Anda di halaman 1dari 10

1

BAB 1
Pendahuluan

Gangguan penyesuaian merupakan gangguan jiwa yang paling sering


dijumpai pada pasien-pasien yang dirawat di rumah sakit untuk penyakit medik
ataupun operasi, namun jarang ada penelitiannya.(1)
Gangguan penyesuaian, berhubungan dengan stress, jangka pendek,
gangguan non-psikotik. Berdasarkan ICD X dan DSM-IV mendefenisikan
gangguan penyesuaian sebagai keadaan sementara dari tekanan dan gangguan
emosional, yang timbul dalam proses beradaptasi dengan perubahan hidup yang
signifikan , kehidupan yang stress, penyakit fisik yang serius, atau kemungkinan
penyakit serius. Stressor dapat hanya melibatkan individu bahkan mempengaruhi
masyarakat luas.(2, 3)
Pasien dengan gangguan penyesuaian biasanya terlihat seperti terbebani
atau terlalu berlebihan dalam memberikan respon terhadap stimulus yang
diberikan. Manifestasi respon dapat berupa reaksi emosional atau perilaku
terhadap suatu peristiwa stress atau perubahan dalam hidup seseorang; misalnya
pada populasi anak, peristiwa dapat berupa perceraian kedua orang tua, kelahiran
angota keluarga baru, atau kehilangan figur atau benda (mis. Hewan peliharaan ).
Gangguan ini memiliki batas waktu, biasanya mulai dalam waktu 3 bulan dari
peristiwa stress. Gejala akan berkurang dalam waktu 6 bulan setelah stressor
menghilang atau ketika adaptasi baru terjadi.(3)
Gangguan ini dapat ada pada semua usia dan lebih sering pada remaja.(1)

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Ganggguan penyesuaian merupakan reaksi maladaptive jangka pendek
terhadap apa yang disebut orang awam sebagai bencana pribadi tetapi di dalam
istilah psikiatri disebut sebagai stressor psikososial. Gangguan penyesuaian
diharapkan pulih segera setelah stressor berhenti atau, jika menetap, diperoleh
suatu tingkat adaptasi baru. (6)

2.2. Etiologi
Gangguan penyesuaian diperkirakan tidak akan terjadi tanpa adanya
stressor. Walaupun adanya stressor merupakan komponen esensial dari gangguan
penyesuaian, namun stress adalah salah satu dari banyak faktor yang menentukan
berkembangnya, jenis dan luasnya psikopatologi. Hingga sekarang, etiologi belum
pasti dan dapat dibagi atas beberapa faktor sebagai berikut: (1)
1. Genetik
Temperamen yang tinggi ansietas cenderung lebih bereaksi terhadap suatu
peristiwa stress dan kemudian mengalami gangguan penyesuaian. Ada penelitian
menyatakan bahwa berbagai peristiwa kehidupan dan stressor ada kolerasi pada
anak kembar.(1)
2. Biologik
Kerentanan yang besar dengan riwayat penyakit medis yang serius atau
disabilitas. (1)
3. Psikososial
Kerentanan yang besar pada individu yang kehilangan orang tua pada masa bayi
atau mereka yang ada pengalaman buruk dengan ibu, kemampuan mentolerir
frustasi dalam hidup individu dewasa berhubungan dengan kepuasan dari
kebutuhan dasar hidup masa bayi. (1)

2.3. Epidemiologi
Prevalensi gangguan penyesuaian berkisar dari 2,3% pada pasien rawat
jalan yang tidak memiliki gangguan pada Axis I atau II hingga 20% pada
diagnosis dengan Axis I dan II. Pada dewasa, perempuan mendominasi dari pria
dengan perbandingan 2:1.(4)

Insiden dan prevalensi


Beberapa studi menunjukkan angka 12%, angka tertinggi 23% pada data
pasien yang disimpan. Mood depresi adalah subtipe dari gangguan penyesuaian
yang paling sering, diikuti dengan gangguan penyesuaia dengan mood anxietas,
gabungan anxietaas dan depresi, kemudian gangguan perilaku.(3)

Berdasarkan penelitian selama 5 tahun, diperoleh perbedaan penting antara


remaja dan dewasa terkait dengan prognosis gangguan penyesuaian. Sebagian
besar individu dewasa dengan gangguan penyesuaian bebas dari gejala (71% yang
benar-benar baik, 8% memiliki masalah intervensi, dan 21% mengalami depresi
atau kecanduan alcohol), remaja memiliki hasil yang jauh berbeda. Selama 5
tahun, penelitian inidilanjutkan, hasil bahwa 43% remaja memiliki gangguan
psikiatri utama (misalnya, skizofrenia, gangguan skizoafektif, depresi, gangguan
penyalahguanaan zat, dan gangguan kepribadian), 13% memiliki gangguan mental
intervensi, dan 44% tidak memiliki gangguan mental.

(1)

2.4. Diagnosis
Diagnosis dibuat berdasarkan suatu evaluasi psikiatrik yang komprehensif
dengan wawancara. (1) Dengan mengetahui sejarah pasien yang lengkap, termasuk
identifikasi

dari

stressor

sebagai

pencetus

gangguan

penyesuaian

dan

mengevaluasi respon terhadap stressor. (1)


Meskipun, menurut definisi, gangguan penyesuaian terjadi setelah suatu
stressor, gejala tidak selalu dimulai segera. Jarak antara stressor dan timbulnya
gejala dapat berlangsung 3 bulan. Gejala tidak selalu berkurang segera setelah

stressor hilang. Jika stressor berlanjut, gangguan dapat menjadi kronis. Gangguan
ini dapat terjadi pada usia berapapun, dengan gejala yang sangat beragam. (6)

Kriteria diagnosis berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of


mental Disorder (DSM-IV-TR) untuk gangguan penyesuaian adalah sebagai
berikut:(6)
A. Timbulnya gejala emosional atau perilaku sebagai respons terhadap stressor
yang dapat diidentifikasi, terjadi dalam 3 bulan sejak onset stressor.
B. Gejala atau perilaku ini secara klinis bermakna seperti yang terlihat dari hal
berikut :
1) Penderitaan yang nyata dan berlebihan dari apa yang dapat diperkirakan
terjadi akibat pajanan terhadap stresor
2) Hendaya bermakna fungsi sosial atau pekerjaan (akademik)
C. Gangguan terkait stress tidak memenuhi kriteria gangguan Aksis I spesifik
lainnya dan bukan hanya perburukan dari gangguan Aksis I dan Aksis II yang
telah ada sebelumnya.
D. Gejala tidak menunjukkan berkabung
E. Ketika stressor (atau akibat stressor) berakhir, gejala tidak berlangsung selama
lebih dari 6 bulan lagi.
Tentukan jika :
Akut : jika gangguan berlangsung kurang dari 6 bulan
Kronis : jika gangguan berlangsung lebih dari 6 bulan
Gangguan penyesuaian diberi kode berdasarkan subtipenya, yang dipilih menurut
gejala yang dominan. Stressor spesifik dapat dirinci pada Aksis IV,
- dengan mood depresi
- dengan ansietas
- dengan campuran mood depresi dan ansietas
- dengan gangguan tingkah laku
- dengan gangguan campuran emosi dan tingkah laku tidak terinci

Gangguan penyesuaian dengan mood depresi


Manifestasi yang dominan adalah mood depresi, menangis, dan putus asa. Jenis
ini harus dibedakan dengan gangguan depresif berat dan berkabung tanpa
penyulit. Remaja dengan gangguan jenis ini memiliki risiko yang lebih tinggi
untuk mengalami gangguan depresif berat pada masa dewasa muda.

Gangguan penyesuaian dengan ansietas


Gejala ansietas, seperti palpitasi, gemetar dan agitasi, terdapat di dalam gangguan
penyesuaian dengan ansietas, yang harus dibedakan dengan gangguan ansietas.
Pada anak-anak ada ketatkutan berpisah dari orang tua, menolak untuk tidur
sendiri dan masuk sekolah.

Gangguan penyesuaian dengan campuran mood depresi dan ansietas


Pasien menunjukkan gambaran gejala ansietas dan depresi yang tidak memenuhi
kriteria gangguan ansietas atau gangguan depresif yang telah ditegakkan.

Gangguan penyesuaian dengan gangguan campuran emosi dan tingkah laku


Klinisi disemangati untuk mencoba membuat satu diagnosis atau diagnosis lain
unutk kejelasan. Mencakup gabungan antara perubahan tingkah laku dan perasaan
depresi dan ansietas.

Gangguan penyesuaian yang tidak terinci


Kategori sisa untuk reaksi maladaptive atipikal terhadap stress. Misalnya respons
yang tidak tepat terhadap diagnosis penyakit fisik, seperti penyangkalan hebat,
adanya ketidakpatuhan berobat dan atau menjauh dari kontak sosial.

Berdasarkan PPDGJ III, gangguan penyesuaian (F43.2) didiagnosa dengan


pedoman diagnostik seperti:(6)

Diagnosis tergantung pada evaluasi terhadap hubungan antara:

(a) Bentuk, isi, beratnya gejala;


(b) Riwayat sebelumnya dan corak kepribadian; dan

(c) Kejadian, situasi yang stressful, atau krisis kehidupan.

Adanya faktor ketiga diatas (c) harus jelas dan bukti yang kuat bahwa gangguan
tersebut tidak akan terjadi seandainya tidak mengalami hal tersebut.

Manifestasi dari gangguan bervariasi, dan mencakup afek depresif, anxietas,


campuran anxietas-depresif, gangguan tingkah laku, disertai adanya disabilitas
dalam kegiatan rutin sehari-hari. Tidak ada satupun dari gejala tersebut yang
spesifik untuk mendukung diagnosis.

Onset biasanya terjadi dalam 1 bulan setelah terjadinya kejadian yang stressful,
dan gejala-gejala biasnya tidak bertahan melebihi 6 bulan, kecuali dalam hal
reaksi depresif berkepanjangan (F 43.21)

Karakter kelima:
F43.20 = reaksi depresi singkat
F43.21 = reaksi depresi berkepanjangan
F43.22 = reaksi campuran anxietas dan depresi
F43.23= dengan predominan gangguan emosi lain
F43.24= dengan predominan gangguan perilaku
F43.25= dengan gangguan campuran emosi dan perilaku
F43.28= dengan gejala predominan lainnya YDT.

2.5. Penatalaksanaan
a. Psikoterapi
Intervensi psikoterapi pada gangguan penyesuaian bertujuan untuk
mengurangi efek dari stressor, meningkatkan kemampuan mengatasi (coping)
stressor yang tidak bisa dikurangi, dan menstabilkan status mental dan system
dukungan untuk memaksimalkan adaptasi. Psikoterapi dapat berupa: terapi
perilaku-kognitif, terapi interpersonal, upaya psikodinamik atau konseling.(4)
Tujuan utama dari psikoterapi ini untuk menganalisa stressor yang
mengganggu pasien kemudian dihilangkan atau diminimalkan. Sebagai contoh,
amputasi kaki dapat menghancurkan perasaan seseorang tentang dirinya, terutama
jika individu tersebut adalah seorang atlet lari. Perlu diperjelas bahwa pasien
tersebut

tetap

memiliki

suatu

kemampuan

besar,

dimana

ia

dapat

menggunakannya untuk pekerjaan yang berguna, tidak perlu kehilangan hubungan


yang berharga, dapat bereproduksi, dan ini tidak berarti bagian tubuh yang lain
juga akan hilang. Jika tidak, pasien tersebut dapat berfantasi ( bahwa semuanya
hilang) dan stressor (amputasi) dapat mengambil alih, membuat disfungsional
(pekerjaan, seks) pada pasien, dan menyebabkan disforia yang menyakitkan atau
kecemasan.(4)
Beberapa stressor dapat menyebabkan reaksi yang berlebihan (misalnya,
pasien memutuskan untuk bunuh diri atau melakukan pembunuhan setelah
ditinggalkan oleh kekasihnya). Pada kasus seperti reaksi berlebihan dengan
perasaan, emosi atau perilaku, terapis akan membantu individu menempatkan
perasaan dan kemarahannya melalui kata-kata daripada melakukan tindakan
destruktif dan memberikan perspektif. Peran verbalisasi dan gabungan afek dan
konflik yang tidak berlebihan dalam upaya mengurangi stressor dan meningkatkan
coping. Obat-obatan dan alkohol tidak dianjurkan.(4)
Psikoterapi, konseling krisis medis, intervensi krisis, terapi keluarga, terapi
kelompok, terapi perilaku-kognitif, dan terapi interpersonal semua mendorong
individu untuk mengekspresikan pengaruh, ketakutan, kecemasan, kemarahan,
rasa tidak berdaya, dan putus asa terhadap stressor. Mereka juga membantu
individu untuk menilai kembali realitas dalam beradaptasi. Sebagai contoh,
hilangnya kaki bukan berarti kehilangan nyawa. Tetapi itu adalah kerugian besar.
Psikoterapi singkat berusaha untuk membingkai makna stressor tersebut, cara
meminimalkannya dan mengurangi defisit psikologis terhadap kejadian tersebut.
(4)

b. Farmakoterapi
Biasanya, penggunaan terapi farmakologi oleh individu dengan gangguan
penyesuaian adalah untuk mengurangi gejala seperti insomnia, kecemasan dan
serangan panik. Yang paling umum diresepkan untuk agen individu dengan
gangguan penyesuaian adalah benzodiazepine dan anti-depresan. Stewart et al
merekomendasikan percobaan antidepresan pada pasien dengan depresi ringan

atau berat yang belum memberi respon atau intervensi psikoterapi suportif lainnya
selama 3 bulan. (3)

2.6. Prognosis
Dengan terapi yang efektif, prognosis pada umunya adalah baik.
Kebanyakan pasien kembali ke fungsi semula dalam waktu 3 bulan. (1)
Ada gangguan penyesuaian yang berlangsung sementara dan dapat
sembuh sendiri atau setelah mendapat terapi. (1)
Remaja

membutuhkan

waktu

lebih

lama

untuk

pulih

kembali

dibandingkan dengan orang dewasa. Terdapat penelitian follow-up setelah 5 tahun


mendapatkan terapi, 71% pasien dewasa sembuh tanpa gejala residual, 21%
berkembang menjadi gangguan depresi mayor, atau alkoholisme. (1)
Pada remaja prognosis kurang baik, karena 43% menderita Gangguan
Skizofrenia

denga

gangguan

skizoafektif,

depresi

mayor.

Gangguan

penyalahgunaan zat, serta gangguan kepribadian. Adapun resiko bunuh diri cukup
tinggi. (1)

BAB 3
KESIMPULAN

Gangguan penyesuaian didefinisikan sebagai gejala-gejala emosional atau


perilaku yang bermakna secara klinis dan terjadi sebagai respons terhadap suatu
stressor dan menghilang dalam waktu 6 bulan setelah tak ada stressor. Gangguan
ini dapat dijumpai pada semua usia dan lebih sering pada remaja.
Gangguan penyesuaian diperkirakan tidak akan terjadi tanpa adanya
stressor. Walaupun adanya stressor merupakan komponen esensial dari gangguan
penyesuaian, namun stress adalah salah satu dari banyak faktor yang menentukan
berkembangnya, jenis dan luasnya psikopatologi.
Berdasarkan DSM IV-TR, gangguan penyesuaian ditandai dengan gejala
berdasarkan beberapa kriteria. Gejala emosional dan perilaku bisa munculdalam
jangka waktu 3 bulan setelah onset stressor dan seharusnya pulih dalam jangka
waktu 6 bulan setelah stressor hilang. Menurut PPDGJ-III, gangguan penyesuaian
dapat terdiagnosis jika gejala muncul 1 bulan setelah onset stressor dan biasanya
tidak bertahan melebihi 6 bulan.
Pada

gangguan

penyesuaian,

dapat

diberikan

psikoterapi

atau

farmakoterapi atau kombinasi kedua terapi. Psikoterapi adalah pilihan utama;


dengan tujuan untuk menganalisa stressor yang mengganggu pasien kemudian
dihilangkan atau diminimalkan. Psikoterapi, konseling krisis medis, intervensi
krisis, terapi keluarga, terapi kelompok, terapi perilaku-kognitif, dan terapi
interpersonal semua mendorong individu untuk mengekspresikan pengaruh,
ketakutan, kecemasan, kemarahan, rasa tidak berdaya, dan putus asa terhadap
stressor. Farmakoterapi diberikan dalam waktu singkat, dan tergantung dari tipe
gangguan penyesuaian, dapat diebrikan penggolongan obat yang efektif.
Pemberian antiansietas berguna untuk pasien dengan kecemasan. Antidepresi
dapat diberikan bila dijumpai adanya depresi. Farmakoterapi adalah sebuah
augment psikoterapi dan bukan sebagai terapi primer.

10

DAFTAR PUSTAKA

1.

Kandou JE. Gangguan Penyesuaian. In: Elvira SD, Hadisukanto G,

editors. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: FK UI; 2010.


2.

Wilson

DS.

Adjustment

Disorder.

2008:1-13.

Available

in:

http://www.veterans-uk.info/publications/adjustment_disorder.pdf
3.

Tami D Benton M. Adjustment Disorders Medscape. 2012. Available in:

http://emedicine.medscape.com/article/292759-overview
4.

Anonim. Chapter 61: Adjusment Disorder. In: Kay J, Tasman A, editors.

Essentials of Psychiatry. Spain: John Wiley & Sons; 2006. p. 1-13.


5.

Anonim. Chapter 41: Adjusment Disorder. In: First MB, Tasman A,

editors. A Clinical Guide to the Diagnosis and Treatment of Mental Disorders.


UK: John Wiley & Sons; 2006. p. 435-8.
6. Harold L. Kaplan, MD. Kaplan dan Sadock. Sinopsis Psikiatri. Jilid 1. Edisi 7.
2010.
7.

Maslim R. Gangguan Terkait Stress. In: Maslim R, editor. Diagnosis

Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ III. Jakarta: PT Nuh Jaya; 2001. p. 7980.

Anda mungkin juga menyukai