Disusun oleh:
Muchlis
D14112011
Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena
itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kepada seluruh pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Tidak ada gading yang tak retak, isi karya tulis ini juga tidak bebas dari kekurangan. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik, saran dan masukan yang membangun. Akhir kata
semoga isi karya tulis ini bisa bermanfaat.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.......................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3 Tujuan.............................................................................................................2
1.4 Manfaat...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Batubara..........................................................................................................3
2.2 Hutan...............................................................................................................5
2.3 Kerusakan Hutan Akibat Pertambangan Batubara..........................................5
2.4 Dampak Kerusakan Hutan Akibat Pertambangan Batubara Terhadap Air
Tanah................................................................................................................6
2.5 Erosi Akibat Kerusakan Hutan di Kawasan Pertambangan............................7
2.5.1 Ekosistem Darat...........................................................................................7
2.5.2 Ekosistem Air...............................................................................................8
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia dikenal memiliki hutan tropis yang cukup luas dengan keaneka-ragaman hayati
yang sangat tinggi dan bahkan tertinggi kedua di dunia setelah Brazillia. Berdasarkan data yang
dipublikasikan oleh Badan Planologi Kehutanan RI tahun 2000 bahwa luas hutan Indonesia
adalah 120,3 juta hektar atau 3,1% dari luas hutan dunia (Suhendang, 2002). Seiring dengan
berjalannya waktu dan tingkat kebutuhan akan kayu semakin meningkat, mendorong masyarakat
baik secara individu maupun kelompok melakukan eksploitasi hasil hutan dengan tidak
memperhatikan kelestariannya. Kerusakan hutan di Indonesia tidak hanya terjadi pada hutan
alam tetapi juga telah terjadi pada hutan lindung. Padahal, hutan lindung memiliki fungsi yang
spesifik terutama berkaitan dengan ketersediaan air. Air merupakan sumber kehidupan yang
sangat penting terhadap keberlanjutan kehidupan bagi semua mahluk hidup. Hal ini seperti telah
tertuang dalam Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Ketentuan Pokok Kehutanan
yang menjelaskan bahwa hutan lindung merupakan kawasan hutan karena keadaan sifat alamnya
diperuntukkan guna pengaturan tata air, pencegahan banjir dan erosi serta pemeliharaan
kesuburan tanah
Batubara merupakan bahan tambang yang sangat diperlukan oleh suatu industri untuk bahan
bakar mesin yang digunakan untuk proses produksi maupun sebagai bahan bakar untuk kereta.
Bahan tambang ini diperoleh dengan melakukan penggalian kedalam perut bumi karena letak
bahan baku batubara yang berada pada lapisan tanah dalam dimana proses yang terjadi selama
ribuan tahun.
lingkungan sekitarnya. Salah satunya pertambangan yang ada di kabupaten Berau, Kalimantan
Timur yang dikelola oleh PT Berau Coal. Hutan yang menjadi lokasi penambangan ditebang
untuk meperluas area penambangan agar memudahkan dalam eksploitasi dan mobilitas di sekitar
area tambang. Penebangan hutan ini menimbulkan dampak yang sangat besar terhadap
kehidupan ekosistem alam sekitar dan kehidupan masyarakat yang tinggal dikawasan hilir sungai
dekat penambangan batubara tersebut. Oleh karena itu, perlu diketahui dampak kerusakan yang
terjadi terhadap ekositem dan ketersediaan air tanah yang menjadi sumber utama air bersih
masyarakat di sekitar, agar dapat mengetahui tindakan penanggulangan/perbaikan yang tepat dan
cepat.
tanah yang digunakan masyarakat sekitar area tambang sebagai sumber utama air bersih ?
Bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kondisi lingkungan yang rusak
akibat penambangan batubara di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari
kegiatan penambangan batubara pada kawasan hulu sungai terhadap ketersediaan sumber air
tanah yang digunakan masyarakat yang tinggal didaerah hilir sungai sebagai sumber air bersih.
Selain itu juga dapat diketahui dampak dari kerusakan hutan yang disebabkan oleh kegiatan
penambangan batu bara yang menyebabkan berubahnya ekosistem hutan tersebut.
1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pengaruh kegiatan
penambangan batubara terhadap ketersediaan sumber air tanah yang digunakan oleh masyarakat
yang tinggal pada bagian hilir sungai lokasi penambangan batubara, sehingga dapat melakukan
tindakan penanggulangan untuk mengurangi dampak dari penambangan tersebut
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Batu Bara
Batubara adalah bahan galian yang terbentuk dari sisa tumbuhan yang terperangkap
dalam sedimen dan dapat dipergunakan sebagai bahan bakar, Jenis sedimen ini terperangkap dan
mengalami perubahan material organik akibat timbunan (burial) dan diagenesa.
Batubara awalnya merupakan bahan organik yang terakumulasi dalam rawa-rawa yang
dinamakan peat. Pembentukan batubara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya terjadi
pada era-era tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman karbon kira-kira 340 juta tahun yang lalu
(Jtl) adalah masa pembentukan batubara yang paling produktif. Batubara adalah salah satu bahan
bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari
endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses
pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batu bara juga
adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat
ditemui dalam berbagai bentuk.
Potensi sumber daya batubara di Indonesia sangat melimpah, terutama di pulau
kalimantan dan pulau sumatera. Batubara merupakan bahan bakar utama selain solar (diesel fuel)
yang digunakan dalam industri. Dari segi ekonomis batubara jauh lebih hemat dari pada solar
dengan perbandingan sebagai berikut: solar Rp. 0,74/kilokalori sedangkan batubara Rp.
0.09/kilokalori. Dari segi kuantitas, batubara merupakan cadangan energi fosil terpenting di
Indonesia, Jumlahnya sangat melimpah, mencapai puluhan milyar ton. Jumlah ini cukup untuk
memasok kebutuhan energi listrik hingga ratusan tahun kedepan.
Seperti yang diketahui, pertambangan batubara juga menimbulkan dampak terhadap
lingkungan sekitar. Aktivitas pertambangan mencemari lingkungan di sekitar lokasi
penambangan. Pencemaran tersebut antara lain :
1. Pencemaran Air
Penambangan batubara secara langsung menyebabkan pencemaran air, yaitu dari limbah
pencucian batubara tersebut dalam hal memisahkan batubara dengan sulfur. Limbah pencucian
tersebut mencemari air sungai sehingga warna air sungai menjadi keruh, asam, dan menyebabkan
pendangkalan sungai akibat endapan pencucian batubara tersebut. Limbah pencucian batubara
setelah diteliti mengandung zat-zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia jika airnya
dikonsumsi. Limbah tersebut mengandung belerang (b), merkuri (Hg), asam slarida (HCn),
mangan (Mn), asam sulfat (H2SO4), dan timbal (Pb). Hg dan Pb merupakan logam berat yang
dapat menyebabkan penyakit kulit pada manusia seperti kanker kulit.
2. Pencemaran Tanah
Tidak hanya air yang tercemar, tanah juga mengalami pencemaran akibat pertambangan
batubara ini, yaitu terdapatnya lubang-lubang besar yang tidak mungkin ditutup kembali yang
menyebabkan terjadinya kubangan air dengan kandungan asam yang sangat tinggi. Air kubangan
tersebut mengadung zat kimia seperti Fe, Mn, SO4, Hg dan Pb. Fe dan Mn dalam jumlah banyak
bersifat racun bagi tanaman yang mengakibatkan tanaman tidak dapat berkembang dengan baik.
SO4 berpengaruh pada tingkat kesuburan tanah dan PH tanah, akibat pencemaran tanah tersebut
maka tumbuhan yang ada diatasnya akan mati.
3.
Pencemaran Udara
Penambangan batubara menyebabkan polusi udara, hal ini diakibatkan dari pembakaran
batubara. Menghasilkan gas nitrogen oksida yang terlihat cokelat dan juga sebagai polusi yang
membentuk acid rain (hujan asam) dan ground level ozone, yaitu tipe lain dari polusi yang dapat
membuat kotor udara.
Selain itu debu-debu hasil pengangkatan batubara juga sangat berbahaya bagi kesehatan,
yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit infeksi saluran pernafasan (ISPA), dan dalam
jangka panjang jika udara tersebut terus dihirup akan menyebabkan kanker, dan kemungkinan
bayi lahir cacat.
2.2 Hutan
Indonesia dikenal memiliki hutan tropis yang cukup luas dengan keaneka-ragaman hayati
yang sangat tinggi dan bahkan tertinggi kedua di dunia setelah Brazillia. Berdasarkan data yang
dipublikasikan oleh Badan Planologi Kehutanan RI tahun 2000 bahwa luas hutan Indonesia
adalah 120,3 juta hektar atau 3,1% dari luas hutan dunia. Seiring dengan berjalannya waktu dan
tingkat kebutuhan akan kayu semakin meningkat, mendorong masyarakat baik secara individu
maupun kelompok melakukan eksploitasi hasil hutan dengan tidak memperhatikan
kelestariannya. Eksploitasi hasil hutan tersebut biasanya dilakukan secara ilegal seperti
melakukan pembalakan liar, perambahan, pencurian yang mengakibatkan kerusakan hutan di
Indonesia tidak terkendali (laju kerusakan hutan Indonesia 2,8 juta hektar per tahun). Akibatnya,
kerusakan hutan atau lingkungan tak terkendali tersebut mengakibatkan luas hutan semakin
menurun, lahan kritis semakin bertambah, dan sering terjadi bencana alam seperti banjir, tanah
longsor, dan lain sebagainya.
Kerusakan hutan di Indonesia tidak hanya terjadi pada hutan alam tetapi juga telah terjadi
pada hutan lindung. Padahal, hutan lindung memiliki fungsi yang spesifik terutama berkaitan
dengan ketersediaan air. Air merupakan sumber kehidupan yang sangat penting terhadap
keberlanjutan kehidupan bagi semua mahluk hidup. Hal ini seperti telah tertuang dalam Undangundang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Ketentuan Pokok Kehutanan yang menjelaskan bahwa
hutan lindung merupakan kawasan hutan karena keadaan sifat alamnya diperuntukkan guna
pengaturan tata air, pencegahan banjir dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah.
2.3 Kerusakan Hutan Akibat Pertambangan Batubara
Bahan tambang merupakan bahan yang berada didalam bumi sehingga untuk
mengambilnya perlu dilakukan penggalian. Batubara merupakan salah satu bahan tambang yang
banyak ditemukan dikawasan hutan yang tua karena proses terbentuknya batubara merupakan
sedimentasi dari tanaman pada zaman purba yang mengalami proses penimbunan hingga ribuan
tahun. Dalam upaya eksploitasi bahan tambang batubara ini, perlu dilakukan perluasan area
tambang untuk memudahkan mobilitas pengangkutan dan pengambilan batubara tersebut.
Kawasan hutan yang memiliki potensi batubara harus disingkirkan atau ditebang untuk
dilakukan penggalian. Karena besarnya sumber daya batubara pada suatu lokasi maka luas area
hutan yang disingkirkan untuk kegiatan tersebut semakin luas.
2.4 Gambaran Umum Lokasi Pertambangan
masih lebat menjadikan daerah ini berkarakter hutan hujan tropis dengan curah hujan yang relatif
merata sepanjang tahun. Hal ini didorong oleh kelembaban udara yang tinggi dan daerah perairan
yang masih luas. Curah hujan cenderung tinggi sepanjang tahun, berkisar antara 91 - 246 mm
perbulan (Subardja, 2007).
Formasi pembawa lapisan batubara pada daerah potensi batubara konsesi PT. Berau Coal
adalah Formasi Berau dan Formasi Lati. Formasi ini terdiri dari satuan batupasir, mudstone
,batulanau, batulempung, batubara dan batugamping. Ketebalan Formasi Berau atau Formasi Lati
berkisar 600 meter hingga 1.600 meter, umur Miosen Tengah hingga Miosen Atas dan
diendapkan dalam lingkungan delta dan laut dangkal. Formasi ini jari jemari dengan Formasi
Sterile di bagian bawahnya dan tidak selaras dengan Formasi Labanan di bagian atasnya
(Subardja, 2007).
Metode penambangan yang dilakukan pada PT. Berau Coal menggunakan pola
penambangan box-cut contour mining. Pola penambangan box cut contour mining dilakukan
pada areal-areal yang memiliki kemiringan lapisan relatif landai dan dengan luas areal timbunan
di luar areal tambang yang relatif sangat terbatas. Pemakaian pola penambangan ini salah
satunya adalah bertujuan agar luas areal yang terganggu oleh kegiatan penambangan tidak terlalu
luas. Areal untuk penimbunan tanah penutup diusahakan tidak terlalu jauh dari areal bukaan dan
sedapat mungkin dengan memanfaatkan kembali bekas areal bukaan (Subardja, 2007).
2.5 Penggunaan Lahan di Kawasan Berau
lapisan atas tersebut membuat tanah tersebut mudah terlepas. Air hujan yang jatuh ke tanah
memiliki energi kinetik yang membuat lapisan tanah tersebut perlahan-lahan terlepas. Puncak
dari erosi tersebut yaitu terjadinya tanah longsor yang membawa lapisan tanah tersebut
berpindah dalam jumlah yang besar. Dampak dari erosi tersebut tumbuhan dan hewan tidak dapat
menyesuaikan diri dengan kondisi tersebut sehingga ekosistem dihutan tersebut berubah.
2.7.2 Ekosistem Air
Erosi yang terjadi akibat air hujan yang jatuh membawa partikel tanah dan masuk
kedalam sungai/perairan sebagai air limpasan. Partikel tanah tersebut akan membuat konsentrasi
TSS semakin tinggi
sedimentasi. Keruhnya sungai tersebut akan mempengaruhi kadar oksigen terlarut yang
diperlukan oleh biota air untuk hidup. Berkurangnya kadar DO tersebut berpengaruh terhadap
keberadaan ikan pada perairan tersebut, ikan akan berpindah atau mati. Tingginya konsentrasi
TSS juga mempengaruhi masuknya cahaya matahari yang diperlukan tanaman air untuk proses
fotosintesis.
2.8 Upaya Penanggulangan Akibat Kegiatan Pertambangan Batubara
Upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi lahan/hutan yang telah rusak akibat
penambangan batubara, diantaranya yaitu:
Menanam kembali lahan yang ditebang dengan vegetasi yang dapat mengembalikan kondisi
ekosistem dengan cepat.
Membuat terasering pada lahan yang rusak untuk mencegah erosi yang lebih besar.
Menggunakan lahan kosong tersebut sebagai lahan perkebunan sehingga dapat memiliki fungsi
ganda.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
Dampak penambangan batubara yaitu rusaknya hutan yang menjadi tempat menyerapnya air
kedalam tanah ketika hujan terjadi sehingga jumlah air tanah akan berkurang karena infiltrasi
yang terjadi sangat kecil.
Kerusakan hutan menyebabkan terjadinya erosi yang mengakibatkan berkurangnya populasi ikan
dan tanaman hutan disekitar lokasi penambangan batubara di kabupaten Berau, Kalimantan
Timur.
Penanggulangan hutan yang telah rusak tersebut dapat dilakukan dengan mengadakan reboisasi
dan pembuatan terasering untuk memperkecil erosi yang terjadi. Selain itu penutupan kembali
lahan bekas pertambangan juga perlu dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan vegetasi.
3.2 Saran
Kegiatan penambangan batubara memiliki dampak pencemaran terhadap air, udara dan
tanah. Dampak pencemaran tersebut sangat berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat yang
tinggal dibagian hilir dimana masyarakat menggunakan sumber air bersih yang berasal dari mata
air pegunungan di kawasan penambangan batubara. oleh karena itu, untuk penelitian selanjutnya
perlu dilakukan kajian lebih lanjut mengenai dampak pencemaran terhadap air tanah yang
disebabkan oleh penambangan batubara.
DAFTAR REFERENSI
Arifin, B. 1996. Kontroversi Program Konservasi Lahan. Jurnal Sosio Ekonomika 2 (3): 9-18.
Arsjad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit IPB Press: Bogor
Ditjen RRL (Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan). 1999. Luas
Lahan Kritis di Indonesia dan Statistik dalam Angka. Direktorat Rehabilitasi Lahan dan
Konservasi Tanah Departemen Kehutanan. Departemen Kehutanan: Jakarta.