Anda di halaman 1dari 8

BAB III

METODE KERJA

A. Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini ialah erlenmeyer 1000 mL,
magnetic stirrer, mikropipet, pipet volume 5 mL, spektrofotometer, stirrer , Tablet
Dissulotion Test Apparatus, termometer dan vial.
B. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini ialah aquadest, dapar
fosfat pH 5,8 , parasetamol murni dan tablet parasetamol.
C. Cara Kerja
1.

Pembuatan Larutan Baku


Ditimbang 50 mg Parasetamol murni, dimasukkan ke dalam Labu Ukur 50
mL dan tambakan Aquadest hingga tanda garis dan dihomogenkan.Untuk
membuat 150 ppm, 200 ppm, 250 ppm, 350 ppm, dan 450 ppm. Dipipet
masing-masing 1500 L, 2000 L ,2500L, 3500 L, dan 4500
L.Dimasukkan kedalam Labu Ukur 50 mL dan ditambakan Aquadest hingga
tanda

garis.Dihomogenkan

Kemudian

diukur

Absorbanya

dengan

menggunakan Spektrofotometer.
2.

Pengaruh Suhu dan Pengadukan terhadap Kecepatan Disolusi Zat


a. Menggunakan Alat Disolusi Tablet Dissulotion Test Apparatus
Disiapkan alat dan bahan kemudian disiapkan alat uji disolusi dan
dimasukkan 900 ml dapar fosfat pH 5,8 pada medium dan dimasukkan

tablet paracetamol ke dalam medium pada suhu 37oC lalu dilakukan


pengadukan dengan kecepatan 50 rpm , tiap 5 menit dipipet sebanyak 5
mL dan diganti dengan medium baru sebanyak 5 mL. Dilakukan
percobaan tersebut sampai menit ke 30 dan sampel yang dipipet diukur
absorbannya

pada

panjang

gelombang

290

nm

menggunakan

spektofotometer.
b. Menggunakan Stirrer
Disiapkan alat dan bahan kemudian disiapkan alat uji disolusi
dengan menggunakan stirrer dan dimasukkan 900 ml dapar fosfat pH 5,8
pada medium. Diukur suhu medium hingga 40oC dengan thermometer,
setelah suhu

40oC tercapai dimasukkan tablet paracetamol ke dalam

medium lalu dilakukan pengadukan dengan magnetic stirrer. Pada tiap 5


menit dipipet sebanyak 5 mL dan diganti dengan medium baru sebanyak
5 mL. Dilakukan percobaan tersebut sampai menit ke 30 dan sampel yang
dipipet

diukur

absorbannya

pada

panjang

gelombang 290

menggunakan spektofotometer. Dan dilakukan juga pada suhu 50oC.

nm

BAB IV

HASI DAN PEMBAHASAN


A. Hasil
Tabel Pengamatan dan perhitungan
1. Kurva Baku
[ ] ppm

Absorban

150

0,288

200

0,393

250

0,476

350

0,679

450

0,849

2. Penentuuan kecepatan disolusi dengan alat uji disolusi


Kadar
Kadar
Kadar
% Kadar
%
absorban absorban absorban dalam 900
Absorban
Faktor Terkoreksi
Menit
dalam
dalam
dalam
ml
(ppm)
Koreksi
atau
5ml
5ml
900ml
(sebelum
terdisosiasi
(ppm)
(mg)
(mg)
terkoreksi)
10
0,101
89
0,445
80,1
8,9 %
0
8,9
20

0,156

144

0,720

129,6

14,4 %

0,049

14,449

30

0,241

229

0,145

206,1

22,9 %

0,1298

23,0298

3. Pengaruh suhu 400C terhadap kecepatan disolusi dengan stirrer

Kadar
Kadar
Kadar
% Kadar
%
absorban absorban absorban dalam 900
Absorban
Faktor Terkoreksi
Menit
dalam
dalam
dalam
ml
(ppm)
Koreksi
atau
5ml
5ml
900ml
(sebelum
terdisosiasi
(ppm)
(mg)
(mg)
terkoreksi)
10
1,086
1074
5,37
966,9
18,9 %
0
18,9
20

0,033

21

0,105

18,9

2,1 %

0,105

2,149

30

1,132

1120

5,6

1008

112 %

0,1167

112,1298

4. Pengaruh suhu 500C terhadap kecepatan disolusi dengan stirrer


Kadar
Kadar
Kadar
% Kadar
%
absorban absorban absorban dalam 900
Absorban
Faktor Terkoreksi
Menit
dalam
dalam
dalam
ml
(ppm)
Koreksi
atau
5ml
5ml
900ml
(sebelum
terdisosiasi
(ppm)
(mg)
(mg)
terkoreksi)
10
0,036
24
0,12
21,6
2,4
0
2,4
20

0,045

33

0,165

29,7

3,3

0,013

3,349

30

0,064

52

0,26

46,8

5,2

0,0314

5,3298

B. Pembahasan
Disolusi adalah proses pelarutan senyawa aktif dari bentuk sediaan padat
dalam media pelarut. Pelarut suatu zat aktif sangat penting artinya karena
ketersediaan obat sangat tergantung dari kemampuan zat tersebut melarut dalam
media pelarut sebelum diserap ke dalam tubuh. Sediaan obat yang harus diuji
disolusinya adalah bentuk padat atau semi padat yaitu tablet, kapsul dan salep.
Adapun tujuan praktikum ini adalah untuk menentukan kecepatan disolusi
suatu zat, menggunakan alat penentuan kecepatan disolusi suatu zat, dan
menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan disolusi suatu zat .

Pada praktikum ini dilakukan uji disolusi dengan menggunakan Tablet


Dissulotion Test Apparatus, cara kerja adalah disiapkan alat dan bahan kemudian
disiapkan alat uji disolusi dan dimasukkan 900 ml dapar fosfat pH 5,8 pada
medium dan dimasukkan tablet paracetamol ke dalam medium pada suhu 37oC
lalu dilakukan pengadukan dengan kecepatan 50 rpm , tiap 5 menit dipipet
sebanyak 5 mL dan diganti dengan medium baru sebanyak 5 mL. Dilakukan
percobaan tersebut sampai menit ke 30 dan sampel yang dipipet diukur
absorbannya pada panjang gelombang 290 nm menggunakan spektofotometer.
Yang kedua dengan menggunakan Stirrer, cara kerjanya adalahd isiapkan
alat dan bahan kemudian disiapkan alat uji disolusi dengan menggunakan stirrer
dan dimasukkan 900 ml dapar fosfat pH 5,8 pada medium. Diukur suhu medium
hingga 40oC dengan thermometer, setelah suhu 40oC tercapai dimasukkan tablet
paracetamol ke dalam medium lalu dilakukan pengadukan dengan magnetic
stirrer. Pada tiap 5 menit dipipet sebanyak 5 mL dan diganti dengan medium baru
sebanyak 5 mL. Dilakukan percobaan tersebut sampai menit ke 30 dan sampel
yang dipipet diukur absorbannya pada panjang gelombang 290 nm menggunakan
spektofotometer. Dan dilakukan juga pada suhu 50oC.

Pada praktikum ini digunakan dapar fosfat sebagai media disolusi karena
mengingat kelarutan dari obat yang digunakan. Adapun volume dari labu disolusi
yang digunakan adalah 900 ml. Hal ini dianalogikan terhadap suatu gelembung
udara, maka gelembung udara tersebut akan masuk ke pori-pori dan bekerja
sebagai barier pada interfase sehingga mengganggu disolusi obat. Adapun suhu

yang digunakan, dipertahankan 37 C, dengan maksud agar sesuai dengan suhu


fisiologis suhu tubuh manusia. Hal ini sebagai pembanding jika obat tersebut
berada dalam tubuh manusia. Selain itu alat disolusi juga diatur kecepatan
putarannya sebesar 50 rpm karena ini diumpamakan sebagai kecepatan gerak
peristaltik lambung. Dan digunakan suhu 40oC dan 50oC serta menggunakan
stirrer adalah untuk mengetahu pengaruh dari kedua factor tersebut terhadap
kecepatan disolusi suatu obat.
Hasil yang diperoleh yaitu tablet paracetamol dalam waktu 30 menit tablet
PCT hanya mampu terdisolusi 23,0298 % hal ini tidak sesuai dengan syarat
disolusi PCT bahwa dalam waktu 30 menit tidak boleh kurang dari 80%
paracetamol yang terdisolusi.
Adapun faktor kesalahan yang terjadi disebabkan karena kesalahan pada
metode yang digunakan yaitu metode keranjang yang seharusnya digunakan
metode dayung karena kita ketahui paracetamol merupakan golongan obat tidak
bersalut.
Uji disolusi dapat digunakan untuk menentukan persentasi ketersediaan
obat dalam sirkulasi sistemik pada waktu tertentu, hal ini berhubungan dengan
bio-availabilitas yang dapat menjadi parameter efikasi (kemanjuran) dan mutu
suatu produk obat.
Ada tiga kegunaan uji disolusi yaitu menjamin keseragaman satu batch,
menjamin bahwa obat akan memberikan efek terapi yang diinginkan, dan Uji
disolusi diperlukan dalam rangka pengembangan suatu obat baru. Obat yang telah
memenuhi persyaratan keseragaman bobot, kekerasan, kerenyahan, waktu hancur

dan penetapan kadar zat berkhasiat belum dapat menjamin bahwa suatu obat
memenuhi efek terapi, karena itu uji disolusi harus dilakukan pada setiap produksi
tablet.
Selain itu Faktor-faktor kesalahan yang mungkin mempengaruhi hasil
yang diperoleh antara lain :

Suhu larutan disolusi yang tidak konstan.

Ketidaktepatan jumlah dari medium disolusi, setelah dipipet beberapa


ml.

Terjadi kesalahan pengukuran pada waktu pengambilan sampel


menggunakan pipet volume.

Dalam bidang farmasi, penentuan kecepatan disolusi suatu zat perlu


dilakukan karena kecepatan disolusi merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi absorpsi obat disamping membantu memprediksi kecepatan
absorpsi obat didalam tubuh.

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan dan perhitungan dapat disimpulkan bahwa :


1.

Hasil yang diperoleh yaitu tablet paracetamol dalam waktu 30 menit tablet
PCT pada suhu 37oC hanya mampu terdisolusi 23,0298 % hal ini tidak sesuai
dengan syarat disolusi PCT bahwa dalam waktu 30 menit tidak boleh kurang
dari 80% parasetamol yang terdisolusi.

2.

Pengaruh suhu dan pengadukan sangat mempengaruhi kecepatan disolusi


obat parasetamol.

B. SARAN
Sebaiknya para praktikan mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan
dengan praktikum (alat, bahan, dan atribut) dengan baik dan tidak membuat
keributan saat berada di dalam laboratorium.

Anda mungkin juga menyukai