Pierre Bourdieu adalah seorang ahli filsafat dan ahli sosiologi yang
memiliki kedudukan penting dalam sosiologi Prancis. Bourdieu lahir pada tahun
1930 di Denguin, Pyrenia Atlantik sebuah kota kecil selatan Prancis, lahir dari
keluarga menegah ke bawah. Ayah Bourdieu adalah seorang pegawai pos.
Pemikiran-pemikiran Bourdieu dipengaruhi oleh latar belakang pendidikannya di
Prancis. Dimana pada saat itu terjadi ketidakadilan dalam bidang pendidikan
antara pelajar dari keluarga menengah ke bawah dengan pelajar dari golongan
atas. Disini terjadi ketimpangan dalam penerimaan ilmu pengetahuan yang
semakin lama semakin terakumulasi, sehingga semakin merugikan golongan
menegah ke bawah.
Teori
George Ritzer dan Douglas J. Goodman. 2003. Teori Sosiologi Modern. Prenada Media: Jakarta.
Hal: 519.
1. Habitus
Habitus adalah struktur mental atau kognitif,3 yang digunakan aktor untuk
menghadapi
kehidupan
sosialnya.
Habitus
menggambarkan
serangkaian
kecenderungan yang mendorong pelaku sosial atau aktor untuk beraksi dan
bereaksi dengan cara-cara tertentu. Habitus merupakan produk dari sejarah,
sebagai warisan dari masa lalu yang di pengaruhi oleh struktur yang ada. 4 Habitus
sebagai produk dari sejarah tersebut, menciptakan tindakan individu dan kolektif
dan karenanya sesuai dengan pola yang ditimbulkan oleh sejarah. Kebiasaan
2
dalam
keadaan
kesusahan,
seperti
terdapat
kewajiban
untuk
menolongnya. Namun ketika warga Indonesia tersebut pindah dan tinggal di Luar
Negeri yang memiliki struktur dan kebudayaan yang berbeda, dimana ketika ada
orang lain yang membutuhkan bantuan, kita tidak memiliki kewajiban untuk
menolongnya. Habitus warga Indonesia tersebut dalam kasus ini dapat tetap
seperti ketika ia masih di Indonesia yaitu menolong orang lain, atau juga
habitusnya dapat berubah, yaitu dengan bersikap acuh dan tidak menolong orang
tersebut.
Habitus menghasilkan, dan dihasilkan oleh kehidupan sosial. Di satu
pihak, habitus adalah struktur yang menstruktur (strukturing strukture); artinya,
5
George Ritzer dan Douglas J. Goodman. 2003. Teori Sosiologi Modern. Prenada Media: Jakarta.
Hal: 522.
6
Ibid.
habitus adalah sebuah struktur yang menstruktur kehidupan sosial. Di lain pihak,
habitus adalah struktur yang terstruktur (struktured strukture); yakni, habitus
adalah struktur yang distrukturisasi oleh dunia sosial. Dengan kata lain Bourdieu
menjelaskan habitus sebagai dialektika internalisasi dari eksternalitas dan
eksternalisasi dari internalitas.7 Sehingga, di satu pihak, habitus diciptakan oleh
praktik atau tindakan; di lain pihak, habitus adalah hasil tindakan yang diciptakan
kehidupan sosial.
Menurut Bordieu, habitus semata-mata mengusulkan apa yang sebaiknya
dipikirkan orang dan apa yang sebaiknya mereka pilih untuk di lakukan. Dalam
menentukan pilihan, aktor menggunakan pertimbangan mendalam berdasarkan
kesadaran, meski proses pembuatan keputusan ini mencerminkan berperannya
habitus.8 Habitus menyediakan prinsip-prinsip yang dijadikan sebagai dasar oleh
aktor dalam membuat pilihan dan memilih strategi yang akan digunakan dalam
kehidupan sosial, aktor bertindak menurut cara yang masuk akal (reasonable).
Mereka mempunyai perasaan dalam bertindak, ada logikanya untuk apa aktor
bertindak, inilah yang disebut dengan logika tindakan Bourdieu.9 Logika tindakan
Bourdieu (logika praktis) berbeda dengan rasionalitas (logika formal). Terdapat
konsep relasionalisme dari Bourdieu yang digunakan untuk menuntun individu
untuk mengakui bahwa habitus bukanlah struktur yang tetap, tak dapat berubah,
tetapi diadaptasi oleh individu yang secara konstan berubah di hadapan situasi
yang saling bertentangan di mana mereka berada.10
Kerja waktupun juga bisa mempengaruhi praktek seseorang dalam
melakukan suatu tindakan. Yang dimaksud kerja waktu disini adalah: habitus dan
pengalaman praktek bisa berubah sesuai waktu dengan menggunakan logika.11
Misalnya kondisi kebiasaan orang ketika berpakaian, orang jawa perempuan pada
waktu dulu identik dengan penggunaan jarit dan kebaya, akan tetapi dengan
berjalannya waktu, dan kondisi social sekarang ini, pakaian itu sudah jarang
7
kelihatan untuk dipakai sebagai pakain keseharian. Namun sering dipakai ketika
acara-acara adat tertentu seperti pakaian waktu hari kartini.
2. Lingkungan (Ranah, Arena) atau Field.
Lingkungan merupakan dunia tempat melakukan permainan-permainan
atau disebut juga dengan game. Lingkungan adalah jaringan hubungan antar
posisi objektif didalamnya. Lingkungan atau arena adalah sepotong kecil dunia
sosial, sebuah dunia penuh kesepakatan yang bekerja secara otonom dengan
hukum-hukumnya sendiri.12 Bourdieu melihat arena sebagai sebuah arena
pertarungan dan juga lingkungan perjuangan, arena adu kekuatan, sebuah medan
dominasi dan konflik antar individu, antarkelompok demi mendapatkan posisinya.
Posisi-posisi ini ditentukan oleh banyaknya kapital atau modal yang mereka
miliki. Semakin banyak jumlah dan jenis modal yang mereka miliki, maka ia akan
mendapatkan posisi terbaik dalam arena tersebut, atau menduduki posisi yang
dominan dalam suatu arena. Contohnya, dalam ranah pendidikan, misalnya dalam
suatu kelas, terjadi sebuah kompetisi antar individu, yaitu sesama murid. Dalam
ranah tersebut, seorang murid yang memiliki pengetahuan paling banyak maka ia
dapat memenangkan pertarungan dalam ranah kelas tersebut, misalnya dapat
mengerjakan ujian dengan lancer, dapat menjawab semua pertanyaan dari guru,
dapat ikut aktif dalam diskusi, dan lain-lain dibanding dengan murid lain yang
kurang pengetahuannya.
Lingkungan adalah sejenis pasar kompetisi dimana berbagai jenis modal
(ekonomi, kultur, sosial, simbolik) digunakan dan disebarkan.13 Lingkungan juga
adalah
lingkungan
politik
(kekuasaan)
yang sangat
penting.
Bourdieu
12
Basis. 2003. Bahasa, Pertarungan Simbolik dan kekuasaan. Edisi 11-12. Hal: 34.
George Ritzer dan Douglas J. Goodman. 2003. Teori Sosiologi Modern. Prenada Media: Jakarta.
Hal: 524.
14
Ibid, hal: 525.
13
3. Keyakinan
Keyakinan atau belief adalah sesuatu yang di pegang oleh aktor yang
memiliki nilai atau di anggap bernilai. Keyakinanlah yang menggerakkan dan
memaksa tubuh untuk mewujudkan keyakinan itu. Sehingga peran dari keyakinan
adalah sebagai dasar untuk melakukan tindakan atau praktek dalam suatu ranah.15
Contoh, dalam ranah pendidikan yaitu diskusi dalam kelas, ketika seorang murid
yakin telah memiliki pengetahuan yang cukup tentang bahan diskusi, maka ketika
diskusi berlangsung keyakinan bahwa ia memahami materi itu, mendorongnya
untuk ikut aktif menyumbangkan pendapat dalam diskusi tersebut, sehingga di
sini, keyakinan yang mendorong untuk melakukan praktek yaitu mengeluarkan
pendapat.
Dalam kaitan contoh diatas, tubuhpun menjadi alat yang digunakan untuk
melakukan praktek tersebut sesuai dengan keyakinan dalam dirinya. Ketika yakin
bisa untuk melakukan sesuatu yang dianggap benar, maka tubuh akan
menggambarkan lewat gerak-geriknya yang mencerminkan praktek.
4. Praktek
Praktek merupakan salah satu konsep utama pilihan Bourdieu, sebagai
konsep yang digunakan untuk menjelaskan konsepnya tentang penolakan terhadap
15
Pierre Bourdieu. 1990. The Logic of Practice. Atanford University Press : California. Hal: 67.
dengan SKS yang dia ambil, tetapi mahasiswa juga bebas untuk melakukan
prakteknya sesuai dengan habitusnya, misalnya dengan hanya belajar selama 3
jam saja setiap harinya.
5. Struktur
Struktur adalah aturan-aturan yang terbentuk dan ada dalam suatu ranah
yang mempengaruhi pembentukan habitus seorang aktor. Menurut Bourdieu,
struktur terdiri atas dua bentuk yaitu struktur objektif dan struktur buatan. Dalam
teori logika praktis Bourdieu, struktur dapat mempengaruhi pembentukan habitus,
tetapi struktur
Agen
juga
bisa
berperan
dalam
mempengaruhi
strutur
dalam
kemasyrakatan, akan tetapi tidak sepenuhnya bisa lepas dari struktur yang ada.
Jadi adanya hubungan timbal balik disini, yaitu struktur yang mempengaruhi
agen, dan agen mempengaruhi struktur. Struktur disini bersifat sebagai genetik/
bawaan.
STRUKTUR
AGEN
6. Modal
Modal merupakan aset yang dimiliki individu dalam lingkungan
sosialnya yang digunakan untuk menentukan posisi dalam suatu ranah. Modal itu
harus selalu di produksi dan direproduksi kembali. Menurut Bourdieu terdapat
empat jenis modal, yaitu modal ekonomi, modal sosial, modal kultural, dan modal
simbolik.16
1) Modal ekonomi: segala bentuk modal yang dimiliki yang berupa
materi, misalnya uang, emas, mobil, tanah, dan lain-lain.
2) Modal sosial: terdiri dari hubungan sosial yang bernilai antara
individu, atau hubungan-hubungan dan jaringan hubunganhubungan yang merupakan sumberdaya yang berguna dalam
16
Ibid.
posisi
atau
jabatan
seseorang
sebagai
kepala
pemerintahan.
Distribusi kapital menentukan struktur objektif kelas-kelas di dalam sistem
sosial. kelas yang dominan adalah kelas yang memiliki jumlah (akumulasi)
terbesar dari keempat bentuk kapital, sedangkan kelas bawah atau kaum marginal
adalah pemilik kapital yang paling sedikit. Secara logis, maka kelas pemilik
kapital adalah kelas yang paling dominan.
7. Kekerasan Simbolik
Kekerasan simbolik sangat erat kaitannya dengan modal simbolik, karena
kekerasan simbolik hanya dapat dilakukan oleh individu maupun kelompok yang
memiliki modal simbolik. Modal simbolik di dalam bentuknya yang berbeda-beda
dipersepsikan dan diakui sebagai legitimate, yang memiliki legitimasi, mendapat
pengakuan dan diterima publik secara luas. Legitimasi sebagai sebuah proses,
menggambarkan proses yang mengarah pada legitimitas, pada sesuatu yang
mendapat pengakuan yang sah dan benar. Legitimitas sangat penting bagi semua
kelompok sosial, bagi semua pelaku sosial, karena taruhannya adalah kelestarian
atau perubahan struktural yang mapan, kelestarian, dan perubahan hubunganhubungan kekuasaan. Dengan demikian realitas sosial bukan hanya merupakan
hubungan-hubungan kekuasaan, tetapi juga merupakan hubungan-hubungan
makna. Untuk itulah diperlukan kekuasaan simbolik, kekuasaan yang dapat
mendesak penerimaan hukum-hukum dan memaksanya sebagai legitim dengan
menyembunyikan hubungan kekuasaan yang mendasari kekuasaannya.
Modal simbolik erat kaitannya dengan kekuasaan simbolik. Memiliki
modal simbolik berarti memiliki sumber potensi untuk mendapatkan kekuasaan
Pierre Bourdieu. 1990. The Logic of Practice. California: Atanford University Press. Hal:135.
para investor ingin mendirikan pabrik Gula dengan menggunakan lahan sawah
yang masih produktif seluas 20 hektar milik petani desa setempat. Sedangkan
petani, warga setempat Desa Bence serta LSM menolak rencana pendirian pabrik
Gula tersebut, dengan alasan utama:
1. Merugikan warga dan lingkungan setempat, mengurangi lahan sawah
produktif yang berakibat berkurangnya stok pangan berupa beras.
2.
tersebut adalah tanah sawah yang masih produktif. Jika Pemerintah Kabupaten
Blitar atau pihak-pihak Dinas terkait, dikemudian hari ternyata benar-benar
melanggar aturan, akan kami PTUN kan. Karena sudah jelas-jelas melanggar
RTRW dan UU Nomor 41 tahun 2009, masih saja memaksakan diri.
ANALISIS
Berdasarkan acuan kasus diatas, kami berusaha untuk mengkritisi dengan
menggunakan konsep Strukturalisme Genetik Bourdieu, disitu terlihat adanya
kekerasan simbolik yang dilakukan oleh pihak PT. Kencana Gula Manis melalui
makelar tanah dan preman-preman dari makelar tanah, dan Pemerintah terhadap
masyarakat serta petani khususnya di Desa Bence Kecamatan Garum Kabupaten
Blitar tersebut. Pihak PT. Kencana Gula Manis yang merasa mempunyai modal
banyak dengan para investornya, mencoba memaksa petani Desa Bence untuk
mau menjual tanah pertanian mereka guna kepentingan pendirian pabrik gula
untuk memperbesar dan meluaskan usahanya. Melalui isu surat izin pendirian
Pabrik Gula di atas Lahan pertanian di Desa Bence, dengan seenaknya memaksa
warga untuk mau menjual tanah mereka kepada pihak PT. Kencana Gula Manis,
dari itu modus dominasi yang digunakan oleh pihak pengusaha adalah dominasi
ekonomi, modal simbolik dengan surat izin yang diduga diperoleh dari wakil
Presiden serta surat izin dari pemkab setempat untuk mengalihfungsikan lahan
pertanian. Sedangkan modus dominasi yang dilakukan oleh makelar tanah beserta
premannya terhadap petani adalah dengan menggunakan modal simbolik yang
diperolehnya dari PT. Kencana Gula Manis , didukung dengan isu surat izin yang
diperolehnya dari presiden Budiyono. Relasi kuasapun terbentuk dengan adanya
hubungan khusus/ kong kalikong antara pemerintah dan investor bertindak
sebagai pendominasi ,sedangkan disini yang dijadikan objek dominasi adalah
rakyat, dengan adanya kepatuhan rakyat terhadap surat perintah dari wakil
presiden dan pemerintah daerah kota Blitar. Karena mungkin mereka merasa,
bahwa rakyat haruslah tunduk terhadap kebijakan dan peraturan yang dibuat oleh
pemerintah.
KESIMPULAN
Jika pihak investor tersebut memang benar-benar mendapatkan surat izin
dari wakil presiden Budiyono, dan juga izin dari pemerintah daerah kota Blitar
setempat. Maka, yang terjadi adalah rakyat kecil khususnya yang bermata
pencaharian sebagai petani akan semakin tertindas dengan kebijakan tersebut yang
berarti tertindas secara lapang dada dengan adanya dominasi ekonomi dengan
modal simbolik pengusaha dari pemerintah pusat, khususnya yang berasal dari
surat keputusan yang diberikan wakil presiden dan pemerintah daerah kota Blitar
terhadap PT. Kencana Gula Manis. Jadi semakin tinggi kekuasaan seseorang,
maka akan mendominasi pihak bawahannya, apalagi yang mendominasi
mempunyai modal simbolik.
Tentu setiap pembangunan yang dilakukan, akan selalu terdapat pro dan
kontra, baik sesama warga sendiri maupun antara warga sekitar dengan
pemerintah. Kelompok kami berusaha memberikan dua sudut pandang antara pro
dan kontra terkait adanya pembangunan pabrik gula tersebut. Ada benarnya
apabila pemerintah menyetujui pembangunan pabrik gula tersebut, jika memang
benar lahan yang digunakan untuk mendirikan pabrik adalah tidak semuanya
lahan produktif. Alasan pemerintah ini sangat tepat, karena dengan adanya
pendirian pabrik gula akan dapat menambah pemasukan pendapatan daerah
Kabupaten Blitar, berupa pajak bumi dan bangunan (PBB). Penambahan
pendapatan daerah ini akan sangat membantu Pemerintah dalam pembangunan
fasilitas yang di perlukan masyarakat sekitar. Pembangunan pabrik gula ini juga
dapat menunjang kesejahteraan masyarakat sekitar. Masyarakat yang mempunyai
lahan pertanian yang semula digunakan untuk menanam padi dapat di alihkan
dengan menanam tebu. Di sini peran pemerintah harus digerakkan untuk
memfasilitasi penjualan tebu, dengan cara kerja sama antara petani dengan pabrik
gula. Selain itu adanya kesepakatan (perjanjian) antara pihak pabrik dengan warga
yang disaksikan pemerintah, bahwa pihak pabrik akan memperkerjakan
masyarakat sekitar sebagai karyawan pabrik.
DAFTAR PUSTAKA