IRMA IRAWATI
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008
ABSTRAK
IRMA IRAWATI. Perbandingan Metode Penentuan Aktivitas Antioksidan
Rimpang Temulawak. Dibimbing oleh LATIFAH KOSIM DARUSMAN dan
MOHAMAD RAFI.
Temulawak merupakan bahan baku obat tradisional mengandung
kurkuminoid dan xantorhizol yang berpotensi sebagai antioksidan. Antioksidan
secara alami terdapat dalam tubuh sebagai suatu sistem perlindungan tubuh dari
pengaruh radikal bebas. Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya
bahwa tidak ada korelasi linear antara kandungan xantorhizol dan aktivitas
antioksidan sehingga diperlukan metode yang sesuai untuk analisis antioksidan
rimpang temulawak. Temulawak yang berasal dari Boyolali diekstraksi dengan
pelarut etanol, tetrahidrofuran (THF), dan metanol. Penentuan aktivitas
antioksidan setiap ekstrak menggunakan metode DPPH (1,1-difenil-2pikrilhidrazil) dan metode CUPRAC (reduksi ion tembaga), kedua metode
tersebut dinyatakan dalam ekuivalen troloks.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol, THF, dan metanol
rimpang temulawak memiliki kadar kurkuminoid dan xantorizhol berturut-turut
20.10, 26.82, 21.72 dan 0.01, 0.09, 0.004%. Uji aktivitas antioksidan metode
DPPH ekstrak etanol, THF, dan metanol bernilai 0.8953, 0.8818, dan 0.8827 mol
troloks/g ekstrak. Sementara metode CUPRAC memiliki kapasitas antioksidan
42.5933, 131.5937, dan 30.4542 mol troloks/g ekstrak. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa metode CUPRAC memiliki korelasi linear antara kandungan
komponen aktif dan aktivitas antioksidan. Hal ini dibuktikan pula dengan
menggunakan sampel temulawak yang berasal dari Semarang dengan kadar
kurkuminoid dan xantorhizol 30.77, 33.85, 28.03 dan 0.19, 0.17, 0.02% berturutturut untuk ekstrak etanol, THF, dan metanol dengan kapasitas antioksidan
bernilai 97.5599, 68.5104, dan 72.0673 mol troloks/g ekstrak. Hasil evaluasi
data analisis metode DPPH lebih teliti dibandingkan dengan metode CUPRAC
dengan sensitivitas yang kemungkinan juga lebih tinggi. Uji t dan uji F
menunjukkan hasil analisis dan keragaman kedua metode berbeda nyata karena
nilai t hitung > t tabel dan F hitung > F tabel pada selang kepercayaan 95%.
ABSTRACT
IRMA IRAWATI. Comparison of Antioxidant Activity Determination Methods
for Rhizome of Curcuma xanthorrhiza. Supervised by LATIFAH KOSIM
DARUSMAN and MOHAMAD RAFI.
Temulawak as raw materials for traditional medicine contains curcuminoid
and xanthorrhizol with antioxidant activities. Antioxidant naturally occurs in
human body as protection system from free radical. This study was performed
according to previous research that there was no linear correlation between
xanthorrhizol content and antioxidant activity. So it needed suitable method to
determine antioxidant activities for rhizome of temulawak. Temulawak from
Boyolali was extracted with ethanol, tetrahydrofuran (THF), and methanol.
Antioxidant activity of each extract was determined by DPPH (1,1-diphenyl-2picrylhydrazyl) and CUPRAC methods (cupric ion reducing antioxidant
capacity), they were expressed as mol trolox equivalents per gram extract.
The result showed that ethanol, THF, and methanol extracts from rhizome
of temulawak contains curcuminoid and xanthorrhizol that were 20.10, 26.82,
21.72 and 0.01, 0.09, 0.004%, respectively. Antioxidant assay of temulawak
rhizome extract using the scavenging DPPH radicals from ethanol, THF, and
methanol extract were 0.8953, 0.8818, dan 0.8827 mol trolox/g extract,
respectively. Meanwhile antioxidant activity using CUPRAC method gave the
value of 42.5933, 131.5937, dan 30.4542 mol trolox/g extract, respectively. This
result indicated that CUPRAC method has linear correlation between active
components and antioxidant activity. This was also proved using temulawak
rhizome obtained from Semarang with curcuminoid and xanthorrhizol content of
30.77, 33.85, 28.03 and 0.19, 0.17, 0.02% for ethanol, THF, and methanol extract,
respectively. Antioxidant capacity of the three extracts were 97.5599, 68.5104,
dan 72.0673 mol trolox/g extract, respectively. Data evaluation indicated that
DPPH method was more precise than CUPRAC method with its sensitivity was
also higher. Significantly difference were given for all t test and F test because t
exp > t table and F exp > F table at 95% significant level.
IRMA IRAWATI
Skripsi
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Kimia
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008
Menyetujui
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Mengetahui:
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor,
Tanggal lulus
PRAKATA
Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat yang
diberikan kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
Penelitian ini bertujuan mendapatkan metode yang sesuai dalam penentuan
aktivitas antioksidan rimpang temulawak. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan
MaretJuli 2008 di Pusat Studi Biofarmaka dan Laboratorium Kimia Analitik.
Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IPB.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu Penulis selama penelitian dan juga penyusunan karya ilmiah ini,
terutama kepada Ibu Prof. Dr. Ir. Latifah K Darusman, MS dan Bapak Mohamad
Rafi, S.Si selaku pembimbing yang selalu memberikan saran dan meluangkan
waktu selama berkonsultasi; kepada Pusat Studi Biofarmaka yang telah mendanai
sebagian biaya penelitian dan diikutsertakan dalam penelitian temulawak; kepada
Mama, Apa serta adik-adikku tercinta yang selalu memberi dukungan dan doanya,
Ela dan teman-teman Sunda Karya yang selalu setia mendampingi Penulis, rekanrekan Analitik 41 dan rekan-rekan Kimia 41. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada Mbak Ina, Bu Nunuk, Endi, Ka Zulhan atas arahannya yang sangat
membangun, Om Eman dan para laboran di Kimia Analitik atas bantuannya
selama Penulis menjalani penelitian.
Akhir kata, semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.
Bogor, September 2008
Irma Irawati
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kuningan pada tanggal 14 Februari 1986 sebagai anak
pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Mustofa Zaenudin dan Tetin Suhaetin.
Tahun 2004, Penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui
jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Departemen Kimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, Penulis menjadi asisten praktikum Kimia
TPB pada tahun ajaran 2005/2006, Kimia Organik untuk mahasiswa Biokimia
tahun ajaran 2006/2007, Kimia Lingkungan tahun ajaran 2007/2008, Kimia
Analitik I dan II tahun ajaran 2007/2008, dan Spektroskopi D3 Analisis Kimia
pada tahun ajaran 2007/2008. Penulis juga aktif dalam kegiatan organisasi Ikatan
Mahasiswa Kimia (Imasika) pada tahun 2007. Penulis berkesempatan menjalani
Praktik Lapangan di Laboratorium Tanah dan Tanaman, SEAMEO BIOTROP
pada tahun 2007.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... x
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
TINJAUAN PUSTAKA
Temulawak................................................................................................ 1
Xantorizhol................................................................................................ 2
Kurkuminoid ............................................................................................. 2
Tokoferol................................................................................................... 3
Troloks ...................................................................................................... 3
Antioksidan ............................................................................................... 3
Mekanisme Kerja Antioksidan................................................................... 3
Uji Aktivitas Antioksidan .......................................................................... 4
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi .............................................................. 4
Spektrofotometri UV-Vis........................................................................... 4
Evaluasi Data Analisis ............................................................................... 5
BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan .......................................................................................... 5
Lingkup Kerja ........................................................................................... 5
PEMBAHASAN
Ekstraksi.................................................................................................... 7
Kadar Kurkuminoid dan Xantorizhol Rimpang Temulawak....................... 7
Aktivitas Antioksidan Metode DPPH......................................................... 8
Aktivitas Antioksidan Metode CUPRAC ................................................... 9
Evaluasi Data Analisis ............................................................................... 9
Sensitivitas Metode.................................................................................... 9
Perbandingan Metode Penentuan Aktivitas Antioksidan ......................... 10
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan ................................................................................................. 11
Saran ....................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 11
LAMPIRAN ..................................................................................................... 14
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Perbandingan Kapasitas Antioksidan Rimpang Temulawak Boyolali ........... 10
2 Komponen Aktif dan Kapasitas Antioksidan Temulawak Semarang............. 11
3 Hasil Pengukuran Kadar Air Rimpang Temulawak Boyolali ........................ 16
4 Hasil Pengukuran Kadar Air Rimpang Temulawak Semarang. ..................... 16
5 Rendemen Ekstrak Rimpang Temulawak ..................................................... 17
6 Absorbans standar kurkuminoid 420 nm.................................................... 18
7 Kadar Kurkuminoid Ekstrak Temulawak dengan Spektrofotometer UV-Vis. 18
8 Kadar Xantorhizol Ekstrak Temulawak Boyolali.......................................... 19
9 Kadar Xantorhizol Ekstrak Temulawak Semarang........................................ 19
10 Absorbans Kurva Kalibrasi Troloks Metode DPPH ...................................... 22
11 Kapasitas Antioksidan Metode DPPH .......................................................... 22
12 Absorbans Kurva Kalibrasi Troloks Metode CUPRAC................................. 23
13 Kapasitas Antioksidan Sampel Boyolali Metode CUPRAC .......................... 23
14 Kapasitas Antioksidan Sampel Semarang Metode CUPRAC ........................ 24
15 Kurva Standar Tokoferol Metode DPPH ...................................................... 25
16 Kurva Standar Tokoferol Metode CUPRAC ................................................. 25
17 Hasil Evaluasi Analisis Metode CUPRAC dan DPPH Rimpang Temulawak 26
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Rimpang Temulawak ..................................................................................... 1
2 Struktur Xantorhizol....................................................................................... 2
3 Struktur Kurkuminoid .................................................................................... 2
4 Struktur -Tokoferol ...................................................................................... 3
5 Struktur Troloks ............................................................................................ 3
6 Reaksi Penangkapan H dari Troloks oleh DPPH............................................. 4
7 Reaksi Reduksi Kelat Bis-Neokuproin Tembaga (II) oleh Troloks.................. 4
8 Kurva Standar Kurkuminoid........................................................................... 7
9 Kurva Kalibrasi Troloks Metode DPPH.......................................................... 8
10 Kurva Kalibrasi Troloks Metode CUPRAC .................................................... 9
11 Kurva Sensitivitas Metode DPPH terhadap Tokoferol .................................. 10
12 Kurva Sensitivitas Metode CUPRAC terhadap Tokoferol............................. 10
13 Kromatogram Xantorhizol Ekstrak Rimpang Temulawak Boyolali............... 20
14 Kromatogram Xantorhizol Ekstrak Rimpang Temulawak Semarang ............ 21
Ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Diagram Alir Penelitian................................................................................ 15
2 Penentuan Kadar Air Rimpang Temulawak .................................................. 16
3 Penentuan Rendemen Ekstrak Rimpang Temulawak .................................... 17
4 Penentuan Kadar Kurkuminoid..................................................................... 18
5 Penentuan Kadar Xantorhizol....................................................................... 19
6 Kromatogram KCKT Xantorhizol ............................................................... 20
7 Kapasitas Antioksidan Metode DPPH .......................................................... 22
8 Kapasitas Antioksidan Metode CUPRAC..................................................... 23
9 Sensitivitas Metode ...................................................................................... 25
10 Uji-F dan Uji-t Metode................................................................................. 26
PENDAHULUAN
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza)
merupakan salah satu tanaman obat yang
banyak digunakan sebagai bahan baku dalam
industri jamu dan farmasi. Temulawak
diketahui memiliki banyak manfaat antara lain
sebagai
antihepatitis,
antihiperlipidemia,
antiinflamasi, antikarsinogenik, antimikrob,
antiviral, detoksifikasi, dan antioksidan (WHO
1999). Salah satu komponen aktif yang
bertanggung jawab terhadap respon biologis
pada temulawak adalah kurkuminoid dan
xantorhizol. Menurut Jayaprakasha et al.
(2006) kurkuminoid pada rimpang temulawak
berpotensi sebagai antioksidan. Demikian
halnya dengan xantorhizol, selain memiliki
aktivitas antibakteri paling tinggi juga
berpotensi sebagai antioksidan (Hwang et al.
2004).
Antioksidan secara alami sudah terdapat
dalam
tubuh
sebagai
suatu
sistem
perlindungan tubuh dari pengaruh negatif
radikal bebas. Jika radikal bebas berlebih
dapat berpotensi menonaktifkan berbagai
enzim dan mengoksidasi lemak sehingga
sistem antioksidan dalam tubuh terganggu
serta dapat menyebabkan berbagai penyakit
(Anonim 2007). Senyawa antioksidan dalam
bentuk tereduksi akan memiliki warna
berbeda dengan bentuk teroksidasinya yang
stabil sehingga perubahan warna tersebut
dapat dideteksi dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang yang sesuai.
Terdapat beberapa metode penentuan
kapasitas antioksidan di antaranya seperti
DPPH
(1,1-difenil-2-pikrilhidrazil)
dan
CUPRAC (cupric ion reducing antioxidant
capacity). Pemilihan metode DPPH pada
penentuan aktivitas antioksidan temulawak
karena merupakan metode yang sederhana,
mudah, cepat, peka, serta hanya memerlukan
sedikit contoh. Sementara itu, metode
CUPRAC dipilih karena dapat bekerja pada
pH
fisiologis, stabil,
mudah dalam
penggunaan, selektif, serta sensitif terhadap
oksidan tipe tiol (Apak et al. 2004).
Metode di atas diekspresikan sebagai
ekuivalen troloks dan diujikan pada tiga
ekstrak, yaitu ekstrak etanol, ekstrak THF, dan
ekstrak
metanol.
Pemilihan
ekstrak
berhubungan dengan komponen utama yang
berperan dalam kapasitas antioksidan.
Kurkuminoid dan xantorhizol yang diduga
sebagai komponen utama yang berperan
dalam aktivitas antioksidan ditentukan
kadarnya menggunakan spektrofotometri UV-
TINJAUAN PUSTAKA
Temulawak
Temulawak (C. xanthorrhiza) merupakan
tanaman yang berasal dari Indonesia
khususnya daerah Jawa, Bali, dan Maluku.
Curcuma berasal dari bahasa arab kurkum
yang berarti kuning, sedangkan xanthorrhiza
berasal dari bahasa Yunani xantos yang berarti
kuning dan rhiza yang berarti akar.
Temulawak ditunjukkan pada Gambar 1 telah
digunakan oleh nenek moyang bangsa
Indonesia untuk makanan, tujuan pengobatan,
dan sebagai penambah energi (Hwang et al.
2006).
2
Temulawak atau dikenal juga Java
Turmeric (kunyit dari Jawa) diklasifikasikan
ke
dalam
kingdom
Plantae,
divisi
Spermatophyta, subdivisi Angiospermae,
kelas Monocotyledonae, ordo Zingiberales,
famili Zingiberaceae, genus Curcuma, dan
spesies Curcuma xanthorrhiza Roxb. Nama
lain dari temulawak adalah koneng gede (suku
Sunda), temu lawak (suku Jawa), temo labak
(Madura), temu lawas dan temu raya
(Malaysia), serta wan chakmotluk (Thailand).
Kandungan rimpang temulawak segar
dapat dibedakan atas pati (48-59.64%),
kurkuminoid (1.6-2.2%) dan minyak atsiri
(1.48-1.63%) (Sidik et al. 1995). Temulawak
merupakan tumbuhan yang tumbuh tegak
dengan tinggi batang bisa mencapai 2 m,
berwarna hijau atau cokelat gelap. Akar
rimpang
terbentuk
dengan
sempurna,
bercabang kuat, dan berwarna hijau gelap.
Tiap batang mempunyai daun 2-9 helai
dengan bentuk bundar memanjang sampai
bangun lanset, warna daun hijau atau coklat
keunguan terang sampai gelap, panjang daun
31-84 cm dan lebar 10-18 cm, panjang tangkai
daun termasuk helaian 43-80 cm. Daun
termasuk tipe daun sempurna artinya tersusun
dari pelepah daun, tangkai daun, dan helai
daun (Sidik et al. 1995).
Temulawak dilaporkan memiliki berbagai
aktivitas
biologis
seperti
antitumor,
antiinflamasi, antioksidan, hepatoprotektif,
dan antibakteri. Aktivitas tersebut disebabkan
komponen
aktif
temulawak
berupa
kurkuminoid dan xantorhizol (Hwang et al.
2006).
Xantorhizol
Xantorhizol merupakan komponen khas
minyak atsiri yang diisolasi dari famili
Zingiberaceae dan Astericeae seperti rimpang
temulawak, dan termasuk ke dalam kelompok
seskuiterpen tipe bisabolen (Aguilar et al.
2001). Xantorhizol memiliki rumus molekul
C15H22O dengan bobot molekul 218.335
g/mol. Nama IUPAC dari xantorhizol adalah
5-(1,5-dimetilheks-4-enil)-2-metilfenol.
Xantorhizol tidak berwarna, dan sangat pahit.
Struktur xantorhizol ditunjukkan
pada
Gambar 2.
C H3
HO
CH3
CH3
OH
R1
R2
Gambar 3 Struktur
O
OHkurkuminoid
Gambar 3 Struktur Kurkuminoid.
Keterangan:
R1
R2
-OCH3 -OCH3 = kurkumin
-OCH3 -H
= demetoksikurkumin
H 3C
3
rumus molekul C20H18O5 dengan bobot
molekul sebesar 338 g/mol.
Kurkuminoid berkhasiat menetralkan
racun, menurunkan kadar kolesterol, dan
trigliserida darah, antibakteri, analgetik, dan
antiinflamasi. Sekarang sudah banyak diteliti
bahwa kurkuminoid dapat digunakan sebagai
antioksidan dan inhibitor virus HIV (Anonim
2007).
CH3
Tokoferol
HO
H3C
CH3
CH3
CH3
CH3
CH3
COOH
O
H3C
CH3
CH3
4
hidroperoksida dan radikal asam lemak baru
(tahap propagasi).
Reaksi inisiasi
LH
Reaksi propagasi
L* + O2
LOO* + LH
Reaksi Terminasi
LOO* + LOO*
LOO* + L*
L* + H*
LOO*
LOOH + L*
LOOL + O2
LOOL
N
.
N
HO
O.
+
NO HC
3
ON
CH3
COOH
O CH3
CH3
NH
NO
ON
CH3
COOH
O CH3
H3C
CH3
NO
NO
N
H3C
H3C
Cu2+
N
CH3
CH3
CH3
HO
COOH
O
H3C
CH3
CH3
H3C
H3C
N
CH3
Cu+
N
CH3
CH3
H3C
CH3
Gambar 7
Reaksi reduksi kelat
neokuproin tembaga(II) oleh troloks.
COOH
O CH3 + H+
bis-
5
tersebut akan diserap, sebagian diteruskan
atau ditransmisikan. Spektrum absorpsi
merupakan gambaran hubungan antara
panjang gelombang sinar yang mengenai
suatu zat dengan besarnya serapan sinar pada
panjang gelombang tersebut oleh zat yang
bersangkutan. Pengukuran absorpsi radiasi
UV-Vis oleh spesi larutan dapat digunakan
sebagai metode analisis kuantitatif. Dasar
penentuan kuantitatif teknik spektrofotometri
adalah hukum Lambert-Beer.
A = log Io/I = lc
A merupakan absorbans analat, Io adalah
intensitas sinar sebelum melewati analat, I
intensitas sinar setelah melewati analat, l
ketebalan sampel yang dilalui sinar,
koefisien absorpsi molekul, dan c adalah
konsentrasi analat (Skoog et al. 1998).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Pothitirat, diperoleh kadar kurkuminoid
dalam rimpang temulawak asal Thailand
Selatan yang diekstraksi menggunakan pelarut
etanol dengan spektrofotometer UV-Vis
sebesar 14.14 0.87% sampai 26.76 0.17%
(b/b).
Evaluasi Data Analisis
Setiap metode yang digunakan untuk
pekerjaan analisis pasti mengandung galat
(error), baik galat acak maupun galat
sistematik yang tidak selalu dapat kita
hindarkan. Galat acak muncul akibat adanya
sedikit variasi dalam setiap langkah prosedur
analisis antara lain disebabkan oleh
keterampilan dan kondisi pelaksanaan serta
fluktuasi listrik selama analisis. Galat acak
dapat dikurangi dengan memperbanyak
jumlah pengukuran. Galat sistematik terjadi
karena
faktor
yang
tetap
sehingga
menimbulkan penyimpangan tertentu dari
rerata hasil analisis terhadap nilai sebenarnya.
Galat sistematik disebabkan oleh kelemahan
metode, kesalahan alat, dan kesalahan
personal. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu
evaluasi hasil analisis untuk mengukur sejauh
mana suatu metode analisis dapat dipercaya.
Uji-uji statistik sederhana yang dapat
dilakukan untuk memberikan informasi
mengenai ketepatan dan ketelitian suatu
pengukuran meliputi uji-t dan uji-F. Uji-t
dilakukan untuk membandingkan efektivitas
dan efisiensi metode baik dari segi teoritis
maupun dari segi teknis (biaya). Uji ini
membandingkan dua nilai rerata untuk melihat
perbedaannya terlalu besar atau tidak untuk
dijelaskan oleh galat acak. Uji F dilakukan
untuk membandingkan hasil analisis dengan
menggunakan
metode
yang
berbeda
berdasarkan standar deviasinya, dan untuk
melihat perbedaannya terlalu besar atau tidak
untuk dijelaskan oleh galat acak (Harvey
2000). Di samping ketelitian dan ketepatan,
dalam pemilihan metode analisis harus
diperhatikan pula sensitivitas metode.
Sensitivitas merupakan ukuran kemampuan
metode untuk membedakan dua sampel.
Semakin tinggi sensitivitas semakin baik suatu
metode analisis (Harvey 2000).
6
dan proses diulang dua kali dengan jenis dan
jumlah pelarut yang sama. Semua maserat
dikumpulkan dan diuapkan dengan penguap
putar kemudian dipekatkan hingga diperoleh
ekstrak kental (Metode ekstraksi Korea).
Ekstraksi THF
(WHO 1999)
Rimpang
Temulawak
dievaluasi
sensitivitas
dinyatakan
ketepatan
Sensitivitas
Sensitivitas metode dilakukan dengan
membuat larutan standar tokoferol konsentrasi
5, 10, 15, 20, dan 25 ppm kemudian dianalisis
aktivitas antioksidannya dengan metode
DPPH dan CUPRAC sehingga diperoleh nilai
koefisien determinasi (R2) paling tinggi,
mendekati nilai 1. Nilai slope persamaan
regresi linear merupakan koefisien sensitivitas
metode.
Uji-t
Uji-t dilakukan dengan hipotesis H0:
kedua metode memiliki hasil analisis yang
sama. Penarikan simpulan berdasarkan nilai t
hitung, apabila nilai thitung < ttabel maka H0
diterima tetapi jika nilai thitung > ttabel maka H0
ditolak. Nilai ttabel = 2.685 derajat bebas 9
pada selang kepercayaan 95%.
Uji-F
1.2
1
Absorbans
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0
A Terkoreksi
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
y = 0.1029x + 0.2224
R2 = 0.7995
10
9
kurkuminoid yang mudah terdegradasi oleh
cahaya.
A terko reksi
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
y = 0.0147x - 0.00225
R2 = 0.9936
20
40
60
80
100
[trolox] (mikromolar)
Ketelitian
suatu
metode
dapat
dibandingkan melalui %SBR. Penentuan
presisi atau ketelitian kedua metode ini
ditunjukkan pada Lampiran 10. Hasil yang
diperoleh untuk metode DPPH mulai dari
ekstrak etanol, THF, dan metanol adalah
1.0095%, 3.1300%, dan 2.6849% yang berarti
metode DPPH untuk ekstrak etanol teliti
(%SBR 1-2), ekstrak THF dan metanol cukup
teliti (%SBR 2-5). Metode CUPRAC
memiliki %SBR berturut-turut mulai dari
ekstrak etanol, THF, dan metanol sebesar
11.2142%, 3.5838%, dan 3.2304% yang
berarti metode CUPRAC untuk ekstrak etanol
tidak teliti (%SBR > 5), ekstrak THF dan
metanol cukup teliti (%SBR 2-5) menurut
AOAC (2003). Untuk membandingkan kedua
metode
berdasarkan
simpangan
baku
dilakukan uji F dengan selang kepercayaan
95%, F hitung ekstrak etanol, THF, dan
metanol sebesar 279296.3627, 29196.4083
dan 1723.1256 Hasil yang diperoleh F hitung
> F tabel sehingga simpangan baku kedua
metode berbeda nyata, perbedaannya terlalu
besar untuk dijelaskan oleh galat acak.
Uji t dilakukan untuk membandingkan
hasil analisis kedua metode berdasarkan
reratanya. Ekstrak etanol, THF, dan metanol
memiliki nilai t hitung sebesar 19.5204,
61.9753, dan 78.3620. Hasil yang diperoleh t
hitung > t tabel sehingga kedua metode akan
menghasilkan rerata analisis yang berbeda.
Metode CUPRAC memberikan hasil analisis
yang lebih besar dibandingkan metode DPPH.
Sensitivitas Metode
Respon analat dan komposisi dari matriks
sampel merupakan faktor penting dalam
menentukan sensitivitas (Willard HH et al
1988). Sensitivitas metode dilakukan terhadap
tokoferol karena memiliki sifat lipofilik yang
sama dengan analat dalam sampel rimpang
temulawak sehingga dimungkinkan memiliki
sensitivitas metode yang sama terhadap
ekstrak rimpang temulawak. Persamaan
regresi linear hubungan antara konsentrasi
tokoferol (ppm) dan nilai absorbans metode
DPPH dan CUPRAC ditunjukkan pada
Gambar 11 dan 12, yaitu y=0.0603x + 0.0442
dan y=0.0402x + 0.0382 (Lampiran 9).
10
Perbandingan Metode Penentuan Aktivitas
Antioksidan
1.8
y = 0.0603x + 0.0442
R2 = 0.9707
Absorb an s terkoreksi
1.6
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0
10
15
20
25
30
[tokoferol] (ppm )
Gambar 11
1.2
y = 0.0402x - 0.0382
R2 = 0.9914
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0
10
15
20
25
[tokofol] (ppm)
Gambar 12
30
11
Tabel 2 Kadar komponen aktif dan kapasitas antioksidan rimpang Temulawak Semarang
Ekstrak
Kadar Kurkuminoid
%(b/b)
Kapasitas Antioksidan
Metode CUPRAC
(mol tr/g ekstrak)
0.19
97.5599
0.17
72.0673
0.02
68.5104
rimpang temulawak. Persentase SBR metode
DPPH < metode CUPRAC sehingga metode
DPPH lebih teliti dibandingkan dengan
metode CUPRAC. Uji t menunjukkan hasil
analisis yang berbeda nyata, sedangkan uji F
memperlihatkan keragaman yang berbeda
nyata antara kedua metode.
Kadar Xantorhizol
%(b/b)
Etanol
30.77
THF
33.85
Metanol
28.03
Berdasarkan
Tabel
2
kapasitas
antioksidan semakin meningkat dengan
meningkatnya kadar xantorhizol, berbeda
dengan kadar kurkuminoid ekstrak etanol <
ekstrak THF tetapi memiliki kapasitas
antioksidan ekstrak etanol > ekstrak THF.
Seharusnya peranan kurkuminoid sebagai
antioksidan lebih dominan dibandingkan
dengan xantorizhol karena stabilitas resonansi
pada kurkuminoid melibatkan 2 buah cincin
aromatik dan ikatan rangkap terkonjugasi
sehingga
delokalisasi
radikal
lebih
terstabilkan, namun sifat kurkuminoid yang
sensitif terhadap cahaya dan mudah
terdegradasi
sehingga
kemungkinan
mempengaruhi
terhadap
aktivitas
antioksidannya.
Apabila dilihat berdasarkan ketelitian dan
sensitivitas, metode DPPH lebih teliti dan
kemungkinan
lebih
sensitif
dalam
menganalisis aktivitas antioksidan rimpang
temulawak dibandingkan metode CUPRAC,
meskipun demikian metode CUPRAC lebih
sesuai untuk penentuan aktivitas antioksidan
rimpang temulawak karena dapat diterapkan
untuk mengatasi berbagai matriks sampel
yang terdapat dalam rimpang temulawak
Saran
Ekstrak rimpang temulawak mulai dari
ekstraksi sampai dengan analisis harus
terlindungi dari cahaya karena akan
mengurangi kadar kurkuminoid dalam ekstrak.
Pada metode CUPRAC komponen yang tidak
larut air sebaiknya menggunakan pelarut
diklorometana sehingga diharapkan memiliki
sensitivitas yang lebih tinggi dalam
menganalisis sampel lipofilik.
DAFTAR PUSTAKA
Afif KH. 2006. Peningkatan Kadar Kurkumin
Ekstrak Etanol Temulawak Dengan
Metode Ekstraksi Cair-cair [Skripsi].
Bogor: Departemen Kimia FMIPA, IPB.
Afifah E. 2003. Khasiat dan Manfaat
Temulawak: rimpang penyembuh aneka
penyakit. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Aguilar MI, Guillermo D, Maria LV. 2001.
New
bioactive
derivatives
of
xanthorrhizol. J Mex Chem Soc 45:56-59.
Anonim. 2007a. Antioksidan penting untuk
mencegah sakit jantung. [terhubung
berkala] http//www.lizaherbal.com. [21
Desember 2007].
Anonim. 2007b. Peranan antioksidan dalam
menjaga kesehatan keluarga. [terhubung
berkala] http//www.santamaria.or.id. [21
Desember 2007].
Apak et al.. 2007. Comparative evaluation of
various total antioxidant capacity assay
applied to phenolic compounds with the
CUPRAC assay. Molecules 12:14961547.
12
Apak R, K Gl, M zyrek, SE elik, SE
Karademir. 2004. Novel total antioxidant
capacity index for dietary polyphenols
and vitamins C and E, using their cupric
ion reducing capability in the presence of
neocuproine: CUPRAC method. J Agric
Food Chem 52:7970-7981.
13
Yulanda H. 2007. Ekstraksi, Fraksinasi, dan
Pencirian Pati Rimpang Temulawak
[Skipsi]. Bogor: Departemen Kimia
FMIPA, IPB.
14
LAMPIRAN
15
Lampiran 1 Bagan Alir Penelitian
Rimpang Temulawak
asal Boyolali
Ekstrak Kurkuminoid
Ekstrak Etanol
Ekstrak Xantorhizol
Uji Antioksidan
- Metode DPPH
- Metode CUPRAC
Uji Antioksidan
- Metode DPPH
- Metode CUPRAC
Uji Antioksidan
- Metode DPPH
- Metode CUPRAC
Metode Terpilih
16
Lampiran 2 Penentuan Kadar Air Serbuk Rimpang Temulawak
Tabel 3 Data hasil pengukuran kadar air serbuk rimpang temulawak Boyolali
Ulangan
Bobot basah (g)
Bobot kering (g)
Kadar air (%)
1
3.0037
2.6179
12.84
2
2.9091
2.5340
12.89
3
3.0120
2.6278
12.76
Rerata
12.83 0.16
Contoh perhitungan:
Bobot basah Bobot ker ing
Kadar air =
x100%
Bobot basah
(3.0037 2.6179) g
=
x100%
3.0037 g
= 12.84%
Batas galat =
t
n
Keterangan:
t = Nilai tabel t student selang kepercayaan 95%
= Simpangan baku
n = Banyaknya ulangan
Batas galat =
4.303 x 0.07
3
= 0.16
Tabel 4 Data hasil pengukuran kadar air serbuk rimpang temulawak Semarang
Ulangan
Bobot basah (g)
Bobot kering (g)
Kadar air (%)
1
3.0455
2.5831
15.18
2
3.0038
2.5551
14.94
3
3.0068
2.5543
15.05
Rerata
15.05 0.30
Contoh perhitungan:
Bobot basah Bobot ker ing
Kadar air =
x100%
Bobot basah
(3.0455 2.5831) g
=
x100%
3.0455 g
= 15.18%
Batas galat =
4.303 x 0.1204
= 0.30
17
Lampiran 3 Penentuan Rendemen Ekstrak
Tabel 5 Data rendemen ekstrak serbuk rimpang temulawak
Bobot Ekstrak Bobot sampel
Ekstrak
fk
(g)
(g)
Etanol Boyolali
9.3883
99.8051
1.1284
Semarang
0.5358
10.0107
1.1505
THF
Boyolali
0.9681
14.9856
1.1284
Semarang
0.6536
10.0800
1.1505
Metanol Boyolali
1.6336
100.0852
1.1284
Semarang
0.1361
25.2404
1.1505
Contoh perhitungan:
100 + kadar air
Faktor koreksi =
100
100 + 12.84
=
100
= 1.1284
Bobot Ekstrak
xfkx100%
Bobot sampel
0.9681g
=
x1.1284 x100%
14.9856 g
= 7.29%
Re ndemen =
Rendemen
(%)
10.61
6.16
7.29
7.46
1.84
0.62
18
Lampiran 4 Penentuan Kadar Kurkuminoid
Tabel 6 Data absorbans standar kurkuminoid 420 nm
Larutan
A
Kurkuminoid 0.25 ppm
0.045
Kurkuminoid 1 ppm
0.252
Kurkuminoid 2 ppm
0.428
Kurkuminoid 3 ppm
0.750
Kurkuminoid 4 ppm
0.972
Kurkuminoid 5 ppm
1.241
Persamaan garis y = 0.2418x-0.2315 dengan R2=99.39%
Tabel 7 Kadar kurkuminoid ekstrak temulawak dengan spektrofotometer UV-Vis
Ekstrak
A
Bobot ekstrak (g)
Kadar (%)
Etanol Boyolali
0.075
0.0164
20.10
Etanol Semarang
0.421
0.0228
30.77
THF Boyolali
0.240
0.0189
26.82
THF Semarang
0.439
0.0213
33.85
Metanol Boyolali
0.219
0.0223
21.72
Metanol Semarang
0.196
0.0164
28.03
Contoh perhitungan ekstrak THF:
y = Nilai absorbans
x = [standar kurkuminoid] (ppm)
y + 0.2315
0.2418
0.240 + 0.2315
= 1.95 ppm
x=
0.2418
x ( ppm) xfpxvolume
Kadar kurku min oid =
x100%
bobot ( mg )
x=
19
Lampiran 5 Penentuan Kadar Xantorhizol
Tabel 8 Kadar xantorizhol serbuk rimpang temulawak Boyolali
[xantohrizol]
Bobot sampel
Larutan
Luas Area
(ppm)
(g)
Standar Xantorhizol
19376917
200
Ekstrak THF
4448385
45.9143
14.9856
Ekstrak Etanol
4924392
50.8254
99.8051
Ekstrak Metanol
12206392
125.9890
100.0852
Contoh Perhitungan:
[Xantorhizol ] = Luas area sampel x[s tan dar ]
Luas area s tan dar
Kadar (%b/b)
0.086
0.010
0.004
4.448.385
x200 ppm
19.376.917
= 45.9143 ppm
Kadar xantorhizol =
1000mL xfpxfkx100%
Kadar xantorhizol =
= 0.17%
10.0800 x10
Kadar (%b/b)
0.17
0.19
0.02
20
Lampiran 6 Kromatogram Xantorhizol dengan KCKT
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 13 Kromatogram rimpang temulawak Boyolali (a) standar xantorhizol
(b) ekstrak EtOH (b) ekstrak THF (c) ekstrak MeOH
21
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 14 Kromatogram rimpang temulawak Semarang (a) standar xantorhizol
(b) ekstrak EtOH (b) ekstrak THF (c) ekstrak MeOH
22
Lampiran 7 Kapasitas Antioksidan Metode DPPH
Tabel 10 Data absorbans kurva kalibrasi troloks
Larutan
A
A
Blangko
1.029 0.000
Troloks 1 M
0.548 0.481
Troloks 3 M
0.544 0.485
Troloks 5 M
0.053 0.976
Troloks 7 M
0.048 0.981
Troloks 9 M
0.045 0.984
Persamaan garis hubungan antara A dan [troloks]
Y = 0.2224 + 0.1029x dengan R2 = 79.95%
Konsentrasi sampel ekuivalen troloks
Y
= 0.2224 + 0.1029x
0.930
= 0.2224 + 0.1029x
= 6.8766 M
Blangko
Eks. EtOH 1
2
3
4
1.029
0.099
0.100
0.084
0.095
0.000
0.930
0.929
0.945
0.934
Eks. THF 1
2
3
4
0.072
0.073
0.085
0.086
0.957
0.956
0.944
0.943
Eks. MeOH 1
2
3
4
0.101
0.096
0.088
0.088
0.928
0.933
0.941
0.941
Larutan
Vs
(l)
40
40
40
40
Rerata
40
40
40
40
Rerata
40
40
40
40
Rerata
fp
[sampel]
(M Tr)
Bobot
sampel(g)
125
125
125
125
6.8766
6.8669
7.0224
6.9155
0.0388
0.0383
0.0387
0.0388
125
125
125
125
7.1390
7.1293
7.0126
7.0029
0.0408
0.0394
0.0408
0.0394
125
125
125
125
6.8571
6.9057
6.9835
6.9835
0.0405
0.0381
0.0405
0.0381
Kapasitas Antioksidan
(mol Tr/g ekstrak)
0.8862
0.8965
0.9073
0.8912
0.8953
0.8749
0.8899
0.8737
0.8887
0.8818
0.8622
0.9063
0.8622
0.8999
0.8827
23
Lampiran 8 Kapasitas Antioksidan Metode CUPRAC
Tabel 12 Data absorbans kurva kalibrasi troloks
Larutan
Troloks 10 M
Troloks 20 M
Troloks 30 M
Troloks 40 M
Troloks 50 M
Troloks 60 M
Troloks 70 M
Troloks 80 M
A
0.169
0.302
0.433
0.517
0.745
0.882
1.023
1.188
= 0.0147x - 0.00225
0.325
= 0.0147x - 0.00225
= 22.2619 M
1 0ml x 22.2619 M x 5 x 10 3
0.0236 g
Eks. EtOH 1
2
3
4
5
0.325
0.251
0.441
0.325
0.278
Eks. THF 1
2
3
4
5
0.880
0.880
0.904
0.945
0.945
Eks. MeOH 1
2
3
4
5
0.213
0.243
0.199
0.199
0.213
Vs
fp
(ml)
10
5
10
5
10
5
10
5
10
5
Rerata
10
5
10
5
10
5
10
5
10
5
Rerata
10
5
10
5
10
5
10
5
10
5
Rerata
Bobot
sampel(g)
0.0236
0.0241
0.0379
0.0253
0.0206
[sampel]
(M Tr)
22.2619
17.2279
30.1531
22.2619
19.0646
0.0236
0.0236
0.0236
0.0236
0.0236
60.0170
60.0170
61.6497
64.4388
64.4388
0.0244
0.0249
0.0233
0.0233
0.0244
14.6429
16.6837
13.6905
13.6905
14.6429
Kapasitas Antioksidan
(mol Tr/g ekstrak)
47.1650
35.7425
39.7798
43.9958
46.2733
42.5933
127.1546
127.1546
130.6138
136.5228
136.5228
131.5937
30.0059
33.5014
29.3788
29.3788
30.0059
30.4542
24
Tabel 14 Data kapasitas antioksidan sampel Semarang metode CUPRAC
Larutan
Eks. EtOH 1
2
3
4
5
0.620
0.690
0.688
0.688
0.671
Eks. THF 1
2
3
4
0.577
0.597
0.597
0.597
Eks. MeOH 1
2
3
4
5
0.419
0.457
0.477
0.477
0.477
Vs
fp
(ml)
1
5
1
5
1
5
1
5
1
5
Rerata
1
5
1
5
1
5
1
5
Rerata
1
5
1
5
1
5
1
5
1
5
Rerata
Bobot
sampel(g)
0.0209
0.0213
0.0242
0.0279
0.0292
[sampel]
(M Tr)
43.6650
48.7850
48.6394
48.6394
47.3958
0.0283
0.0290
0.0295
0.0287
40.5194
41.9824
41.9824
41.9824
0.0234
0.0234
0.0234
0.0234
0.0234
28.9612
31.7410
33.2041
33.2041
33.2041
Kapasitas Antioksidan
(mol Tr/g ekstrak)
104.4617
114.5188
100.4946
87.1674
81.1572
97.5599
71.5890
72.3834
71.1566
73.1401
72.0673
61.8829
67.8226
70.9489
70.9489
70.9489
68.5104
Contoh Perhitungan:
Konsentrasi sampel ekuivalen troloks
Y
= 0.0231 + 0.0137x
0.620
= 0.0231 + 0.0137x
= 43.6650 M
1 0ml x 43.6650 M x 5 x 10 3
0.0209 g
25
Lampiran 9 Penentuan sensitivitas metode
Metode DPPH
Tabel 15 Data kurva standar tokoferol metode DPPH
Larutan
A
A
Blanko
1.490
0.000
tokoferol 5 ppm
1.164
0.326
tokoferol 10 ppm
0.822
0.668
tokoferol 15 ppm
0.496
0.994
tokoferol 20 ppm
0.095
1.395
tokoferol 25 ppm
0.087
1.403
Persamaan regresi linear y = 0.0603x + 0.0442 dengan R2=97.07%
Koefisien sensitivitas = 0.0603
Metode CUPRAC
Tabel 16 Data kurva standar tokoferol metode CUPRAC
Larutan
A
Tokoferol 5 ppm
0.188
Tokoferol 10 ppm
0.335
Tokoferol 15 ppm
0.538
Tokoferol 20 ppm
0.801
Tokoferol 25 ppm
0.959
Persamaan regresi linear y = 0.0402x + 0.0382 dengan R2=99.14%
Koefisien sensitivitas = 0.0402
26
Lampiran 10 Uji t dan Uji F
Tabel 17 Hasil evaluasi analisis metode DPPH dan CUPRAC rimpang temulawak
Metode
Ekstrak
Parameter
DPPH
CUPRAC
Etanol
Rerata (mol tr/g ekstrak)
0.8953
42.5933
SB
9.0381x10-3
4.7765
%SBR
1.0095
11.2142
t hitung
19.5204
F hitung
279296.3627
THF
Rerata (mol tr/g ekstrak)
0.8818
131.5937
SB
0.0276
4.7160
%SBR
3.1300
3.5838
t hitung
61.9753
F hitung
29196.4083
0.8827
30.4542
Metanol Rerata (mol tr/g ekstrak)
SB
0.0237
0.9838
%SBR
2.6849
3.2304
t hitung
78.3620
F hitung
1723.1256
Contoh Perhitungan: (untuk ekstrak etanol)
Uji-t
t hitung =
(SB
X1 X 2
2
) (
/ n1 + SB2 / n 2
2
= 19.5204
Uji-F
( Xi X )
SB CUPRAC =
n 1
= 4.7765
2
F hitung =
SB1
2
SB2
= 279296.3627
%SBR Metode DPPH
% SBR =
SB
x100%
X
= 1.0095%
SB DPPH =
( Xi X )
n 1
= 9.0381x10-3
27
28