiotika ini tidak mempengaruhi
beratnya
glomerulonefritis,
melainkan
mengurangi
menyebarnya
infeksi
Streptococcus yang mungkin masih ada. Pemberian penisilin ini dianjurkan hanya
untuk 10 hari, sedangkan pemberian profilaksis yang lama sesudah nefritisnya
sembuh terhadap kuman penyebab tidak dianjurkan karena terdapat imunitas yang
menetap. Secara teoritis seorang anak dapat terinfeksi lagi dengan kuman nefritogen
lain, tetapi kemungkinan ini sangat kecil sekali. Pemberian penisilin dapat
dikombinasi dengan amoksislin 50 mg/kg BB dibagi 3 dosis selama 10 hari. Jika
alergi terhadap golongan penisilin, diganti dengan eritromisin 30 mg/kg BB/hari
dibagi 3 dosis.
3.
Makanan. Pada fase akut diberikan makanan rendah protein (1 g/kgbb/hari) dan
rendah garam (1 g/hari). Makanan lunak diberikan pada penderita dengan suhu tinggi
dan makanan biasa bila suhu telah normal kembali. Bila ada anuria atau muntah,
maka diberikan IVFD dengan larutan glukosa 10%. Pada penderita tanpa komplikasi
pemberian cairan disesuaikan dengan kebutuhan, sedangkan bila ada komplikasi
seperti gagal jantung, edema, hipertensi dan oliguria, maka jumlah cairan yang
diberikan harus dibatasi.
4.
5.
Bila anuria berlangsung lama (5-7 hari), maka ureum harus dikeluarkan dari dalam
darah dengan beberapa cara misalnya dialisis pertonium, hemodialisis, bilasan
lambung dan usus (tindakan ini kurang efektif, tranfusi tukar). Bila prosedur di atas
tidak dapat dilakukan oleh karena kesulitan teknis, maka pengeluaran darah vena pun
dapat dikerjakan dan adakalanya menolong juga.
26
6.
7.
Bila timbul gagal jantung, maka diberikan digitalis, sedativa dan oksigen.1,4
3.3.11. KOMPLIKASI
1.
Oliguria sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi sebagia akibat
berkurangnya filtrasi glomerulus. Gambaran seperti insufisiensi ginjal akut dengan
uremia, hiperkalemia, hiperfosfatemia dan hidremia. Walau aliguria atau anuria yang
lama jarang terdapat pada anak, namun bila hal ini terjadi maka dialisis peritoneum
kadang-kadang di perlukan.
2.
Krisis Hipertensi dan ensefalopati hipertensi yang merupakan gejala serebrum karena
hipertensi. Terdapat gejala berupa gangguan penglihatan, pusing, muntah dan kejangkejang. Ini disebabkan spasme pembuluh darah lokal dengan anoksia dan edema otak.
3.
Gangguan sirkulasi berupa dispne, ortopne, terdapatnya ronki basah, edema paru,
pembesaran jantung dan meningginya tekanan darah yang bukan saja disebabkan
spasme pembuluh darah, melainkan juga disebabkan oleh bertambahnya volume
plasma. Jantung dapat membesar dan terjadi gagal jantung akibat hipertensi yang
menetap dan kelainan di miokardium.
4.
2.3.13. PROGNOSIS
Sebagian besar pasien akan sembuh, tetapi 5% di antaranya mengalami perjalanan
penyakit yang memburuk dengan cepat pembentukan kresen pada epitel glomerulus. Diuresis
akan menjadi normal kembali pada hari ke 7-10 setelah awal penyakit, dengan
menghilangnya sembab dan secara bertahap tekanan darah menjadi normal kembali. Fungsi
ginjal (ureum, kreatinin) membaik dalam 1 minggu dan menjadi normal dalam waktu 3-4
minggu. Komplemen serum menjadi normal dalam waktu 6-8 minggu. Tetapi kelainan
sedimen urin akan tetap terlihat selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun pada sebagian
besar pasien.1
27
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Wiguno .P, et al, 2009, Glomerulonefritis, Ilmu Penyakit Dalam II, , Balai Penerbit
FKUI: Jakarta. Hal: 969
2. Husein Alatas, 1995, Glomerulonefritis akut, Infomedika: IDAI: Jakarta.
3. Yumi.J, 2009, GNA, http://youmedical zone.com/2009/07/28/glomerulonefritis-akutgna/
4. Antonius, P, et al, 2010, Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus, dalam: Pedoman
Pelayanan Medis, PP IDAI: Jakarta. Hal: 89-91
5. lorraine, W dan Sylvia, P, 2006, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,
ed 6, EGC, Jakarta. Hal: 867
6. Ilmu Kesehatan Anak Nelson, 2000, vol 3, ed Wahab, A. Samik, Ed 15,
Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus, EGC: Jakarta. Hal: 1813-1814
7. Donna
J.
Lager,
M.D.http;//www.vh.org/adult/provider/pathologi/GN/GNHP.html.2000
8. http://www/.5mcc.com/
Assets/
original
article
of
glomerulonefritis/TP0373./2008/html.
9. http://pkukmweb.ukm.my/~danial/Streptococcus.html.laboronline2010.
10. Potter,http://www.Findarticles.com/cf0/g2601/potter.0005/2601000596/pi/article.jhtm
?term=g lomerunopritis+salt+dialysis.2003/html
11. http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/11_HematuriPadaAnak.pdf/11_HematuriPadaA
nak/2009/efr
12. http://www.uam.es/departamentos/medicina/patologiaglomerulonefritis/19-20x.JPG.
2006/ocid
29