Pendahuluan
Kamis, 8 Juli 2013, saya berserta kelompok Family Folder 35 diberi tugas melakukan
kunjungan rumah salah satu pasien di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan dan juga
membuat family folder dari keluarga pasien tersebut. Family Folder merupakan dokumen
lengkap suatu keluarga terutama dalam hubungannya dengan derajat kesehatan. Sistem
family folder adalah pencatatan rekam medis dengan cara satu file untuk satu keluarga.
Makalah ini dibuat dengan tujuan mengkaji dan membahas penyakit yang diderita
oleh pasien dan keluarganya dan juga tatalaksana terhadap penyakit tersebut dengan
berbasiskan pendekatan kedokteran keluarga. Kedokteran keluarga adalah dokter praktek
umum yang dalam prakteknya melayani pasien menerapkan prinsip-prinsip kedokteran
keluarga. Kompetensi dokter keluarga tercermin dalam profile the five stars doctor.
Pelayanan kedokteran yang menerapkan prinsip-prinsip kedokteran keluarga meliputi:
komprehensif (pelayanan kedokteran yang menyeluruh/integral yaitu meliputi usaha promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif) dengan mengutamakan pencegahan, kontinyu (dalam
proses dan waktu), kolaboratif dan koordinatif dengan pasien dalam menentukan keputusan
untuk kepentingan pasien, berdasarkan evidence based medicine misalnya dengan cara
mengikuti seminar/pendidikan kedokteran berkelanjutan. Pasien yang dilayani adalah
pribadi/perorangan seutuhnya (bio-psiko-sosial) yang unik (berbeda satu dengan lainnya)
serta harus dipandang sebagai satu kesatuan dengan keluarganya dalam segala aspek
(keturunan,
ideology,
politik,
ekonomi,
social,
budaya,
agama,
keamanan
dan
lingkungannya).1
Prinsip pokok dari dokter keluarga adalah untuk dapat menyelenggarakan pelayanan
kedokteran menyeluruh. Oleh karena itu perlu diketahui berbagai latar belakang pasien yang
menjadi tanggungannya. Untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan seperti itu diperlukan
adanya kunjungan rumah (home visit).1
Definisi
Tuberkulosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis
yang bersifat kronik, berulang dan merupakan penyakit infeksi pulmo dan ekstrapulmo yang
dikarakteristikan dengan terbentuknya granuloma dengan kaseosa, fibrosis serta
kavitas.
Etiologi
Penyebab tuberkulosis paru adalah kuman Mycobacterium tuberculosis, yang
berbentuk batang dan mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan.
Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan
bertahun-tahun di lemari es).4 Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari
2
sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis menjadi aktif
lagi. Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup 14
jam di tempat gelap dan lembab.
Penularan tuberkulosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar
menjadi droplet nuclei dalam udara sekitar kita. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam
udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang
buruk dan kelembaban. Dalam suasana yang gelap dan lembab kuman dapat bertahan berharihari sampai berbulan-bulan. Bila partikel infeksi ini terhirup oleh orang sehat, ia akan
menempel pada saluran napas atau jaringan paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukuran
partikel < 5 mikrometer. Kuman akan dihadapi pertama kali oleh neutrofil, kemudian baru
oleh makrofag. Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag keluar dari
percabangan trakeobronkial bersama gerakan silia dengan sekretnya. Bila kuman menetap di
jaringan paru, berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Di sini ia dapat terbawa masuk
ke organ tubuh lainnya. Kuman yang bersarang di jaringan paru akan berbentuk sarang
tuberkulosis dan disebut sarang primer afek primer atau fokus ghon4.
Bila menjalar ke pleura maka akan menjadi efusi pleura. Kuman dapat juga masuk ke
saluran gastrointestinal, jaringan limfe, orofaring dan kulit terjadi limfadenopati regional
kemudian bakteri masuk ke dalam vena dan menjalar ke seluruh organ seperti otak, ginjal,
tulang. Proses ini berlangsung selama 3-8minggu. Kompleks primer ini selanjutnya dapat
menjadi sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat, sembuh dengan meninggalkan sedikit
bekas berupa gari-garis fibrotik, berkomplikasi dan menyebar.4
Klasifikasi
a.
Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran klinik dan
kelainan radiologis menunjukkan tuberkulosis aktif.
Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT atau sudah
pernah menelan OAT kurang dari satu bulan.
Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologik dicurigai lesi aktif
/ perburukan dan terdapat gejalaklinis maka harus dipikirkan beberapa
kemungkinan :
1) Infeksi non TB (pneumonia, bronkiektasis dll) Dalam hal ini berikan dahulu
antibiotik selama 2 minggu, kemudian dievaluasi.
2) Infeksi jamur.2,3
3. TB paru kambuh
Kasus gagal
Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif
pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan. Juga dikatakan gagal
apabila pasien dengan hasil BTA negatif gambaran radiologik positif menjadi BTA
positif pada akhir bulan ke-2 pengobatan.
Gejala Klinis
Gejala Umum : Batuk terus menerus dan berdahak selama 2 minggu atau lebih.
buruk (nampak kurus), demam, dan ronki basah. Dapat pula didapatkan tanda-tanda efusi
pleura.
Pada TBC paru, pemeriksaan sputum merupakan pemeriksaan sederhana namun
penting terutama hal ini dapat dikerjakan di puskesmas. Selain untuk menegakkan diagnosis,
juga dapat digunakan sebagai evaluasi pengobatan. Namun, kadang tidak mudah untuk
mendapatkan sputum, terutama jika pasien batuk non-produktif atau tidak batuk. Dalam hal
ini di anjurkan satu hari sebelum pemeriksaan sputum, penderita di anjurkan minum air putih
2 liter dan diajarkan refleks batuk. Dapat pula diberikan obat mukolitik ekspektoran.
Bila sputum sudah didapat, kuman BTA pun kadang-kadang sulit didapat. Kuman
baru didapat jika bronkus yang terlibat penyakit terbuka ke luar sehingga sputum yang
mengandung kuman BTA mudah ke luar. Di Indonesia, diperkirakan terdapat 50% penderita
BTA (+), namun kuman tersebut tidak ditemukan di sputum mereka. Kriteria sputum BTA (+)
adalah minimal ditemukan 3 batang kuman BTA dalam 1 sediaan atau 5000 kuman dalam 1
mL sputum. 3
5
Pemeriksaan penunjang lain yang dapat membantu penegakan diagnosis TBC antara
lain pemeriksaan radiologi, laboratorium, tes tuberkulin. 12
Diagnosis TBC
Diagnosis TBC paru pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan ditemukannya BTA
pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila
sedikitnya dua dari tiga SPS (Sewaktu, Pagi, Sewaktu) BTA hasilnya positif. Bila hanya 1
spesimen yang positif perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut yaitu foto rontgen dada atau
pemeriksaan spesimen SPS diulang.
Hasil rontgen yang mendukung TBC, maka penderita di diagnosis sebagai penderita
TBC BTA positif. Hasil rontgen yang tidak mendukung TBC, maka dilakukan pemeriksaan
lain, misalnya biakan. Pada pemeriksaan sputum SPS, apabila didapatkan tiga spesimen dahak
negatif, diberikan antibiotik spektrum luas (misalnya Kotrimoksasol atau Amoksisilin) selama
1 - 2 minggu. Bila tidak ada perubahan, namun gejala klinis tetap mencurigakan TBC, ulangi
pemeriksaan dahak SPS.3
Kalau hasil SPS positif, didiagnosis sebagai penderita TBC BTA positif.
Kalau hasil SPS tetap negatif, lakukan pemriksaan foto rontgen dada, untuk
mendukung diagnosis TBC. Bila hasil rontgen mendukung TBC, diagnosis sebagai
penderita TBC BTA negatif rontgen positif. Bila hasil rontgen tidak mendukung TBC,
penderita tersebut bukan TBC.Unit Pelayanan Kesehatan yang tidak memiliki fasilitas
rontgen, penderita dapat dirujuk untuk difoto rontgen dada.
Pembahasan Kasus
I.
Identitas Pasien:
Nama
Umur
: 56 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
Pendidikan
: SD (Tamat)
Alamat
Ibu Sri Basuki (56 tahun) datang ke Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan pada tanggal
7 Juli 2013 dengan keluhan batuk-batuk yang sudah berjalan berbulan-bulan dan juga belum
mendapat obat.
II.
Anamnesis: (Auto-anamnesis)
1. Identitas pasien
2. Keluhan utama: Batuk-batuk berdahak yang sudah berjalan 4 bulan tetapi belum
sembuh juga.
3. Keluhan tambahan : kurang nafsu makan, mudah lelah
4. Riwayat penyakit sekarang
Batuk-batuk yang bertambah parah sejak 4 bulan yang lalu. Batuk berdahak
dan tidak ada darah. Pada awal batuk keluar darah tetapi sekarang tidak. Demam dan
adanya keringat dingin pada malam hari disangkal. Pasien mengaku ada penurunan
nafsu makan. Pasien mengaku tidak merasakan sesak nafas dan nyeri dada. Menurut
pasien, ia tidak pernah kontak dengan penderita tbc sebelumnya dan
tidak ada
keluarga atau kerabat yang mengalami batuk yang sama. Pasien memiliki riwayat DM,
Hipertensi dan katarak pada matanya. Pasien rutin mengonsumsi obat-obatan untuk
mengatasi DM dan hipertensinya.
5. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan belum pernah menderita penyakit seperti keluhannya sekarang.
Waktu awal sakit batuk-batuk, pasien sudah pergi ke dokter dan diberi obat batuk.
Namun batuk-batuknya belum sembuh juga. Beberapa bulan kemudian pasien pergi ke
dokter kembali, namun hasilnya sama dan tidak disarankan untuk rontgent paru.
7
Pasien akhirnya pergi ke Poliklinik Rosella dan minta di rontgent paru. Hasilnya
terdapat lesi dan cavitasi pada apex paru kanan. Pasien datang ke dokter puskesmas
lagi untuk baca hasil. Dokter mendiagnosis Ibu Sri TB Paru dan disarankan untuk tes
sputum. Dari hasil pemeriksaan penunjang tersebut didapatkan hasil + BTA. Waktu
itu pasien meminta obat, tetapi obat di puskesmas tersebut habis.
III.
: Tidak ada
: Tidak ada
: Kurang
Pola makan pasien dan keluarganya dapat dinilai kurang karena pasien sendiri
mengaku tidak nafsu makan dan makan seadanya. Dan suami, juga anak-anak pasien
juga makan tidak teratur
h. Pola istirahat
: Baik
IV.
: 4 orang
Psikologis Keluarga:
a. Kebiasaan buruk
: Ada
Suami dari pasien merupakan perokok dan sangat suka mengonsumsi kopi. Ia
mengaku merasa pusing jika tidak mengonsumsi rokok dan kopi.
b. Pengambilan keputusan
: Ibu
c. Ketergantungan obat
: Tidak ada
V.
: Kurang
: Permanen
b. Lantai rumah
: Keramik
c. Luas rumah
: 4x6 m2
d. Penerangan
: Kurang
: Kurang
: Kurang
Ventilasi untuk keluar masuk cahaya dan udara sangat kurang. Rumah terasa
lembab karena pada dinding-dinding ruangan terdapat rembesan air hujan yang
tidak kunjung mengering
VI.
g. Dapur
: Ada
h. Jamban keluarga
: Ada
: Air tanah
: Tidak ada
k. Pemanfaatan pekarangan
: Tidak ada
: Ada
: Ada
n. Sanitasi lingkungan
: Baik
Spiritual Keluarga :
a. Ketaatan beribadah
: Baik
9
VII.
: Baik
a. Tingkat pendidikan
: Rendah
Karena pasien tamatan SD, suami tamatan SMP, anak anak pasien tamatan SMP dan
SMA.
b. Hubungan anggota keluarga : Baik
c. Hubungan dengan orang lain : Baik
d. Kegiatan organisasi sosial
: Kurang
: Kurang
Ibu Sri sudah tidak bekerja selama 4 tahun. Dulunya iya adalah pedagang makanan di
sebuah ruko. Suami dari ibu Sri juga dulu bekerja sebagai kuli bangungan. Namun karena
sudah usia lanjut, ia tidak melanjutkan untuk bekerja
VIII.
: Adat jawa
b. Lain lain
: Tidak ada
IX.
No Nama
1.
2.
3.
4.
Kultural Keluarga:
Hasan
Kepala
Bisri
keluarga
(tahun)
66 tahun
Pendidikan
Pekerjaan
SMP
Pensiun
Agam
Keadaan
Keada
kesehatan
an gizi
Islam
Baik
Islam
Sakit
Ibu
Sri
Basuki
Saeful
Anfin
Yeni
Pratiwi
Istri
56 tahun
SD
Rumah
Tangga
Kuran
g
Kuran
g
Imunisasi
KB
Anak
27 tahun
SMP
Buruh
Islam
Baik
Baik
Anak
23 tahun
SMA
SPG
Islam
Baik
Baik
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: Pasien tampak compos mentis
Tanda-tanda vital:
1. Tekanan Darah: 140/90 mmHg
10
Pemeriksaan Fisik selanjutnya tidak dilakukan. Jika hendak dilakukan maka pemerikssaan
fisik yang diperlukan adalah :
Pemeriksaan Paru
Thoraks Anterior
1. Inspeksi
Warna kulit, Lesi kulit, bentuk thoraks anterior, jenis pernapasan, melihat pergerakan
dada saat statis dan dinamis.
Melihat apakah terdapat retraksi sela iga dan pelebaran sela iga.
Irama pernapasannya dan suara pernapasan abnormal (mengi, stridor).2
2. Palpasi
Meraba apakah terdapat benjolan, rasa nyeri tekan, meraba sela iga menyempit atau
melebar, pergerakan thoraks saat statis dan dinamis, dan melakukan pemeriksaan
vokal fremitus.
3. Perkusi
Apakah hasil perkusi sonor atau tidak pada paru-parunya, pemeriksaan batas paru-hati
dan paru-jantung.
4. Auskultasi
Jenis suara napas (trakeal, bronchial, bronchovesikuler, vesikuler), Suara napas
tambahan seperti ronkhi basah, ronkhi kering, wheezing.
Darah Rutin
Hemoglobin, Hematokrit, Trombosit, Eritrosit dalam batas normal. Leukosit dan laju
endap darah meningkat
II.
Pemeriksaan Sputum
11
c. Sewaktu / spot ( pada saat mengantarkan dahak pagi) atau setiap pagi 3 hari berturutturut.
Bahan pemeriksaan/spesimen yang berbentuk cairan dikumpulkan/ditampung dalam
pot yang bermulut lebar, berpenampang 6 cm atau lebih dengan tutup berulir, tidak mudah
pecah dan tidak bocor. Apabila ada fasilitas, spesimen tersebut dapat dibuat sediaan apus pada
gelas objek (difiksasi) sebelum dikirim ke laboratorium.1
Pemeriksaan bakteriologik dari spesimen dahak dapat dilakukan dengan cara :
a.
Pemeriksaan mikroskopik:
Mikroskopik biasa : pewarnaan Ziehl-Nielsen
Mikroskopik fluoresens: pewarnaan auramin-rhodamin (khususnya untuk screening)
lnterpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan ialah bila:
1) 3 kali positif atau 2 kali positif, 1 kali negative : BTA positif
2) 1 kali positif, 2 kali negative : ulang BTA 3 kali kecuali bila ada fasilitas foto toraks,
kemudian
o bila 1 kali positif, 2 kali negatif : BTA positif
o bila 3 kali negatif : BTA negatif
Interpretasi pemeriksaan mikroskopik dibaca dengan skala IUATLD (rekomendasi
WHO). Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease) :
Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang, disebut negatif
1) Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman yang
ditemukan.
2) Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+).
3) Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut ++ (2+).
4) Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut +++ (3+).
III.
Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas indikasi: foto lateral,
top-lordotik, oblik, CT-Scan. Pada pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis dapat memberi
gambaran bermacam-macam bentuk (multiform).
Gambaran radiologik yang dicurigai sebagai lesi TB aktif :
1. Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan segmen
superior lobus bawah.
2. Kavitas, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau nodular.
3. Bayangan bercak milier.
4. Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang).
Gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif
1. Fibrotik
2. Kalsifikasi
3. Schwarte atau penebalan pleura
Gambaran ini sering ditemukan pada orang-orang lanjut usia karena lesi ini sering menetap
selama hidup pasien.3
IV.
dengan prevalensi tuberculosis yang tinggi, uji tuberkulin sebagai alat bantu diagnostik
penyakit kurang berarti pada orang dewasa. Uji ini akan mempunyai makna bila didapatkan
konversi, bula atau apabila kepositifan dari uji yang didapat besar sekali. Pada malnutrisi dan
infeksi HIV uji tuberkulin dapat memberikan hasil negatif.3
Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi
secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.
Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien
menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
Sebagian besar pasien TBC BTA positif menjadi BTA negatif (konversi)
dalam 2 bulan.6
Tahap Lanjutan
-
Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam
jangka waktu yang lebih lama.
persisten sehingga
14
TAHAP INTENSIF
SELAMA 2 BULAN
BB
TAHAP LANJUTAN
SELAMA 4 BULAN
Penderita
(Kg)
TIAP HARI
TIAP HARI
TABLET 2 FDC
3 X SEMINGGU
TABLET 2 FDC
R150+H75
R150+H150
TABLET 4 FDC
R150+H75+Z400+E275
30 -37
2 tablet
2 tablet
2 tablet
38 -54
3 tablet
3 tablet
3 tablet
55 -70
4 tablet
4 tablet
4 tablet
>71
5 tablet
5 tablet
5 tablet
4. Rehabilitatif:
Pemberian makanan cukup gizi dan cukup istirahat.5
Prognosis
a) Penyakit: Baik jika terapi adekuat, konsumsi makanan bergizi, dan cukup istirahat.
b) Keluarga: Kemungkinan tertular besar. Mengingat kondisi tempat tinggal yang sempit
namun dihuni banyak orang. Keluarga perlu diberi edukasi untuk selalu menjaga
kebersihan perorangan, lingkungan, dan makan-makanan bergizi.
c) Masyarakat: kemungkinan penularan ke orang lain besar, sebab rata-rata lokasi rumah
penduduk yang berdekatan, dalam gang-gang kecil dan sempit, memperbesar
kemungkinan kontak dengan droplet pasien.
Resume:
Ibu Sri Basuki (56 tahun) datang ke Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan dengan
keluhan batuk yang sudah kurang lebih 4 bulan. Telah dilakukan uji sputum dan rontgen paru
dan hasilnya adalah Ibu Sri Basuki menderita TB paru. Ibu Sri mengaku bahwa ia tidak
pernah kontak dengan penderita TB dan juga tidak ada keluarga dan kerabatnya yang sakit
batuk-batuk.
15
Ibu Sri tinggal dengan suami dan kedua anaknya dalam rumah yang luasnya 4x6 m 2. Rumah
yang ditinggali sudah memiliki jamban, kamar mandi, dan sanitasi yang baik, tetapi ventilasi
ruangan tidak memadai sehingga sinar matahari sangat kurang di dalam rumah.
Kesimpulan
Pasien dan keluarganya sudah memiliki kesadaran yang tinggi akan pentingnya
kesehatan, namun mereka masih memiliki kendala yaitu keadaan ekonomi yang kurang dan
keadaan rumah yang kurang memadai untuk mereka berempat.
Dukungan keluarganya dan lingkungan sangat membantu pasien untuk rutin berobat di
puskesmas.
Daftar Pustaka
1. Azrul A. Pengantar pelayanan dokter keluarga. Jakarta: IDI; 2005.h.15-33.
2. Amin Z, Bahar A. Tuberkulosis paru. Dalam : Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I,
Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 5 (3). Jakarta: Interna
Publishing; 2010. Hal. 2230-48.
3. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis.
Cetakan ke-6. Jakarta. 2001
4. Price SA, Wilson LM. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit:
Tuberkulosis Paru. Jakarta : EGC; 2006.hal.852-923.
5. Mansyur M, et al. Pendekatan kedokteran keluarga pada penatalaksanaan TB. Majalah
kedokteran Indonesia. Vol 57, no 2 tahun 2007.
6. Istiantoro YH, Setiabudy R. Tuberkulostatik dan leprostatik. Dalam : Gunawan SG,
editor. Farmakologi dan terapi. Edisi ke-5. Jakarta: Balai penerbit FKUI;2007.hal.61333.
16