Anda di halaman 1dari 27

Makalah Audit Manajemen

AUDIT BIDANG PENGAWASAN KECURANGAN

Oleh :
Kelompok IV
Anggota :
FADHIL ISMI
SAIFATUL HUSNA
FIFIT PURNAMA
INDAH MAGHFIRAH
CUT ANNISA LATIFA
SRI KARLINA

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2014

KATA PENGANTAR

Puji dan rasa syukur kepada Allah SWT karena dengan iradah-Nyalah
penulis telah menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul Audit Bidang
Pengawasan Kecurangan Selanjutnya shalawat beriring salam penulis sanjung
sajikan pada salah seorang pelopor Islam yang telah membawa umat manusia dari
alam kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti yang kita
rasakan pada saat sekarang ini.
Selama pembuatan makalah ini, banyak sekali kendala-kendala yang
penulis hadapi, oleh adanya keterbatasan-keterbatasan pengetahuan penulis.
Berkat bantuan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang membangun
sangat penulis harapkan demi kesempurnaan penulisan tugas ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca serta
perkembangan ilmu pengetahuan.
Banda

Aceh,18

Desember

2014

Kelompok IV

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................

DAFTAR ISI ..................................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................

1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................

1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Audit Kecurangan ................................................................

2.2 Penyebab Terjadinya Kecurangan ......................................................

2.3 Jenis Jenis Kecurangan .....................................................................

2.4 Bidang Yang Beresiko Terjadi Kecurangan .......................................

2.5 Karakteristik Pribadi Yang Berkaitan Dengan Kecurangan ...............

13

2.6 Praktik Kecurangan Yang Umum .......................................................

14

2.7 Kecurangan Dan Tanggung Jawab Audit Intern .................................

16

2.8 Mengukur Risiko Kecurangan ............................................................

18

2.9 Sumber-Sumber Informasi Untuk Mengukur Risiko Kecurangan

19

2.10 Mendokumentasikan Hasil Pengujian Kecurangan

22

BAB II PENUTUP
3.1 Kesimpulan ...........................................................................................

23

Lampiran Kuesioner Pemeriksaan Audit Kecurangan


DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

iii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam sebuah organisasi adakalanya terjadi permasalahan yang menyeret
salah satu anggota mereka ke ranah hukum (pengadilan) atas tindakan yang
dianggap merugikan yang disebabkan fraud / kecurangan yang tidak bisa
disembunyikan lagi. Secara kasar dapat kita simpulkan bahwa perbuatan yang
melanggar hukum itu bisa disebut dengan Fraud, dan proses pengungkapan untuk
menghitung jumlah kerugian tersebut bisa disebut dengan Audit Kecurangan atau
Fraud Eximiner, baik itu yang terjadi pada sektor privat atau sektor publik. Secara
umum kita mengetahui bahwa Management is responsible for establishing,
maintaining and monitoring a well-balanced control environment in the
Corporation".
Mungkin banyak diantara kita sudah mengetahui bahwa pada Februari 1997,
ASB

(Auditing

Standards

Board)

mengeluarkan Statementon

Auditing

Standards (SAS) Nomor 82 yang berjudul Consideration of Fraud in a Financial


Statement Audit. guna mengklarifikasi tanggung jawab auditor dalam mendeteksi
dan melaporkan kecurangan (fraud) yang terjadi dalam laporan keuangan.
Kongkritnya tampak pada kalimat berikut ini: Auditor bertanggungjawab untuk
merencanakan dan melaksanakan audit guna mendapatkan keyakinan memadai
bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh
kekeliruan maupun kecurangan.
Kasus kecurangan menjadi perhatian auditor karena dewasa ini menjadi
perhatian semua orang akibat terjadinya kasus Enron dan WorldCom di Amerika
Serikat yang memaksa dibubarkannya salah satu kantor akuntan besar di sana, di
samping menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi para investor kedua
perusahaan tersebut.
Laporan dari Badan Pemeriksa Keuangan Amerika Serikat serta dari
Asosiasi Peng-uji Kecurangan (Certified Fraud Examiner) juga mengemukakan
hal serupa tentang banyaknya kasus kecurangan yang terjadi dan besarnya

kerugian yang dialami, baik pada perusahaan yang tertutup maupun perusahaan
yang sahamnya diperjual-belikan di pasar bursa, serta baik pada perusahaan yang
bermotifkan laba maupun organisasi nirlaba.
Kasus kecurangan klasik yang terjadi menggambarkan bahwa kecurangan
laporan keuangan bukanlah hal baru. Dengan munculnya skandal tersebut, profesi
auditor merespons dengan menerapkan standar formal pertama untuk prosedur
pengauditan. Standar-standar tersebut mengharuskan adanya konfirmasi atas
piutang dan pengamatan fisik persediaan, prosedur yang sekarang ini sudah
menjadi standar, ditambah dengan panduan mengenai tanggung jawa auditor
untuk mendeteksi kecurangan. Untuk itu diperlukan suatu proses audit yang lebih
lanjut mengenai pendeteksian kecurangan-kecurangan yang terjadi sebagai bentuk
pengawasan yang lebih lanjut guna mencapai keefektifan dan keefisienan kinerja
organisasi.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana definisi audit kecurangan dan membedakan antara kecurangan
laporan keuangan dengan penyalahgunaan asset
Bagaimana segitiga kecurangan dan mengidentifikasi kondisi yang
menimbulkan terjadinya kecurangan.
Bagaimana tanggung jawab auditor dalam melakukan pengukuran
terhadap risiko kecurangan dan mendeteksi salah saji karenakan
kecurangan.
Bagaimana tata kelola perusahaan dan factor pengendalian lingkungan
yang akan mengurangi risiko kecurangan.
Bagaimana penanganan, bagian-bagian dan mendekteksi risiko-risiko
kecurangan serta memahami teknik wawancara dan aktivitas setelah
dicurigai terjadinya kecurangan.

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan makalah ini adalah menguraikan materi tentang audit kecurangan
dalam audit atas laporan keuangan oleh auditor eksternal. Meskipun pendeteksian
kecurangan penting untuk meningkatkan nilai pengauditan, namun terdapat
banyak masalah yang dapat menghalangi implementasi dari pendeteksian yang
tepat. Sesuai dengan masalah yang telah diidentifikasikan, tujuan pembuatan
makalah adalah membahas mengenai :
1. Untuk mengetahui definisi audit kecurangan dan membedakan antara
kecurangan laporan keuangan dengan penyalahgunaan asset
2. Untuk mengetahui segitiga kecurangan dan mengidentifikasi kondisi yang
menimbulkan terjadinya kecurangan.
3. Untuk tanggung jawab auditor dalam melakukan pengukuran terhadap
risiko kecurangan dan mendeteksi salah saji karenakan kecurangan.
4. Untuk mengetahui tata kelola perusahaan dan factor pengendalian
lingkungan yang akan mengurangi risiko kecurangan.
5. Untuk mengetahui penanganan, bagian-bagian dan mendekteksi risikorisiko kecurangan serta memahami teknik wawancara dan aktivitas setelah
dicurigai terjadinya kecurangan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Audit Kecurangan


Sebenarnya istilah kecurangan sering kita dengar sehari hari, jadi
kecurangan tidak asing bagi kita, akan tetapi disini kecurangan didefinisikan
dengan masalah audit dalam perusahaan,yaitu antara lain adalah :
Fraud auditing atau audit kecurangan adalah upaya untuk mendeteksi dan
mencegah kecurangan dalam transaksi-transaksi komersial. Untuk dapat
melakukan audit kecurangan terhadap pembukuan dan transaksi komersial
memerlukan

gabungan

dua

keterampilan,

yaitu

sebagai auditor

yang

terlatihdan kriminal investigator.


Kecurangan (Fraud) perlu dibedakan dengan kesalahan (Errors).
Kesalahan dapat dideskripsikan sebagai Unintentional Mistakes (kesalahan
yang tidak di sengaja). Kesalahan dapat terjadi pada setiap tahapan dalam
pengelolaan transaksi terjadinya transaksi, dokumentasi, pencatatan dari ayat-ayat
jurnal, pencatatan debit kredit, pengikhtisaran proses dan hasil laporan keuangan.
Kesalahan dapat dalam banyak bentuk matematis. Kritikal, atau dalam aplikasi
prinsip-prinsip akuntansi. Terdapat kesalahan jabatan atau kesalahan karena
penghilangan/ kelalaian, atau kesalahan dalam interprestasi fakta. Commission
merupakan kesalahan prinsip (error of principle), seperti perlakuan pengeluaran
pendapatan sebagai pengeluaran modal. Sedangkan Omission berarti bahwa
suatu item tidak dimasukkan sehingga menyebabkan informasi tidak benar.
Apabila suatu kesalahan adalah disengaja, maka kesalahan tersebut
merupakan kecurangan (fraudulent). Istilah Irregulary merupakan kesalahan
penyajian keuangan yang disengaja atas informasi keuangan.

2.2 Penyebab Terjadinya Kecurangan


Penyebab Terjadinya Kecurangan J.S.R. Venables dan KW Impley dalam
buku Internal Audit (1988, hal 424) mengemukakan kecurangan terjadi karena
Penyebab Utama dan Sekunder.

Penyebab utamanya yaitu :


1.

Penyembunyian (concealment)
Kesempatan tidak terdeteksi. Pelaku perlu menilai kemungkinan dari deteksi
dan hukuman sebagai akibatnya.

2.

Kesempatan/Peluang (Opportunity)
Pelaku perlu berada pada tempat yang tepat, waktu yang tepat agar
mendapatkan keuntungan atas kelemahan khusus dalam system dan juga
menghindari deteksi.

3.

Motivasi (Motivation)
Pelaku membutuhkan motivasi untuk melakukan aktivitas demikian, suatu
kebutuhan pribadi seperti ketamakan/kerakusan dan motivator yang lain.

4.

Daya tarik (Attraction)


Sasaran dari kecurangan yang dipertimbangkan perlu menarik bagi pelaku.

5.

Keberhasilan (Success)
Pelaku perlu menilai peluang berhasil, yang dapat diukur baik menghindari
penuntutan atau deteksi.

Sedangkan Penyebab Sekunder yaitu :


1. A Perk
Kurang pengendalian, mengambil keuntungan aktiva organisasi dapat
dipertimbangkan sebagai suatu tunjangan karyawan.
2. Hubungan antar pemberi kerja/pekerja yang jelek
Yaitu saling kepercayaan dan penghargaan telah gagal. Pelaku dapat
mengemukakan alasan bahwa kecurangan hanya menjadi kewajibannya.
3. Pembalasan dendam (Revenge)
Ketidaksukaan yang hebat terhadap organisasi dapat mengakibatkan pelaku
berusaha merugikan organisasi tersebut.
4. Tantangan (Challenge)
Karyawan yang bosan dengan lingkungan kerja mereka dapat mencari
stimulasi dengan berusaha untuk memukul sistem, sehingga mendapatkan

suatu arti pencapaian (a sense of achievement), atau pembebasan frustasi (relief


of frustation).
Sedangkan faktor lain atau sebagai tambahan, dapat pula terjadi karena ada gejalagejala dari pihak manajemen atau karyawan, antara lain:
a) Gejala Kecurangan Manajemen
- Departemen akuntansi kekurangan staff.
- Tingkat komplain yang tinggi terhadap organisasi/perusahaan dari pihak
konsumen, pemasok atau badan otoritas.
- Kekurangan kas secara tidak teratur dan tidak terantisipasi
- Penjualan/laba menurun sementara itu utang dan piutang dagang meningka
- Perusahaan mengambil kredit sampai batas maksimal untuk jangka waktu
yang lama
- Terdapat kelebihan persediaan yang signifikan
- Terdapat peningkatan jumlah ayat jurnal penyesuaian pada akhir tahun
buku
b) Gejala Kecurangan Karyawan
- Pembuatan ayat jurnal penyesuaian tanpa otorisasi manajemen dan tanpa
perincian/penjelasan pendukung
- Pengeluaran tanpa dokumen pendukung
- Pencatatan yang salah/tidak akurat pada buku jurnal/besar
- Penghancuran,

penghilangan,

pengrusakan

dokumen

pendukung

pembayaran
- Kekurangan barang yang diterima
- Kemahalan harga barang yang dibeli
- Faktur ganda dan penggantian mutu barang

2.3 Jenis-Jenis Kecurangan


Sebagai suatu konsep hukum yang luas, kecurangan merupakan setiap
ketidakjujuran yang tidak disengaja untuk merampas hak atau kepemilikan orang
atau pihak lain. Dalam konteks audit atas laporan keuangan, kekurangan

didevinisikan sebagai salah saji dalam laporan keuangan yang dilakukan dengan
sengaja. Dua kategori utama kecurangan adalah kecurangan dalam laporan
keuangan dan penyalahgunaan aset.
a. Kecurangan Dalam Laporan Keuangan
Kecurangan dalam laporan keuangan merupakan salah saji atau
penghapusan terhadap jumlah atau pun pengungkapan yang sering dilakukan
dengan tujuan untuk mengelabui para pengguna.sebagian besar kasus melibatkan
salah

saji

terhadap

jumlah

yang

dilaporkan

dibandingkan

terhadap

pengungkapan.Sebagai contoh, WorldCom yang dilporkan telah mengapitalisasi


jutaan dollar pengeluaran sebgaai aset tetap, yang semestinya harus dibebankan,
penghapusan terhadap jumlah yang dilaporkan merupakan kasus yang kurang
umum ditemukan,namun sebuah perusahaan dapat melebih sajikan pendapatan
dengan menghapus untang utang dagang dan liabilitas lainnya.
Sementara dalam sebagian besar kasus kecurangan dalam laporan
keuangan melibatkan suatu usaha untuk melebisajikan pendapatan apakah dengan
cara melebih sajikan aset dan pendapatan ataupun dengan menghapus liabilitas
dengan menghapus liabilitas dan beban-beban, perusahaan-perusahaan dengan
mudah sengaja mengurang sajikan laba.pada perusahan-perusahaan-perusahan
nonpublik, hal tersebut mungkin dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi pajak
penghasilan.Manajemen
tindakan

manajemen

laba (management
yang

sengaja

earning)

dilkukan

melibatkan

unntuk

tindakan-

memenuhi

target

laba.Perataan laba (income smooting) merupakan salah satu bentuk manajemen


laba dimana pendapatan-pendapatandan beban-beban dipindahkan diantara
beberapa periode untuk mengurangi fluktasi laba.
Meskipun jarang ditemukan, beberapa kasus penting terkait kecurangan
dalam lapoarn keuangan melibatkan pengungkapan yang tidak memadai.sebagai
contoh dalam masalah dalam kasus Enron apakah perusahaan telah mengakui
kewajiban terhadap perusahaan afiliasi yang dikenal dengan entitas bertujuan
khusus (Special purpose entities) secara memadai.

b. Penyalahgunaan Aset
Penyalahgunaan aset merupakan kecurangan yang melibatkan kecurian atau
aset milik entita.Dalam banyak kasus, namun tidak semuanya, jumlah minimal
yang terlibat tidak material terhadap laporan keuangan.Namun demikian,
pencurian aset perusahaan sering kali menjadi perhatian penting manajemen,
tampa melihat tingkat materialitasnya, karena penurian-pencurian kecil dapat
dengan mudah menigkat ukuran setiap saat.
Istilah penyalahgunaan aset sering kali digunakan untuk mengacu pada
pencurian yang dlakukan dengan pegawai dan pihak-pihak internal lainnya
didalam ssuatu organisasi.Menurut perkiraan Association of Certified fraud
examiners rata-rata perusahaan merugi 6 persen dari pendapatannya disebabkan
oleh kecurangan, meskipun sebagian besar dari pencurian tersebut melibakan
pihak-pihan eksternal, seperti pengutilan yang dilakukan oleh pelanggan dan
penipuaan yang dilakukan oleh pemasok.
Biasanya pelaku penyalahgunaan aset berada ditingkat hierarki organisasi
yang lebih rendah.Namundemikian dalam beberapa kasus penting, manajemen
puncak terkadang terlibat dalam pencurian aset perusahaan, karena otoritas
manajemen yang lebih besar serta kendali tehadap aset-aset perusahaan,
penggalapan yang melibatkan manajemen puncak dapat melibatkan jumlah yang
signifikan.

2.4 Bidang Yang Beresiko Terjadi Kecurangan


Ada 6 bidang yang beresiko tinggi terkena fraud yaitu :
1. Purchasing and Payroll
Fraud dalam purchasing biasanya dilakukan dengan cara:
Kickback atau suap diberikan kepada pihak yang mengurus pembelian sebagai
imbalan atas diberikannya kontrak kepada supplier.
Invoice palsu yang dibuat sendiri oleh pihak yang mengurus pembelian,
kemudian ditagihkan ke perusahaan dan dibayar.

Manipulasi data supplier misalnya nomor rekening pembayaran ke supplier


diubah ke rekening orang lain. Sementara fraud dalam payroll misalnya jam
overtime yang berlebih.

2. Bles and Inventory


Fraud dalam jenis ini misalnya pencurian inventory baik yang sedang
disimpan atau dalam pengiriman, transaksi penjualan dengan sengaja tidak dicatat
atau dikurangi pencatatannya dan uang yang diterima atas penjualan tersebut
masuk ke kantong pribadi. Mengurangi atau menghapuskan jumlah utang
konsumen atas barang yang sudah dijual secara kredit, mencatat transaksi
penjualan palsu untuk mendapatkan komisi atau bonus terkait dengan penjualan,
memberikan diskon berlebihan kepada konsumen (biasanya dengan imbalan
kickback).

3. Cash and Check


Kas merupakan aset yang paling sensitif terhadap fraud karena nature-nya
yang kelihatan secara fisik dan relatif lebih mudah dipindahtangankan
dibandingkan aset perusahaan yang lain. Fraud atas cek biasanya terjadi ketika
terdapat kelemahan dalam proses bank reconciliation dan tidak ada segregation of
duties.

4. Physical Security
Kelemahan

dalam

physical

security

dapat

menimbulkan

asset

misapropriation.

5. Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) dan Kerahasiaan Iinformasi


Ini terkait dengan fraud dalam pembajakan dan pencurian informasi
penting milik perusahaan.

6. Information Technology
IT fraud meliputi hacking, mail-bombing, spamming, domain name
hijacking, server takeovers, denial of service,internet money laundering,
electronic eavesdropping,electronic vandalism and terrorrism.
Pemeriksa intern harus menyadari iklim organisasi secara menyeluruh dan
potensial untuk kecurangan. Khusunya harus waspada pada area yang sensitif
untuk ditelaah lebih dalam. Beberapa contoh berikut mengungkap ketidakberesan:
a) Modal kerja yang tidak cukup.
Hal ini dapat menunjukkan masalah seperti ekspansi yang berlebihan,
penurunan pendapatan, transfer atau pemindahan dana ke perusahaan yang
lain, kredit yang tidak memadai, dan pengeluaran yang berlebihan.
Pemeriksa intern berhati-hati terhadap pengalihan dana ke penggunaan
pribadi melalui metode-metode seperti penjualan yang tidak tercatat dan
pengeluaran yang fiktif.
b) Perputaran yang cepat dalam posisi keuangan.
Kehilangan personil akuntansi dan keuangan dan yang penting dapat
menandai kinerja yang tidak memadai dan mengakibatkan kelemahan dalam
pengendalian intern. Akuntabilitas untuk dana dan sumber daya yang lain
harus ditetapkan ketika pemberhentian kerja.
c) Penggunaan procuremen pemasokan sendiri (sole-source procurement).
Praktik-praktik procuremen yang baik mendorong kompetisi untuk
memastikan bahwa organisasi memperoleh material atau peralatan yang
diperlukan dengan harga yang paling baik. Procuremen pemasokan sendiri,
apabila tidak cukup dijustifikasi menunjukkan favoritisme atau pembayaran
kembali (kickbacks) yang potensial.
d) Biaya perjalanan yang berlebihan.
Dalam menelaah perjalanan, auditor perlu berhati-hati untuk perjalanan
yang tidak diotorisasi atau pribadi, dan perjalanan atau biaya-biaya lain
yang tidak disokong.
e) Pemindahan dana antara perusahaan afiliasi atau divisi

Suatu pola pemindahan dana antar perusahaan atau divisi mungkin


menunjukkan pinjaman yang tidak diotorisasi, penutupan kekurangan, atau
pengendalian yang tidak memadai atas dana.
f) Perubahan auditor luar.
Dalam kasus tertentu, perubahan auditor luar dapat menunjukkan perbedaan
opini mengenai metode yang sesuai dalam menangani transaksi tertentu.
Mungkin terdapat suatu keengganan dari manajemen untuk mengungkapkan
masalah atas kejadian yang penting.
g) Biaya konsultan atau honor legal yang berlebihan
Hal ini dapat merupakan indikasi adanya penyalahgunaan dalam
memperoleh jasa yang dilakukan diluar, favoritisme, dan masalah yang
tidak diungkapkan dalam organisasi yang memerlukan pekerjaan legal
ekstensif.
h) Kecenderungan yang menurun dalam angka dan rasio financial
Kecenderungan yang menurun dapat merupakan gejala kerugian yang
signifikan, pengalihan dana dan sumber daya, dan pengendalian yang tidak
memadai atas operasi.
i) Benturan kepentingan (Conflict of interest)
Benturan kepentingan yang dilaporkan Auditor harus sadar mengenai desasdesus atau alasan-alasan dari pertentangan kepentingan yang berhubungan
dengan pemekerjaan luar, pengaturan pemasok, dan hubungan antara
karyawan. Transaksi perusahaan dengan pejabat atau karyawan harus secara
hati-hati diteliti dengan cermat.
j) Kekurangan yang tidak dapat dijelaskan dalam aktiva fisik.
Penyimpanan fisik yang tidak memadai dapat mengakibatkan pencurian atau
pengalihan aktiva yang lain. Kekurangan dalam aktiva harus dianalisis
secara teliti untuk menentukan penggunaan aktiva tersebut.
k) Penurunan dalam kinerja.
Salah satu divisi perusahaan dapat kurang berprestasi dibandingkan dengan
divisi lain. Lagipula, mungkin terjadi suatu penurunan dalam kinerja dari

pengalaman sebelumnya. Alasan harus ditentukan untuk indikasi atas


pengelolaan yang buruk atau adanya kemungkinan perbuatan yang salah.

l) Pengendalian manajemen oleh sedikit individual.


Dominasi dari organisasi oleh satu atau sedikit individual dapat
menciptakan kesempatan untuk pengalihan aktiva atau manipulasi yang lain.
m) Banyak Akun Bank
Penggunaan banyak akun bank melebihi apa yang secara normal diperlukan
mungkin menunjukkan pengalihan dana atau penutupan transaksi yang
illegal.
n) Kesulitan penagihan.
Masalah dalam menagih piutang dagang harus dianalisis untuk menentukan
apakah terdapat penjualan yang fiktif atau pengalihan dana yang diterima
dari penagihan.
o) Banyak Akun Bank
Penggunaan banyak akun bank melebihi apa yang secara normal diperlukan
mungkin menunjukkan pengalihan dana atau penutupan transaksi yang
illegal.
p) Laporan yang terlambat.
Laporan mungkin selalu terlambat disampaikan karena penyusun laporan
dapat memanipulasi data untuk menutup tindakan curang.
q) Copy digunakan untuk pembayaran kepada kreditur.
Daripada menggunakan pembayaran berdasarkan faktur orisinil/asli, copy
dapat digunakan untuk menutup pembayaran ganda dan pembayaran
kembali (kickback).
r) Kekurangan, kelebihan dan kondisi yang tidak seimbang.
Hal diatas dapat merupakan gejala dari suatu masalah yang lebih besar dan
penjelasan harus diperoleh mengenai penyimpangan/varian tersebut.
s) Cek atau dokumen yang ditulis dalam angka bulat.

Misalnya, suatu cek mungkin tercantum Rp 10.000.000,- atau Rp


3.500.000,- padahal cek atau dokumen tersebut secara normal diharapkan
dalam angka tidak bulat misalnya Rp 10.000.261,34 atau Rp 3.500.032,28.

2.5 Karakteristik Pribadi Yang Berkaitan Dengan Kecurangan


Kecurangan ini akan tercermin melalui timbulnya karakteristik tertentu, baik
yang merupakan kondisi/keadaan lingkungan, maupun perilaku seseorang.
Karakterikstik yang bersifat kondisi/situasi tertentu, perilaku/kondisi seseorang
personal

tersebut

dinamakan Red

Flag (Fraud

Indicators).

Meskipun

timbulnya Red Flag tersebut tidak selalu merupakan indikasi adanya kecurangan,
namun Red Flag ini biasanya selalu muncul di setiap kasus kecurangan yang
terjadi. Pemahaman dan analisis lebih lanjut terhadap Red Flag tersebut dapat
membantu langkah selanjutnya untuk memperoleh bukti awal atau mendeteksi
adanya kecurangan.
Berikut ini adalah tanda peringatan dini dari perilaku pribadi adalah:
a.

Pribadi atau kerugian keuangan yang besar

b.

Gaya hidup yang mahal

c.

Perjudian yang ekstensif

d.

Investasi yang abesar

e.

Pemakaian alkohol atau obat keras yang berlebihan

f.

Masalah pribadi atau keluarga yang signifikan

g.

Hubungan yang dekat dengan pelanggan

h.

Kerja lembur yang berlebihan dan tidak melakukan cuti

i.

Latar belakang dan referensi yang dipertanyakan

j.

Cuti sakit yang berlebihan

k.

Perasaan dibayar tidak sepadan dengan tanggungjawab

l.

Keinginan besar untuk memukul sistem (beat the syestem)

m. Peminjaman reguler dalam jumlah kecil dari teman kerja


n.

Menolak

meninggalkan

bersangkutan.

catatan

penyimpanan

selama

hari

yang

2.6 Praktik Kecurangan Yang Umum


Kecurangan secara langsung merupakan suatu produk dari situasi
operasional individual, yang tidak mungkin mencakup semua kemungkinan.
Setiap daftar juga harus mengakui bahwa suatu tipe khusus dari kecurangan
mungkin dapat dalam suatu situasi dan tidak dalam situasi yang lain.
Namun, berguna untuk menyebutkan satu demi satu tipe kecurangan yang
umum, yaitu :
1. Tidak mencatat pendapatan
Apabila seorang karyawan mempunyai pengendalian atas penjualan dan
penagihan kas, secara relatif adalah lebih mudah mengantongi kas tanpa
mencatat penjualan. Hal ini dapat terjadi apabila karyawan menangani
penerimaan kas dan juga menangani pencatatan.
2. Menyembunyikan penagihan piutang
Mungkin terjadi penyembunyian sementara atas penagihan suatu akun, atau
mengembangkan jumlah yang diterima dan kemudian menghapuskan akun
sebagai piutang tak tertagih. Dalam kasus tertentu, kekurangan ditutup dengan
menggunakan penerimaan kas yang baru dan kemudian kekurangan yang
belakangan ditutup dengan penerimaan yang belakangan lagi. Tipe tindakan
demikian dikenal sebagai Lapping
3. Pencurian material
Item material dan peralatan yang sensitif dengan nilai penjualan kembali yang
tinggi khususnya mudah dicuri, kalau tidak secara baik diamankan. Kerugian
pencurian dapat ditutup dengan penghapusan yang arbitrer, pemindahan antar
departemen dan prosedur penghitungan persediaan yang tidak memadai. Dalam
kasus tertentu, surat pos dipalsukan dan mungkin terjadi kolusi dari petugas
keamanan dengan individual.
4. Pengalihan sekuritas/surat berharga
Hal ini terjadi dalam suatu situasi yaitu terdapat akses yang tidak diotorisasi
atau penyimpan dapat memindahkan sekuritas tanpa dapat dideteksi.
5. Menambah gaji (Padding Payrolls)

Dalam situasi tertentu, seorang petugas gaji atau penyelia dapat memasukkan
karyawan yang tidak ada atau yang sudah berhenti dalam daftar gaji, dan
kemudian mendapatkan uang tunai atau cek yang digunakan untuk
pembayaran. Dalam contoh yang lain, petugas gaji dapat melebihi gaji
karyawan dan mengantongi kelebihan gaji tersebut.
6. Penyalahgunaan kartu kredit
Kartu kredit mungkin digunakan untuk melakukan pembelian pribadi atau
mungkin dipinjamkan kepada orang lain untuk mendapatkan imbalan. Juga
biaya yang dibayar oleh kartu kredit perusahaan dapat secara simultan diklaim
dan diganti melalui cek.
7. Pemalsuan dokumen pengeluaran
Pengeluaran kas dapat didukung oleh dokumen yang palsu atau diubah secara
tidak benar. Tanda terima gudang dapat dipalsukan atau bukti penerimaan
barang dapat dipalsukan. Copy faktur atau penerimaan dapat disampaikan
untuk pembayaran ganda.
8. Pembayaran untuk biaya pribadi
Biaya lain yang sifatnya pribadi dapat disampaikan, yang tidak diotorisasi oleh
perusahaan. Pembayaran tersebut dapat meliputi entertainmen, biaya keluarga,
peralatan yang dibeli untuk penggunaan pribadi, dan biaya perjalanan yang
tidak diotorisasi.
9. Pembayaran kembali (Kickbacks) untuk pembelian
Pengaturan dapat dilakukan dengan pemasok untuk membeli dari mereka dan
sebagai imbalan mendapatkan keuntungan khusus atau uang. Dalam beberapa
kasus, pemasok khususnya menawarkan uang semir kepada petugas
departemen pembelian.
10. Penyalahgunaan dana kas kecil
Dana kas kecil dapat digunakan untuk pribadi atau tujuan lain yang tidak
diotorisasi. Dalam kasus tertentu, dokumen pendukung dapat dipalsukan untuk
menutup kekurangan.
11. Pemindahan aktiva

Dalam kasus tertentu mungkin terjadi pemindahan dana antar akun bank dalam
berbagai divisi atau perusahaan afiliasi. Pemindahan dana tersebut mungkin
digunakan untuk mengkamuflasekan pengeluaran atau penggunaan dana yang
tidak disetujui.
12. Potongan yang berlebihan kepada pelanggan
Dalam kasus tertentu, potongan atau pengurangan harga penjualan mungkin
lebih dinyatakan (overstated). Juga pelanggan istimewa mungkin kurang
dibebani untuk mendapatkan imbalan balik.
13. Benturan kepentingan
Hal ini dapat terjadi dalam berbagai bagian dari suatu perusahaan, meliputi
keluarga karyawan dengan kepentingan luar, atau berkaitan dengan perusahaan
yang berhubungan.
14. Sogokan atau korupsi yang lain
Pembayaran untuk mendapatkan usaha dapat dilakukan kepada pejabat luar
negeri.
15. Penyalahgunaan penerimaan
Dengan melalui cek pelanggan yang masuk, dicatat sebagai hutang kepada
seorang karyawan daripada kepada perusahaan. Karyawan tersebut dapat
mencairkan cek dan mendapatkan dana perusahaan.

2.7 Kecurangan Dan Tanggung Jawab Audit Intern


The Institute of Internal auditors menerbitkan Statement on Internal
Auditing Standars (SIAS No.3) mengenai pencegahan (deterrence), deteksi
(detection), penyelidikan (investigation), dan pelaporan (reporting) kecurangan,
pada Juni 1985. konklusi utama dari pernyataan tersebut relative terhadap
pencegahan atau deteksi kecurangan adalah sebagai berikut :
Pencegahan

kecurangan

merupakan

tanggungjawab

manajemen.

Pemeriksaan intern bertanggungjawab untuk menguji dan menilai kecukupan dan


efektivitas dari tindakan yang diambil oleh manajemen untuk memenuhi
kewajiban tersebut.

Pemeriksa intern harus mempunyai pengetahuan yang cukup tentang


kecurangan dan dapat mengidentifikasi idikator kemungkinan terjadinya
kecurangan. Pemeriksaan intern tidak diharapkan mempunyai pengetahuan yang
sama seperti seseorang yang tanggung jawab utamanya adalah mendeteksi dan
menyelidiki kecurangan. Juga, prosedur audit sendiri, walaupun dilaksanakan
dengan kemahiran professional secara ermat dan seksama, tidak dapat menjamin
bahwa kecurangan akan dapat dideteksi/ditemukan.
Tanggung jawab pemeriksaan intern dalam area pengendalian kecurangan
dalam prinsip dapat diikhtisarkan sebagai berikut :
1. Dalam penelaan system untuk membantu menilai sejauhmana pencegahan dan
penemuan kecurangan diberikan pertimbangan yang wajar bersama dengan
tujuan operasional yang lain.
2. Berjaga-jaga terhadap kemungkinan kecurangan dalam penelaahan aktivitas
operasi yang dilakukan oleh personil organisasi termasuk penilaian yang
konstruktif tentang kemampuan manajerial.
3. Membantu bekerja sama dengan personil organisasional dan pihak lain yang
telah

diberikan

tanggungjawab

berkaitan

dengan

penyelidikan

dari

kecurangan actual atau dicurigai.


4. Melaksanakan penugasan khusus yang berhubungan dengan kecurangan
apabila diminta oleh anggota organisasi yang bertanggungjawab.

Berikut adalah langkah-langkah yang harus dilakukan oleh suatu


organisasi/perusahaan apabila terdapat indikasi kecurangan dan langkah-langkah
di atas juga dapat digunakan oleh auditor untuk mendeteksi adanya kecurangan,
namun disesuaikan dengan kondisi yang ada. Misalnya, auditor memperoleh suatu
surat pengaduan dengan identitas yang tidak jelas namun indikasi kecurangan
cukup kuat. Dalam hal ini, auditor boleh jadi tetap melakukan audit kecurangan
tanpa harus melakukan klarifikasi atas identitas pelapor, yaitu:
- Uji sumber pengaduan (misal: cek identitas, kredibilitas, kemampuan
mengetahui kecurangan tersebut, dan keandalan dari si pelapor/pengadu)

- Tentukan apakah pelapor mengetahui informasi dari tangan pertama (secara


pribadi mengetahui terjadinya kecurangan) atau dari pihak lain
- Tentukan apa motif dari pelapor (balas dendam, cemburu, jengkel, uang)
- Waspada, apabila pelapor meminta uang sebelum memberi penjelasan lebih
jauh (jangan memberikan uang sebelum informasi yang akurat diberikan dan
dikonfirmasi dengan saksi yang dapat dipercaya dan dengan dokumen)
- Uji lebih jauh dugaan kecurangan tersebut dengan sumber independen dan
dokumen
- Jangan mengambil tindakan disiplin tanpa catatan lengkap mengenai tuduhan
kecurangan,

termasuk

identitas

pelapor

dan

keterangan

tertulisnya

(keterangan lisan tidak cukup)


- Konfirmasi tuduhan tersebut melalui dokumen dan pengakuan/testimony
(tertulis dan berkaitan dengan) saksi-saksi lain yang mengetahuinya
- Lakukan pendekatan dengan pemasok atau pihak-pihak lain yang diduga
terlibat untuk memperoleh jawaban dan kerjasama mereka
- Lakukan interview terhadap karyawan yang diduga terlibat untuk mengetahui
versinya mengenai dugaan kecurangan tersebut (misalnya, apakah pemasok
yang mengajukan penawaran atau karyawan yang menetapkan harga dari
pemasok)

2.8 Mengukur Risiko Kecurangan


PSA 70 memberikan paduan kepada auditor dalam mengukur risiko
kecurangan. Auditor harus menjaga suatu tingkat skeptisme professional ketika
mereka mempertimbangkan informasi yang luas termasuk faktor-faktor risiko
kecurangan, untuk mengedintifikasi dan menghadapi risiko kecurangan.
a.

Skeptisme Profesional
PSA 04 (SA230) menyatakan bahwa, dalam melaksanakan skeptisme

professional, seorang auditor tidak menganggap bahwamanajemen tidak jujur


maupun tidak menganggap kejujuran manajemen dipertanyakan. Dalam
praktinya, menjaga sikap skeptisme professional dapat menjadi sulit, karena

meskipun beberapa contoh kasus kecurangan dalam laporan keuangan tingkat


tinggi, kecurangan material jarang terjadi dibandingkan dengan jumlah audit atas
laporan keuangan yang di lakukan setiap tahun. Sebagian besar auditor tidak akan
pernah menemukan kecurangan material sepanjang akhir mereka.
b. Berfikir kritis
PSA 07 menekankan pertimbangan atas kecurangan klien untuk melakukan
kecurangan, tampa mempertimbangkan keyakinan auditor mengenai kemungkinan
terjadinya kecurangan serta kejujuran dan integrasi manajeman. Selama
merancang audit dalam setiap pengauditan ,tim kerja harus membahas kebutuhan
untuk menjaga pikiran kritis disepanjang pengauditan untuk mengidentifikasi
risiko-risiko kecurangan dan secara kritis mengevaluasi bukti-bukti audit
c. Evaluasi Kritis atas Bukti Audit
Terhadap informasi yang ditemukan atau kondisi kondisi lainya yang
mengindikasikan adanya salah saji material yang disebabkan oleh kecurangan
mungkin telah terjadi, auditor harus meninvestogasi masalah-masalah yang ada
secara menyeluruh, mendapatkan bukti tambahan jika diperlukan, dan
berkonsultasi dengan anggota tim lainnya. Auditor harus berhati-hati tidak
membenarkan atau mengasumsikan suatu salah saji merupakan suatu insiden yang
terpisah.Sebagai contoh katakanlah seorang auditor menemukan adanya penjualan
ditahun berjalan yang seharusnya secara tepat diakui sebagai penjualan pada tahun
berikutnya.
2.9 Sumber-Sumber Informasi Untuk Mengukur Risiko Kecurangan
Lima sumber kecurangan untuk mengukur risiko kecurangan adalah
sebagai berikut :
a. Komunikasi Antara Sesama Tim Audit
PSA 70 mengharuskan tim audit untuk melakukan diskusi untuk berbagai
pemahaman dari anggota tim audit lebih berpengalam dan untuk urun
rembungide-ide yang menyangkut hal berikut.

1. Bagaimana dan kapan mereka yakin bahwa laporan keuangan entitas tidak
dicurigai terdapat salah saji yang disebabkan oleh kecurangan. Hal ini juga
termasuk pertimbangan atas faktor internal dan eksternal yang diketahui
memengaruhi entitas yang mungkin akan menciptakan ensentif atau tekanan
bagi manajemen untuk melakukan kecurangan, memberiakan kesempatan
untuk dilakukanya tidak kecurangan, dan mengindikasikan budaya atau
lingkunganya yang membuat manajemen membenarkan tindakan tindakan
kecurangan.
2. Bagaimana manajemen dapat melakukan dan menutupi kecurangan dalam
laporan keuangan
3. Bagaimana setiap orang dapat menyalahsajikan asset entitas tersebut.
4. Bagaimana auditor dapat menyikapi kemungkinan adanya salah saji dalam
laporan keuangan yang disebabkan oleh kecurangan.
b. Tanya Jawab dengan Manajemen
PSA 70 Mengharuskan auditor untuk membuat Tanya jawab spesifik
seputar kecurangan dan setiap pengauditan. Tanya jawab dengan manajemen dan
pihak lainya dalam perusahaan memberikan kesempatan bagi para pegawai untuk
memberitahukan informasi yang mungkin tidak dapat dikomunikasikan dengan
pihak lain, selain itu, jawaban mereka terhadap pertanyaan-pertanyaan auditor
sering kali membuka pertanyaan atas kemungkinan adanya kecurangan.
Tanya jawab auditor terhadap manajemen harus menyatakan apakah
manajemen mengetahui setiap kecurangan atau kecurigaan terhadap terjadinya
kecurangan di dalam perusahaan. Auditor juga harus menanyakan mengenai
proses manajemen dalam mengukur risiko kecurangan, sifat risiko kecurangan
yang diidentifikasikan oleh manajemn atau setiap pengendalian internal yang
diterapkan untuk mengatasi risiko-risiko tersebut, dan setiap informasi mengenai
kecurangan dan pengendalian terkait yang harus dilaporkan oleh manajemen
kepada mereka yang bertanggung jawab terhadap tata kelola perusahaan, seperti
komite audit.

Komite audit sering kali melakukan peran aktif dalam mengawasi


pengukuran risiko kecurangan manajemen serta proses penangananya. PSA 70
mengharuskan auditor untuk melakukan Tanya jawab dengan komite audit atau
pihak lain yang bertanggung jawab terhadap tata kelola perusahaan mengenai
pandangan mereka terhadap risiko kecurangan dan apakah mereka mengetahui
setiap kecurangan atau kecurigaan atau kecurigaan telah terjandinya kecurangan.
c. Faktor Faktor Risiko
PSA 70 Mengharuskan auditor untuk mengevaluasi apakah faktor-faktor
risiko kecurangan mengidentifikasi adanya insentif atau tekanan untuk melakukan
kecurangan, kesempatan untuk melakukan kecurangan, atau sikap atau
rasionalisasi digunakan untuk membenarkan tindakan kjecurangan.
d. Prosedur Analitis
auditor harus melakukan prosedur analitis sepanjang fase perencanaan dan
penyelesaiaan audit untuk membantu mengidentifikasi transaksi-transaksi atau
kejadiaan- kejadian yang tidak biasa yang dapat mengindentifikasikan salah saji
material dalam laporan keuangan. Ketiaka hasil prosedur analitis berbeda dengan
ekspektasi auditor, auditor harus mengevaluasi hasil tersebut beserta informasi
lain yang didapatkan terkait dengan kemungkinan adanya kecurangan atau
menentukan apakah risiko kecurangan meningkat.

e. Informasi lainya
Auditor harus mempertimbamgkan semua informasi yang telah mereka
dapatkan dalam setiap fase atau bagian pengauditan ketika mereka mengukur
risiko kecurangan. Banyak prosedur pengukuran risiko yang dilakukan auditor
disepanjang fase perencanaan untuk mengukur salah sajimaterial yang dapat
mengindikasikan adanya peningkatan risiko kecurangan. Sebagai contoh
informasi mengenai integritas dan kejujuran manajemen yang didapatkan selama
melakukan prosedur penerimaan klien, Tanya jawab dan prosedur analitis yang
dilakukan sehubungan dengan penelaahan auditor terhadap laporan keuangan

kuartalan klien dan informasi yang dipertimbangkan dalam mengukur risiko


bawaan dan risiko pengendalian dapat mengarahkan perhatiaan auditor terhadap
kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan yang disebabkan oleh
kecurangan.

2.10 Mendokumentasikan Hasil Pengujian Kecurangan


PSA 70 Mengharuskan auditor mendokumentasikan hal-hal berukut yang
terkait dengan pertimbangan auditor terhadap salah saji material yang disebabkan
oleh kecurangan.
1. Diskusi dengan sesame personel tim kerja dalam perencanaan audit
mengenai kecurigaan terhadap adanya salah saji material dalam laporan
keuangan entitas yang disebabkan oleh kecurangan .
2. Prosedur yang dilakukan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan
untuk mengindentifikasi dan mengukur risiko kecurangan material.
3. Risiko spesifik dalam kecurangan material yang telah diindentifikasi, dan
deskripsi respons auditor terhadap risiko-risiko tersebut.
4. Alasan-alasan

yang mendukug suatu kesimpulan tersebut

bukan

merupakan risiko yang signifikan pengakuan pendapatan material yang


tidak tepat.
5. Hasil dari prosedur yang dijalankan untuk mengatasi risiko dominasi
pengendalian oleh manajemen.
6. Kondisi-kondisi lain serta hubungan analitis yang mengindikasikan bahwa
prosedur audit atau tambahan atau penanganan lainya diperlukan, dan
tindakan-tindakan tersebut adalah dijalankan oleh auditor.
7. Sifat

komunikasi

mengenai

kecurangan

manajemen komite audit atau lainya

yang

dilakukan

dengan

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam menjalankan kegiatan usahanya, perusahaan senantiasa menghadapi
berbagai resiko yang dinamakan resiko bisnis (bussiness risk). Termasuk
diantaranya adalah resiko terjadinya kecurangan (fraud) yang tergolong dalam
resiko integritas (Integrity Risk). Menurut ACFE, kecurangan yang terjadi dapat
digolongkan ke dalam tiga kategori kecurangan, kecurangan laporan keuangan
(Financial Statement Fraud), penyalahgunaan aset (Asset Misappropriation), dan
korupsi (Corruption). Tanda-tanda awal (symptoms) biasanya muncul dalam
kasus kecurangan, walau demikian munculnya symptoms tersebut belum berarti
telah terjadi kecurangan. Symptoms ini dikenal dengan nama Red flag, yang
seyogyanya dipahami dan digunakan oleh internal auditor dalam melakukan
analisis dan evaluasi lebih lanjut untuk mendeteksi adanya kecurangan yang
mungkin timbul sebelum dialakuakan investigasi.
Setelah memahami jenis-jenis kecurangan, internal auditor perlu memahami
secara tepat struktur pengendalian intern yang baik agar dapat melakukan upayaupaya untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan. Menurut COSO, struktur
pengendalian intern terdiri atas lima komponen, yaitu Lingkungan Pengendalian
(Control

Environment),

Penaksiran

Risiko

(Risk

Assessment),

Standar

Pengedalian (Control Activities), Informasi Dan Komunikasi (Information And


Communication), serta Pemantauan (Monitoring). Jika struktur internal control
sudah ditempatkan dan berjalan dengan baik, peluang adanya kecurangan yang tak
terdeteksi akan banyak berkurang. Pemeriksa kecurangan harus mengenal dan
memahami dengan baik setiap elemen dalam struktur pengendalian intern agar
dapat melakukan evaluasi dan mencari kelemahannya.

DAFTAR PUSTAKA

http://rocknrollhidupku.blogspot.com/2010/02/fraud-auditing.html
http://bud1ww.blogspot.com/2011/05/audit-kecurangan.html
http://dwiermayanti.wordpress.com/2010/03/22/audit-kecurangan/
http://fransisca88.blogspot.com/2009/11/makalah-audit-kecurangan.html
http://ulancha.blogspot.com/2009/11/audit-kecurangan.html
http://rafliandre.blogspot.com/2009/11/audit-kecurangan-audit-fraud.html.

Anda mungkin juga menyukai