Nama
NIM
: Monica Olivine
: 030.10.182
yang memuaskan.
Memastikan bahwa penderita dipersiapkan dengan tepat untuk pembedahan dengan
mempertimbangkan
faktor-faktor
penyulit
yang
mungkin
ada
yang
dapat
1. Mengetahui
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
riwayat
penyakit
bedah
dan
penyakit
penyerta,
riwayat
Secara umum, tujuan kunjungan pra anestesi adalah menekan mobiditas dan mortalitas.
Anamnesis
a. Identitas pasien
b. Riwayat penyakit sekarang
c. Riwayat penyakit dahulu : apakah pasien pernah menderita penyakit infeksi
sebelumnya atau mempunyai penyakit yang sama seperti sekarang. Riwayat penyakit
d.
e.
f.
g.
Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum: BB, TB, tanda-tanda vital
b. Status gizi : kaheksia, obesity
c. Status psikis
d. Status neurologis : status mentalis, kelainan saraf cranial atau saraf motorik
e. Sistemik :
a) Kepala
b) Leher : leher pendek dan kaku akan menyulit
c) Mulut : gigi geligi, tindakan buka mulut, bentuk lidah, darejat Mallampati.
d) Kulit
e) Thoraks (jantung dan paru) : tanda-tanda penyakit jantung dan pernapasan
f) Abdomen
g) Extremitas : deformitas, edema
h) Tulang belakang atau vertebra : scoliosis, athrosis, dsb.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang terdiri dari periksaan laboratorium dan radiologi. Pemeriksaan
laboratorium terbagi menjadi pemeriksaan rutin dan khusus. Data laboratorium yang harus
diketahui diantaranya :
a. Hemoglobin (minimal 8% untuk bedah elektif)
b. Leukosit
c. Hitung jenis
d. Golongan darah
e. Clotting time dan bleeding time
f. Atas indikasi dilakukan skrining : HBSAg
g. Jika usia > 40 tahun, perlu diperiksa elektrolit (terutama natrium dan kalium),ureum,
h.
kreatinin.
Urinalisa : tes reduksi, tes sedimen
Prognosis
Prognosis dibuat berdasarkan klasifikasi status fisik pasien. Klasifikasi yang dipakai
berasal dari The American Society of Anesthesiologist (ASA).
ASA I
ASA II
ASA III
ASA IV
: Pasien dengan penyakit sistemik berat tak dapat melakukan aktivitas rutin
ASA V
ASA VI
Premedikasi
Premedikasi ialah pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi anesthesia dengan tujuan
untuk melancarkan induksi, rumatan dan bangun dari anestesi. Diantaranya :
Meredakan kecemasan dan ketakutan
Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus
Meminimalkan jumlah obat anestetik
Mengurangi mual muntah pasca bedah
Menciptakan amnesia
Mengurangi reflex yang tidak diinginkan.
Kecemasan merupakan reaksi alami jika seseorang dihadapkan pada situasi yang tidak
pasti. Membina hubungan baik dengan pasien dapat membangun kepercayaan dan
menentramkan hati pasien. Obat pereda kecemasan bias digunakan diazepam per oral 10-15
mg beberapa jam sebelum induksi anesthesia. Jika disertai nyeri karena penyakitnya dapat
diberikan petidin 50mg intramuscular.
Cairan lambung 25ml dengan pH 2.5 dapat menyebabkan pneumonitis asam. Untuk
meminimalkan kejadiaan tersebut dapat diberikan antagonis reseptor H2, misalnya ranitidine
peroral 150mg 1-2 jam sebelum jadwal operasi.
Untuk mengurangi mual muntah pasca bedah sering ditambahkan suntikan intramuscular
untuk dewasa ondansetron 2-4mg.
Daftar Pustaka
1. Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR. Petunjuk Praktis Anestesiologi Edisi 2 . Jakarta;
Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
2007; 3: 29-32