Anda di halaman 1dari 22

Bentukan Bentuklahan Asal Volkanis Perkembangan Bentuklahan Asal

Volkanime
Published : 23.37 Author : gaul maha geo 1G

Bentukan Bentuklahan Asal Volkanis


Perkembangan Bentuklahan Asal Volkanime
Disusun Oleh:Hera Astari 2011.133.301
Devi.D 2011.133.308
Dosen Pengasuh:Anita Rahmawati, S.Pd

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU


PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2011 / 2012

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena ridho jualah
kami diberikan kesehatan, kekuatan dan kesempatan kepada kami sebagai penulis sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah atas tugas yang diberikan oleh dosen Anita Rahmawati, S.Pd.
tentang Bentukan Bentuklahan Asal Volkanis dan Perkembangan Bentuklahan Asal
Volkanisme.
Makalah ini ditujukan kepada para pembaca semua kalangan. Kami sebagai penulis
makalah membantu para pembaca untuk mengetahui bagaimana menjadi seorang pemimpin yang
sebenarnya dalam segala bidang.
Kami sebagai penulis mohon maaf apabila terjadi kesalahan pada makalah ini, baik
dalam penulisan maupun cara penyampainnya.

Palembang, 2011
Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bentuklahan asal volkanis merupakan hasil kegiatan gunungapi dipermukaan (ekstrusi)
maupun didalam kerak bumi.Bentuklahan hasil bentukan asal volkanis terdapat beberapa jenis
yang berkaitan dengan kegunungapian.
Bentuk asal volaknik dibagi menjadi bentuk-bentuk eksplosif dan efusif.Struktur volkanik
yang besar biasanya ditandai oleh erupsi yang eksplosif dan erupsi yang efieif.Perkembangan
bentuklahan asal volkan erat kaitannya denga sejarah perkembangan dan kegitan
kegunungapian.Demikian pula klasifikasi letusan dapat membentuk muka bumi yang berupa
kompleks gunung api.
1.2 Rumusan Masalah
a.Apa sajakah bentukan bentuklahan asal volkanis?
b.Bagaimana perkembangan bentukan
1.3 Tujuan Masalah
asal volkaniss?
a.Untuk mengethui apa saja bentuklahan asal volkanis.
b.Untuk mengetahui perkembangan bentukan asal volkanis

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Bentukan BentukLahan Asal Volkanis
Bentuklahan hasil bentukan asal volkanis,terdapat berbagai jenis yang berkaitan dengan
kegunungapian (volkanisme).Jenis-jenis bentuk lahan tersebut adalah:

1.Kepundan (crater atau cauldron),yaitu cekungan membulat dibagian tengah vulkan sebagai
pusat aktivitasnya.
2. Kerucut terak (cinder cone)
Merupakan gunung-api yang dibentuk terutama oleh bara basal dan abu vulkanik dari reruntuhan
material piroklastik, atau dari material yang dikeluarkan pada saat terjadi letusan eksplosif.
Karena dibentuk oleh serpihan material dan bukan dari lava, gunung ini mudah mengalami erosi,
dan ukurannya pun relatif lebih kecil daripada gunung-api campuran. Gunung-api ini juga
cenderung tidak bertahan lama, dibandingkan dengan gunung-api campuran yang terus
bertambah lapisannya setiap kali terjadi letusan dari satu lubang.

3. Kerucut semburan (spatter cone)


4. Kubah atau sumbat lava (lava plug)
Sifat kekentalan magma meningkat sebanding dengan penambahan kandungan silika.
Sebagian andesit dan dasit yang sangat asam, akan mudah membentuk kubah, yang kadangkadang disertai dengan lidah lava tebal menonjol pada bagian bawahnya. Banyak contoh dapat
ditemukan di Indonesia, misalnya di erupsi Galunggung 1918, Kelud 1920, dan Merapi. Sekitar
40 kubah lava di Indonesia telah dideskripsi menjadi beberapa tipe. Hartmann menaksir bahwa
separuh jumlah gunungapi aktif memproduksi kubah lava dengan kandungan 55% Si02, miskin
gas, dan dengan suhu sekitar 95oC.
Bentuk kubah dipengaruhi oleh konfigurasi dari tempat lava diekstrusikan. Kubah tumbuh
seiring dengan penambahan energi dari dalam sehingga luar lapisan sangat diregangkan. Akan
terjadi semacam stratifikasi mantel berurutan yang paralel dari luar ke dalam dengan ketebalan
sampai beberapa meter. Kubah yang terbentuk mempunyai kemiringan kubah antara 35- 40.
Akhir pembentukan kubah lava akan membentuk depresi di bagian puncaknya. Depresi ini
merupakan hasil berbagai faktor, seperti penyusutan oleh pendinginan, atau berhentinya tekanan
keatas.

Kubah Lava
Terbentuk dari kumpulan aliran lava yang muncul di puncak seputar kawah gunung api
Bermorfologi kubah, yang dibentuk dalam satu periode erupsi.
Magma bersifat kental, sehingga hanya menumpuk di atas lubang kepundan
membentuk bukit atau kubah batuan beku.
Dalam pertumbuhannya, bagian luar kubah mendingin dan mengeras, yang selanjutnya
diterobos oleh aliran lava berikutnya.
Karena pada bagian luar mengeras, maka pada batas antara lava lama (keras di bawah)
dan lava baru (plastis di atas) terbentuk perlapisan terpisah.Oleh proses pendinginan
dan pengerasan yang tidak bersamaan, bagian yang plastis mudah runtuh, gugur
menuruni lereng membentuk guguran kubah lava
5. Blok Lava
6. Kerucut Volkan

2.2 Perkembangan BentukLahan Volkanisme


Perkembangan bentukan lahan asal volkan erat kaitannya dengan sejarah perkembangan dan
kegiatan gunung api.Perkembangan kegiatan gunung api,tergantung pada sifat gunung api
tersebut.
2.2.1 Instrusi Magma
Intrusi adalah proses terobosan magma ke dalam lapisan kulit bumi (litosfer) tetapi tidak
sampai keluar dari permukaan bumi. Namun intrusi magma menyebabkan permukaan cembung
akibat pengangkatan lapisan kerak bumi.
Penerobosan magma kepermukaan bumi belum tentu mencapai permukaan bumi.Jika
penerobosan magma tidak mencapai permukaan bumi,instrusi tersebut disbut instrusi magma
atau plutonisme.Batuan beku yang terbentuk dari aktivitas ini disebut intrusiva.
Bentukan instrusi magma itu tergantung kepada jenis magmanya,yang merupakan sumber
mineral yang mempunyai arti ekonomis.Bahan galian logam kebanyakan terdapat didalam

batuan instrusi atau pada lapisan litosfer disekitar instrusi magma,karena mengalami
metamorfosis.
Intrusi magma atau plutonisme menghasilkan bermacam-macam bentuk-bentukan ,yaitu:
1. Batolit adalah batuan beku yang terbentuk di dalam dapur magma, sebagai akibat penurunan
suhu yang sangat lambat.
2. Lakolit adalah magma yang menyusup di antara lapisan batuan yang menyebabkan lapisan
batuan di atasnya terangkat sehingga menyerupai lensa cembung, sementara permukaan atasnya
tetap rata.
3. Keping intrusi atau sill adalah lapisan magma yang tipis menyusup di antara lapisan batuan.
4. Intrusi korok atau gang adalah batuan hasil intrusi magma memotong lapisan-lapisan litosfer
dengan bentuk pipih atau lempeng.
5. Apolisa adalah semacam cabang dari intrusi gang namun lebih kecil.
6. Diatrema adalah batuan yang mengisi pipa letusan, berbentuk silinder, mulai dari dapur
magma sampai ke permukaan bumi.
2.2.2 Ekstrusi Magma(Erupsi Magma)
Perkembangan bentukan asal volkan erat kaitannya dengan sejarah perkembangan dan
kegiatan gunung api.Perkembangan kegiatan gunungapi tergantung pada sifat letusan
gunungapi,yaitu:
a.Meleleh/meleler (effusive) atau quit type
b.Meletus atau explosive type (Lobeck, 1993:663)
Suatu keadaan dimana aktivitas magma mencapai ke permukaan bumi,maka gerakan ini
dinamakan erupsi magma. Jadi erupsi magma adalah proses keluarnya magma ke permukaan
bumi karena ada tekanan dari dalam melalui retakan atau lubang kepundan. Erupsi magma inilah
yang menyebabkan sebuah gunung bisa di katakan sebagai gunung api. Erupsi magma tidak
hanya terjadi di daratan tetapi juga bisa terjadi di lautan.
Kekuatan erupsi masing-masing volkan tidak sama.Pada setiap volkan dapat diamati
periode silih berganti dari masa aktivitas tinggi dan masa aktivitas rendah.Aktivitas suatu volkan
kadang-kadang secara bertahap bertambah besar dan lalu secara perlahan-lahan sirna,sementara
itu tibi-tiba terjadi suatu ledakan dahsyat yang berbahaya.
Erupsi itu sendiri dibedakan beberapa jenis:
a.Erupsi sentral

Erupsi sentral adalah magma yang keluar melalui sebuah lubang permukaan bumi dan
membentuk gunung yang letaknya tersendiri.Erupsi jenis ini dapat dibagi menjadi tiga:
1.Erupsi eksplosif (letusan), terjadi apabila letak dapur magma dalam dan volume gas besar,
magma bersifat asam. Material yang dikeluarkan adalah piroklastik dengan kandungan S1O2
tinggi, misalnya bongkah, lapili, bom, pasir, abu dan debu. Bentuk Volkan adalah Sharp Cone.
2.Erupsi effusif (lelehan), terjadi karena letak dapur magma dangkal, volume gas kecil, magma
bersifat basa. Material yang dikeluarkan berupa lava dengan kandungan S1O2. Bentuk volkan
rounded cone.
3.Erupsi campuran, terjadi karena letak variasi dapur magma, volume gas dan sifat magma
bersifat intermedier tetapi biasanya cenderung basa. Bentuk Volkan Strato.
Erupsi tipe ini menghasilkan tiga bentuk gunung api yaitu:
1.Gunung api perisai
Gunung api perisai yaitu gunung api bentukan hasil erupsi efusif atau aliran yang
terbentuk karena sifat magma yang dikeluarkan cair atau encer. Contoh tipe gunung api perisai
yaitu Gunung api di Kepulauan Hawaii .

Gunung api perisai


2.Gunung api maar
Gunung api maar yaitu gunung api bentukan hasil erupsi eksplosif atau ledakan.Gunung
api tipe ini memiliki dapur magma yang relatif kecil dan dangkal sehingga dengan satu kali
letusan maka aktivitas gunung api tersebut akan berhenti dan biasanya akan membentuk danau.

Gunung api maar

3.Gunung api strato


Gunung api strato merupakan gunung api berbentuk kerucut dengan lereng yang curam yang
dihasilkan karena letusan eksplosif dan efusif secara bergantian. Contoh Gunung api strato yaitu
Gunung Fuji di Jepang dan sebagian besar gunung api di Indonesia.

Gunung api strato


b.Erupsi semi volkanik atau erupsi freatik
Erupsi semi volkanik atau erupsi freatik,merupakanerupsi yang terjadi dimana tidak ada bahanbahan baru yang dihasilkan.Pada erupsi jenis ini airtanah dirubah menjadi uap,contohnya depresi
souh (Sumatera-Lampung) yang dalamnya 270 m.
c.Erupsi Linear
Erupsi linear adalah gerakan magma menuju permukaan bumi melalui celah-celah atau
retakan-retakan dan berjajar sehingga nampak seperti garis.Erupsi linear menghasilkan lava yang
cair dan membentuk plato, misalnya Plato Sukadana (Lampung).Erupsi linear ini terjadi sebagai
akibat adanya rekahan,tetapi magma keluar melalui kepundan sentral dengan membentuk garis
lurus atau berderet,material yang dikeluarkan umumnya cair,yang klastis sangat sedikit,larva
bersifat basalt dengan membentuk plateau basalt seperti basaly Sukadama-Lampung.
d.Erupsi Post-Volkanis
erupsi aktiva post volkanik,terdapat pada gunungapi yang tidak begitu aktif lagi,terdapat
semacam kegiatan post-volkanik seperti fumarol,solfatar,sumber air panas,dan geyser.
Bentuklahan yang dihasilkan oleh kegiatan volkanis diIndonesia dapat dikelompokkan menjadi
beberapa jenis,yaitu:
a.Kerucut paasiterparasitic cone type),merupakan tipe perbukitan atau gunungapi yang
pembentukannya berkaitan langsung dengan kegiatan gunungapi.Contohnya adalah bentuklahan
disekitar Gunung amomgan (Jawa Timur) sehingga disebut tipe Lamomgan.
b.Berbukit-bukit kecil (hillocks type) ,yaitu bukit-bukit kecil disekitar gunung api yang tersusun
dari bahan-bahan gunungapi,terutama bahan lepas.Bentuk ini banyak disekitar kaki gunung
Galunggung (Jawa Barat)

c.Antiklinorium gunungapi (volcanic anticlinorium type) ,merupakan perbukitan lipatan disekitar


kaki gunungapi yang terjadi karena kompresi mendatar akibat runtuhan sebagian kerucut
gunungapi.Contohnya diBukit Gendol di kaki barat Gunung Merapi merupakan bagian dari
tubuh gunung Merapi yang saat ini telah meluncur secara pejal dari puncaknya yang tertahan
didataran dengan dicirikan adanya lipatan pada lapisan plastis.

BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Bentuklahan asal volkanis terdiri dari:
1.Kepundan (crater atau cauldron)
2.Kerucut terak (cinder cone)
3.Kerucut semburan (spatter cone)
4.Blok Lava
5.Kubah atau sumbat lava (lava plug)
6. Kerucut Volkan
Erupsi gunungapi dibagi menjadi beberapa bagian,yaitu erupsi linier,erupsi sentral yang meliputi
erupsi eksplosif dan erupsi efusif,erpsi semi volkan atau erupsi post-vulkanik.Masing-masing
jenis erupsi yang terjadi membentuk bentukan bebtuklahan yang berbeda pula.Adapun sebagai
contoh dari bentuklahan yang dihasilkan diantaranya adalah kerucut pasir (parastic cone
type),bukit-bukit kecil (hillocks type),dan antiklinorium gunungapi (volcanic anticlical
type).Dalam perkembangannya bentuk lahan asal volkan masing-masing berbeda sesuai dengan
type erupsi gunung api itu sendiri,karena material dan hasil kecepatan serta tenaga asalluar dalam
melakukan pekerjaanproses geomorfik

A.

Bentuk Lahan Asal Vulkanis

Bentuk lahan vulkanis adalah bentuk lahan hasil kegiatan gunung berapi baik yang
tersusun dari bahan gunung api yang sudah keluar ke permukaan bumi (ekstrusi) maupun yang

membeku dalam permukaan bumi (instrusi). Bentuk lahan vulkanis secara sederhana terbagi atas
dia yaitu :
a.

Bentuk-bentuk eksplosif (krater letusan, ash dan cinder cone)

b. Bentuk-bentuk effusif (aliran lava/lidah lava, bocca, plateau lava, aliran lahar dan lainnya) yang
membentuk bentangan tertentu dengan distribusi di sekitar kepundan, lereng bahkan kadang
sampai kaki lereng.
Struktur vulkanik yang besar biasanya ditandai oleh erupsi yang eksplosif dan effusif, yang
dalam hal ini terbentuk volkanostrato. Erupsi yang besar mungkin sekali akan merusak dan
membentuk kaldera yang besar.
B. Vulkanisme
Vulkanisme adalah semua fenomena yang berkaitan dengan proses gerakan magma dari
dalam bumi menuju ke permukaan bumi yang menghasilkan bentuklahan yang cenderung positif.
Proses geomorfologi yang terjadi pada tubuh gunungapi memberikan karakteristik lahan
yang berbeda baik dalam bentuk relief morfologi, tipe batuan, tanah, kondisi hidrologi, vegetasi
dan penggunaan lahan. Verstappen (1964) dan Widiyanto (1999) membagi tubuh gunungapi
secara umum menjadi 9 satuan bentuklahan dan menjelaskan karakteristiknya sebagai berikut :
1. Kawah merupakan cekungan pada puncak atau bagian lereng gunungapi yang merupakan
tempat keluarnya magma ke permukaan. Neck akan menghubungkan kawah dengan
dapur magma yang terdapat di dalam bumi. Bentuk cekung pada kawah menyebabkan air
hujan dapat tertampung dalam kawah sehingga akan terbentuk danau kawah.
2. Kaldera merupakan kawah yang besar. Kaldera terbentuk dari kawah yang runtuh akibat
erupsi gas yang kuat. Pada saat erupsi gas, material di dalam kawah tersebut tersembur
keluar sehingga bagian dalam kawah menjadi kosong. Kekosongan material dalam kawah
ini mengakibatkan dinding kawah menjadi labil. Akibat goncangan dan gaya berat maka
dinding kawah akan runtuh sehingga terbentuk kaldera.
3. Kerucut gunungapi merupakan bagian tubuh gunungapi paling atas yang langsung
mendapat material dari kawah saat terjadi erupsi. Gerakan material pada kerucut
gunungapi adalah gerakan gravitatif, yaitu gerakan yang dipengaruhi oleh tenaga
gravitasi bumi. Kerucut gunungapi memiliki lereng yang sangat curam dan terdapat
lembah-lembah dalam. Material endapannya merupakan campuran bahan erupsi yang

masih sangat kasar hingga kasar, Kerucut gunungapi didominasi oleh aktifitas
pengangkutan dan longsor lahan.
4. Lereng gunungapi merupakan satuan bentuklahan yang terdapat di bawah kerucut
gunungapi, dengan proses dominan berupa pengangkutan material secara gravitatif dan
oleh tenaga air. Lereng terbentuk dari hasil endapan material erupsi yang berlangsung
secara bertahap. Kemiringan lereng di satuan bentuklahan ini bervariasi dari curam
sampai agak curam dengan aktifitas longsor lahan dan pengangkutan oleh air. Ciri lain
yang umum adalah telah digunakannya untuk lahan pertanian, permukiman, peternakan,
perkebunan dan pariwisata. Biasanya lereng gunungapi ini memiliki bentuk yang belum
teratur dengan lembah-lembah yang dalam.
5. Kaki gunungapi dicirikan oleh lereng yang agak curam sampai agak landai. Kaki
gunungapi didominasi oleh pengendapan materi gunungapi misalnya yang melalui
lembah-lembah sungai. Materi yang diendapkan antara lain lumpur, endapan lava dan
materi piroklastik. Proses pengangkutan mulai berkurang yang disebabkan oleh
kemiringan lereng yang mulai berkurang. Proses gravitatif yang terjadi juga mulai lemah.
6. Dataran kaki gunungapi merupakan satuan bentuklahan yang lebih datar dan terbentuk
dari pengendapan material oleh proses fluvial. Proses sedimentasi pada lembah sungai
mulai aktif karena adanya penurunan kemiringan lereng yang memungkinkan terjadinya
pengendapan yang cukup besar. Kemiringan lerengnya bervariasi dari agak landai sampai
landai. Pemanfaatan lahan untuk pertanian mulai berkembang. Material permukaan
didominasi oleh kerikil hingga pasir kasar. Proses erosi pada unit ini mulai lebih kecil
dari pengendapannya. Secara umum proses erosi yang tampak adalah dari erosi lembar
sampai erosi alur.
7. Dataran fluvio gunungapi merupakan satuan bentuklahan dengan topografi datar dan
terbentuk oleh pengendapan dari proses fluvial. Proses pengendapan yang terjadi lebih
intensif serta material utamanya berupa pasir sedang hingga halus pada bagian atasnya.
Di sini pemanfaatan lahan untuk pertanian dan permukiman lebih berkembang.
8. Medan lava dan medan lahar. Medan lava terbentuk oleh adnya aliran lava melalu
lembah-lembah dan hasil erupsi gunungapi. Karakeristik satuan bentuklahan ini berupa
daerah yang bergelombang tak teratur. Medan lava akan terbentuk bila terjadi curahan
lava pada volume yang sangat besar yang umumnya berupa lava basalt. Medan lava ini

diyakini berhubungan erat dengan adanya erupsi melalui rekahan, baik yang muncul di
sekitar kawah maupun kerucut gunungapi.
Berdasarkan klasifikasi dari Escher (Bammelen, 1949) terdapat tujuh tipe gunugapi berdasarkan
pada tekanan gas, derajat, kecairaan lava, dan kedalaman dapur magma, yaitu : tipe hawai,
stromboli, volcano, merapi, pelle, vincent, dan tipe plinian.

Geomorfologi : Bentuk Lahan


BAB I
PENDAHULUAN

Geomorfologi ( geomorphology ) adalah ilmu tentang roman muka bumi beserta


aspek-aspek yang mempengaruhinya. Geomorfologi bisa juga merupakan salah
satu b a g i a n d a r i g e o g r a f i . D i m a n a g e o m o r f o l o g i y a n g m e r u p a k a n c a b a n g
d a r i i l m u geografi, mempelajari tentang bentuk muka bumi, yang meliputi
pandangan

luas

sebagai

cakupan

satu

kenampakan

sebagai

bentang

alam

(landscape) sampai pada satuan terkecil sebagai bentuk lahan (landform) (2012)
Hubungan geomorfologi dengan kehidupan manusia adalah dengan
a d a n y a pegunungan-pegunungan, lembah, bukit, baik yang ada didarat maupun di dasar
laut.Dan juga dengan adanya bencana alam seperti gunung berapi, gempa bumi,
tanah longsor dan sebagainya yang berhubungan dengan lahan yang ada di bumi yang juga
mendorong manusia untuk melakukan pengamatan dan mempelajari bentuk bentuk g e o m o r f o l o g i

yan g ada di bumi. Baik yang dapat berpotensi

b e r b a h a y a m a u p u n aman. Sehingga dilakukan pengamatan dan identifikasi bentuk lahan


(2012)
Istilah bentang lahan berasal dari kata landscape (Inggris) atau landscap (Belanda) atau
landschaft (Jerman), yang secara umum berarti pemandangan. Arti pemandangan mengandung
dua aspek, yaitu aspek visual dan aspek estetika pada suatu lingkungan tertentu
(Zonneveld,

1979

dalam

Tim

Fakultas

Geografi

UGM,1996.

U n t u k mengadakan analisis bentanglahan diperlukan suatu unit analisis yang


lebih rinci. Dengan mengacu pada definisi bentang lahan tersebut. maka dapat dimengerti,
bahwa unit analisis yang sesuai adalah unit bentuk lahan. Oleh karena itu, untuk menganalisis
dan

mengklasifikasi

bentang

k e r a n g k a k e r j a bentuklahan.

lahan

selalu

Berdasarkan

mendasarkan

pengertian

pada

bentanglahan

s e p e r t i d i a t a s , m a k a d a p a t diketahui, bahwa ada delapan anasir bentanglahan.


Kedelapan anasir bentanglahan itu adalah udara, tanah, air, batuan, bentuklahan, flora, fauna, dan
manusia (2012).
Bentuk

lahan

adalah

bagian

dari

permukaan

bumi

yang

m e m i l i k i b e n t u k topografis khas, akibat pengaruh kuat dari proses alam dan


struktur geologis pada material batuan dalam ruang dan waktu kronologis tertentu. Bentuk
lahan terdiri dari sistem Pegunungan, Perbukitan, Vulkanik, Karst, Alluvial, Dataran
sampai Marine terbentuk oleh pengaruh batuan penyusunnya yang ada di bawah
lapisan permukaan bumi. Pada makalah ini akan dijelaskan kembali apa yang
dimaksud dengan bentang lahan yang terbentuk berasal dari proses pelarutan (2012).

BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Bentuk Lahan
Menurut Strahler (1983), bentuk lahan adalah konfigurasi permukaan lahan yang
dihasilkan oleh proses alam. Lebih lanjut Whitton (1984) menyatakan bahwa bentuklahan
merupakan morfologi dan karakteristik permukaan lahan sebagai hasil interaksi antara proses
fisik dan gerakan kerak dengan geologi lapisan permukaan bumi. Berdasarkan kedua definisi
tersebut, dapat disimpulkan bahwa bentuklahan merupakan bentang permukaan lahan yang
mempunyai relief khas karena pengaruh kuat dari struktur kulit bumi dan akibat dari proses alam
yang bekerja pada batuan di dalam ruang dan waktu tertentu. Masing-masing bentuklahan
dicirikan oleh adanya perbedaan dalam hal struktur dan proses geomorfologi, relief/topografi dan
material penyusun (Zmit, 2013).

Struktur geomorfologi

memberikan informasi

tentang asal-usul

(genesa) dari

bentuklahan. Proses geomorfologi dicerminkan oleh tingkat pentorehan atau pengikisan,


sedangkan relief ditentukan oleh perbedaan titik tertinggi dengan titik terendah dan kemiringan
lereng. Relief atau kesan topografi memberikan informasi tentang konfigurasi permukaan
bentuklahan yang ditentukan oleh keadaan morfometriknya. Litologi memberikan informasi jenis
dan karakteristik batuan serta mineral penyusunnya, yang akan mempengaruhi pembentukan
bentuklahan (Zmit, 2013).
Bentuklahan adalah suatu kenampakan medan yang terbentuk oleh proses alami yang
memiliki komposisi tertentu dan karakteristik fisikal dan visual dengan julat tertentu yang terjadi
dimanapun bentuklahan tersebut terdapat. Berdasarkan klasifikasi yang dikemukaan oleh Van
Zuidam (1969) dan Verstappen maka bentuk muka bumi dapat diklasifikasikan menjadi 8 satuan
bentuklahan utama (geomorfologi), yang dapat masing-masing dirinci lagi berdasarkan skala
peta yang digunakan. Adapun satuan bentuk lahan tersebut adalah sebagai berikut (Zmit, 2013).
1. Bentuklahan asal struktural

Gambar 2.1 Bentuk lahan struktural (Suhendra, 2009)


Bentuk lahan struktural terbentuk karena adanya proses endogen atau proses tektonik, yang
berupa pengangkatan, perlipatan, dan pensesaran. Gaya (tektonik) ini bersifat konstruktif
(membangun), dan pada awalnya hampir semua bentuk lahan muka bumi ini dibentuk oleh
kontrol struktural. Bentuklahan asal struktural adalah sebagai berikut (Suhendra, 2009).
Pegunungan blok sesar (simbol : S1)
Gawir sesar (simbol : S2)
Pegunungan antiklinal (simbol : S3)
Perbukitan antiklinal (simbol : S4)
Perbukitan atau pegunungan sinklinal (simbol : S5)
Pegunungan monoklinal (simbol : S6)

Pegunungan atau perbukitan kubah (simbol : S7)


Pegunungan atau perbukitan plato (simbol : S8)
Lembah antiklinal (simbol : S9)
Hogback atau cuesta (simbol : S10)
2. Bentuklahan asal denudasional

Gambar 2.2 Bentuk Lahan Denudasional (Suhendra, 2009).


Proses denudasional (penelanjangan) merupakan kesatuan dari proses pelapukan gerakan tanah
erosi dan kemudian diakhiri proses pengendapan. Semua proses pada batuan baik secara fisik
maupun kimia dan biologi sehingga batuan menjadi desintegrasi dan dekomposisi. Batuan yang
lapuk menjadi soil yang berupa fragmen, kemudian oleh aktifitas erosi soil dan abrasi, tersangkut
ke daerah yang lebih landai menuju lereng yang kemudian terendapkan.
Pada bentuk lahan asal denudasional, maka parameter utamanya adalah erosi atau tingkat.
Derajat erosi ditentukan oleh : jenis batuannya, vegetasi, dan relief. Bentuklahan asal
denudasional adalah sebagai berikut (Suhendra, 2009).
Pegunungan terkikis (simbol : D1)
Perbukitan terkikis (simbol : D2)
Bukit sisa (simbol : D3)
Perbukitan terisolir (simbol : D4)
Dataran nyaris (simbol : D5)
Kaki lereng (simbol : D6)
Kipas rombakan lereng (simbol : D7)
Gawir (simbol : D8)
Lahan rusak (simbol : D9)

3. Bentuklahan asal gunungapi (vulkanik)

Gambar 2.3 Bentuk Lahan Volkanisme (Suhendra, 2009).


Volkanisme adalah berbagai fenomena yang berkaitan dengan gerakan magma yang bergerak
naik ke permukaan bumi. Akibat dari proses ini terjadi berbagai bentuk lahan yang secara umum
disebut bentuk lahan gunungapi atau vulkanik. Bentuklahan asal gunungapi adalah sebagai
berikut (Suhendra, 2009).
Kepundan (simbol : V1)
Kerucut gunungapi (simbol : V2)
Lereng gunungapi (simbol : V3)
Kaki gunungapi (simbol : V4)
Dataran kaki gunungapi (simbol : V5)
Dataran kaki fluvio gunungapi (simbol : V6)
Padang lava (simbol : V7)
Lelehan lava (simbol : V8)
Aliran lahar (simbol : V9)
Dataran antar gunungapi (simbol : V10)
Leher gunungapi (simbol : V11)
Boca (simbol : V12)
Kerucut parasiter (simbol : V13)

4. Bentuklahan asal fluvial

Gambar 2.4 Bentuk Lahan Asal Fluvial (Herlambang, 1990).


Bentuklahan asal proses fluvial terbentuk akibat aktivitas aliran sungai yang berupa
pengikisan, pengangkutan dan pengendapan (sedimentasi) membentuk bentukan-bentukan
deposisional yang berupa bentangan dataran aluvial (Fda) dan bentukan lain dengan struktur
horisontal, tersusun oleh material sedimen berbutir halus. Bentuklahan asal fluvial adalah
sebagai berikut (Suhendra, 2009).
Dataran aluvial (simbol : F1)
Rawa, danau, rawa belakang (simbol : F2)
Dataran banjir (simbol : F3)
Tanggul alam (simbol : F4)
Teras sungai (simbol : F5)
Kipas aluvial (simbol : F6)
Gosong (simbol : F7)
Delta (simbol : F8)
Dataran delta (simbol : F9)
5. Aluvial Plain / Kipas Darat

Gambar 2.5 Bentuk Lahan Aluvial Plain (Herlambang, 1990).


Bentang lahan kipas aluvial merupakan hamparan bahan aluvial yang bermula dari
suatu mulut lembah di daerah pegunungan, kemudian me-masuki wilayah dataran. Dari mulut
lembah tersebut, endapan menyebar dengan sudut kemiringan makin landai. Fraksi kasar akan
teraku-mulasi di dekat mulut lembah, sedangkan fraksi halus akan terdapat pada daerah dataran.
Sungai yang mengalir di daerah kipas cenderung berubah-ubah arah, karena pembendungan di
daerah hulunya oleh fraksi kasar. Kipas alu-vial dapat terjadi pada kaki gunung api, kaki tebing
dari gawir sesar, atau pada lembah di bawah suatu lembah lain, tergantung pada kondisi dan
posisi daerah erosi. Pada daerah beriklim kering, di kaki pegunung-an sering dijumpai akumulasi
endapan dari longsoran batuan dengan lereng yang landai dan berangsur datar. Daerah tersebut
dinamakan rock pediment, rock plane atau conoplain. Daerah yang terletak antara daerah erosi
dan daerah endapan disebut zone of planation. Jika aku-mulasi endapan hasil longsoran tersebut
berbentuk kipas disebut pula rock fan.

6. Bentuklahan asal marin

Gambar 2.6 Bentuk Lahan Marine (Suhendra, 2009).


Aktifitas marine yang utama adalah abrasi, sedimentasi, pasang-surut, dan pertemuan
terumbu karang. Bentuk lahan yang dihasilkan oleh aktifitas marine berada di kawasan pesisir
yang terhampar sejajar garis pantai. Pengaruh marine dapat mencapai puluhan kilometer ke arah
darat, tetapi terkadang hanya beberapa ratus meter saja. Sejauh mana efektifitas proses abrasi,
sedimentasi, dan pertumbuhan terumbu pada pesisir ini, tergantung dari kondisi pesisirnya.
Proses lain yang sering mempengaruhi kawasan pesisir lainnya, misalnya : tektonik masa lalu,
berupa gunung api, perubahan muka air laut (transgresi/regresi) dan litologi penyusun.
Bentuklahan asal marin adalah sebagai berikut (Suhendra, 2009).
Gisik (simbol : M1)
Dataran pantai (simbol : M2)
Beting pantai (simbol : M3)
Laguna (simbol : M4)
Rataan pasang-surut (simbol : M5)
Rataan lumpur (simbol : M6)
Teras marin (simbol : M7)
Gosong laut (simbol : M8)
Pantai berbatu (simbol : M9)
Terumbu (simbol : M10)
7. Bentuklahan asal pelarutan

Gambar 2.7 Bentuk Lahan Karst (Suhendra, 2009).


Bentuk lahan karst dihasilkan oleh proses pelarutan pada batuan yang mudah larut. Karst adalah
suatu kawasan yang mempunyai karekteristik relief dan drainase yang khas, yang disebabkan
keterlarutan batuannya yang tinggi. Dengan demikian Karst tidak selalu pada batu gamping,
meskipun hampir semua topografi karst tersusun oleh batu gamping. Bentuklahan asal pelarutan
adalah sebagai berikut (Suhendra, 2009).
Dataran karst (simbol : K1)
Kubah karst (simbol : K2)
Lereng perbukitan (simbol : K3)
Perbukitan sisa karst (simbol : K4)
Uvala atau polye (simbol : K5)
Ledok karst (simbol : K6)
Dolina (simbol : K7)

8. Bentuk lahan asal Eolin (angin)

Gambar 2.8 Bentuk Lahan Eolin (angin) (Suhendra, 2009).


Gerakan udara atau angin dapat membentuk medan yang khas dan berbeda dari bentukan
proses lainnya. Endapan angin terbentuk oleh pengikisan, pengangkatan, dan pengendapan
material lepas oleh angin. Endapan angin secara umum dibedakan menjadi gumuk pasir dan
endapan debu. Bentuklahan asal eolin adalah sebagai berikut (Suhendra, 2009).
Gumuk pasir (simbol : E1)

Gumuk pasik barkan (simbol : E2)


Gumuk pasir pararel (simbol : E3)

9. Bentuklahan asal glasial

Gambar 2.9 Bentuk Lahan Glasial (Suhendra, 2009).


Bentukan ini tidak berkembang di Indonesia yang beriklim tropis ini, kecuali sedikit di
puncak Gunung Jaya Wijaya, Papua. Bentuk lahan asal glasial dihasilkan oleh aktifitas es/gletser
yang menghasilkan suatu bentang alam (Suhendra, 2009).
Semua satuan bentuklahan tersebut memiliki karakter yang khas dan mencerminkan ciri
tertentu. Dengan demikian maka, dengan mengenal nama satuan bentuklahan akan dapat
dibayangkan sifat alaminya. Satuan bentuklahan ini sangat penting terutama dalam konteks
kajian lingkungan, baik lingkungan fisik, biotis, maupun kultural (Suhendra, 2009).

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bentuklahan adalah bagian dari permukaan bumi yang memiliki bentuk topografiskhas,
akibat pengaruh kuat dari proses alam dan struktur geologis pada material batuan
dalam ruang dan waktu kronologis tertentu.
Verstappen ( 1 9 8 3 )

telah

mengklasifikas i

bentuklahan

berdasarkan

g e n e s i s n ya m e n j a d i sepuluh klas utama. Kesepuluh klas bentuklahan utama itu adalah


sebagai berikut :
1. Bentuklahan asal structural
2. Bentuklahan asal vulkanik
3. Bentuklahan asal denudasional
4. Bentuklahan asal fluvial
5. Bentuklahan asal marine
6. Bentuklahan asal glacial
7. Bentuklahan asal Aeolian
8. Bentuklahan asal solusional (pelarutan)
9. Bentuklahan asal organik
10. Bentuklahan asal antropogenik.

Bentuk lahan asal vulkanik, merupakan bentuk lahan yang terjadi akibat aktivitas
gunung api, contohnya antara lain kerucut gunung api, kawah, kaldera, medan lava.
Bentuk lahan asal denudasi, merupakan bentuk lahan yang dihasilkan oleh proses
degradasi seperti erosi dan longsor, contohnya bkit sisa, peneplain, lahan rusak.
Bentuk lahan asal fluvial, merupakan bentuk lahan yang terjadi akibat aktivitas sungai,
contohnya antara lain dataran banjir, tanggul alam, teras sungai. Karena sebagian besar sungai
bermuara di laut maka sering terjadi bentuk lahan akibat kombinasi proses fluvial dan marine.
Bentuk lahan asal marine, merupakan bentuk lahan yang dihasilkan oleh proses laut
seperti tenaga gelombang, pasang dan arus. Contohnya gisik pantai (beach ridge), bura (spit),
tombolo, laguna.
Bentuk lahan asal glasial, merupakan bentuk lahan yang dihasilkan oleh aktivitas
gletser (gerakan massa es), contohnya adalah lembah menggantung (hanging valley), morena,
drumlin.
Bentuk lahan asal aeolin, merupakan bentuk lahan yang dihasilkan oleh proses angin,
contohnya gumiuk pasir yang memiliki berbagai bentuk seperti barchan, parabolik, longitudinal,
transversal,bintang.
Bentuk lahan asal solusional (pelarutan), merupakan bentuk lahan yang dihasilkan
oleh pelarutan batuan. Banyak terdapat pada daerah kapur (karst), contohnya adalah kubah karst,
dolina, uvala, polje, gua karst.
Bentuk lahan asal organik, merupakan bentuk lahan yang dihasilkan oleh aktivitas
organisme contohnya adalah terumbu karang dan pantai bakau.
Bentuk lahan asal antropogenik merupakan bentuk lahan yang dihasilkan oleh aktivitas
manusia contohnya kota, pelabuhan.

Anda mungkin juga menyukai