Anda di halaman 1dari 11

Bab II

2.1 FormulasiBedakPadat
Talkum
Kaolin

50 %
26 %

Seng Oksida 10 %
Tragakan

6%

Titan Oksida 3 %
Parafin Liquid

3%

Parfum (Oleum Rosae)

1%

Pigmen

kuning (iron dioxide yellow)

Pigmen merah (iron dioxide red)


Asamsalisilat

0,75 %
0,25%

0,2 %

2.2AlasanPemilihanBahan
a. Talkum

: Untuk membuat sediaan melekat baik dan memudahkan penyerapan serta


memberikan rasa lembut pada kulit, kemampuan menutupi yang baik,daya
adesifnya kuat, daya lenturnya juga baik.

b. Kaolin

: Untuk menyerap keringat dan minyak.

c. ZnO

: Senyawa yang dapat memberikan kesejukan, kesegaran dan sebagai

antiseptic .

d. Tragakan

: Untuk melekatkan atau mengikat komponen yang larut dalam air sehingga
membantu pembentukan bedak padat yang halus dan kompak.

e. Titan Oksida

: Titanium oksida memiliki kemampuan sebagai tabir surya sehingga


dimanfaatkan sebagai bahan pewarna putih dan penangkal cahaya.
Cakupan dari cahaya yang menyebar dapat diubah oleh variasi
ukuran partikel dari serbuk titanium oksida. Sebagai contoh, titanium
oksida yang memiliki ukuran partikel sekitar 230 nm menyebarkan s
inar tampak, tetapi titanium oksida dengan ukuran partikel 60 nm
menyebarkan sinar UV dan memantulkan sinar tampak.

f. Parafin Liquid

: Sebagai pelembab dan pelican, dan menambah daya lekat terhadap


bedak.

g. Parfum

: sebagai bahan tambahan untuk memberikan bau harum pada


sediaan bedak.

h. Pigmen

: menciptakan bedak wajah yang menampilkan nuansa bayangan


yang diinginkan.

i. Asam Salisilat

: untuk menghindari kontaminasi produk selama pembuatan dan juga


selama digunakan oleh konsumen.

2.3AlatdanBahan
a. Alat
1. Cawan porselen.
2. Spatel logam.
3.

Penjepit kayu.

4. Mortir dan stamper.

5.

Gelas ukur.

6.

Waterbath.

7. Batang pengaduk.
8. Alat evaluasi sediaan
9. Pot plastik
b. Bahan
1. Talkum
2. Kaolin
3. Seng Oksida
4. Tragakan
5. Titan dioksida
6. Parafin Liquid
7. Parfum
8. Pigmen
9. Asamsalisilat
2.5 PerhitungandanPenimbanganBahan
1. Perhitungan Bahan untuk Sediaan bedak padat 12 gram
Bahan

Talkum

50 %

SkalaLaboratorium

SkalaIndustri

( 2 sediaan + 20 % )

( 1000 sediaan )

+ 20 % = 32 %

Kaolin

26 %

Seng Oksida

10 %

Tragakan

6%

Titanium

3%

Parafin Liquid

3%

Parfum

1%

Pigmen

1%

Asamsalisilat

0,2 %

+ 20 % = 26,24 %

Dioksida

2.6MetodePembuatan
Adapun metode pembuatan bedak padat sebaga iberikut :
1. Tragakan dilarutkan dalam air sebanyak 50 cc,sampailarut
2. Dituangkan dalam tepung(talcum, kaolin, zinc oksida ,titanium dioksida, tragakan,
parfum) lalu diaduk hingga merupakan adonan, ditambah pigmen kuning dan parfum,
dihomogenkan.
3. Kemudian tuang paraffin sedikit demi sedikit,diaduk aduk terus hingga merata.
4. Setelah itu dicetak dan dikeringkan.
2.7 Spesifikasi Sediaan
1. Organoleptis
a) Bentuk

: bedak padat

b) Warna

: coklat muda

c) Bau

: harum

2. Berat bersih(Netto)

: 12 gram

3. Sediaan mudah dioleskan pada kulit


4. Warnanya tersebar homogen.
5. Kandungan Asam Salisilat 0,2% .

BAB III
1.1. PengujianSediaan
1. Uji Organoleptis
Dilakukan pengamatan sifat fisika secara visual meliputi :bentuk, bau, dan warna
sedian.
2. Berat Bersih (Netto)
Ditimbang bedak dengan tempat bedak, dikeluarkan bedak dari tempatnnya. Di
timbang kembali bedak kosong. Dihitung berat netto sebagai selisih penimbangan
akhir dan awal.
3. Uji homogenitas
Bedak dioleskan pada objek glass lalu diamati, jika terdapat bentuk-bentuk pada
pewarnanya maka dapat disimpulkan bahwa bedak tidak homogenya.
4. Uji daya Oles
Bedak dioles menggunakan puff, kemudian disapukan di kulit.

5. Uji Identifikasi Asam Salisilat


a. Larutan salisilat dengan keenceran sedang,ditambah besi (III) klorida LP
memberikan warna ungu.
b. Penambahan asam pada larutan asam salisilat dengan kepekatan sedang
memberikan endapan hablur asam salisilat berwarna putih dengan suhu lebur antara
158 derajat dan 161 derajat. .(kodeks kosmetika Indonesia volume II, 1981).
6. Uji Penetapan Kadar asam salisilat.
a. Timbang saksama lebih kurang 500 mg zat
b. Dilarutkan dalam 25 ml etanol (45%) P yang telah dinetralkan dengan NaOH 0,1
N.
c. Titrasi dengan NaOH 0,1N menggunakan indikator fenolftalein LP.
d. Tiap ml larutan NaOH 0,1 N setara dengan 13,81 mg C7H6O3.(kodeks kosmetika
Indonesia volume I, 1980).

1. 2 Data Pengamatan

1.3. Perhitungan

1.4 Pembahasan
Pada praktik formulasi bedak padat, dibutuhkan komponen punyusun bedak padat
yang mewakili sifat covering, slip, adhesiveness, absorbansy dan bloom. Keseimbangan
komposisi dari sifat-sifat tersebut akan menghasilkan bedak yang diinginkan, seperti
warnanya yang tersebar homogen, berbau harum, warna yang sesuai, kemudahan
melekat, awet, dan tidak mudah retak.
Pada praktik formulasi ini, bahan utama yang digunakan adalah talkum yang
memiliki sifat lembut dan mampu menutupi kekurangan kulit, digunakan juga titanium

oksida yang memiliki efek tabir surya, pigmen sebagai pewarna, tragakan sebagai
pengikat, Kaolin sebagai absorben, dan parfum sebagai pemberi aroma.uji identifikasi
asam salisilat dan uji kuantitatif terhadap kadar asam salisilat.
Pada uji Organoleptik, dilakukan uji awal terhadap bentuk, yaitu berbentuk
padatan, bau yaitu berbau sangat harum, evaluasi untuk hal ini bau sangat harum tersebut
dikarenakan konsentrasi parfum yang berlebihan, yaitu 1%, konsentrasi ini berlebih
karena parfum pada bedak umumnya 0,02-0,2%. Sedang untuk uji warna, didapat warna
sediaan bedak padat yaitu coklat muda sehingga sesuai dengan warna yang diinginkan,
Pada uji berat bersih (netto) dilakukan uji penimbangan berat bersih bedak dalam
sediaan, didapatkan berat bersih sebesar 12 1046 gram dibandingkan dengan spesifikasi
sediaan yaitu 12 gram, sehingga netto bedak sesuai dengan spesifikasi sediaan.
Pada uji homogenitas dilakukan dengan mengoleskan bedak pada objek glass
didapatkan hasil bentuk dan warna yang seragam sehingga bedak dinilai homogen. Hal
ini sesuai dengan uji spesifikasi sediaan, yaitu sediaan bedak yang homogen.
Homogenitas warna ini penting, artinya pewarna pada bedak wajah harus terdispersi
secara homogen dalam dasar bedak, tidak boleh ditemukan adanya lapisan warna atau
ketidakbercampuran pada dispersi bedak yang menyebabkan pulverisasi yang jelek atau
pengeluaran warna yang tidak seragam. Keseragaman pada bedak dapat dengan mudah
diperiksa dengan menyebarkannya pada kertas putih dan diuji dengan kaca pembesar
dengan deg glass.
a.

Pada uji daya oles, didapat bedak padat yang sulit dioleskan

pada kulit artinya sediaan tidak mudah menempel pada puff, hal ini berarti sedaiaan tidak
sesuai dengan spesifikasi sediaan bedak yang diharapkan yaitu warna mudah menempel
pada kulit. Evaluasi untuk hal ini dikarenakan tekanan pada cake terlalu besar, sehingga
bedak yang dihasilkan tidak akan tersapu bersih dengan mudah, dan akan ada gaya
adhesi yang tidak cukup dari bahan terhadap puff. Tetapi sebaliknya jika tekanannya
terlalu rendah, cake akan menjadi lembek dan mempunyai kecenderungan menjadi
remuk dan mudah pecah. Pada Formula, untuk menambah daya lekat bedak padat pada
kulit dapat juga ditambahkan zink stearat atau magnesium stearat yang akan membuat
bedak padat lebih melekat pada kulit dan memberi efek halus pada sediaan bedak padat.
Namun penggunaan zat ini tidak boleh terlalu banyak dikarenakan akan berpengaruh
pada proses pengempaan dan mengakibatkan rasa berminyak pada penggunaan, karena
minyak akan berpindah dan terabsorbsi pada puff atau kuas, selain itu pada jumlah yang

besar akan menghasilkan efek bercak pada kulit, sehingga akan mengurangi sifat slip
dari bahan yang lain. Jumlah yang biasa digunakan adalah 3-10%;.

Pada uji identifikasi asam salisilat dilakukan dengan uji warna dengan reagen
FeCl3 dan larutan asam, pada uji FeCl3 didapat warna coklat keunguan dan jika ditambah
larutan asam didapat endapan putih larutan jernih, hal ini menunjukkan kesesuaian
dengan teori di mana asam salisilat pada kosmetik ditandai dengan terjadinya warna
ungu bila ditambah dengan FeCl3 dan terdapatnya endapan putih sebagai Kristal asam
salisilat jika ditambah larutan asam. Dari hasil identifikasi iddapatkan kesimpulan bahwa
sampel mengandung asam salisilat.
Pada uji kuantitatif terhadap kadar asam salisilat, dilakukan secara titrasi
alkalimetri, dimana titrasi ini menggunakan basa kuat untuk menetapkan asam yaitu
asam salisilat dengan indikator asam basa yaitu fenolftalien (pp) yang akan memberikan
warna merah muda pada titik akhir titrasi. Pada praktik didapatkan kadar asam salisilat
pada sediaan bedak adalah 0.29% sedang pada spesifikasi sediaan, kadar asam salisilat
adalah 0,20%, sehingga kadar uji tidak sesuai dengan kadar yang diharapkan.

BAB IV
Kesimpulan dan Saran
4.1 Kesimpulan
Jadi untuk membuat sediaan bedak padat yang baik, dibutuhkan komposisi bahan yang
mampu mewakili setiap sifat covering, slip, adhesiveness, absorbansy dan bloom dengan takaran
yang sesuai, karena kelebihan atau kekurangan dari suatu zat yang mewakili sifat tersebut akan
menimbulkan ketidaksesuain sediaan seperti bau kurang nyaman, tidak melekat di kulit, keretakan
pada bedak, warna yang tidak sesuai, dan bedak yang tidak homogeny.
4.2 Saran
Perlu dikaji ulang formula bedak untuk mendapatkan hasil terbaik yang sesuai dengan sifat
bedak padat y7ang diinginkan.

Daftar Pustaka

Badan POM, 2011. Pedoman Cara Pembuatan Kosmetik Yang Baik. Jakarta.
Balsam, M.S. and Edward Sugarin. 1972. Cosmetics Science and , Technology. Willey
Interscience : USA.
Formularium Kosmetika Indonesia, 1985, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan
Poucher, Jonh. 2000. Pouchers Perfumes, Cosmetics and Soaps Kluer Academic
Publishers. USA.
Tranggono, Retno Iswari dan Fatma Latifah. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan
Kosmetik.Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai