Anda di halaman 1dari 19

RENCANA KEGIATAN MINGGUAN (RKM)

Nama Ners Muda

: Risha Farah Fadillah

NIM

: 201320461011050

Kelompok

: IX

Ruangan

: Instalasi Bedah Sentral (IBS)

Rumah Sakit

: RSUD Ngudi Waluyo

Minggu

:1

A. Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Setelah mengikuti praktik klinik di Ruang Operasi RSUD Ngudi Waluyo
selama 6 hari (8 13 Februari), mahasiswa dapat memberikan asuhan
keperawatan perioperatif secara professional pada klien dengan diagnosa
appendisitis

B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


1. Dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien pre, intra dan post
operasi selama 1 minggu
2. Dapat memberikan KIE tentang anastesi dan prosedur operasi pada pasien
yang menjalani persiapan operasi
3. Dapat membantu persiapan pasien pada pre operatif
4. Dapat mengobservasi pasien intra operatif terkait efek anastesi dan prosedur
pembedahan selama operasi
5. Dapat memonitoring pasien post operatif di ruang pulih sadar (recovery
room)

C. Rencana Kegiatan
Target
1

Kegiatan

Waktu

Kriteri Hasil

Komunikasi terapeutik
Pengkajian pre operatif

Hari 1-5

Mampu memberikan asuhan


keperawatan
perioperatif

- Memberi KIE
Melakukan tindakan pada
pasien pre operatif dan post
operatif, yaitu:
1. Memasang infus
2. Menyiapkan medikasi di
kamar operasi
3. Melakukan
observasi
kondisi pasien dari
mesin anatesi
4. Mengukur GCS pre dan
post operatif
5. Menghitung
ballance
cairan
6. Memonitoring
tandatanda obstruksi jalan
nafas dan resiko jatuh
post operasi

Hari 1-5

dengan tepat
Mampu melakukan tindakan
sesuai dengan prosedur (SOP)
yang telah ditetapkan

D. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan


1. Struktur
- Mahasiswa siap dengan teori yang sesuai dengan masalah pada pre, intra,
dan post operatif
- Mahasiswa mempersiapkan diri sebelum melakukan praktik klinik
2. Proses
Tindakan yang dilakukan sesuai dengan teori dan prosedur
Tindakan yang dilakukan tidak menimbulkan komplikasi lebih lanjut
Semua tindakan dapat dilakukan sesuai dengan target yang telah ditetapkan
dalam rancangan kegiatan
3. Hasil
Mahasiswa mampu melakukan tindakan dengan baik
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan perioperatif (pre,
intra, post operatif)

Mahasiswa mampu melakukan kegiatan sesuai dengan rencana yang telah


disusun

E. Rencana Tindak Lanjut


Meningkatkan

keterampilan

dan

menjalankan

fungsi

keperawatan

professional dalam pemberian asuhan keperawatan perioperatif sehubungan


dengan perawatan bedah selama pre, intra, dan post operatif.

Wlingi, 8 September 2014


Ners Muda,

Risha Farah Fadillah, S.Kep


NIM. 20132046011050

Mengetahui,

Pembimbing Institusi,

Ns. Faqih Rukhyanuddin, M.Kep., Sp.KMB

Pembimbing Klinik,

LAPORAN PENDAHULUAN
MYOMA UTERI

A. Latar Belakang
Mioma Uteri adalah neoplasma jinak berasal dari otot uterus dan
jaringan ikat yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan dikenal jiga
istilah Fibronoma, leimioma ataupoun Fibrid (Saiufuddin, 1999).
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun
mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih
banyak. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche. Setelah
menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih bertumbuh. Di Indonesia,
mioma uteri ditemukan 2.39% 11.7% pada semua penderita ginekologi yang
dirawat (Saifuddin, 1999).
Bila mioma uteri bertambah besar pada masa post menopause harus
dipikirkan kemungkinan terjadinya degenerasi maligna (sarcoma) (Sastrawinata,
1988). Dengan pertumbuhan mioma dapat mencapai berat lebih dari 5 kg. Jarang
sekali mioma ditemukan pada wanita berumur 20 tahun, paling banyak berumur
35 45 tahun (25%). Pertumbuhan mioma diperkirakan memerlukan waktu 3
tahun agar dapat mencapai ukuran sebesar tinja, akan tetapi beberapa kasus
ternyata tumbuh cepat. Mioma uteri ini lebih sering didapati pada wanita
nulipara atau yang kurang subur (Saifuddin, 1999).
Walaupun biasanya asimptomatik, leiomyomata dapat menyebabkan banyak
problema termasuk metrorrhagia dan menorrhagia, rasa sakit bahkan infertilitas.
Memang, perdarahan uteri yang sangat banyak merupakan indikasi yang paling
banyak untuk dilakukan histerektomi.

B. Definisi
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan
jaringan ikat yang menumnpang, sehingga dalam kepustakaan dikenal dengan
istilah Fibromioma, leiomioma, atau fibroid (Mansjoer, 2007).
Mioma Uteri adalah suatu tumor jinak, berbatas tegas, tidak berkapsul, yang
berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma
uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini merupakan
neoplasma jinak yang paling sering ditemukan pada traktus genitalia
wanita,terutama wanita usai produktif. Walaupun tidak sering, disfungsi
reproduksi yang dikaitkan dengan mioma mencakup infertilitas, abortus spontan,
persalinan prematur, dan malpresentasi (Crum, 2003).

C. Anatomi dan Fisiologi


Uterus adalah organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pir, terletak di
dalam pelvis, antara rektum di belakang dan kandung kencing di depan. Ototnya
disebut miometrium dan selaput lendir yang melapisi sebelah dalamnya disebut
endometrium. Letak uterus sedikit anteflexi pada bagian lehernya dan anteversi
(meliuk agak memutar ke depan) dengan fundusnya terletak di atas kandung
kencing. Panjang uterus adalah 5 sampai 8 cm dan beratnya 30 sampai 60 gram.
Uterus terbagi atas 3 bagian berikut:

Fundus, bagian cembung di atas muara tuba uterina

Badan uterus, melebar dari fundus ke servix, sedangkan antara badan dan
servix terdapat istmus

Bagian bawah yang sempit pada uterus disebut servix

Dinding rahim yang terdiri dari segi lapisan yaitu:

Lapisan serosa (lapisan peritonium) di luar

Lapisan otot (lapisan miometrium) di tengah

Lapisan mukosa (lapisan endometrium) di dalam

Ligamentum teres uteri ada dua buah, di sebelah kiri dan di sebelah kanan
sebuah. Terdiri atas jaringan ikat dan otot, berisi pembuluh darah dan ditutupi
peritonum. Ligamen ini berjalan dari sudut atas uterus ke depan dan ke samping,
melalui anulus inguinalis profundus ke kanalis inguinalis. Setiap ligamen panjangnya
10 sampai 12,5 cm.
Fungsi Uterus
Untuk menahan ovum yang telah dibuahi selama perkembangan. Sebutir
ovum, sesudat keluar dari ovarium, diantarkan melalui tuba uterina ke uterus.
Endometrium disiapkan untuk penerimaan ovum yang telah dibuahi itu dan ovum itu
sekarang tertanam di dalamnya. Sewaktu hamil, yang secara normal berlangsung
selama kira-kira 40 minggu, uterus bertambah besar, dindingnya menjadi tipis tetapi
lebih kuat dan membesar sampai keluar pelvis masuk ke dalam rongga ebdomen pada
masa pertumbuhan fetus.
Pada waktu saatnya tiba dan mulas tanda melahirkan mulai, uterus
berkontraksi secara ritmis dan mendorong bayi dan plasenta keluar kemudian kembali
ke ukuran normalnya melalui proses yang dikenal sebagai involusi.
(Evelyn C. Pearce, 1986, hal 259 261)

D. Etiologi dan Faktor Resiko


1. Etiologi pasti belum diketahui
2. Peningkatan reseptor estrogen-progesteron pada jaringan mioma uteri
mempengarui pertumbuhan tumor
3. Faktor predisposisi yang bersifat herediter, telah diidentifikasi kromosom
yang membawa 145 gen yang diperkirakan berpengaruh pada pertumbuhan
fibroid. Sebagian ahli mengatakan bahwa fibroid uteri diwariskan dari gen sisi
paternal.
4. Mioma biasanya membesar pada saat kehamilan dan mengecil setelah
menopause jarang ditemukan sebelum menarke (Crum, 2005).

Faktor Risiko terjadinya mioma uteri yaitu:


1. Usia penderita
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia reproduksi dan sekitar
40%-50% pada wanita usia di atas 40 tahun (Suhatno, 2007). Mioma uteri
jarang ditemukan sebelum menarke (sebelum mendapatkan haid). Sedangkan
pada wanita menopause mioma uteri ditemukan sebesar 10% (Joedosaputro,
2005).
2. Hormon endogen (Endogenous Hormonal)
Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi daripada jaringan
miometrium normal. (Djuwantono, 2005)
3. Riwayat Keluarga
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita mioma uteri
mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma dibandingkan
dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri. (Parker, 2007)
4. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. (Parker, 2007)
5. Makanan
Dilaporkan bahwa daging sapi, daging setengah matang (red meat), dan
daging babi menigkatkan insiden mioma uteri, namun sayuran hijau
menurunkan insiden mioma uteri (Parker, 2007).
6. Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar
esterogen dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Hal ini
mempercepat pembesaran mioma uteri (Manuaba, 2003).
7. Paritas
Mioma uteri lebih banyak terjadi pada wanita dengan multipara dibandingkan
dengan wanita yang mempunyai riwayat frekuensi melahirkan 1 (satu) atau 2
(dua) kali (Khashaeva, 1992).

E. Manifestasi klinis
Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat mioma, besarnya tumor,
perubahan dan komplikasi

yang terjadi. Gejala yang mungkin timbul

diantaranya:
1. Perdarahan abnormal, berupa hipermenore, menoragia dan metroragia.
Faktor-faktor yang menyebabkan perdarahan antara lain:

Terjadinya

hiperplasia

endometrium

sampai

adenokarsinoma

endometrium karena pengaruh ovarium

Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasanya

Atrofi endometrium di atas mioma submukosum

Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya mioma di


antara serabut miometrium

2. Rasa nyeri yang mungkin timbul karena gangguan sirkulasi darah pada
sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Nyeri
terutama saat menstruasi
3. Pembesaran perut bagian bawah
4. Uterus membesar merata
5. Infertilitas
6. Perdarahan setelah bersenggama
7. Dismenore
8. Abortus berulang
9. Poliuri, retention urine, konstipasi serta edema tungkai dan nyeri panggul.
(Chelmow, 2005)

F. Klasifikasi
Mioma umumnya digolongkan berdasarkan lokasi dan ke arah mana mereka
tumbuh.Klasifikasinya sebagai berikut :
1. Mioma

intramural

merupakan

mioma

yang

paling

banyak

ditemukan. Sebagian besar tumbuh di antara lapisan uterus yang paling tebal
dan paling tengah, yaitu miometrium.

2. Mioma subserosa : merupakan mioma yang tumbuh keluar dari lapisan uterus
yang paling luar, yaitu serosa dan tumbuh ke arah rongga peritonium. Jenis
mioma ini bertangkai (pedunculated) atau memiliki dasar lebar. Apabila
terlepas dari induknya dan berjalan-jalan atau dapat menempel dalam rongga
peritoneum disebut wandering/parasitic fibroid Ditemukan kedua terbanyak.
3. Mioma submukosa : merupakan mioma yang tumbuh dari dinding uterus
paling dalam sehingga menonjol ke dalam uterus. Jenis ini juga dapat
bertangkai atau berdasarkan lebar. Dapat tumbuh bertangkai menjadi polip,
kemudian dilahirkan melalui saluran serviks, yang disebut mioma
geburt (Chelmow, 2005)

G. Patofisiologi
Ammature muscle cell nest dalam miometrium akan berproliferasi hal tersebut
diakibatkan oleh rangsangan hormon estrogen. ukuran myoma sangat bervariasi.
sangat sering ditemukan pada bagian body uterus (corporeal) tapi dapat juga
terjadi pada servik. Tumot subcutan dapat tumbuh diatas pembuluh darah
endometrium dan menyebabkan perdarahan. Bila tumbuh dengan sangat besar
tumor ini dapat menyebabkan penghambat terhadap uterus dan menyebabkan
perubahan rongga uterus. Pada beberapa keadaan tumor subcutan berkembang
menjadi bertangkai dan menonjol melalui vagina atau cervik yang dapat
menyebabkan terjadi infeksi atau ulserasi. Tumor fibroid sangat jarang bersifat
ganas, infertile mungkin terjadi akibat dari myoma yang mengobstruksi atau
menyebabkan kelainan bentuk uterus atau tuba falofii. Myoma pada badan uterus
dapat menyebabkan aborsi secara spontan, dan hal ini menyebabkan kecilnya
pembukaan cervik yang membuat bayi lahir sulit.

H. Pathway Myoma Uteri


MYOMA UTERI

Myoma Intramural

Myona Submukosusm

Tumbuh di dinding uterus

Myoma Sub serosum


Tumbuh keluar dinding
uterus

Berada di bawah
endometrium dan menonjol
ke dalam rongga uterus
Gejala/Tanda

Perdarahan
Suplai darah

Gg. Hematologi

Gg.Perfusi
Jaringan

Penurunan
Imun Tubuh

Pembesaran Uterus
Kurang
Pengetahuan

Penekanan
Syaraf

Gg. Sirkulasi

Cemas

Nekrosis
Radang

Resiko Infeksi
Nyeri Akut

Penekanan

Kandung Kencing

Uretra

Ureter

Rectum

Poliuri

Retensio Uri

Hidronefrosis

Obstipasi Tenesmus

Gangguan Eliminasi
Urin

Gangguan Eliminasi

I.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang yang dapat meningkatkan
akurasi diagnosis diantaranya :
1. Ultra Sonografi (USG), untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma,
ketebalan endometrium dan keadaan adneksa dalam rongga pelvis. Mioma
juga dapat dideteksi dengan Computerized Tomografi Scanning (CT scan)
ataupun Magnetic Resonance Image ( MRI), tetapi kedua pemeriksaan itu
lebih mahal.
2. Foto Bulk Nier Oversidth (BNO), Intra Vena Pielografi (IVP) pemeriksaaan
ini penting untuk menilai massa di rongga pelvis serta menilai fungsi ginjal
dan perjalanan ureter.
3. Histerografi dan histerokopi untuk menilai pasien mioma submukosa disertai
dengan infertilitas.
4. Laparoskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
5. Laboratorium: hitung darah lengkap dan apusan darah, untuk menilai kadar
hemoglobin dan hematokrit serta jumlah leukosit.
6. Tes kehamilan adalah untuk tes hormon Chorionic gonadotropin, karena bisa
membantu dalam mengevaluasi suatu pembesaran uterus, apakah oleh karena
kehamilan atau oleh karena adanya suatu mioma uteri yang dapat
menyebabkan pembesaran uterus menyerupai kehamilan.

J.

Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada mioma uteri secara umum, yaitu:
1. Degenerasi ganas
Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan
apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.
2. Torsi (putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan
sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadi
sindrom abdomen akut.

I.

Penatalaksanaan Medis
1.

Penanganan mioma menurut usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor


Penanganan mioma uteri tergantung pada usia, paritas, lokasi dan ukuran
tumor, dan terbagi atas :
a. Penanganan konservatif
Cara penanganan konservatif dapat dilakukan sebagai berikut :
1) Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6
bulan.
2) Monitor keadaan Hb
3) Pemberian zat besi
4) Penggunaan agonis GnRH untuk mengurangi ukuran mioma
b. Penanganan operatif
Intervensi operasi atau pembedahan pada penderita mioma uteri adalah
1) Perdarahan uterus abnormal yang menyebabkan penderita anemia
2) Nyeri pelvis yang hebat
3) Ketidakmampuan untuk mengevaluasi adneksa (biasanya karena
mioma berukuran kehamilan 12 minggu atau sebesar tinju dewasa)
4) Gangguan buang air kecil (retensi urin)
5) Pertumbuhan mioma setelah menopause
6) Infertilitas
7) Meningkatnya pertumbuhan mioma (Moore, 2001).
Jenis operasi yang dilakukan pada mioma uteri dapat berupa :
a. Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma tanpa pengangkatan
rahim/uterus (Rayburn, 2001). Miomektomi lebih sering di lakukan
pada penderita mioma uteri secara umum. Penatalaksanaan ini paling
disarankan kepada wanita yang belum memiliki keturunan setelah
penyebab lain disingkirkan (Chelmow, 2005).

b. Histerektomi
Histerektomi adalah tindakan operatif

yang dilakukan untuk

mengangkat rahim, baik sebagian (subtotal) tanpa serviks uteri


ataupun seluruhnya (total) berikut serviks uteri (Prawirohardjo, 2001).
Histerektomi dapat dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak
lagi, dan pada penderita yang memiliki mioma yang simptomatik atau
yang sudah bergejala. Ada dua cara histerektomi, yaitu :
1) Histerektomi abdominal, dilakukan bila tumor besar terutama
mioma intraligamenter, torsi dan akan dilakukan ooforektomi
2) Histerektomi vaginal, dilakukan bila tumor kecil (ukuran < uterus
gravid 12 minggu) atau disertai dengan kelainan di vagina
misalnya rektokel, sistokel atau enterokel (Callahan, 2005).
Kriteria menurut American College of Obstetricians Gynecologists
(ACOG) untuk histerektomi adalah sebagai berikut :
1) Terdapatnya 1 sampai 3 mioma asimptomatik atau yang dapat teraba
dari luar dan dikeluhkan oleh pasien.
2) Perdarahan uterus berlebihan, meliputi perdarahan yang banyak dan
bergumpal-gumpal atau berulang-ulang selama lebih dari 8 hari dan
anemia akibat kehilangan darah akut atau kronis.
3) Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma uteri meliputi nyeri hebat
dan akut, rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah yang
kronis dan penekanan pada vesika urinaria mengakibatkan frekuensi
miksi yang sering (Chelmow, 2005).
2.

Penatalaksanaan mioma uteri pada wanita hamil


Selama kehamilan, terapi awal yang memadai adalah tirah baring,
analgesia dan observasi terhadap mioma. Penatalaksanaan konservatif
selalu lebih disukai apabila janin imatur. Seksio sesarea merupakan
indikasi untuk kelahiran apabila mioma uteri menimbulkan kelainan letak
janin, inersia uteri atau obstruksi mekanik.

J.

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Data biografi pasien
2. Riwayat kesehatan saat ini, meliputi : keluhan utama masuk RS, faktor
pencetus, lamanya keluhan, timbulnya keluhan, faktor yang memperberat,
upaya yang dilakukan untuk mengatasi, dan diagnosis medik.
3. Riwayat kesehatan masa lalu, meliputi : penyakit yang pernah dialami,
riwayat alergi, imunisasi, kebiasaan merokok,minum kopi, obat-obatan dan
alkohol
4. Riwayat kesehatan keluarga
5. Pemeriksaan fisik umum dan keluhan yang dialami. Untuk pasien dengan
kanker servik, pemeriksaan fisik dan pengkajian keluhan lebih spesifik ke
arah pengkajian obstretri dan ginekologi, meliputi :

Riwayat kehamilan, meliputi : gangguan kehamilan, proses persalinan,


lama persalinan, tempat persalinan, masalah persalinan, masalah nifas
serta laktasi, masalah bayi dan keadaan anak saat ini

Pemeriksaan genetalia

Pemeriksaan payudara

Riwayat operasi ginekologi

Pemeriksaan pap smear

Usia menarche

Menopause

Masalah yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi

6. Kesehatan lingkungan/higiene
7. Aspek psikososial meliputi : pola pikir, persepsi diri, suasana hati,
hubungan/komunikasi, kebiasaan seksual, pertahanan koping, sistem nilai dan
kepercayaan dan tingkat perkembangan.
8. Data laboratorium dan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang lain
9. Terapi medis yang diberikan
10. Efek samping dan respon pasien terhadap terapi
11. Persepsi klien terhadap penyakitnya

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis (kanker serviks) dan agen
injuri fisik (jika dilakukan terapi pembedahan)
2. PK : Anemia
3. Cemas b.d krisis situasional (histerektomi atau kemoterapi), ancaman
terhadap konsep diri, perubahan dalam status kesehatan, stres,
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
faktor biologis (status hipermatebolik berkenaan dengan kanker) dan faktor
psikososial
5. Resiko infeksi dengan faktor resiko ketidakadekuatan pertahanan sekunder;
ketidakadekuatan pertahanan imun tubuh; imunosupresi (kemoterapi), dan
prosedur invasi
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penyakit;

keterbatasan

kognitif

(dilihat

dari

tingkat

pendidikan);

misinterpretasi dengan informasi yang diberikan ; dan tidak familiar dengan


sumber informasi
7. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan dan perubahan
perkembangan penyakit
8. Gangguan eliminasi fekal : Konstipasi b.d menurunnya mobilitas intestinal
9. Retensi urin b.d penekanan yang keras pada uretra

L. RENCANA KEPERAWATAN (NIC, NOC)

No.
1

Diagnosa Keperawatan
Nyeri

akut

NOC

berhubungan Setelah

NIC

dilakukan

asuhan 3. Kaji tingkat nyeri, lokasi

dengan agen injuri biologi keperawatan, diharapkan nyeri


(distensi

jaringan

oleh inflamasi)

dan karasteristik nyeri.

intestinal klien berkurang dengan kriteria 4. Jelaskan


hasil:
Klien

pada

pasien

tentang penyebab nyeri


mampu

mengontrol 5. Ajarkan

tehnik

nyeri (tahu penyebab nyeri,

pernafasan

mampu menggunakan tehnik

lambat / napas dalam

untuk

diafragmatik

untuk 6. Berikan aktivitas hiburan

nonfarmakologi

mengurangi nyeri, mencari

(ngobrol dengan anggota

bantuan)

keluarga)

Melaporkan

bahwa

dengan 8. Kolaborasi

berkurang
menggunakan

nyeri 7. Observasi tanda-tanda vital

manajemen

Tanda vital dalam rentang


normal
TD (systole 110-130mmHg,
70-90mmHg),

HR(60-100x/menit), RR (1624x/menit),

suhu

(36,5-

37,50C)
Klien tampak rileks mampu
tidur/istirahat

dalam

analgetik

nyeri

diastole

medis

dengan

tim

pemberian

POST OPERASI
No.
1

Diagnosa Keperawatan
Nyeri

berhubungan

NOC

dengan Setelah

dilakukan

agen injuri fisik (luka insisi keperawatann


post operasi appenditomi).

NIC

kepada

asuhan Menurunkan cemas:


pasien 1. Tenangkan pasien dan

selama ... x 24 jam, diharapkan

kaji tingkat kecemasan

pasien dapat mengkontrol cemas

pasien

dengan

kriteria

hasil

sebagai 2. Berusaha

berikut:

keadaan

Perawat memonitor

tingkat

kecemasan pasien
Klien

mampu

menurunkan

memahami
pasien

(rasa

empati)
3. Berikan

informasi

tentang

diagnosa,

penyebab-penyebab

prognosis dan tindakan

kecemasan

dengan komunikasi yang

Perawat dan keluarga dapat

stimulus 4. Mendampingi

menurunkan
lingkungan

ketika

pasien

untuk

mampu

mencari

informasi tentang hal-hal yang

pasien

mengurangi

kecemasan

cemas
Klien

baik

dan

meningkatkan
kenyamanan

untuk 5. Dorong pasien untuk


menyampaikan tentang
menurunkan kecemasan
isi perasaannya
Klien melaporkan kepada
hubungan
perawat penurunan kecemasan 6. Ciptakan
dapat

dilakukan

Klien

melaporkan

kepada

saling percaya

perawat tidur cukup, tidak ada 7. Bantu pasien untuk


mengungkapkan hal hal
keluhan
fisik
akibat
kecemasan, dan tidak ada

yang membuat cemas

perilaku yang menunjukkan

dan dengarkan dengan

kecemasan

penuh perhatian
8. Ajarkan pasien teknik
relaksasi

9. Anjurkan pasien untuk


meningkatkan
dan berdoa

ibadah

DAFTAR PUSTAKA

Achadiat CM. 2004. Prosedur tetap Obstetri dan ginekologi. Jakarta : EGC
Callahan MD MPP, Tamara L. 2005. Benign Disorders of the Upper Genital Tract in
Blueprints Obstetrics & Gynecology. Boston : Blackwell Publishing,
Chelmow.D.2005.GynecologicMyomectomy Http://www.emedicine.com/med/topic331
9.html.
Crum MD, Christopher P & Kenneth R. Lee MD. 2003. Tumors of the Myometrium in
Diagnostic Gynecologic and Obstetric Pathology. Boston : Elsevier Saunders
Djuwantono T. 2004. Terapi GnRH Agonis Sebelum Histerektomi atau Miomektomi.
Farmacia. Vol III NO. 12. Juli 2004. Jakarta
Hart MD FRCS FRCOG, David McKay. 2000. Fibroids in Gynaecology Illustrated.
London : Churchill Livingstone.
Joedosapoetro MS. 2003. Ilmu Kandungan. Wiknjosastro H, Saifudin AB, Rachimhadi
T. Editor. Edisi Ke-2. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Manuaba IBG. 2003. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetric dan Ginekologi. Edisi 2.
Jakarta : EGC
Moore JG. 2001. Essensial obstetri dan ginekologi. Edisi 2. Jakarta : Hipokrates
Panay BSc MRCOG MFFP, Nick et al. 2004. Fibroids in Obstetrics and Gynaecology.
London : Mosby
Parker WH. 2007. Etiology, Symptomatology and Diagnosis of Uterine Myomas.
Volume 87. Department of Obstetrics and gynecology UCLA School of Medicine.
California : American Society for Reproductive Medicine
Rayburn WF. 2001. Obstetri dan Ginekologi. Alih Bahasa: H. TMA Chalik. Jakata.
Widya Medika,

Anda mungkin juga menyukai