Spektrofotometri UV-Vis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kedelai merupakan sejenis tanaman perdu yang mempunyai tinggi
pada umumnya tidak mencapai 1 meter (Kanikus, 1989 dalam Hertina,
2013). Kulit buah kedelai berwarna cokelat dan berbulu. Nama ilmiah
kedelai dalah Glycine max (Lin.) Merril. Memiliki kandungan protein
kedelai cukup
tinggi
dengan
faktor
cerna
75-80%,
tetapi memiliki
banyak
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalh dari laporan
praktikum analisis pangan ini adalah berapa kadar vitamin B1 pada nugget
ampas tahu dan ampas susu kedelai ?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka
tujuan penulisan dari laporan praktikum analisis pangan ini adalah mengetahui
kadar vitamin B1 pada nugget ampas tahu dan ampas susu kedelai.
D. Manfaat
Memberikan informasi tentang kadar vitamin B1 yang terkandung
dalam nugget ampas tahu dan ampas susu kedelai.
2. Asumsi
Nugget ampas tahu dan susu kedelai yang digunakan diasumsikan bahwa
1) Proses pembuatan nugget ampas tahu dan ampas susu kedelai
dilakukan pada waktu yang sama.
2) Ampas tahu dan ampas susu kedelai berasal dari jenis kedelai yang
sama.
3. Pembatasan Masalah
a. Pada praktikum ini dilakukan penentuan kadar vitamin B1 pada
nugget ampas tahu dan ampas susu kedelai dengan menggunakan
metode spektroskopi UV-Vis dengan vitamin B1 sebagai standar
pembandingnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ampas Tahu
Ampas tahu merupakan hasil sampingan dalam pembuatan tahu yang
meliputi perendaman kedelai, penggilingan, pendidihan bubur kedelai dan
pengepresan (Tim Fatemeta IPB,
dengan berkembangnya industri tahu pada saat ini maka akan semakin
banyak ampas tahu yang dihasilkan. Masyarakat juga beranggapan
bahwa ampas tahu kurang bermanfaat dan sudah tidak mengandung gizi serta
tidak layak konsumsi. Jadi minat untuk memanfaatkan ampas tahu untuk
menjadi suatu produk olahan makanan yang bergizi serta ekonomis
masih sangat rendah sekali.
Ampas tahu memiliki tekstur lembek dengan kadar air yang tinggi
serta hanya mampu bertahan selama 24 jam, setelah itu ampas tahu
berangsur-angsur akan mengeluarkan bau busuk atau membentuk unsur
NH3. NH3 ini disebabkan oleh protein yang mengalami degradasi, sehingga
dapat memecah molekul komplek yaitu protein menjadi molekul yang lebih
sederhana. Degradasi ini membentuk gas NH3 yang berbau busuk. Selama
proses pembusukan, ampas tahu dapat memproduksi racun yang dikenal
dengan mikotoksin. Mikotoksin merupakan zat yang diproduksi oleh
kapang selama bahan makanan akibat proses fermentasi (Koswara, 1995
dalam Yuliani, 2013).
Prabowo dkk., (1983) dalam Yuliani (2013) menyatakan bahwa
protein ampas tahu mempunyai nilai biologis lebih tinggi daripada
protein biji kedelai dalam keadaan mentah, karena bahan ini berasal dari
kedelai yang telah dimasak. Kandungan senyawa pada ampas tahu yang
cukup berpotensi adalah sebagai sumber antioksidan alami. Antioksidan
berfungsi
sebagai pencegah
beberapa
penyakit
degeneratif
seperti
Kandungan
414 kkal
26,6 gr
18,3 gr
41,3 gr
19 mg
29 mg
4 mg
0 IU
0,2 mg
0 mg
makann (dietary fiber) dan dikenal paling rendah kandungan racun kimia
serta residu pestisidanya.
Pada proses pembuatan susu kedelai, kita akan memperoleh produk
samping berupa ampas susu kedelai yang berbentuk padatan hasil pemerasan
bubur kedelai. Pada umumnya berwarna putih kekuningan dan berbau khas
(langu), pada suhu kamar akan cepat rusak bila dibiarkan begitu saja di udara
terbuka. Ampas susu kedelai tersebut masih banyak mengandung zat gizi
yang diperlukan oleh tubuh seperti protein dari serat kedelai, tetapi dalam
industri pengolahan susu kedelai, hasil smaping ini biasanya masih terbatas
pemanfaatannya yakni hanya dijadikan sebagai pakan ternak dan bahkan
masih ada industri kecil yang sama sekali tidak memanfaatkannya.
Ketersediaan ampas susu kedelai pada saat ini sangat banyak seiring
menjamurnya home industri pembuatan susu kedelai, akibat tingginya
kesadaran masyarakat untuk hidup sehat. Kandungan gizi ampas susu kedelai
cukup tinggi dengan protein kasar 27,62%; lemak kasar 2,95%; BETN
52,66%; serat kasar 13,81% dan abu 2,96%, Ca 0,09%, P 0,04% (Hasil
laboratorium non ruminansia, 2009 dalam Muis, 2010). Sedangkan menurut
Hsieh dan Yang (2003) dalam Muis (2010), kandungan gizi ampas susu
kedelai adalah protein kasar 27,62%, lemak 5,52%, serat kasar 7,6%, dan
BETN 45,44%, serta mengandung asam amino lisin, metionin, dan vitamin
B1. Kandungan gizi ampas susu kedelai ini hamper sama dengan ampas tahu
karena berasal dari bahan baku yang sama, walaupun berasal dari proses yang
berbeda (Mariyono et al., 1997 dalam Muis, 2010).
C. Nugget
Nugget
merupakan
produk
olahan
siap
saji
yang
telah
dihidangkan
Standarisasi
dengan beragam
Nasional
(BSN)
bentuk
(2002) pada
dan
variasi. Badan
SNI.
01-6638-2002
Hal ini menunjukkan bahwa pada makanan segar, tiamin kurang stabil
terhadap panas jika dibandingkan dengan makanan kering.
Tiamin atau vitamin B1 merupakan kristal putih dengan bau yang
spesifik. Bersifat higroskopis dan bentuk anhidratnya dapat menyerap 4 %
air. Meleleh dan mengalami dekomposisi pada 248C. Struktur tiamin
hidroklorida (vitamin B1) dapat dilihat pada gambar (2).
10
yang
pemilihannya
tergantung
pada
bentuk
sediaan
dan
menghasilkan
tiokrom
yaitu
suatu
senyawa
yang
11
b) Metode kolorimetri
Dasar metode ini adalah reaksi antara tiamin yang telah
didiazotasi dengan 6-aminotimol yang akan memperpanjang kromofor
sehingga menimbulkan warna. Intensitas warna ini diukur dengan
melihat serapannya pada tertentu. Intensitas serapan ini akan sebanding
dengan kadar tiamin.
c) Metode asidi alkalimetri
Hidroklorida pada tiamin HCl dapat dititrasi dengan NaOH 0,1N
dengan menggunakan indikator brom timol biru.
d) Metode titrasi bebas air
Tiamin HCl dalam asam asetat glasial dapat dtitrasi dengan asam
perklorat jika sebelumnya ditambahkan Hg asetat berlebihan. Kedua
atom nitrogen tertitrasi maka berat ekivalennya setara dengan setengah
Bmnya.
e) Metode argentometri
Klorida pada tiamin HCl dapat ditetapkan secara argentometri.
Dengan penambahan AgNO3 maka ion klorida akan mengendap sebagai
AgCl2. Jumlah AgNO3 akan setara dengan jumlah CL- dengan demikian
setara juga dengan jumlah tiamin HCl.
f) Metode gravimetri
Tiamin dalam tablet dan dalam injeksi dapat ditetapkan secara
gravimetri
dengan
mengendapkan
larutan
tiamin
dengan
asam
silikowolframat.
12
E. Spektrofotometer UV-Vis
Metode analisis spektrometri adalah metode analisis yang paling
banyak dipakai di dalam Kimia analisis, khususnya pada spektra
elektromagnetik daerah ultraviolet dan tampak. Aplikasinya meliputi bidang
Kimia Klinik, Kimia Lingkungan dan bidang-bidang lain. Keuntungan dari
metode analisis spektrometri adalah peralatannya yang mudah didapat dan
biasanya cukup mudah dioperasikan. Prinsip metode analisis spektrometri
adalah larutan sampel menyerap radiasi elektromagnetik dan jumlah
intensitas radiasi yang diserap oleh larutan sampel dihubungkan dengan
konsentrasi analit (zat/unsur yang akan dianalisis) dalam larutan sampel.
13
menyerap
radiasi
dalam
daerah
UV-tampak
karena
mereka
14
Panjang
gelombang
dimana
terjadi
eksitasielektronik
yang
1. Instrumentasi
Instrument yang digunakan untuk mempelajari serapan atau emisi
radiasi elektromagnetik sebagai fungsi dari panjang gelombang disebut
spektrometer atau spektrofotometer. Spektrofotometer sesuai dengan
namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer.
Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang
gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya
yang ditransmisikan atau yang diarbsorbsi. Jadi spektrofotometer
digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut
ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang
gelombang.
Kelebihan spektrofotometer dibandingkan dengan fotometer
adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini
diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating ataupun celah
optis. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak
yang kontinyu, monokromator, sel pengarbsorbsi untuk larutan sampel
dan blangko ataupun pembanding.
15
Sumber
Sumber sinar polikromatis berfungsi sebagai sumber sinar
polikromatis dengan berbagai macam rentang panjang gelombang.
UV-VIS
menggunan
photodiode
yang
telah
dilengkapi
monokromator.
b. Monokromator
Monokromator
berfungsi
sebagai
penyeleksi
panjang
16
Macam-macam detektor :
Phototube
Hantaran foto
Dioda foto
17
Detektor panas
e. Read Out
Read out merupakan suatu sistem baca yang menangkap
besarnya isyarat listrik yang berasal dari detektor.
18
Gambar 6. Proses penyerapan cahaya oleh zat dalam sel sampel. dari gambar
terlihat bahwa zat sebelum melewati sel sampel lebih terang atau lebih banyak di
banding cahaya setelah melewati sel sampel
Cahaya yang diserap diukur sebagai absorbansi (A) sedangkan
cahaya yang hamburkan diukur sebagai transmitansi (T), dinyatakan
dengan hukum lambert-beer atau Hukum Beer, berbunyi:
Jumlah radiasi cahaya tampak (ultraviolet, inframerah dan
sebagainya) yang diserap atau ditransmisikan oleh suatu larutan
merupakan suatu fungsi eksponen dari konsentrasi zat dan tebal
larutan.
Berdasarkan hukum Lambert-Beer, rumus yang digunakan untuk
menghitung banyaknya cahaya yang hamburkan:
atau
Dan absorbansi dinyatakan dengan rumus :
Dimana :
A = absorbansi
19
yang
sering
menyebabkan
kesalahan
dalam
20
Bab III
METODE ANALISA
A. Sasaran Percobaan
Sasaran dalam percobaan ini adalah nugget yang berasal dari ampas
tahu dan ampas susu kedelai.
B. Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang dipakai dalam praktikum ini adalah
deskriptif kuantitatif.
C. Variabel Percobaan
Penentuan kadar vitamin pada nugget ampas tahu dan ampas susu kedelai
Variabel bebas
E. Sampel Percobaan
Sampel percobaan yang digunakan dalam prkatiku ini adalah nugget
yang terbuat dari ampas tahu dan ampas kedelai yang telah siap dimasak
artinya nugget tersebut masih dalam kondisi mentah.
21
Bahan :
Sampel berupa nugget ampas tahu dan ampas susu kedelai, standar vitamin
B1, aquades, HCl 0,1 N, NaOH 15%, K3Fe(CN)6 1%, KI 20%, n-butanol, dan
kertas saring.
G. Prosedur Percobaan
1. Preparasi sampel (Pembuatan Nugget)
Ampas tahu dan / ampas susu kedelai diletakkan dalam
baskom yang telah berisi 2 butir telur, setelah itu diaduk hingga rata.
Kemudian dimasukkan ayam cincang, wortel, brokoli, daun bawang,
dan daun bombay yang telah diiris halus, ditambah dengan bumbu
(bawang putih, garam, merica yang telah ditumbuk halus). Setelah itu
diaduk hingga semua bumbu dan bahan tercampur lalu diletakkan dalam
cetakan yang telah diberi minyak. Kukus adonan selama 40 menit. Angkat
adonan dari pengukus.
2. Ekstraksi Sampel
Nugget sebanyak 5 gram ditumbuk diatas mortar menggunakan alu
sampai lembut, kemudian ditambahkan 0,1 N larutan HCl sampai 10 kali
lipat atau lebih. Selanjutnya panaskan hingga 30 menit pada suhu 95C100C diatas penangas air dan usahakan selalu diaduk. Setelah itu
dinginkan dan kalau terjadi partikel padat usahakan kontak dengan
cairannya. Selanjutnya encerkan dengan HCl 0,1 N kembali sampai
volumenya mencapai 50 mL. Lalu larutan sampel tersebut disaring
dengan kertas saring sampai dapat filtrat sampel (Sudarmadji, 1997).
3. Pemisahan tiamin hidroklorida dan persiapan pengukuran menggunakan
spektrofotometer
Masing-masing filtrat Sampel dimasukkan ke dalam corong pisah
ditambahkan dengan 1,5 mL larutan natrium hidroksida 15% dan 1 tetes
larutan kalium ferisianida 1% kemudian dikocok kuat. Setelah itu
didiamkan dan ditambahkan 10 mL larutan n-butanol digoyang perlahanlahan, lalu didiamkan sampai terbentuk 2 lapisan. Lapisan bawah yang
berupa larutan air dipisahkan, sehingga yang tertinggal hanya lapisan
22
UV-Vis
pada
panjang
gelombang
maksimum
(Sudarmadji, 1997).
4. Analisis Tiamin Hidroklorida
a. Uji Kualitattif
Analisis kualitatif menurut Laksmiwati et al (2012) merupakan
uji pendahuluan yang akan memberikan petunjuk untuk memastikan
ada tidaknya tiamin hidroklorida pada nugget ampas tahu dan ampas
susu kedelai. Uji kualitatif ini dilakukan dengan 2 (dua) kali pengujian
dengan menggunakan uji A dan B. Filtrat sampel sebanyak 2 mL
dimasukkan pada masingmasing tabung reaksi, yang kemudian
diperlakukan sebagai berikut :
23
larutan
standar
tersebut
diperoleh panjang
gelombang maksimum
konsentrasi
kandungan
vitamin B1 pada
nugget ampas tahu dan ampas susu kedelai. Konsentrasi tersebut diperoleh
berdasarkan persamaan garis kurva standar.
24
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
A. Data Pengamatan
Analisis vitamin B pada sampel nugget ampas tahu dan ampas susu
kedelai dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif yang diperoleh data sebagai
berikut :
1. Analisis Kualitatif
Tabel 1. Data percobaan secara kualitatif
Uji A
K3Fe(CN)6 1 % + NaOH
15%
Nugget ampas tahu
Ampas tahu + K3Fe(CN)6 =
kuning (+)
Setelah ditambahkan NaOH
20 tetes = kuning (-),
tetesannya
ditambahkan
hingga 50 tetes = kuning
Nugget ampas susu Ampas susu kedelai +
kedelai
K3Fe(CN)6 = kuning (++)
Setelah ditambahkan NaOH
20 tetes = kuning (-),
tetesannya
ditambahkan
hingga 50 tetes = orange
Sampel
Ampas
susu
kedelai + KI (50
tetes) = orange
2. Analisis Kuantitatif
Pengulangan 1 (ditambahkan zat warna / pengompleks K3Fe(CN)6)
Tabel 2. Data percobaan standar vitamin B1 pada pengulangan 1
Standar
2 ppm
4 ppm
5 ppm
Persamaan kurva standar :
0,90159
Absorbansi
1,242
1,502
1,506
dengan R2 =
25
26
Spektrofotometri UV-Vis
Tabel 3. Data percobaan sampel nugget ampas tahu dan ampas susu
kedelai pada pengulangan 1
Kode
Absorbansi
Sampel
AT 1
AT 2
AS 1
AS 2
3,412
1,532
1,773
1,626
Volume nbutanol
(mL)
Berat
sampel
(gram)
Kadar tiamin
dalam 10 mL
n-butanol
(mg)
Kadar
tiamin
(mg/100g)
10 mL
10 mL
10 mL
10 mL
5,015
5,010
5,019
5,010
2,48493
0,48912
0,74465
0,58871
0,495
0,0976
0,1484
0,1175
Rata-rata
kadar
tiamin
(mg/100g)
Kadar
Vitamin
B1 (%)
49,5
9,76
14,8
11,75
0,2963
0,13295
Rata-rata
kadar
Vitamin
B1 (%)
29,63%
13,275%
Absorbansi
0,631
0,454
0,391
0,007
dengan R2 =
Tabel 5. Data percobaan sampel nugget ampas tahu dan ampas susu kedelai pada
pengulangan 2
Volume n- Berat
Kode
Absorbansi
butanol
sampel
Sampel
(mL)
(gram)
AT 2
AS 2
0,371
0,199
7,5 mL
7,5 mL
5,010
5,010
Kadar tiamin
dalam 7,5 mL
n-butanol
(mg)
Kadar
tiamin
(mg/100g)
0,541
0,2903
0,1079
0,579
Kadar
tiamin
dalam
sampel
(%)
10,79
5,79
B. Pembahasan
Telah dilakukan percobaan analisis vitamin B1 yang bertujuan untuk
mengetahui kadar vitamin B1 pada sampel nugget ampas tahu dan ampas susu
kedelai. Pertama yang dilakukan dalam percobaan ini adalah ekstraksi senyawa
tiamin hidroklorida dari sampel nugget tersebut. Ekstraksi sampel dilakukan
dengan menghaluskan nugget kemudian diekstrak menggunakan HCl, selanjutnya
dipanaskan diatas penangas air pada suhu 95C-100C. Ekstraksi tiamin
hidroklorida dilakukan menggunakan HCl karena tiamin hidroklorida akan lebih
stabil dalam larutan HCl sehingga saat dipanaskan tidak terjadi dekomposisi.
Kestabilan senyawa tiamin hidroklorida dalam larutan HCl ini didukung oleh sifat
tiamin yang dapat rusak oleh panas terutama dengan alkali.
Setelah dipanaskan larutan sampel tersebut didinginkan, lalu ditambahkan
kembali 50 mL HCl dan diaduk hingga homogen, selanjutnya disaring hingga
didapatkan filtrat sampel. Tujuan penambahan HCl kembali adalah untuk
mengembalikan tiamin yang sempat lepas karena pemanasan menjadi bentuk
garamnya. Senyawa tiamin memang stabil pada suhu 100C apabila dalam
kondisi kering selama beberapa jam, sedangkan sampel yang diolah ini
merupakan sampel dengan kondisi lembab sehingga cepat rusak. Oleh karena itu
perlu ditambahkan HCl kembali. Filtrat sampel yang dihasilkan kemudian
dilakukan pemisahan senyawa tiamin hidroklorida menggunakan corong pisah.
Pemisahan ini difungsikan agar sampel tersebut hanya mengandung senyawa
tiamin saja sehingga dapat dianalsis dengan benar dan terbaca oleh instrumen.
Dalam pemisahannya tersebut sampel dimasukkan ke dalam corong pisah
sebanyak 2,5 mL, kemudian ditambahkan 1,5 mL larutan natrium hidroksida 15%
dan 1 tetes larutan kalium ferisianida 1% kemudian dikocok kuat. Setelah itu
didiamkan dan ditambahkan 10 mL larutan n-butanol digoyang perlahan-lahan,
lalu didiamkan sampai terbentuk 2 lapisan. Lapisan yang bawah dibuang dan
bagian atas ditampung untuk diuji pada pengujian berikutnya.
Penambahan NaOH dilakukan untuk mengubah tiamin hidroklorida
menjadi basa bebasnya dengan melepaskan molekul HCl. Selain itu, HCl juga
berfungsi sebagai pemberi suasana basa pada reaksi pembentukan tiokrom.
Tiokrom terbentuk karena adanya oksidasi tiamin oleh kalium ferisianida pada
27
28
warnanya berubah menjadi orange. Hal ini menunjukkan uji A pada sampel
nugget ampas susu kedelai juga negatif sama halnya dengan nugget ampas tahu.
Penyebabnya bisa dimungkinkan karena senyawa tiamin terdekomposisi pada
suhu ruang. Berikut reaski antara tiamin dengan kalium ferisianida dalam suasana
basa :
kadar
vitamin
B1
secara
kuantitatif
menggunakan
metode
29
dengan regresi
sebesar 0,9015. Dari 5 standar hanya 3 standar yang diambil karena regresi yang
didapatkan terlalu kecil. Hal ini disebabkan absorbansi yang diperoleh >1
sehingga faktor kesalahannya besar (linearitas rendah) meskipun tren kurva
standar mengikuti hukum Lambert Beer. Dapat saja dilakukan pengenceran
menggunakan pelarutnya yaitu n-butanol, namun dikarenakan pelarut tersebut
habis sehingga tak dapat dilakukan.
Berdasarkan persamaan garis yang diperoleh pada pengulangan 1,
konsentrasi sampel dapat diketahui dimana masing-masing sampel (nugget ampas
tahu dan ampas susu kedelai) dilakukan replikasi sebanyak 2 kali (Tabel 2).
Dikarenakan absorbansi standar yang diperoleh >1, maka absorbansi sampel juga
>1 sehingga mempengaruhi besarnya kadar tiamin dalam sampel. Untuk sampel
berkode AT memperoleh rata-rata kadar sebesar 0,2963 mg/100g dengan
prosentase sebesar 29,63%, sedangkan sampel yang berkode AS memperoleh ratarata sebesar 0,13295 mg/100g dengan prosentase sebesar 13,295%.
Penambahan kalium ferisianida yang dilakukan pada pengulangan 1 lebih
cocok digunakan pada spektrofluorometri karena metode ini yang paling spesifik
dan terbaik untuk menetapkan kadar tiamin hidroklorida. Dalam hal ini tiamin
hidrolorida diubah menjadi senyawa yang rigid dan kaku sehingga bisa ditetapkan
30
31
Prinsip dasar penetapan tiamin hidroklorida dengan spektrofotometri UVVis pada daerah UV, tiamin hidroklorida memberikan serapan tergantung pH.
Pada pH 7 ada dua panjang gelombang yang dapat digunakan, yaitu pada = 232233 nm, dan
32
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan :
1. Kadar vitamin B1 pada nugget ampas tahu diperoleh lebih kecil dari kadar
yang telah ditetapkan KEMENKES RI yaitu 0,1079 mg/100g. Sedangkan,
kadar vitamin B1 pada nugget ampas susu kedelai lebih kecil
dibandingkan dengan kadar vitamin B1 pada nugget ampas tahu yaitu
0,0579 mg/100g.
2. Metode spektrofotometer UV-Vis dapat digunakan untuk menentukan
kadar vitamin B1 pada daerah UV dan harus menggunakan buffer karena
senyawa tiamin hidroklorida serapannya tergantung pada pH.
3. Penambahan kalium ferisianida lebih cocok digunakan saat penentuan
vitamin B1 menggunakan metode spektrofluorometri.
B. Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan dalam percobaan ini yaitu
diharapkan penentuan kadar vitamin B1 dalam nugget ampas tahu dan ampas
susu kedelai dapat dilakukan menggunakan metode spektrofluorometri guna
tercapainya hasil yang lebih spesifik, selektif, dan terbaik. Selain itu, dapat
dicobakan uji kualitatif sebagai uji pendahuluan menggunakan Bi(NO3)3 dan
KI 5% serta Pb asetat 10% dan NaOH 6N.
33
34
Spektrofotometri UV-Vis
DAFTAR PUSTAKA
Andaruni, Hilmi Himawanti Fifian. 2014. Pengaruh Proporsi Daging Ikatan Patin
(Pangasius Hypophtalmus) dan Penambahan Bayam (Amaranthus spp)
Terhadap Tingkat Kesukaan Nugget. E-Journal boga. 3 (3) : 125-130.
Anonim
(1).
Proses
pembuatan
Nugget.
Efek
Samping,
Struktur,
Makanan.
(Online).
(3).
2011.
Uji
Kualitatif
Vitamin.
(Online).
(4).
Thiamin
(Vitamin
B1).
http://www2.moh.gov.my/images/gallery/rni/6_chat.pdf,
(Online).
(Diunduh
27
November 2014).
Hertina, Tiur Nur. 2013. Pemanfaatan Ampas Kedelai Putih dan Ampas Kopi
Dengan Perbandingan Berbeda Dalam Pembuatan Lulur Tradisional Untuk
Perawatan Tubuh. E-Journal. 2 (3) : 70-77.
Laksmiwati, A. A. I. A. Mayun, Ketut Ratnayanti, dan Ni Wayan Agustini. 2012.
Kadar Thiamin Hidroklorida (Vitamin B1) Pada Nasi Beras Putih dan
Beras Merah Pada Berbagai Waktu Penyimpanan Pada Alat Magic-Com.
Jurnal Kimia. 6 (1) : 47-54.
Melisa, Nova. 2011. Pengaruh Pencampuran Tepung Ampas Tahu dan Tepung
Terigu Sebagai Bahan Pengikat Terhadap Mutu Nugget Wortel (Daucus
carota L). Padang : Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas
Teknologi Pertanian, Universitas Andalas.
Muis, Helmi, Mirnawati, dan Imana Martaguri. 2010. Pemanfaatan Ampas Susu
Kedelai Fermentasi Sebagai Pengganti Protein Bungkil Kedelai Dalam
Ransum Broiler. Jur. Embrio. 3 (2) : 89-97.
Vitamin
B1
Spektrofotometri
Dalam
Proses
Uv-Vis.
Pembuatan
(online).
Tempe
Secara
http://imam-
Emel.
2011.
Chemistry
For
Peace
Not
For
War.
(Online).
http://wanibesak.wordpress.com/tag/prinsip-kerja-spektrofotometer,
(Diakses 25 November 2014).
Sudarmadji, Slamet, Bambang Haryono, dan Suhardi. 1997. Prosedur Analisa
Untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta : Liberty Yogyakarta.
Virdiani, Ginna. 2009. Pemanfaatan Ampas Susu Kedelai Sebagai Bahan Baku
Pembuatan Non Flaky Cracker. Padang : Fakultas Teknologi Pertanian.
Yuliani, Ita. 2013. Studi Eksperimen Nugget Ampas Tahu dengan Campuran Jenis
Pangan Sumber Protein dan Jenis Filler Yang Berbeda. Semarang :
Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi, Fakultas Teknik.
ZN, Adisam. 2012. Pengembangan Metoda Pengujian Kandungan Vitamin B1,
B2, B9 Secara Simultan Dalam Tepung Terigu Menggunakan LC-MS/MS.
Depok : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Program Studi
Magister Ilmu Kimia.
35
LAMPIRAN
Lampiran Perhitungan
Absorbansi
1,242
1,502
1,506
dengan R2 = 0,90159
Kode
Absorbansi
Sampel
AT 1
AT 2
AS 1
AS 2
AT 1
AT 2
AS 1
3,412
1,532
1,773
1,626
Volume nbutanol
(mL)
Berat
sampel
(gram)
10 mL
10 mL
10 mL
10 mL
5,015
5,010
5,019
5,010
36
AS 2
Absorbansi
0,631
0,454
0,391
0,007
AS 2
0,371
0,199
Volume n- Berat
butanol
sampel
(mL)
(gram)
7,5 mL
5,010
7,5 mL
5,010
dengan R2 = 0,90280
37
38
39
Lampiran Foto
Bahan-bahan pembuat
nugget
Sampel saat
dipanaskan dengan
penangas
Sampel saat disaring
40