Anda di halaman 1dari 43

SIGADIS MINANG

PT. PLN (PERSERO)


WILAYAH SUMATERA BARAT

INSPIRATION OPI RAYON BELANTI


FROM WEST SUMATERA FOR IMPROEVEMENT

PROGRAM UNGGULAN PLN


WILAYAH SUMATERA BARAT
TAHUN 2014. UNTUK PENCAPAIAN KINERJA

SIGADIS MINANG

SIGADIS MINANG
SISTIM INDIKATOR GARDU DISTRIBUSI DAN MANAJEMEN INFORMASI
BEBAN SEIMBANG

Knowledge Management
PT. PLN (Persero)
Wilayah Sumatera Barat
c 2014

SIGADIS MINANG

Sigadis Minang
Knowledge Capturing 2014

c PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Barat

Manager Area Padang


Assistan Manajer Jaringan
Manajer Rayon Belanti
Kepala Divisi Regional PT. Haleyora Power
Penulis
Dani Suryana
8609025 R

SIGADIS MINANG
SAMBUTAN MANAGER AREA PADANG

Kami dari pihak manajemen PT PLN Area Padang sangat mendukung inisiatif dari temanteman rayon belanti untuk membuat buku rekaman implementasi OPI khususnya
penerapan salah satu program unggulan PT PLN Wilayah Sumatra Barat SIGADIS
MINANG
Tetap fight dan teruskan semangat OPI

Wassalam
SUPRAPTO

SIGADIS MINANG

SAMBUTAN MANAJER RAYON BELANTI

Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillah, buku kedua jejak rekam implementasi OPI telah berhasil diluncurkan oleh
teman-teman PT PLN (Persero) Rayon Belanti. Buku ini merupakan lanjutan dari buku
sebelumnya yang telah kami luncurkan sebelumnya. Buku ini adalah lanjutan dari BUKU
TRILOGI JEJAK OPI DI RAYON BELANTI. Harapan kami dengan adanya bisa memberikan
sharing knowledge bagi teman-teman lain untuk membiasakan diri bekerja secara jiwa
OPI.
BRAVO teman-teman OPI Rayon Belanti. Man jadda wa jada

Wassalam
Eddi Saputra

SIGADIS MINANG

KATA PENGANTAR
Di seluruh Negara Energi Listrik sudah menjadi salah satu kebutuhan pokok
bagi kehidupan umat manusia, termasuk di Indonesia tercinta ini. Banyak manfaat
yang didapat dari energi listrik terutama bagi kalangan Industri, Bisnis,
Pemerintahan dan Masyarakat Umum.
Mengingat banyaknya masyarakat yang menggunakan energi listrik, bahkan
bisa dikatakan ketergantungan pada energi listrik, maka perkembangan
ketenagalistrikan setiap tahunnya selalu menarik perhatian masyarakat pengguna
energi listrik khususnya di perkotaan.
Dampak dari semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan energi
listrik, maka PT PLN (Persero) satu-satunya perusahan milik Negara yang di
tugaskan untuk mengelola dituntut untuk meningkatkan profesionalismenya.
Dengan segala keterbatasannya PT PLN (Persero) berupaya memenuhi
kebutuhan energi listrik masyarakat melalui :
1.

Meningkatkan Pelayanan masyarakat

2.

Meningkatkan mutu dan keandalan penyaluran energi listrik.


Sebagai Perusahan Terbatas Persero, PLN selain tugas utama melayani

kebutuhan energi listrik yang bekwalitas juga diupayakan untuk mendapatkan


keuntungan Finansial bagi Negara. Untuk memenuhi kebutuhan Finansial bagi
Negara salah satu upayanya adalah :
a. Mengurangi kerugian energi hilang akibat teknis dan non teknis (susut)
dalam penyaluran egnergi listrik pada pengguna.
b. Mengoptimalkan anggaran biaya operasional melalui Effesiency Drive
Program (EDP). Melalui kedua upaya ini yang dilaksanakan secara
propesional dan berkesinabungan, diharapkan mampu menjawab tantangan
kedepan yang lebih baik.

SIGADIS MINANG
Salah satu upaya yang berkaitan point. (a) dan sesuai KPI General Manager
PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Barat melalui Bidang Distribusi membuat
produk unggulan yang berjudul SIGADIS MINANG (Sitim Indikator Gardu
Distribusi dan Manajemen Informasi Beban Seimbang) yang dilandasi SE 040.E152-DIR-99 tanggal 12 Maret 1999 perihal Manajemen Pemeliharaan Distribusi.

Padang,

September 2014

Tim Sigadis Minang

SIGADIS MINANG
Daftar isi

Sambutan Manager Area Padang


Sambutan Manager Rayon Belanti
Kata pengantar

BAB I

TENTANG SIGADIS MINANG


Bagian 1. Latar Belakang
Bagian 2. Sekilas Sigadis Minang
Bagian 3. Tujuan

BAB II

WORKSTREAM SIGADIS MINANG


Bagian 1. Tahapan Diagnostic
Bagian 2. Tahapan Design
Bagian 3. Tahapan Deliver

BAB III IMPLEMENTASI SIGADIS MINANG


Bagian 1. Implementasi Sigadis Minang
Bagian 2. Dampak Inisiatif Sigadis Minang

Lampiran
Dokumentasi

SIGADIS MINANG

BAB I
TENTANG SIGADIS MINANG
BAGIAN 1
LATAR BELAKANG
Penggunaan energi listrik memegang peranan penting dalam kehidupan
modern, baik dikawasan Industri, Bisnis, Pemerintahan maupun Masyarakat
Umum.

Energi listrik di abad ini sangat penting dan merupakan salah satu

kebutuhan perekonomian yang berdasar atas tantangan yang dihadapi oleh umat
manusia dalam meningkatkan taraf derajat hidupnya.
Distribusi Sistim Tenaga Listrik adalah bagian dari sistim tenaga listrik
yang mendistribusikan tenaga listrik dari penyedia ke pelanggan. Mutu,
kontinuitas dan ketersediaan pelayanan tenaga listrik pada pelanggan adalah
persoalan yang cukup mendasar didalam distribusi sistim tenaga. Dengan semakin
berkembangnya tingkat kebutuhan akan energi listrik baik Industri, Bisnis,
Pemerintahan maupun Masyarakat, maka tuntutan akan mutu dan kontinuitas
distribusi tenaga listrik yang tinggi.
Dalam memenuhi kebutuhan tenaga listrik, terjadi pembagian yang
awalnya merata, tetapi karena ketidaksamaan dalam waktu penyalaan beban dan
beragamnya

peralatan

ketidakseimbangan

beban

listrik
pada

yang

digunakan,

penyediaan

tenaga

maka
listrik

menimbulkan
oleh

PLN.

Ketidakseimbangan beban antara tiap-tiap phasa inilah yang menyebabkan


mengalirnya arus pada netral trafo. Arus yang mengalir di netral trafo ini akan
menimbulkan susut pada kawat penghantar netral.
Kondisi phasa yang tidak seimbang umunya terjadi pada penggunaan
energi listrik oleh pelanggan rumah tangga disebabkan biasanya beban satu phasa.
Hal ini disebabkan kebutuhan masing-masing pelanggan untuk rumah tangga
bervariasi dan tidak konstan. Sedangkan untuk Industri, Pemerintahan dan Bisnis

SIGADIS MINANG
hal ini mungkin juga terjadi dengan pengaturan beban tiga phasa yang tidak
seimbang. Untuk itu sangat perlu sekali dilakukan pemantauan beban di Trafo
Distribusi dengan cara melaksanakan pengukuran beban trafo secara berkala,
sehingga dengan adanya data-data serta analisa data yang benar bisa diambil
tindakan penyeimbangan beban trafo distribusi dengan cara pemindahan beban
pada salah satu phasa tertinggi pada trafo distribusi ke salah satu phasa yang
masih rendah. Tindakan ini akan meminimalisir tingkat ketidakseimbangan beban
pada trafo distribusi yang dapat menekan susut pada trafo distribusi.
Berdasarkan

kondisi

tersebut

melalui

Operational

Performance

Improvement (OPI) yang implementasinya telah berhasil pada peningkatan


kinerja operasional perusahaan melalui inisiatif yang telah dikembangkan dan
telah dilaksanakan sebelumnya. Program OPI (Operational Performance
Improvement) yang di kembangkan oleh McKinsey digunakan untuk mendorong
peningkatan kinerja secara berkelanjutan. Di PLN, Program OPI digunakan untuk
menjalankan dua dari delapan tema metmorfosa, yakni Operational Excellent dan
Budaya Kinerja Tinggi dan Kepemiminan.
Secara metodologi, OPI merupakan sebuah proses berpikir dan bertindak
secara sistematis, metodologis dan terstruktur dengan berbasis pada data. Jika
dilihat secara operasional, pada diagram World Class Service Bulding, tema
Operational Execellent dan Budaya Kinerja Tinggi dan Kepemimpinan berada di
dalam pilar Proses Kerja- dua pilar yang lain adalah Struktur Organisasi, dan
Budaya Perusahaan. Dengan demikian program OPI, sesuai dengan tema
metamorfosa yang menjadi domainnya, merupakan alat untuk memperbaiki atau
meningkatkan Proses Kerja Lingkungan PLN.
Dengan OPI lahirlah program unggulan PT. PLN (Persero) Wilayah
Sumatera barat melalui Surat General Manager, Nomor : 0015/152/WSB/2014
Bulan Januari Perihal Program Unggulan Sigadis Minang. (Surat Terlampir)
Sistim Indikator Gardu Distribusi dan Manajemen Informasi Beban
Seimbang (Sigadis Minang) yang sasarannya adalah penekanan susut dan mutu
tegangan gardu distribusi serta gangguan trafo. Sigadis Minang adalah salah satu
program unggulan PLN Wilayah Sumatera Barat dan kelahirannya tidak terlepas
untuk Mendukung visi korporat PLN menjadi sebuah perusahaan world class,

10

SIGADIS MINANG
bebas subsidi, dan menguntungkan dengan mencapai operational excellence
mlalui kinerja world class, melembagakan PLN Way, serta kemampuan dan
pimpinan operasi yang baik.

Gambar I.1. Surat Perihal Program Unggulan Sigadis Minang

11

SIGADIS MINANG

BAGIAN 2
SEKILAS SIGADIS MINANG
Pada bulan Januari tahun 2014 melalui COC Manager Bidang Distribusi
PT. PLN (Persero) Wilayah Sumbar menyampaikan beberapa KPI General
Manager PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Barat salah satunya Produk
unggulan yang berjudul SIGADIS MINANG (Sistim Indikator Gardu Distribusi
dan Manajemen Informasi Beban Seimbang) yang sasarannya adalah penekan
Susut dan Mutu tegangan pada Gardu Distribusi serta penurunan gangguan trafo.
Dalam COC ini Manager Bidang Distribusi menunjuk Duty Manajer Effisiensi
Pengukuran dan Mutu Sistim Distribusi untuk membentuk tim Sigadis Minang.
Dari sinilah awal mulanya lahirnya Program Unggulan Sigadis Minang.
Selanjutnya terbitlah Surat General Manager, Nomor : 0015/152/WSB/2014
Bulan Januari Perihal Program Unggulan Sigadis Minang.
Dalam

program

unggulan

Sigadis

Minang

dilakukan

pemecahan

masalahnya dengan OPI yang telah terstruktur menyeluruh lewat pendekatan


workstream. Pada workstream merupakan bidang kerja pada OPI. Ada tiga bagian
dalam workstream OPI, yaitu Technical System (TS), Management Infrastructure
(MI), dan Mindset, Capability, and Leadership (MCL).
Workstream Technical System (TS) bertugas mengkaji konfigurasi dan
optimalisasi aset-aset

dan sumber daya untuk menciptakan nilai dan

meminimalkan kerugian. Untuk workstream Management Infrastructure (MI)


tugas yang dilakukan adalah mengkaji struktur, sistem dan proses untuk
mendukung Technical System (TS). Sedangkan workstream Mindset, Capability
and Leadership (MCL) bertugas mengkaji bagaimana cara pegawai berpikir,
merasakan dan bertindak dalam lingkungan kerja. Kajian workstream TS
difokuskan untuk mengetahui kinerja unit dan melakukan upaya peningkatan
kinerja secara terukur, dan dapat dihitung dampak (gain) yang diraih, sedangkan
MI dan MCL menghasilkan kinerja yang intangible, namun mendukung TS.

12

SIGADIS MINANG
Sigadis Minang telah dikaji sebelumnya dan juga sudah mempunyai inisiatif
perbaikan yang bertujuan untuk menurunkan susut teknis, susut non teknis dan
perbaikan mutu tegangan pelayanan yang sudah ditetapkan dalam Tingkat Mutu
Pelayanan (TMP) pada Jaringan Tegangan

Rendah (- 10 % dan + 5 %),

disamping itu pula bukan hanya penurunan losses yang didapat tetapi juga
Saidi/Saifi terhadap penurunan gangguan trafo distribusi akibat overload satu
phasa, serta gangguan pada pelayanan tegangan tegangan rendah dan juga
peningkatan pendapatan PLN terhadap nilai jual transaksi pemakaian kWh
pelanggan.
Inisiatif yang dilaksanakan adalah penyeimbangan beban trafo distribusi,
pemasangan CCO untuk penjumperan titik sambung Jaringan Tegangan Rendah
dan Sambungan Rumah, Penggantian APP tua, macet dan buram, Pemindahan
letak posisi APP dari didalam bangunan menjadi diluar bangunan, serta
penggantian PHB TR yang sudah rusak.
Selanjutnya dari hasil inisiatif program Sigadis Minang, ada terlahirnya
proses penyebab (Diagnostic), ide perbaikan dan pengembangan ide perbaikan
(Design). Sedang untuk tahap implementasi ide perbaikan (Deliver) akan dibahas
selanjutnya.

13

SIGADIS MINANG

BAGIAN 3
TUJUAN SIGADIS MINANG

Menganalisa suatu permasalahan (Diagnostic) dalam suatu proses kerja


sangat perlu adanya. Program unggulan Sigadis Minang merupakan suatu
program yang terlahir berdasarkan Root Cause Problem Solving (RCPS). RCPS
adalah alat analisa untuk mengelompokkan masalah-masalah menjadi komponenkomponen yang lebih sederhana, dengan pendekatan terstruktur, untuk
mengidentifikasi akar permasalahan.
Keunggulan yang dimiliki metode RCPS adalah dapat menelusuri akarakar permasalahan organisasional dan teknis secara sistematis, sehingga dengan
menggunakan RCPS, upaya untuk menyelesaikan masalah (problem solving)
dapat dipertanggungjawabkan karena berdasar pada fakta-fakta yang ada.
Pada tahap diagnostic ini program Sigadis Minang sudah mencakup semua
inisitaif yang akan dilaksanakan berupa item-item pekerjaan yang berdampak
terhadap penurunan susut pada jaringan tegangan rendah dan peningkatan mutu
tegangan yang juga berdampak pada Tingkat Mutu Pelayanan (TMP) serta
penurunan gangguan, yang artinya problem solving dari akar penyebab masalah
sudah diketahui melalui Root Cause Problem Solving (RCPS).
Untuk perancangan ide perbaikan dan pengembangan ide perbaikan
(Design) harus banyak mempertimbangkan berbagai aspek untuk mendapatkan
dampak yang diinginkan sesuai dengan hasil kajian dari akar masalah (problem
solving) agar tidak salah tempat. Disinilah fungsinya Root Cause Problem Solving
(RCPS) dan Matrik prioritas untuk memudahkan dalam perancangan inisiatif ide
perbaikan yang akan dilakukan.
Sigadis Minang merupakan program yang sangat tepat untuk diterapkan
dalam mengatasi akar masalah tersebut. Semua item-item pekerjaan dapat berjalan
menjadi satu pekerjaan, sehingga dampak akibatnya sangat jelas mempengaruhi
susut teknis, susut non teknis maupun mutu tegangan untuk pelayanan.

14

SIGADIS MINANG

Inisiatif yang dilaksanakan yaitu :


1.

Susut Teknis terdiri dari item-item pekerjaan antara lain :


Penyeimbangan beban trafo distribusi untuk memperkecil
arus netral pada trafo, dampaknya dengan beban yang
seimbang akan menurunkan arus netral pada trafo sehingga
susut teknis turun dan penurunan gangguan trafo distribusi.
Pembuatan belalai pada penanda phasa JTR, dampaknya
memudahkan proses pada pemantauan penyambungan baru
pelanggan.
Pemasangan

sambungan

Opstyg

Cable

Trafo

dan

sambungan kabel Jaringan Tegangan Rendah dengan


material Joint Sleve, dampaknya rugi-rugi energi listrik
yang tidak tersalurkan pada sambungan penghantar akan
turun. Serta juga berdampak pada penurunan gangguan
Jaringan Tegangan Rendah
Pemasangan sambungan rumah pelanggan dengan material
CCO, dampaknya juga sama rugi-rugi energi listrik yang
tidak tersalurkan pada sambungan penghantar akan turun.
Serta

juga

berdampak

pada

penurunan

gangguan

Sambungan Rumah Pelanggan


Pemeliharaan dan penggantian PHB TR yang sudah rusak.
2. Susut Non Teknis terdiri dari item-item pekerjaan antara lain :
Penggantian APP tua, buram dan rusak serta reposisi APP
pelanggan, dampaknya peningkatan nilai jual dan transaksi
kWh pelanggan serta tidak ada salah pencatatan meter oleh
Petugas Catat Meter.
Pelaksanaan P2TL yang sudah pasti berdasarkan TO yang
didapat berdasarkan informasi survey dan observasi
pendataan pelanggan per gardu (Rayon Card Pelanggan).
Membuat surat resmi untuk meterisasi PJU liar dan Pos
Siskamling yang belum termeterisasi.

15

SIGADIS MINANG
Semua item-item pekerjaan tersebut sudah mengakomodir seluruh tahapan
diagnostic penyebab tingginya susut yang terjadi pada Jaringan Tegangan Rendah
dan kesemuanya sudah menjadi salah satu program unggulan PT. PLN (Persero)
Wilayah Sumatera Barat yaitu Sistim Indikator Gardu Distribusi dan Manajemen
Beban Seimbang (SIGADIS MINANG).

16

SIGADIS MINANG

BAB II
WORKSTREAM SIGADIS MINANG
BAGIAN 1
TAHAPAN DIAGNOSTIC
Agar dapat dengan tepat menemukan faktor penyebab susut akibat
ketidakseimbangan beban pada trafo, dibuatlah suatu

Root Cause Problem

Solving (RCPS). RCPS merupakan alat analisa penting yang digunakan dalam
implementasi OPI. Filosofi RCPS, menyelesaikan masalah satu demi satu secara
sederhana.
RCPS digunakan untuk mengurai dan mengelompokkan masalah-masalah
menjadi

komponen-komponen

yang

lebih

sederhana,

hingga

akar

permasalahannya teridentifikasi. Dengan RCPS tim Sigadis Minang dapat


menelusuri secara sistematis akar-akar permasalahan baik organisasional maupun
teknis. Karenanya, ide perbaikan yang dikembangkan dari hasil analisis RCPS
lebih terukur dan dapat dipertanggungjawabkan, sebab berdasarkan fakta-fakta
yang ada.
Ada banyak model pendekatan untuk melakukan analisa akar masalah,
misalnya Fishbone, Tripod Beta, atau Kepner Tragoe. Di OPI PLN model yang
digunakan untuk RCPS adalah pendekatan 5Why. Pendekatan 5Why relatif
mudah digunakan sebab lebih familiar bagi kebanyakan orang, mudah untuk
diajarkan dan dipahami, dan mudah untuk dipraktekkan.
Manfaat dari pendekatan 5Why yaitu mendorong untuk mendapatkan
solusi-solusi dan tindakan-tindakan yang diperlukan, menggunakan proses yang
terstruktur, dapat diaplikasikan dalam banyak situasi, dan mencakup hampir
semua kemungkinan.

17

SIGADIS MINANG
Katagori pertama, pertanyaan-pertanyaan untuk dipecahkan. Pertanyaanpertanyaan di sini merujuk pada tujuan-tujuan spesifik yang dapat memecahkan
masalah. Katagori kedua, pengambil keputusan, menunjukkan siapa yang menjadi
audiens, dan siapa yang perlu membuat keputusan dan menindaklanjutinya.
Katagori ketiga, kriteria dan ukuran kesuksesan, menggambarkan bagaimana para
pengambil keputusan menilai kesuksesan dari sebuah problem solving.

Gambar 2.1. Visual Root Cause Problem Solving (RCPS) Sigadis Minang

18

SIGADIS MINANG
Katagori keempat, faktor-faktor utama yang mempengaruhi pengambilan
keputusan, menampung kekhawatiran dan masalah di sisi pengambil keputusan
terhadap keputusan yang diambil, dan bagaimana tindakan yang akan diambil saat
menghadapi agenda-agenda yang saling bertentangan.
Katagori kelima, kerangka kerja untuk resolusi, terkait seberapa cepat
jawaban dari pengambil keputusan dibutuhkan. Katagori keenam, batasan dan
kendala, menunjukkan hal-hal apa saja yang tidak akan dipertimbangkan dalam
pengambilan keputusan atau off-limits. Katagori ketujuh, akurasi, menentukan
seberapa jauh tingkat verifikasi yang dibutuhkan terhadap kriteria kesuksesan.
Setelah definisi masalah ditemukan, berikutnya masalah tersebut disusun ke
dalam struktur yang jelas untuk membantu memahaminya. Caranya dengan
memecah (breakdown) masalah ke dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil,
memberikan hipotesa awal, dan tentukan bagian-bagian mendasar dari masalah.
Strukturisasi masalah membantu proses pemecahan masalah. Dengan strukturisasi
pekerjaan dapat dibagi-bagi ke dalam langkah-langkah yang lebih kecil, serta
tanggung jawab kerja dapat dialokasikan (distribusikan) sesuai uraian kerja
masing-masing pihak.
Strukturisasi masalah juga memudahkan untuk menetapkan masalah mana
yang menjadi prioritas. Selain itu jika kita melakukan strukturisasi masalah
integritas problem solving tetap dipertahankan, karena menyelesaikan bagian demi
bagian akan benar-benar menyelesaikan masalah dan dapat menghindari tumpah
tindih serta gap kerja. Manfaat lain yang didapatkan dengan strukturisasi masalah
yaitu dapat tercipta pemahaman yang sama dalam tim mengenai masalah
sesungguhnya. Berpegang pada pertanyaan mendasar untuk dipecahkan, dari
Lembar Kerja Definisi Masalah, strukturisasi masalah memecah masalah-masalah
lebih terperinci dengan konsisten. Makna konsisten di sini adalah setiap elemen
masalah harus berada di tingkat yang sama dan sejenis. Misalnya pada masalah
penyebab susut akibat ketidakseimbangan beban trafo, maka dirumuskanlah akar
masalah penyebabnya dengan cara penyeimbangan beban trafo tetapi dengan
metoda yang lebih tepat seperti Simulasi Beban Seimbang (SBS)
Di samping prinsip konsisten, strukturisasi masalah juga berpegang pada
prinsip relevan. Penjelasannya, elemen-elemen tidak boleh saling tumpang tindih,

19

SIGADIS MINANG
namun harus mencakup seluruh kemungkinan yang relevan. Untuk itu digunakan
panduan MECE (Mutually, Exclusive, Collectively, dan Exhaustive).
Causal tree, atau Kerangka kerja 5Why, yang baik harus memenuhi tiga
syarat. Pertama dimulai dengan masalah spesifik yang dapat dikuantifikasi dalam
hal waktu, frekuensi, produksi atau uang. Syarat kedua, menembus hingga akar
permasalahan dengan berulangkali menanyakan mengapa masalah tersebut ada.
Syarat yang ketiga antara satu pertanyaan dengan yang lain tidak overlap dan
sudah mencakup semuanya menggunakan panduan Mutually, Exclusive,
Collectively, Exhaustive (MECE).
Ada tiga prinsip yang harus dipegang dalam melakukan pendekatan 5Why
yaitu;

Gunakan

fakta

untuk

verifikasi

hipotesa,

Seimbangkan

antara

kelengkapan/komprehensivitas dan prioritasi dengan mengikuti aturan MECE,


dan Terus tanyakan mengapa hingga tiba pada akar permasalahan dengan
mengarahkan pertanyaan pada tindakan-tindakan yang menyelesaikan masalah,
tidak hanya menyelesaikan gejalanya saja.
Menggunakan fakta untuk verifikasi hipotesa berarti mengabaikan pendapat
atau asumsi, emosi, dan retorika individu. Agar memiliki fakta yang substansial
maka sebelumnya diperlukan kerja membangun basis fakta. Untuk membangun
basis fakta ada empat kerja yang bisa dilakukan. Pertama dengan observasi, yaitu
melihat sendiri masalahnya secara langsung, data yang diperoleh dari hasil
observasi ini sebaiknya dilengkapi dengan foto-foto. Kedua kumpulkan dan
sintesiskan data-data yang relevan, dengan melakukan analisa Pareto, sebelum
memulai problem solving, misalnya: jumlah gangguan berdasarkan penyebab
berikut dampaknya seperti, lama gangguan, produksi yang hilang, dan finansial.
Ketiga, dapatkan diagram-diagram dan process flows terkait. Keempat,
kumpulkan dan lakukan review terhadap catatan historis peralatan termasuk
analisa kegagalan dan laporan-laporan insiden.
Usai melakukan analisis 5Why, langkah selanjutnya untuk menyelesaikan
masalah adalah pilih prioritas masalah yang harus segera diselesaikan. Cara
melakukan prioritasi dengan mengidentifikasi masalah atau solusi mana yang
paling penting untuk diselesaikan, dan menjawab tindakan apa yang dapat segera

20

SIGADIS MINANG
diimplementasi untuk maju ke depan?. Alat yang digunakan dalam prioritasi yaitu
Analisa Pareto, Matriks Prioritasi, dan hasil jawaban dari 5Why.

Gambar 2.2. Root Cause Problem Solving (RCPS) Sigadis Minang


Membuat perencanaan dan implementasi tindakan dilakukan dengan
mempertimbangkan pilihan tindakan, seperti Work review, Escalate, Involve
others, dan tindakan praktis yang bisa dilakukan segera. Alat atau cara yang
digunakan untuk perencanaan yaitu Gantt chart dan rapat efektif.

Gambar 2.3. Matrik Prioritas Sigadis Minang

21

SIGADIS MINANG
Sebuah rencana tindakan (action plan) harus memetakan dengan jelas
kegiatan-kegiatan, tenggat waktu dan sumber daya yang dibutuhkan. Sedangkan
hal-hal yang harus diperhatikan perencanaan tindakan adalah; Jadwalkan major
milestones dan PIC, serta deliverables untuk masing-masing PIC; Review
kemajuan dengan para pengambil keputusan untuk mendapatkan konsensus;
Lakukan komunikasi dan dan berikan update kepada pihak-pihak terkait; dan
Lakukan status monitoring secara terus menerus. Terakhir, agar hasil analisa
RCPS digunakan dengan konsisten juga tumbuh rasa kepemilikan dari tim, maka
perlu dibuat visualisasi sederhana yang dapat diakses setiap anggota (pegawai)
dengan mudah.
Sigadis Minang sebagai replikasi dari inisiatif OPI, maka dalam
implementasinya juga menggunakan mekanisme Stage-Gate sebagai manajemen
proyek. Mekanisme stage-gate memungkinkan agar inisiatif terkelola dengan
disiplin, dan untuk mengevaluasi ideide secara tepat sebelum sumber daya
perusahaan dialokasikan.
Mekanisme stage-gate juga digunakan untuk menjalankan fungsi
pengawasan, memastikan alokasi sumber daya tersalur pada inisiatif potensial,
dengan demikian dapat menjaga efisiensi dan efektifitas perusahaan. Selain
mekanisme stage-gate, alat manajemen inisiatif dalam program Sigadis Minang
juga menggunakan Initiative Charter. Initiative Charter yang baik memuat empat
jawaban dari pertanyaan utama terkait inisiatif. Pertama, Definisi inisiatif.
Pertanyaan yang harus dijawab adalah; Apa yg dilakukan? Apa targetnya? Dan
Apa masalah yang diselesaikan?. Kedua, Kasus bisnis: Mengapa melakukannya?
dan Apa manfaatnya?. Ketiga, Staf dan organisasi: Siapa yg perlu melakukannya?
dan Siapa yang berkepentingan dalam kesuksesan inisiatif?. Keempat, Penilaian
resiko: Apa yang dapat menyimpang, dan apa yang harus dilakukan untuk
menanganinya?.
Definisi

inisiatif

berfungsi

untuk

menjelaskan

tujuan

inisiatif,

hubungannya dengan arahan strategis perusahaan dan bagaimana menilai


kesuksesan inisiatif. Upaya mendefinisikan inisiatif dipandu melalui lima macam
pertanyaan, yaitu; Apa tujuan inisiatif? Apa syaratnya? Apa implikasi pada proses
bisnis? Apa implikasi lainnya? dan Apa tahapan utamanya?. Jawaban yang

22

SIGADIS MINANG
muncul nantinya akan menggambarkan (definisi) inisiatif macam apa yang akan
dijalankan.

Gambar 2.4. Initiative Charter Sigadis Minang

Setelah definisi inisiatif tercapai, langkah berikutnya yaitu periksa


keselarasan strategis. Apa saja strategi perusahaan pada area yang terkait? dan
Sudahkan kontribusi inisiatif untuk mencapai target strategis didefinisikan?.
Kemudian tentukan target capaian inisiatif secara spesifik dengan menjawab; Apa
saja target bisnis yang terukur dan dapat diverifikasi dari inisiatif ini? dan Kapan
dapat tercapai?.
Untuk mengelola proyek juga digunakan Workplan dan Laporan Inspeksi
inisiatif. Melengkapi keduanya, tim inisiatif hendaknya menggunakan foto hasil
inspeksi sebagai bukti data yang memperkuat perencanaan inisiatif. Fungsi
workplan sebagai alat kontrol dan pemantauan proses serta kemajuan (progress)
kerja yang sedang berlangsung.
Workplan memuat Status Report sebagai alat pemantauan dan evaluasi.
Metode pengawasan dengan status report menggunakan isyarat visual yang
diindikasikan dengan kode warna. Warna merah menunjukkan status inisiatif
yang tertunda pelaksanaannya dan membutuhkan tambahan dukungan. Warna

23

SIGADIS MINANG
kuning untuk status inisiatif yang implementasinya berjalan lambat. Dan warna
hijau diberikan kepada inisiatif yang berjalan sesuai dengan jadwal
perencanaan.
Laporan inspeksi berisi hasil inspeksi lapangan yang telah dilakukan,
sesuai inisiatif. Dalam lembar laporan memuat rincian kegiatan inspeksi, unit
yang terlibat, pelaksana inspeksi, dan waktu dilakukannya inspeksi. Terakhir,
untuk memantau keseluruhan inisiatif digunakan Recap Initiatives. Form ini
memuat seluruh inisiatif yang sedang dijalankan. Status setiap inisiatif
diindikasikan dengan sinyal warna. Tidak hanya itu, untuk melihat proses
implementasi inisiatif, Recap Initiatives juga mencantumkan langkah kerja yang
sedang dilakukan, langkah yang akan dilakukan selanjutnya, dan kordinator (PIC)
atau orang yang bertanggung jawab untuk masing-masing inisiatif.

Gambar 2.5 Workplan Sigadis Minang

24

SIGADIS MINANG

BAGIAN 2
TAHAPAN DESIGN
Pelaksanaan program unggulan Sigadis Minang dilakukan dalam beberapa
tahapan awal yaitu, pelaksanaan workshop yang dilakukan oleh PLN Wilayah
Sumatera Barat selama enam hari. Waktu pelaksanaan workshop dibagi dalam
tiga region, masing-masing Area Padang, Area Bukittinggi, Area Payakumbuh
(Bukittinggi dan Payakumbuh menjadi satu region pelaksanaan workshop) dan
Area Solok yang telah dilaksanakan pada bulan Mei 2014.

Gambar 2.6 Pelaksanaan Workshop Sigadis Minang

Melalui workshop peserta dapat mengetahui dan mempelajari modul-modul


yang dibutuhkan untuk implementasi program Sigadis Minang, seperti pengenalan
alat ukur Multy Feeder Analyzer (MFA) yang bisa digunakan untuk mengukur
beban trafo distribusi dengan range waktu bisa di setting sesuai dengan lama
waktu beban trafo yang ingin diukur sehingga mendapatkan pengukuran beban
trafo distribusi yang lebih akurat dan akuntable.
Sebelumnya proses pekerjaan penyeimbangan beban yang selama ini telah
dilakukan oleh unit-unit, hanya menggunakan alat ukur Ampere Meter dengan
mendapatkan data pengukuran beban trafo distribusi hanya satu kali perioda
pengukuran pada saat waktu beban puncak (WBP) antara pukul 18.00-21.00

25

SIGADIS MINANG
(Beban malam) dan Pukul 10.00-12.00 (Beban Siang). Sehingga hasil
penyeimbangan yang telah dilaksanakan hanya seimbang pada proses satu kali
perioda pengukuran saja dan dampaknya pun terhadap penurunan susut yang
diinginkan tidak tepat sasaran.
Dengan menggunakan alat ukur Mutly Feeder Analyzer (MFA) hasil data
pengukuran beban trafo distribusi bisa didapatkan selama satu hari atau bisa lebih,
tergantung dari user yang menginginkan lama waktu pengukuran beban. Data
hasil pengukuran selanjutnya dievaluasi dan dianalisa dengan penerapan Simulasi
Seimbang Beban Sehari (SBS)

Gambar 2.6 Pelaksanaan Workshop Sigadis Minang

Peserta workshop bisa menerapkan Simulasi Beban Seimbang Sehari (SBS)


untuk proses pelaksanaan penyeimbangan beban trafo distribusi berdasarkan
simulasi data angka hasil pengukuran beban trafo distribusi, praktek
penyeimbangan beban trafo berdasarkan hasil simulasi beban seimbang sehari
(SBS) dan hasil analisa data penyeimbangan beban trafo yang hasil perbaikannya
berdampak pada penurunan susut dan perbaikan mutu tegangan.

26

SIGADIS MINANG

Gambar 2.6 Presentasi Simulasi Seimbang Beban Sehari (SBS)

Simulasi beban seimbang sehari (SBS) adalah perangkat (tool) yang dibuat
untuk memudahkan tim inisiatif saat implementasi Sigadis Minang. Perangkat ini
digunakan untuk proses data pelaksanaan penyeimbangan beban. Dengan simulasi
beban seimbang sehari (SBS) ini sangat memudahkan dalam proses pemantauan
pekerjaan dan juga pelaksanaan pekerjaan penyeimbangan beban, agar pekerjaan
tidak terjadi berulang-ulang sehingga lebih efisien dan handal.
Perangkat ini didesain dengan platform berbasis Microsoft Excel, sehingga
simulasi beban seimbang sehari (SBS) ini mudah dilaksanakan bagi pegawai
ditingkat Rayon-Rayon dan sudah sangat familiar.

Gambar 2.7. Peserta Workshop Sigadis Minang

27

SIGADIS MINANG
Berdasarkan Surat General Manager Nomor : 0015/152/WSB/2014 Bulan
Januari Perihal Program Unggulan Sigadis Minang. Jumlah Trafo yang masuk
dalam Sigadis Minang adalah sebanyak 200 Unit. Dalam hal ini, hanya diambil
satu unit contoh trafo yang telah dilaksanakan penyeimbangan beban dengan
simulasi seimbang beban sehari (SBS).

Gambar 2.8. Jumlah Trafo Program Unggulan Sigadis Minang


Berdasarkan dari 200 Unit Trafo Distribusi untuk Program Unggulan
Sigadis Minang. Untuk sampling sebagai contoh penerapan Sigadis Minang untuk
penurunan susut, perbaikan mutu tegangan dan penurunan gangguan trafo adalah
Area Padang, Rayon Belanti dengan jumlah 15 Unit Gardu.
Penerapan Sigadis Minang ditempatkan di Lokasi Pasar Raya. Inisiatif
pemilihan lokasi tersebut disebabkan merupakan pusat sentral perdagangan, bisnis
para pelaku ekonomi yang mayoritas semuanya adalah pengguna energi listrik.
Banyak gardu distribusi PLN yang mensupply aliran listrik ke Pasar Raya.
Dengan kondisi situasi lingkungan yang padat dan ramai, sehingga akses untuk
melaksanakan pemeliharaan sangat sulit untuk dilakukan. Apabila terjadi
gangguan untuk mencapai lokasi gangguan tersebut dibutuhkan waktu yang lama
sehingga berdampak pada Respon Time terhadap pelanggan.

28

SIGADIS MINANG
Disamping hal tersebut melihat kondisi Jaringan Tegangan Rendah dan
Gardu Distribusi dengan kondisi peralatan yang sudah tua menjadikan kawasan
daerah pusat perdagangan tersebut sangat perlu untuk dibenahi dan dilakukan
pemeliharaan. Melalui Sigadis Minang sangat besar dampaknya terhadap
penekanan susut, mutu tegangan dan penurunan gangguan trafo.
Salah satu sampling Trafo Distribusi yang diterapkan Sigadis Minang
adalah Gardu Distribusi G. 136.T RB, Lokasi Jl. Belakang Olo Pasar Raya,
dengan Daya Trafo 250 kVA. (Kartu Trafo Distribusi Terlampir)
Tahapan pelaksanaan survey dan observasi lapangan adalah pengambilan
data-data yang diperlukan mengenai data peralatan material distribusi seperti, data
trafo distribusi, kondisi gardu distribusi, diameter penampang jaringan tegangan
rendah, panjang jaringan tegangan rendah, data pelanggan pada gardu tersebut,
kondisi sambungan masuk pelayanan, kondisi alat pengukur dan pembatas (APP)
pelanggan.

Gambar 2.9 Kartu Trafo Distribusi

29

SIGADIS MINANG

B6

B5

B4

B3

B2

B1

A1

A2

B7

A3
JL. BANDAR DAMAR

JL. M. YAMIN

B8
JL. PERMINDO

B9

JL. PERMINDO

PENAMPANG SKUTR LVTC 3 x 35 + 25 mm2

JL. BELAKANG OLO

KETERANGAN :
PHASA MERAH
PHASA KUNING
PHASA BIRU
TIANG BESIEXISTING
SR PELANGGAN

PENAMPANG SKUTR LVTC 3 x 70 + 50 mm2


B10

Gambar 2.10 Peta Jaringan Gardu Distribusi G. 136.T RB Jl. Belakang Olo

30

SIGADIS MINANG

Gambar 2.11 Data Hasil Survey dan Observasi Pelanggan G. 136.T RB

31

SIGADIS MINANG
Dalam pelaksanaan pekerjaan penyeimbangan beban trafo distribusi pada
Program Sigadis Minang, untuk mendapatkan data hasil pengukuran yang lebih
akurat dan akuntabel adalah dengan menggunakan alat ukur Multy Feeder
Analyzer (MFA). Dengan tujuan pada proses pekerjaan penyeimbangan trafo
distribusi lebih tepat sasaran dan dampaknya terhadap penekanan susut sangat
signifikan. (SOP Cara Menggunakan MFA Terlampir)

Phasa - T
1
2
3

5
A

9
B

13
C

Phasa - S

Auto Breaker

6
A

10
B

14
C
Phasa - T

7
A

11
B

15
C
Netral

8
A

12
B

16
C

Gambar 2.12 Single Line Diagram PHB TR

Cara Pemasangan CT.


CT (Current Tranformer) ini dengan peralatan yang ada hanya bisa
dipasang pada gardu Distribusi 3 Jurusan (1 induk + 3 Route) dengan Nomor
pada CT berurut 1 s/d 9 pada blok 1 dan dilanjutkan dengan blok 2 nomor 10 s/d
16 dengan langkah sebagai berikut :

32

SIGADIS MINANG
CT nomor 1 dipasang : Pada phasa R Route (merah) Induk
CT nomor 2 dipasang : Pada phasa S Route (kuning) Induk
CT nomor 3 dipasang : Pada phasa T Route ( biru ) Induk
CT nomor 4 dipasang : Pada phasa N Route (hitam ) Induk
CT nomor 5 dipasang : Pada phasa R Route (merah)

-A

CT nomor 6 dipasang : Pada phasa S Route (kuning)

-A

CT nomor 7 dipasang : Pada phasa T Route ( biru )

-A

CT nomor 8 dipasang : Pada phasa N Route (hitam )

-A

CT nomor 9 dipasang : Pada phasa R Route (merah)

-B

CT nomor 10 dipasang : Pada phasa S Route (kuning)

-B

CT nomor 11 dipasang : Pada phasa T Route ( biru )

-B

CT nomor 12 dipasang : Pada phasa N Route (hitam )

-B

CT nomor 13 dipasang : Pada phasa R Route (merah)

-C

CT nomor 14 dipasang : Pada phasa S Route (kuning)

-C

CT nomor 15 dipasang : Pada phasa T Route ( biru )

-C

CT nomor 16 dipasang : Pada phasa N Route (hitam )

-C

Gambar 2.13 Pemasangan Multy Feeder Analyzer

Pengertian dari Simulasi Beban Seimbang (SBS) adalah proses tabulasi data
serta evaluasi dan analisa data dari hasil pengukuran beban trafo dengan
menggunakan alat ukur Multy Feeder Analyzer (MFA) selama dalam waktu satu
hari dengan jarak range interval waktu yang telah disetting terlebih dahulu,

33

SIGADIS MINANG
dengan maksud dan tujuan dapat menentukan data akurat dan akuntable selisih
besaran beda phasa pada penyebab ketidakseimbangan beban trafo.
Dengan metoda SBS yang telah dibuat dengan platform berbasis Microsoft
Excel, dapat membuat semua User (Pegawai) dengan mudah menganalisa dan
mengevaluasi data untuk proses pekerjaan penyeimbangan beban trafo. (Simulasi
Beban Seimbang Terlampir).

Gambar 2.14 Data Download Hasil Pengukuran Beban Dengan MFA

Gambar 2.15 Simulasi Beban Seimbang (SBS)

34

SIGADIS MINANG

BAB III
IMPLEMENTASI SIGADIS MINANG
BAGIAN I
TAHAPAN DELIVER
Salah satu upaya untuk penurunan susut dan peningkatan mutu tegangan
pelayanan serta penurunan gangguan trafo. Sesuai KPI General Manager PT. PLN
(Persero) Wilayah Sumatera Barat melalui Bidang Distribusi membuat produk
unggulan yang berjudul SIGADIS MINANG (Sitim Indikator Gardu Distribusi
dan Manajemen Informasi Beban Seimbang) yang dilandasi SE 040.E-152-DIR99 tanggal 12 Maret 1999 perihal Manajemen Pemeliharaan Distribusi.
Implementasi Sigadis Minang telah dilaksanakan proses pekerjaannya dengan
tetap mengikuti acuan hasil analisa dan evaluasi data hasil pengukuran dengan alat
Multy Feeder Analyzer (MFA) dengan menggunakan metoda Simulasi Beban
Seimbang (SBS).
Berikut dokumentasi hasil pekerjaan Sigadis Minang dengan pengawasan dan
prosedur SOP Pekerjaan Penyeimbangan Beban Trafo, serta sesuai dengan
persyaratan pekerjaan K2 dan K3.

Kondisi Sebelum

Kondisi Sesudah

Gambar 3.1 Pemeliharaan dan Penggantian PHB TR Rusak

35

SIGADIS MINANG

Kondisi Sebelum

Kondisi Sesudah

Gambar 3.2 Pemasangan CCO Pada JTR

36

SIGADIS MINANG

Kondisi Sebelum

Kondisi Sesudah

Gambar 3.3 Penggantian APP Tua

Penyambungan Secara Ilegal

Merusak Pembatas Daya

Gambar 3.4 Target Operasi P2TL

37

SIGADIS MINANG

Gambar 3.5 Realisai Sigadis Minang Pada Gardu G. 136.T RB

38

SIGADIS MINANG

BAGIAN 2
DAMPAK SIGADIS MINANG

Melalui program unggulan Sigadis Minang dampak dari inisiatif item-item


pekerjaannya sangat berdampak sangat jelas dan signifikan terhadap penurunan
susut teknis, susut non teknis, perbaikan mutu tegangan pelayanan dan penurunan
gangguan trafo.
Belum
dilaksanakan

cukup
dengan

satu

bulan

mengambil

setelah

selesainya

sampling

salah

item-item
satu

gardu

pekerjaan
distribusi

G. 136.T RB, Jl. Belakang Olo Pasar Raya. Hasil analisa dan evaluasi data
melalui sampling pengambilan data transaksi pemakaian kWh pelanggan dan
berdasarkan data hasil pengukuran beban trafo setelah dilaksanakannya
penyeimbangan beban trafo, arus netral trafo yang sebelumnya sangat tinggi dan
setelah penyeimbangan terlihat turun secara signifikan.

Gambar 3.1 Pemakaian kWh Pelanggan Rata-Rata Naik 2 kWh/Hari

39

SIGADIS MINANG

Gambar 3.2 Hasil Download Data MFA Sesudah Penyeimbangan Beban

Gambar 3.3 Data Hasil SBS Menunjukkan Keseimbangan Beban Dengan


Turunnnya Arus Pada Netral Trafo Distribusi

40

SIGADIS MINANG

Gambar 3.4 Data Beban Hasil Penyeimbangan Beban Trafo

Gambar 3.5 Grafik Beban Induk Sebelum dan Sesudah Penyeimbangan

41

SIGADIS MINANG

Gambar 3.6 Grafik Beban Jurusan 1 Sebelum dan Sesudah Penyeimbangan

42

SIGADIS MINANG
Gambar 3.7 Grafik Beban Jurusan 2 Sebelum dan Sesudah Penyeimbangan

Gambar 3.8 Grafik Saving kWh Dampak Sigadis Minang

43

Anda mungkin juga menyukai