PENDAHULUAN
BAB 2
LAPORAN KASUS
2.1 IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn.M
MR : 05.40.36
Usia
: 11 tahun
Ruangan : RBP
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
Tanggal Masuk
: 02 Januari 2014
Tanggal keluar
: 05 Januari 2014
Masuk Pukul
: 18.45 Wib
Pekerjaan
: Siswa
Agama
: Islam
2.2 ANAMNESA
1. Keluhan Utama
2. Keluhan Tambahan
: Normocephal
b. Mata
Konjungtiva/Sklera
Kornea
Pupil
c. THT
Telinga
Bibir
Hidung
Tenggorokan
d. Leher
ada luka
e. Thoraks
Bentuk
Pergerakan
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
g. Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
h. Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Hepar
Lien
Perkusi
Feel
Neuro
oposisi jari I), N. ulnaris baik (dibuktikan dengan fleksi, ekstensi dan
abduksi jari II, III, IV dan V, adduksi jari I, II, III, IV dan V)
- Sensorik :Nyeri (+), dibuktikan dengan menggunakan jarum. Taktil
(+), dibuktikan dengan sentuhan halus menggunakan kapas.
Membedakan dua titik (+), dibuktikan dengan menggunakan clip
yang dibentuk seperti huruf V dengan jarak 0,5 cm.
Vaskular
Move
Pronasi
Supinasi
Fleksi
Ekstensi
Aktif
Pasif
Nilai normal
1-5 menit
5-11 menit
Hasil
2 menit
9 menit
4-11x103 /mm3
P : 4,5- 5,5 106 /mm3
L : 13 18
L : 37 47
150.000 400.000
L < 15 mm/jam
3900
4,53
11,1
37
294.000
10
Resume
Nyeri pada tangan kiri pasca jatuh dari pohon kelapa 1 jam SMRS dengan
ketinggian 7m, disertai luka terbuka dengan tulang menonjol di bagian
pergelangan tangan kiri. Keadaan umum tampak sakit sedang dengan kesadaran
compos mentis. Tekanan darah 110/70 , nadi 88x/mnt, pernapasan 22 x/mnt, suhu
36,2o, status lokalis tampak luka terbuka dan tulang menonjol keluar. Tangan kiri
kaku tidak bisa digerakan.
2.4 DIAGNOSIS
Open fraktur os radius ulna sinistra 1/3 distal (fr. Colles wrist joint sinistra)
2.5 PENATALAKSANAAN
1. Telah dilakukan heacting situasi di IGD RSUD Cut Meutia pada tanggal
2/1/14
2. Pada tgl 3/1/14 dilakukan debridement + reposisi + immobilisasi dengan
backslab
foto antebrachii AP lateral sinistra tanggal 2/1/14
Ahli Anestesi
Cara Pembiusan
: General Anestesi
Diagnosis
: Fraktur Colles
Macam Operasi
Laporan Kasus :
Pasien terlentang dengan General anestesi
Insisi pada antebrachii tepatnya di regio wrist joint sinistra
Didapatkan fraktur 1/3 distal radius ulna
Dilakukan debridement dicuci berulang kali dengan perhidrol dan alkohol 70%
Dilakukan reposisi
Cek stabilitas distal radial ulna joint
Jahit lapis demi lapis
Kulit subkutis
Dilakukan immobilisasi by backslab dan diperban elastis
Operasi selesai
Instruksi Pasca operasi
RL 20 tetes/menit
Inj. Fosfomisin/12 jam
Inj. Kalnex/12 jam
Inj. Ketorolac/ 8jam
Inj. Tramadol kp (GV setiap hari)
Follow up
Tanggal
3/1/14
Subjektif
Os demam post
op (+), muntah
(+), nyeri di
tempat op (+),
perban basah
(+), perdarahan
(-), BAB/BAK
(dbn)
Objektif
KU: lemah
Kes: CM
TD: 100/60
HR: 90/i
RR: 23/i
Suhu: 38,5C
Analisis
Fr.colles
Perencanaan
IVFD RL 30 tetes/ I
Injeksi
Ranitidin/12 jam
Fosfomisin/12
jam
Kalnex/12 jam
Ketorolac/8jam
Ondansetron/12
jam
Paracetamol 3 x
500 mg
4/1/14
Demam (-),
nyeri berkurang,
luka bagus (+),
mual muntah (-),
BAB/BAK (dbn)
KU: lemah
Kes: CM
TD: 110/70
HR: 84/i
RR: 22/i
Suhu: 37,6C
Fr.colles
IVFD RL 20 tetes/ I
Injeksi
Ranitidin/12 jam
Fosfomisin/12
jam
Kalnex/12 jam
Ketorolac/8jam
Paracetamol 3 x
500 mg
5/1/14
Os demam(-),
nyeri semakin
berkurang(+),
nafsu makan(+),
luka kering (+)
BAB/BAK (dbn)
KU:stabil
Kes: CM
TD: 100/60
HR: 92/i
RR: 22/i
Suhu: 37C
Fr.colles
Os boleh PBJ
kontrol ke poli bedah/
minggu
gips dipertahankan
sampai 3 minggu.
R/oral (+)
Paracetamol 3x500mg
Amoksilin 2x250mg
Vit.C 2x50mg
2.6 KOMPLIKASI
Tidak ditemukan adanya komplikasi.
2.7 PROGNOSIS
Ad vitam
: dubia ad bonam
Ad sanationam
: dubia ad bonam
Ad fungtional
: dubia ad bonam
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Anatomi Antebrakhii Distal
segitiga, yang melekat pada ligamen kolateral ulna. Ligamen kolateral ulna
bersama dengan meniskus homolognya dan diskus artikularis bersama ligament
radioulnar dorsal dan volar, yang kesemuanya menghubungkan radius dan ulna,
disebut kompleks rawan fibroid triangularis (TFCC = triangular fibro cartilage
complex) (Sjamsuhidayat & de Jong, 1998).
Gerakan sendi radiokarpal adalah fleksi dan ekstensi pergelangan tangan serta
gerakan deviasi radius dan ulna. Gerakan fleksi dan ekstensi dapat mencapai 90
derajat oleh karena adanya dua sendi yang bergerak yaitu sendi radiolunatum dan
sendi lunatum-kapitatum dan sendi lain di korpus. Gerakan pada sendi radioulnar
distal adalah gerak rotasi. (Sjamsuhidayat & de Jong, 1998)
Gambar 1a. Sudut normal sendi radiokarpal di bagian ventral (tampak lateral)
Gambar 1b. Sudut normal yang dibentuk oleh ulna terhadap sendi radiokarpal
distal,
karena
kegagalan
atau
reduksi
inkomplit
yang
tidak
3.2 Definisi
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang
rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial. Bila trauma terjadi
pada atau dekat persendian, mungkin terdapat fraktur pada tulang disertai
dislokasi sendi yang disebut fraktur dislokasi. Dislokasi adalah keadaan tulang
yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara anatomis. Kebanyakan
fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan terutama tekanan
membengkok, memutar dan tarikan.
Fraktur Colles adalah fraktur radius bagian distal (sampai 1 inchi dari
ujung distal) dengan angulasi ke posterior, dislokasi ke posterior, dan deviasi
fragmen distal ke radial; dapat bersifat kominutiva dan dapat disertai fraktur
prosesus stiloid ulna. Dislokasi ini menyebabkan bentuk lengan bawah dan tangan
bila dilihat dari samping menyerupai bentuk garpu( dinner-fork deformity).
Abraham Colles adalah orang yang pertama kali mendeskripsikan fraktur
radius distalis pada tahun 1814 dan sekarang dikenal dengan nama fraktur Colles
(Armis, 2000). Cedera yang digambarkan oleh Abraham Colles pada tahun 1814
adalah fraktur melintang pada radius tepat di atas pergelangan tangan, dengan
pergeseran dorsal fragmen distal. Sejak saat itu fraktur jenis ini diberi nama
sebagai fraktur Colles sesuai dengan nama Abraham Colles. Biasanya penderita
jatuh terpeleset sedang tangan berusaha menahan badan dalam posisi terbuka dan
pronasi. Gaya akan diteruskan ke daerah metafisis radius distal yang akan
menyebabkan patah radius 1/3 distal di mana garis patah berjarak 2 cm dari
permukaan persendian pergelangan tangan.
Fraktur Colles
3.3 Epidemiologi
Fraktur distal radius terutama fraktur Colles lebih sering ditemukan pada
wanita, dan jarang ditemui sebelum umur 50 tahun (Clancey, 1984; Cooney,
1982). Secara umum insidennya kira-kira 8 15% dari seluruh fraktur dan
diterapi di ruang gawat darurat. Dari suatu survey epidemiologi yang dilakukan di
Swedia, didapatkan angka 74,5% dari seluruh fraktur pada lengan bawah
merupakan fraktur distal radius (Cooney,1980). Umur di atas 50 tahun pria dan
wanita 1 berbanding 5. Sebelum umur 50 tahun, insiden pada pria dan wanita
lebih kurang sama di mana fraktur Colles lebih kurang 60% dari seluruh fraktur
radius (Cooney,1980). Sisi kanan lebih sering dari sisi kiri. Angka kejadian ratarata pertahun 0,98%. Usia terbanyak dikenai adalah antara umur 50 59 tahun
(Dias dkk, 1980; Sarmiento dkk, 1980).
3.4 Patofisiologi
Trauma yang menyebabkan fraktur di daerah pergelangan tangan biasanya
merupakan trauma langsung, yaitu jatuh pada permukaan tangan sebelah volar
atau dorsal. Jatuh pada permukaan tangan sebelah volar menyebabkan dislokasi
fragmen fraktur sebelah distal ke arah dorsal. Dislokasi ini menyebabkan bentuk
lengan bawah dan tangan bila dilihat dari samping menyerupai garpu, seperti yang
terjadi pada fraktur Colles.
distal radius, hingga dapat menimbulkan patah tulang pada daerah yang lemah
yaitu antara batas tulang kortikal dan tulang spongiosa.
Pada saat jatuh terpeleset, posisi tangan berusaha untuk menahan badan
dalam posisi terbuka dan pronasi. Lalu dengan terjadinya benturan yang kuat,
gaya akan diteruskan ke daerah metafisis radius distal dan mungkin akan
menyebabkan patah radius 1/3 distal di mana garis patah berjarak 2 cm dari
permukaan persendian pergelangan tangan Sehingga tulang yang kemungkinan
mengalami fratur
Dengan posisi tangan pada saat jatuh seperti gambar di atas, maka gaya
yang kuat akan berlawanan arah ke daerah pergelangan tangan. Dan seperti yang
telah disebutkan sebelumnya bahwa yang mungkin mengalami fraktur adalah
distal radius sebab dilihat dari struktur jaringannya saja tulang daerah tersebut
memang rawan patah.
3.5 Diagnosis Klinis
Biasanya penderita mengeluh deformitas pada pergelangan tangan dengan
adanya riwayat trauma sebelumnya. Pada penemuan klinis untuk fraktur distal
radius terutama fraktur Colles akan memberikan gambaran klinis yang klasik
berupa dinner fork deformity atau silver fork deformity, yaitu bagian distal
fragmen fraktur beranjak ke arah dorsal dan radial, bagian distal ulna menonjol ke
arah volar, sementara tangan biasanya dalam posisi pronasi, dan gerakan aktif
pada pergelangan tangan tidak dapat dilakukan. Selain itu juga didapatkan
kekakuan, gerakan yang bebas terbatas, dan pembengkakan di daerah yang
terkena, nyeri bila pergelangan tangan digerakkan.
fraktur
(Sjamsuhidayat
&
kominutif
de
Jong,
dan
mengetahui
1998).
Pada
letak
gambaran
persis
patahannya
radiologis
dapat
diklasifikasikan stabil dan instabil. Dikatakan stabil apabila hanya terjadi satu
garis patahan, dan instabil bila patahannya kominutif dan crushing dari tulang
cancellous.
Bila secara klinis ada atau diduga ada fraktur, maka harus dibuat 2 foto
tulang yang bersangkutan. Sebaiknya dibuat foto antero-posterior (AP) dan lateral.
Bila kedua proyeksi ini tidak dapat dibuat karena keadaan pasien yang tidak
mengizinkan, maka dibuat 2 proyeksi tegak lurus satu sama lain. Perlu diingat
bahwa bila hanya 1 proyeksi yang dibuat, ada kemungkinan fraktur tidak dapat
dilihat. Proyeksi tambahan oblik biasanya juga dibutuhkan untuk menilai trauma
pada persendian. Pada fraktur ekstremitas, daerah yang difoto harus cukup luas
dengan mencakup setidaknya satu persendian. Namun, pemeriksaan radiologis
tulang yang berada di antara dua sendi sebaiknya mencakup keseluruhan panjang
tulang mulai dari persendian proksimal hingga persendian distal tulang tersebut.
Untuk melihat fraktur pada tulang radius bagian distal, khususnya fraktur Colles,
dibuat foto proyeksi AP dan lateral.
Pembentukan callus
Konsolidasi
Adanya komplikasi
Fraktur Smith
Fraktur Smith adalah fraktur radius bagian distal dengan angulasi atau
dislokasi fragmen distal ke voler. Fraktur Smith dikenal sebagai kebalikan dari
fraktur Colles. Jika fraktur Colles terjadi karena jatuh pada permukaan tangan
pada bagian volar, maka fraktur Smith terjadi karena seseorang jatuh pada
permukaan tangan bagian dorsal, sehingga terjadi dislokasi fragmen distal ke arah
volar. Gambaran klinisnya dikenal sebagai garden spade deformity.
2)
Fraktur Galeazzi
Fraktur Galeazzi adalah fraktur sepertiga distal radius dengan dislokasi
ulna bagian distal. Terjadinya fraktur ini biasanya akibat trauma langsung sisi
lateral ketika jatuh.
3)
Fraktur Barton
Fraktur Barton adalah fraktur oblik dari tulang radius distal intraartikuler,
dengan patahan distal radius terdislokasi ke arah volar (fraktur Barton volar) atau
ke arah dorsal (fraktur Barton dorsal). Fraktur Barton merupakan dislokasi sendi
radiocarpal.
DD
Fraktur Colles
Definisi
Manifestasi Klinis
Deformitas pada fraktur ini Fraktur
metafisis
berbentuk seperti sendok makan
distal radius dengan
(dinner fork deformity). Pasien
jarak _+ 2,5 cm dari
terjatuh dalam keadaan tangan
permukaan
sendi
terbuka dan pronasi, tubuh beserta
distal radius
lengan berputar ke ke dalam Dislokasi
fragmen
(endorotasi). Tangan terbuka yang
distalnya ke arah
terfiksasi di tanah berputar keluar
posterior/dorsal
(eksorotasi/supinasi).
Subluksasi
sendi
radioulnar distal
Avulsi
prosesus
stiloideus ulna.
Fraktur Smith
Fraktur
Galeazzi
Fraktur Barton
Penonjolan
dorsal
fragmen
proksimal,
fragmen distal di sisi
volar pergelangan, dan
deviasi ke radial (garden
spade deformity).
3.8
Penatalaksanaan
Fraktur tak bergeser (atau hanya sedikit sekali bergeser), fraktur dibebat
dalam slab gips yang dibalutkan sekitar dorsum lengan bawah dan pergelangan
tangan dan dibalut kuat dalam posisinya.
dengan erat dan traksi diterapkan di sepanjang tulang itu (kadang-kadang dengan
ekstensi pergelangan tangan untuk melepaskan fragmen; fragmen distal kemudian
didorong ke tempatnya dengan menekan kuat-kuat pada dorsum sambil
memanipulasi pergelangan tangan ke dalam fleksi, deviasi ulnar dan pronasi.
Reduksi : (a) pelepasan impaksi, (b) pronasi dan pergeseran ke depan, (c)
deviasiulnar. Pembebatan : (d) penggunaan sarung tangan, (b) slab gips yang
basah, (f) slab yang dibalutkan dan reduksi dipertahankan hingga gips mengeras.
Setelah 7-10 hari dilakukan pengambilan sinar X yang baru; pergeseran
ulang sering terjadi dan biasanya diterapi dengan reduksi ulang; sayangnya,
sekalipun manipulasi berhasil, pergeseran ulang sering terjadi lagi.
Fraktur menyatu dalam 6 minggu dan, sekalipun tak ada bukti penyatuan
secara radiologi, slab dapat dilepas dengan aman dan diganti dengan pembalut
kainkrepsementara.
(a) Film pasca reduksi, (b) gerakan-gerakan yang perlu dipraktekkan oleh pasien
secara teratur
Fraktur kominutif berat dan tak stabil tidak mungkin dipertahankan dengan
gips; untuk keadaan ini sebaiknya dilakukan fiksasi luar, dengan pen
proksimal yang mentransfiksi radius dan pen distal, sebaiknya mentransfiksi
dasar-dasar metakarpal kedua dan sepertiga. (Apley & Solomon, 1995)
Fraktur Colles, meskipun telah dirawat dengan baik, seringnya tetap
menyebabkan komplikasi jangka panjang. Karena itulah hanya fraktur Colles
tipe IA atau IB dan tipe IIA yang boleh ditangani oleh dokter IGD.
Selebihnya harus dirujuk sebagai kasus darurat dan diserahkan pada ahli
orthopedik. Dalam perawatannya, ada 3 hal prinsip yang perlu diketahui,
sebagai berikut :
2.
traps dan siku dielevasi sebanyak 90 derajat dalam keadaan fleksi. Beban seberat
8-10 pon digantungkan pada siku selama 5-10 menit atau sampai fragmen
disimpaksi.
3.
menggunakan ibu jari, dan sisi dorsal tekanan pada segmen proksimal
menggunakan jari-jari lainnya. Bila posisi yang benar telah didapatkan, maka
beban dapat diturunkan.
4.
telah tercapai posisi yang benar, dan juga pemeriksaan pada saraf medianusnya
7.
Setelah reduksi, tangan harus tetap dalam keadaan terangkat selama 72 jam
untuk mengurangi bengkak. Latihan gerak pada jari-jari dan bahu sebaiknya
dilakukan sedini mungkin dan pemeriksaan radiologik pada hari ketiga dan dua
minggu pasca trauma. Immobilisasi fraktur yang tak bergeser selama 4-6 minggu,
sedangkan untuk fraktur yang bergeser membutuhkan waktu 6-12 minggu.
BAB 4
KESIMPULAN
Fraktur radius distal merupakan 15% dari seluruh kejadian fraktur pada
dewasa. Abraham Colles adalah orang yang pertama kali mendeskripsikan fraktur
radius distalis pada tahun 1814 dan sekarang dikenal dengan nama fraktur Colles
(Armis, 2000). Biasanya penderita jatuh terpeleset sedang tangan berusaha
menahan badan dalam posisi terbuka dan pronasi. Gaya akan diteruskan ke daerah
metafisis radius distal yang akan menyebabkan patah radius 1/3 distal di mana
garis patah berjarak 2 cm dari permukaan persendian pergelangan tangan.
Kita dapat mengenali fraktur ini seperti halnya Colles jauh sebelum
radiografi diciptakan dengan sebutan deformitas garpu makan malam, yaitu
penonjolan punggung pergelangan tangan dan depresi di depan. Pada pasien
dengan sedikit deformitas mungkin hanya terdapat nyeri tekan lokal dan nyeri bila
pergelangan tangan digerakkan. (Apley & Solomon, 1995) Selain itu juga
didapatkan kekakuan, gerakan yang bebas terbatas, dan pembengkakan didaerah
yang kena.
Indikasi operasi:
Kominusi Dorsal lebih dari 50% dari dorsal ke palmar distance
Kominusi metafiseal Palmar
Initial dorsal tilt lebih dari 20
Pergeseran initial (fragment translation) lebih dari 1 cm
Pemendekan Initial lebih dari 5 mm
Disrupsi Intra-artikuler
Disertai Fraktur ulna
Osteoporosis massif
Komplikasi
Umumnya akan selalu ada komplikasi, komplikasi yang mungkin terjadi:
1. Dini
Kerusakan tendon
Redislokasi
2. Lanjut
Stiff hand
Suddeck atropi
DAFTAR PUSTAKA
Chairuddin.
Pengantar
Ilmu
Bedah
Ortopedi.
Edisi
2.
Huriawati,dkk.
Kamus
kedokteran
dorlan.
Jakarta:EGC.2002.Hal:876-77
http://radiology.rsna.org/content/219/1/11/F10.expansion.html
http://emedicine.medscape.com/article/398406.html
Edisi
29.