Isi Referat Mata
Isi Referat Mata
PENDAHULUAN
Glaukoma akut adalah suatu kondisi dimana terjadi aposisi iris dengan jalinan trabekular
pada sudut bilik mata. Saat kondisi iris terdorong atau menonjol ke depan maka outflow aqueous
humor akan terhambat , keadaan ini dapat menyebabkan peningkatan tekanan intraokular. Jika
penutupan sudut terjadi secara mendadak , maka gejala yang ditimbulkan sangat berat seperti
nyeri pada mata , sakit kepala , pandangan kabur , melihat halo , mual dan muntah.
Glaukoma akut merupakan suatu keadaan darurat mata yang memerlukan penanganan
segera untuk mencegah kerusakan nervus optikus yang dapat menyebabkan kebutaan.
Pengobatan medikamentosa harus dimulai secepat mungkin untuk menurunkan tekanan
intraokular , sebelum terapi definitif iridektomi laser atau bedah dilakukan. Diagnosis pasti
ditegakkan berdasarkan gejala klinik dan hasil pemeriksaan gonioskopi yang dapat memberikan
bukti bahwa sudut bilik mata tertutup. Glaukoma akut merupakan salah satu glaukoma sudut
tertutup primer. Glaukoma sudut tertutup primer sendiri dapat dibagi menjadi dalam 5 tingkatan
dengan perjalanan penyakitnya dan tidak selalu dimulai dari progresifitas tingkat awal ke tingkat
selanjutnya. Kombinasi ini dibagi sesuai dengan tingkatan klinis , yaitu :
1. Glaukoma sudut tertutup suspek
2. Glaukoma sudut tertutup intermitten (subakut)
3. Glaukoma sudut tertutup akut : kongestif dan post kongestif
4. Glaukoma sudut tertutup kronik : tanpa atau dengan glaucomatous damage
5. Glaukoma sudut tertutup absolut : merupakan tingkat terakhir dari glaukoma akut, pada
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI
Sudut bilik mata depan dibentuk oleh tautan iris perifer dan kornea perifer yang
diantaranya terdapat jalinan trabekular. Jalinan trabekular ( trabecular meshwork ) sendiri terdiri
dari 3 bagian yaitu :
1. Jalinan uveal ( uveal meshwork ).
2. Jalinan korneasklera ( corneoscleral meshwork ).
3. Jalinan endothelial ( juxtacanalicular atau endothelial meshwork ).
Ketiga bagian ini terlibat dalam proses outflow aqueous humor. Struktur lain yang terlibat
adalah kanalis Schlemm, kanalis ini berbentuk sirkumferensial dan dihubungkan oleh septasepta. Bagian dalam kanalis dilapisi oleh sel-sel endotel berbentuk kumparan yang mengandung
vakuol-vakuol besar dan dibagian luar dilapisi oleh sel-sel datar halus yang mengandung ujung
dari kanalis-kanalis kolektor. Bagian selanjutnya yang berperan adalah kanalis kolektor. Kanalis
ini meninggalkan kanalis Schlemm dan berhubungan dengan vena episklera.2
Tekanan intraokular ditentukan oleh kecepatan pembentukan aqueous humor dan tahanan
terhadap aliran keluarnya dari mata.
Komposisi Aqueous Humor
Aqueous humor adalah suatu cairan jernih yang mengisi bilik mata depan dan belakang.
Volumenya adalah sekitar 250 l dan kecepatan pembentukannya , yang memiliki variasi diurnal,
adalah 2,5 l / menit. Tekanan osmotiknya sedikit lebih tinggi dibandingkan plasma. Komposisi
aqueous humor serupa dengan plasma , kecuali bahwa cairan ini memiliki konsentrasi askorbat ,
piruvat , dan laktat yang lebih tinggi ; protein , urea dan glukosa yang lebih rendah.3
Pembentukan & Aliran Aqueous Humor
Aqueous humor diproduksi oleh corpus ciliare. Ultrafiltrat plasma yang dihasilkan di
stroma processus ciliares dimodifikasi oleh fungsi sawar dan prosesus sekretorius epitel siliaris.
Setelah masuk ke bilik mata depan, aqueous humor mengalir melalui pupil ke bilik mata depan
lalu ke anyaman trabekular di sudut bilik mata depan. Selama itu , terjadi pertukaran diferensial
komponen-komponen aqueous dengan darah di iris. Peradangan atau trauma intraokular
menyebabkan peningkatan kadar protein. Hal ini disebut plasmoid aqueous dan sangat mirip
dengan serum darah.3
Aliran Keluar Aqueous Humor
Anyaman trabekular terdiri atas berkas berkas jaringan kolagen dan elastik yang
dibungkus oleh sel-sel trabekular , membentuk suatu saringan dengan ukuran pori-pori yang
semakin mengecil sewaktu mendekati kanal Schlemm. Kontraksi otot siliaris melalui insersinya
ke dalam anyaman trabekular memperbesar ukuran pori-pori di anyaman tersebut sehingga
kecepatan drainase aqueous humor juga meningkat. Aliran aqueous humor ke dalam kanal
Schlemm bergantung pada pembentukan saluran-saluran transelular siklik di lapisan endotel .
Saluran eferen dari kanal Schlemm ( sekitar 30 saluran pengumpul dan 12 vena aqueous )
menyalurkan cairan ke dalam sistem vena. Sejumlah kecil aqueous humor keluar dari mata
antara berkas otot siliaris ke ruang suprakoroid dan ke dalam sistem vena corpus ciliare , koroid ,
dan sklera ( aliran uveoskleral ).3
Tahanan utama aliran keluar aqueous humor dari bilik mata depan adalah jaringan
jukstakanalikular yang berbatasan dengan lapisan endotel kanal Schlemm dan bukan sistem
vena. Namun, tekanan di jaringan vena episklera menentukan nilai minimum tekanan intraokular
yang dapat dicapai oleh terapi medis.3
Gambar 3. Fisiologi aqueous humor. Panah menunjukkan arah aliran aqueous humor
2.2 DEFINISI
Glaukoma berasal dari bahasa Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan , yang
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. 4 Glaukoma adalah suatu
neuropati optik yang ditandai oleh pencekungan (cupping) diskus optikus dan pengecilan
lapangan pandang ; biasanya disertai peningkatan tekanan bola mata. Glaukoma akut dikenal
juga dengan sebutan glaukoma sudut tertutup akut , glaukoma kongestif , glaukoma iritatif dan
glaukoma sudut sempit.5
2.3 EPIDEMIOLOGI
Hampir 60 juta orang terkena glaukoma. Diperkirakan 3 juta penduduk Amerika Serikat
terkena glaukoma dan diantara kasus-kasus tersebut , sekitar 50 % tidak terdiagnosis. Sekitar 6
juta orang mengalami kebutaan akibat glaukoma, termasuk 100.000 penduduk Amerika ,
menjadikan penyakit ini sebagai penyebab utama kebutaan yang dapat dicegah di Amerika
Serikat. Glaukoma sudut tertutup didapatkan pada 10-15 % kasus ras kulit putih. Persentase ini
jauh lebih tinggi pada orang Asia dan suku Inuit. Glaukoma sudut tertutup primer berperan pada
4
lebih dari 90 % kebutaan bilateral akibat glaukoma di China.3 Prevalensi angka kejadian
glaukoma mendapatkan bahwa wanita lebih beresiko 3-4 kali dari laki-laki. Kemudian dengan
seiring bertambahnya usia menyebabkan lensa semakin menebal sehingga mudah terjadi blok
pupil. Oleh karena itu glaukoma akut lebih sering mengenai umur 55-60 tahun dan glaukoma
akut juga mudah terjadi pada orang yang hiperopia.6,7
2.4 PATOFISIOLOGI
Sudut tertutup terjadi karena aposisi dari iris terhadap trabekula meshwork yang
menghalangi aliran aqueous humor. Secara konseptual, mekanisme sudut tertutup dibagi atas 2
kategori :
a. Mekanisme yang mendorong iris ke depan dari belakang (iris bombe).
b. Mekanisme yang menarik iris ke depan hingga berkontak dengan trabekula meshwork
tertutup intermitten yang tidak mempunyai gejala , ini dikenal dengan glaukoma sudut tertutup
creeping.
Dibawah ini menunjukkan gambaran struktur segmen anterior yang berhubungan dengan
glaukoma akut :
1. Diameter kornea lebih kecil
2. Kurvatura kornea anterior lebih datar
3. Kurvatura kornea posterior lebih datar
4. Sudut bilik mata depan lebih dangkal
5. Lensa lebih tebal
6. Kurvatura lensa anterior lebih pendek
7. Letak lensa lebih ke anterior
8. Sumbu bola mata lebih pendek
Satu hal yang penting untuk diketahui bahwa tidak semua sudut bilik mata sempit akan
berkembang menjadi glaukoma akut , dapat hanya pada sebagian kecil saja terutama pada mata
yang pupilnya berdilatasi sedang ( 3,0-4,5 mm) yang dapat mengakibatkan terjadinya blok pupil
sehingga dapat berlanjut menjadi sudut tertutup. Apabila terjadi blok pupil, maka tekanan
intraokular lebih tinggi dibilik mata belakang daripada bilik mata depan. Jika blok pupil
semakin berat tekanan intraokular dibilik mata belakang semakin bertambah, sehingga
konveksitas iris semakin bertambah juga , ini dikenal dengan iris bombe , yang membuat
perifer iris kontak dengan jalinan trabekular , dan menyebabkan sudut bilik mata tertutup. Jika
tekanan intraokular meningkat secara drastis akibat sudut tertutup komplit maka akan terjadi
glaukoma akut.
Mekanisme lain yang dapat menyebabkan glaukoma akut adalah : iris plateau dan letak
lensa lebih ke anterior. Pada keadaaan seperti ini juga sering terjadi blok pupil.1
Gambar 4. Blok pupil merupakan penyebab tersering terjadinya glaukoma akut. Penyebab lainnya
seperti iris plateau dan letak lensa lebih ke anterior dan dapat juga ditemukan lebih dari satu penyebab.
Gambar 5. Blok pupil dengan sudut tertutup dan iris bombe ( iris konveks ). Perifer iris menutup
sudut sehingga tekanan meningkat , jika terjadi secara mendadak dapat menjadi glaukoma akut.
Gambar 6. Akibat sudut bilik mata tertutup , outflow jadi terhambat . Seperti kran yang ditutup ,
mengakibatkan tekanan intraokular meningkat. Apabila tertutupnya total dapat menyebabkan glaukoma
akut.
Mekanisme lain yang terjadi adalah sinekia anterior perifer (PAS) . Sinekia anterior perifer
(PAS) terjadi karena terbentuk membran fibrovaskuler yang berkontraksi menarik iris perifer ke
depan sehingga sudut bilik mata depan tertutup dan tekanan intraokular meningkat sangat
tinggi sehingga menimbulkan reaksi radang intraokular. Timbulnya membrane fibrovaskular ini
berkaitan dengan glaukoma neovaskular.2
2.5 GAMBARAN KLINIK
a. Symptoms
Nyeri , merupakan tanda khas pada serangan akut yang terjadi secara mendadak dan
sangat nyeri pada mata di sekitar daerah inervasi cabang nervus kranial V.
Penurunan visus secara cepat dan progresif, hiperemis , fotofobia yang terjadi pada
semua kasus.
Serangan akut timbul secara spontan pada malam hari , karena dilatasi pupil , atau
juga karena efek obat-obatan seperti obat antikolinergik atau simpatomimetik ( mis.
atropine sebagai obat praoperasi , antidepresan , bronkodilator inhalasi , dekongestan
hidung atau tokolitik ).3
b. Slit-lamp biomikroskopi
Flare dan sel aqueous dapat dilihat setelah oedem kornea dapat dikurangi.
Pupil oval vertical,tetap pada posisi semi-dilatasi dan tidak ada reaksi terhadap cahaya
dan akomodasi (gambar 8)
c. Tonometri
Tonometri adalah pengukuran tekanan intraokular. Instrumen yang paling luas dipakai
adalah tonometer aplanasi Goldmann , yang dilekatkan ke slitlamp dan mengukur gaya
yang diperlukan untuk meratakan daerah kornea tertentu. Selain itu ada tonometer lain ,
seperti tonometer Schiotz yang mengukur indentasi kornea yang ditimbulkan oleh suatu
beban . Rentang TIO normal adalah 10-21 mmHg. Sedangkan pada glaukoma akut
biasanya TIO bisa mencapai 50-100 mmHg.3
d. Gonioskopi
Lebar sudut bilik mata depan dapat diperkirakan dengan pencahayaan oblik bilik
mata depan , menggunakan sebuah senter , atau pengamatan dengan slitlamp. Akan tetapi,
sudut bilik mata depan sebaiknya ditentukan dengan gonioskopi, yang memungkinkan
visualisasi langsung struktur-struktur sudut. Pemeriksaan gonioskopi ditunda sampai
ooedem kornea berkurang, salah satunya dengan obat yang dapat menurunkan tekanan
intraokular, misalnya dengan gliserin topikal atau saline hipertonik salep mata. Hal yang
tidak kalah penting yaitu melakukan pemeriksaan mata kontralateral, yang biasanya
ditemukan gambaran sudut tertutup laten. Dimana mata yang menderita glaukoma akut
menunjukkan adanya kontak perifer irido-korneal komplit (Shaffer grade 0) (gambar 10).
e. Oftalmoskopi
10
Kelainan optic-disk dapat dievaluasi dengan menggunakan oftalmoskop direk, slitlamp biomikroskopi yang menggunakan lensa +90 Dioptri , Hruby lens , atau Goldmann
three-mirror dan oftalmoskop indirek. Gambaran fundus pada glaukoma akut sering
ditemukan optic-disk oedema dan hiperemis.
f. Pemeriksaan lapang pandang
Hal ini penting dilakukan untuk mendiagnosis dan menindak lanjuti pasien glaukoma.
Lapang pandang glaukoma memang akan berkurang karena peningkatan TIO akan
merusakan papil saraf optikus. Gangguan lapangan pandang akibat glaukoma terutama
mengenai 30 derajat lapangan pandang bagian sentral.3
2.6 DIAGNOSA DAN DIAGNOSIS BANDING
Diagnosa glaukoma akut biasanya ditegakkan berdasarkan gambaran klinik, namun
diagnosa diferensial perlu dipertimbangkan seperti :4
Glaukoma sudut tertutup
Iritis akut
Sakit
Hebat prostrating
Injeksi
&
berkurang
berkurang
Konjungtivitis akut
ke
arah
Membakar,gatal
kearah
pembuluh
1000
tidak
bergerak
pembuluh
superfisial,
bergerak
dengan
konjungtiva,
masing-masing pembuluh
jelas terlihat.
Pupil
Semi-dilatasi,tak
terhadap sinar
Kornea
Suram, dan rincian iris tak Biasanya jernih kadang- Jernih dan normal
11
tampak
Sekresi
Air
Air
Pus bergetah
Serangan Mendadak
Perlahan
Perlahan
Visus
Sangat turun
Turun sedikit
Normal
TIO
Meningkat
Normal
2.7 TATALAKSANA
1. Terapi Medikamentosa
1.1 Agen osmotik
Agen ini lebih efektif untuk menurunkan tekanan intraokular,pemberiannya
dianjurkan kepada pasien yang tidak mengalami emesis. Pemberian anti emetik dapat
membantu mencegah muntah akibat emesis. Agen osmotik oral pada penggunaannya
tidak boleh dienecerkan dengan cairan atau es, agar osmolaritas dan efisensinya tidak
menurun.
dosis 2 gr/kg BB selama 30 menit. Mannitol dengan berat molekul yang tinggi
, akan lebih lambat berpenetrasi pada mata sehingga lebih efektif menurunkan
tekanan intraokular. Maksimal penurunan tekanan dijumpai dalam 1 jam
setelah pemberian mannitol intravena.
1.2
Penggunaannya ternyata tidak efektif pada serangan yang sudah lebih dari 1-2 jam.
Hal ini terjadi karena muskulus sfingter pupil sudah iskemik sehingga tidak merespon
terhadap pilokarpin. Pilokarpin diberikan satu tetes setiap 30 menit selama 1-2 jam.
Pada umumnya respon pupil negatif terhadap serangan yang telah berlangsung lama
sehingga menyebabkan atrofi otot sfingter akibat iskemia.1,3,6
1.4 Beta bloker
Merupakan terapi tambahan yang efektif untuk menangani serangan sudut
tertutup akut. Beta bloker dapat menurunkan tekanan introkular dengan cara
mengurangi produksi aqueous humor. Timolol merupakan beta bloker non selektif
dengan aktifitas dan konsentrasi tertinggi di bilik mata belakang yang dapat dicapai
dalam waktu 30-60 menit setelah pemberian topikal. Beta bloker tetes mata non
selektif sebagai inisial terapi dapat diberikan 2 kali sehari. Satu kali pakai dapat
menurunkan tekanan intraokular selama 12-24 jam. Obat ini tidak mempengaruhi
pupil atau ketajaman penglihatan. Meskipun timolol biasanya ditoleransi baik,
pemberiannya harus hati-hati pada pasien-pasien yang diketahui memiliki
kontraindikasi seperti asma dan gagal jantung.3
1.5 Apraklonidin
Merupakan agen 2 agonis yang efektif untuk hipertensi okular, apraklonidin
bekerja dengan cara menurunkan produksi aqueous humor dan tidak memberikan
efek pada outflow aqueous humor. Apraklonidin 0,5 % dan 1 % , keduanya telah
menunjukkan efektifitas yang sama dan rata-rata dapat menurunkan tekanan
intraokular 34 % setelah 5 jam pemakaian topikal. Apraklonidin dapat digunakan
pada pengobatan glaukoma akut yang dikombinasikan dengan terapi medis lainnya.
Setelah tekanan intraokular menurun dan miosis pupil telah dicapai, terapi topikal
dengan pilokarpin , beta bloker , karbonik anhidrase inhibitor dan apraklonidin dapat
diteruskan sampai tindakan operasi dilakukan atau reopening sudut bilik mata.
Pemeriksaan ulang gonioskopi harus dilakukan , jika perlu gliserin tetes mata dapat
digunakan untuk menjernihkan kornea. Sekarang ini , dilakukan gonioskopi indentasi
untuk mendorong aqueous dari sentral ke perifer agar sudut yang telah tertutup dapat
14
terbuka kembali. Teknik ini telah di uji sebagai terapi untuk serangan sudut tertutup
akut. Meskipun sudut telah berhasil membuka kembali dengan gonioskopi indentasi ,
tetapi tidak dapat menggantikan terapi definitif yaitu iridektomi perifer.1,6
1.6 Terapi Suportif
Dalam serangan akut , terapi suportif diperlukan untuk meredakan gejala yang
mengganggu pasien. Pasien akan merasakan nyeri yang amat sangat sehingga
diperlukan analgesia seperti diclofenac K , dengan dosis 100 mg tiga kali sehari . Dan
apabila terdapat mual dan muntah yang sangat berat diberikan pula anti emetik
ondansetron 4 mg , dua kali sehari. Apabila inflamasi pada iris berat, dapat diberikan
steroid tetes mata.1,6
2
periode
penting
untuk
melihat
respon
terapi
yang
dapat
menyelamatkan visus penderita , sehingga keputusan harus segera dibuat (paling kurang
dalam 2 jam setelah mendapat terapi medikamentosa intensif) untuk tindakan selanjutnya
, observasinya meliputi :
2.1 Monitor ketajaman visus , oedema kornea dan ukuran pupil
2.2 Ukur tekanan intraokular setiap 15 menit (yang terbaik dengan tonometer
aplanasi)
2.3 Periksa sudut dengan gonioskopi terutama apabila tekanan intraokularnya sudah
turun dan kornea sudah mulai jernih.
Pada masa observasi ini yang dilihat adalah respon terapi. Respon terapi bisa baik ,
jelek , ataupun sedang . Bila respon terapi baik , maka akan terjadi perbaikan visus ,
kornea menjadi jernih, pupil kontriksi , tekanan intraokular menurun , dan sudutnya
terbuka kembali. Pada keadaan ini dapat dilakukan tindakan selanjutnya dengan laser
iridektomi. Jika respon terapinya jelek , akan didapatkan visus yang tetap jelek , kornea
tetap oedema , pupil dilatasi dan terfiksir , tekanan intraokular tinggi dan sudutnya tetap
tertutup. Pada kondisi ini dapat dilakukan tindakan selanjutnya dengan laser iridoplasti .
Jika respon terapinya sedang , dimana didapatkan visus sedikit membaik, kornea agak
15
jernih , pupilnya tetap dilatasi , tekanan intraokular tetap tinggi (sekitar 30 mmHg) , sudut
sedikit terbuka , pada keadaan seperti ini penanganannya menjadi sulit. Pengulangan
indentasi gonioskopi dapat dicoba untuk membuka sudut yang telah tertutup. Bila respon
terhadap tindakan tersebut berhasil , dapat dilanjutkan dengan laser iridektomi atau
alternatif lainnya seperti laser iridoplasti. Sebelumnya diberikan dahulu tetesan gliserin
untuk mengurangi oedema kornea supaya visualisasinya jelas. Pada keadaan oedema
kornea sulit untuk melakukan tindakan laser, karena power laser terhambat oleh oedema
kornea sehingga penetrasi laser ke iris tidak efektif pada keadaan ini dan laser iridektomi
dapat mengalami kegagalan. Jika penetrasi laser tidak berhasil maka pembukaan sudut
yang baik tidak tercapai.1,6
3
Parasintesis
Kalau pemakaian terapi medikamentosa secara intensif masih dianggap lambat
dalam menurunkan tekanan intraokular ke tingkat yang aman , dan kadang-kadang justru
setelah pemberian 2 atau 4 jam masih tetap tinggi. Sekarang ini mulai diperkenalkan cara
menurunkan tekanan intraokular yang cepat dengan teknik parasintesis, seperti yang
dilaporkan oleh Lamb DS dkk,tahun 2002 , yang merupakan penelitian pendahuluan
(pilot study). Pada 10 mata dari 8 pasien dengan glaukoma akut yang rata-rata tekanan
intraokular 66,6 mmHg sebelum tindakan parasintesis. Setelah dilakukan parasintesis
dengan mengeluarkan cairan aqueous sebanyak 0,05 ml, didapatkan penurunan tekanan
intraokular secara cepat yaitu pada 15 menit setelah parasintesis tekanan intraokular
menjadi sekita 17,1 mmHg , setelah 30 menit menjadi 21,7 mmHg, setelah 1 jam 22,7
mmHg , setelah 2 jam atau lebih 20,1 mmHg. Cara ini juga dapat menghilangkan rasa
nyeri dengan segera pada pasien.1,6
Gambar 11 . Parasintesis
Bedah Laser :
4.1
Laser iridektomi
16
Indikasi
Iridektomi diindikasikan pada keadaan glaukoma sudut tertutup dengan blok
pupil , iridektomi juga diindikasikan untuk mencegah terjadinya blok pupil
pada mata yang beresiko yang ditetapkan melalui evaluasi gonioskopi.
Iridektomi laser juga dilakukan pada serangan glaukoma akut dan pada mata
kontra lateral dengan potensial glaukoma akut. 1,6
Kontraindikasi
Iridektomi laser tidak dapat dilakukan pada mata dengan ruebosis iridis,
karena dapat terjadi perdarahaan. Resiko perdarahan juga meningkat pada
pasien yang menggunakan antikoagulan sistemik seperti aspirin. Argon laser
lebih diutamakan pemakaiannya daripada Nd : YAG laser pada individu yang
membutuhkan terapi laser iridektomi. Walaupun laser iridektomi tidak
membantu dalam kasus glaukoma sudut tertutup yang bukan disebabkan oleh
mekanisme blok pupil , tetapi kadang-kadang laser iridektomi perlu dilakukan
untuk mencegah terjadinya blok pupil pada pasien dengan sudut bilik mata
sempit.
Teknik
17
18
Komplikasi
Pada umumnya komplikasi yang sering terjadi pada laser iridektomi
meliputi kerusakan lokal pada lensa dan kornea, ablasio retina , pendarahan,
gangguan visus dan tekanan intraokular meningkat. Kerusakan lensa dapat
dihindari dengan cara menghentikan prosedur dan segera penetrasi iris untuk
iridektomi lebih ke superior iris perifer. Ablasio retina sangat jarang, tetapi
masih ditemukan pada prosedur Nd:YAG laser iridektomi. 1,6
berbeda
dengan
pengaturan
pada
laser
iridektomi.
Disini
pengaturannya dibuat sesuai untuk membakar iris agar otot sfingter iris berkontraksi
sehingga iris bergeser kemudian sudutpun terbuka. Agar laser iridoplasti berhasil
maka titik tembakan harus besar , powernya rendah dan waktunya lama. Aturan yang
19
Bedah insisi
Iridektomi insisi dilakukan pada pasien yang tidak berhasil dengan tindakan laser
iridektomi. Seperti :
Pada situasi iris tidak dapat dilihat dengan jelas karena oedema kornea , hal ini
sering terjadi pada pasien glaukoma akut berat yang berlangsung 4-8 minggu.
Sudut bilik mata depan dangkal, dengan kontak irido-korneal yang luas.
kornea ditutup dengan satu jahitan atau lebih dan bilik mata depan dibentuk kembali
dengan NaCl 0,9 % melalui parasintesis. Setelah operasi selesai, flouresein sering
digunakan untuk menentukan ada tidaknya kebocoran pada bekas insisi. Oleh karena
kebocoran dapat meningkatkan komplikasi seperti bilik mata depan dangkal. 1,6
5.2 Trabekulektomi
Mengingat komplikasi yang terjadi pada saat dan sesudah operasi trabekulektomi,
tidak baik dilakukan pada keadaan glaukoma akut. Namun kadang-kadang, karena
suatu kondisi misalnya serangan glaukoma akut yang akan terjadi keterlantaran
penyakitnya atau penderita berasal dari tempat yang jauh maka dapat dilakukan
tindakan ini,jika mungkin akan dikombinasikan dengan ekstraksi lensa (katarak),
sebab jika lensanya diangkat akan melebarkan sudut filtrasi sehingga dapat
menurunkan tekanan intraokular yang efektif. Indikasi tindakan trabekulektomi
dilakukan pada keadaan glaukoma akut yang berat,atau setelah kegagalan tindakan
iridektomi perifer, glaukoma primer sudut tertutup creeping , juga pada penderita
dengan iris berwarna coklat gelap (ras Asia atau China ), yang kemungkinan terjadi
serangannya lebih berat serta tidak respon dengan tindakan iridektomi perifer.1,6
21
Ekstraksi Lensa
Apabila blok pupil jelas terlihat berhubungan dengan katarak, ekstraksi lensa
dapat dipertimbangkan sebagai prosedur utama. Walaupun iridektomi laser dapat
menghentikan serangan akut akibat blok pupil, namun operasi katarak baik dilakukan
agar lebih aman untuk waktu yang akan datang.1,6
Tindakan Profilaksis
Tindakan profilaksis terhadap mata normal kontralateral dilakukan iridektomi
laser profilaksis, ini lebih disukai daripada perifer iridektomi bedah, yang dilakukan pada
mata kontralateral,yang tidak mempunyai gejala.1
2.8 PROGNOSIS
Prognosa baik apabila glaukoma akut cepat terdeteksi dan mendapat terapi yang sesegera
mungkin. Sering diagnosa dibuat pada stadium lanjut dimana lapangan pandang telah hilang
secara progresif , iris menjadi atrofi dan midriasis pupil telah menetap . Penanganan episode akut
yang terlambat akan menyebabkan sinekia sudut tertutup permanen dan bahkan menyebabkan
kebutaan permanen dalam 2-3 hari.1
BAB III
22
KESIMPULAN
Glaukoma akut merupakan suatu keadaan darurat mata yang memerlukan penanganan
segera untuk mencegah kerusakan nervus optikus yang dapat menyebabkan kebutaan.
Pencegahan dapat dilakukan
bertambahnya usia , jenis kelamin perempuan , riwayat keluarga glaukoma dan etnis Asia dan
China.
Pengobatan medikamentosa harus dimulai secepat mungkin untuk menurunkan tekanan
intraokular , pengobatan tersebut dapat menggunakan obat-obatan agen osmotic , karbonik
anhidrase inhibitor , miotik kuat , beta bloker dan apraklonidin. Perlu juga dilakukan monitoring
untuk mengawasi respon yang terjadi . Setelah itu dapat dilakukan terapi definitif berupa bedah
laser atau bedah insisi .
Dan apabila kita mampu mendiagnosis glaukma akut secara dini melalui anamnesis dan
pemeriksaan fisik secara teliti serta memberikan tatalaksana secepatnya dengan tepat , maka
prognosis terburuk dari glaukoma yaitu kebutaan pada kedua mata dapat dicegah sedini
mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
23
1. Lim Arthur. Acute Glaucoma ; Acute Primary Closed Angle Glaucoma Major Global
Blinding Problem. Singapore : Singapore University Press ; 2002.
2. Kanski JJ , Bowling B. Clinical Ophthalmology A Systemic Approach. 7th ed. Elsevier
Limited ; 2011.
3. Eva PR, Whitcher JP. In : Diana Susanto, editor. Vaughan & Asbury : Oftamologi Umum
. 17th ed . Jakarta : EGC ; 2012.
4. Ilyas Sidarta , Yulianti Sri Rahayu. Ilmu Penyakit Mata. 4 th ed. Jakarta : Badan Penerbit
FKUI ; 2013.
5. James B , Chew C , Bron A. Lecture Notes On Ophthalmology . 9 th ed. Blackwell
Publshing ; 2007.
6. Garg Ashok , Rosen Emanuel. In : Melamed S, Dada T, Khalil AK , editor. Instant
Clinical Diagnosis in Opthalmology Glaucoma. 1st ed. New Delhi : Jaypee Brothers
Medical Publisher; 2009.
7. Freedman J , Dronen SC. Acute Angle Closure Glaucoma. Available at :
http://emedicine.medscape.com/article/798811-overview. Accessed 6 April 2014.
24