TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan
bagian dari cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan
kelenjar limfa yang terdapat di dalam rongga mulut yaitu : tonsil
faringeal, tonsil palatina, tonsil lingual (tonsil pangkal lidah), tonsil tuba
Eustachius, ( Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk. 2007 ).
Tonsilitis adalah radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri
kelompok A streptococcus beta hemolitikus, namun dapat juga
disebabkan oleh bakteri jenis lain atau oleh infeksi virus, (Hembing,
2004 ). Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman
streptococcus
beta
hemolyticus,
streptococcus
viridons
dan
1.
Tonsilitis Akut
a. Tonsilis viral
Tonsilitis dimana gejalanya lebih menyerupai commond cold
yang disertai rasa nyeri tenggorok. Penyebab yang paling sering
adalah virus Epstein Barr.
b. Tonsilitis bakterial
Radang
akut
tonsil
dapat
disebabkan
kuman
grup
B. ANATOMI FISIOLOGI
Tonsil merupakan kumpulan jaringan limfoid yang terletak pada
kerongkongan di belakang kedua ujung lipatan belakang mulut. Ia juga
bagian dari struktur yang disebut Ring of Waldeyer ( Cincin Waldeyer ).
Kedua tonsil terdiri juga atas jaringan limfe, letaknya di antara
lengkung langit- langit dan mendapat persediaan limfosit yang
melimpah di dalam cairan yang ada pada permukaan dalam sel-sel
tonsil. Tonsil terdiri atas:
1.
2.
3.
C. ETIOLOGI
Penyebab utama tonsilitis adalah kuman golongan streptokokus
(streptokus , streptokokus hemolycitus, viridians dan pyogeneses),
penyebab yang lain yaitu infeksi virus (influenza, serta herpes). (Nic &
Noc,2008).
Penyebabnya infeksi bakteri streptococcus atau infeksi virus.
Tonsil berfungsi membantu menyerang bakteri dan mikroorganisme
D. PATOFISIOLOGI
Mula-mula infilttrasi pada lapisan epitel. Bila epitel terkikis,
maka jaringan limpofid superficial menandakan reaksi, terdapat
pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonukuler.
Proses ini secara klinis tampak pada kriptus tonsil yang berisi bercak
kuning disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri
dan epitel yang terlepas. Akibat dari proses ini akan terjadi
pembengkakan atau pembesaran tonsil ini, nyeri menelan, disfalgia.
Kadang apabila terjadi pembesaran melebihi uvula dapat menyebabkan
kesulitan bernafas.
Apabila kedua tonsil bertamu pada garis tengah yang disebut
kidding tonsil dapat terjadi penyumbatan pengaliran udara dan makanan.
Komplikasi yang sering terjadi akibat disflagia dan nyeri saat menelan,
klien akan mengalami malnutrisi yang ditandai dengan gangguan
tumbuh kembang, malaise, mudah mengantuk. Pembesaran adenoid
mungkin dapat menghambat ruang samping belakang hidung yang
membuat kerusakan lewat udara dari hidung ke tenggorokan, sehingga
akan bernafas melalui mulut. Bila bernafas terus lewat mulut maka
10
E. MANIFESTASI KLINIK
1. Menurut Smeltzer, Suzanne (2000).
Gejala yang timbul yaitu sakit tenggorokan, demam, ngorok, dan
kesulitan menelan.
2. Mennurut Effiaty Arsyad Soepardi,dkk ( 2007 ).
a. Nyeri tenggorok
b. Tidak nafsu makan
c. Nyeri menelan
d. Kadang-kadang disertai otalgia
e. Demam tinggi
f. Pembesaran kelenjar submandibuler dan nyeri tekan
F. KOMPLIKASI
Faringitis merupakn komplikasi tonsilitis yang paling banyak didapat.
Demam rematik, nefritis dapat timbul apabila penyebab tonsilitisnya
adalah kuman streptokokus.
Komplikasi yang lain dapat berupa :
11
1. Abses pertonsil
Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole,
abses ini terjadi beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya
disebabkan oleh streptococcus group A. ( Soepardi, Effiaty Arsyad,
dkk. 2007 ).
2. Otitis media akut
Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius
(eustochi) dan dapat mengakibatkan otitis media yang dapat
mengarah pada ruptur spontan gendang telinga. ( Soepardi, Effiaty
Arsyad,dkk. 2007 ).
3. Mastoiditis akut
Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke
dalam sel-sel mastoid, ( Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk. 2007 ).
4. Laringitis
Merupakn
proses
peradangan
dari
membran
mukosa
yang
12
6. Rhinitis
Merupakan penyakit inflamasi membran mukosa dari cavum nasal
dan nasopharynx, ( Reeves, J Charlene, 2001 ).
dengan
dibantu
oleh
orang
tua,
tubuh
13
14
d. Usia 6 7 bulan :
1) Fisik berat badan bayi meningkat 90-150 gram/minggu,
tinggi badan meningkat 1,25 cm/bulan, lingkar kepala
meningkat 0,5 cm/bulan, besarnya kenaikan seperti ini akan
berlangsung sampai bayi berusia 12 bulan, gigi sudah mulai
tumbuh.
2) Motorik bayi sudah bisa membalikkan badan sendiri,
memindahkan anggota badan dari tangan yang satu ke
tangan yang lainnya, mengmbil mainan dengan tangannya,
senang
memasukkan
kaki
ke
mulut,
sudah
bisa
15
duduk
menggunakan
sendiri,
sendok,
mulai
akan
belajar
tetapi
makan
dengan
lebih
senang
16
17
maupun
horizontal,
belajar
membuka
dan
dengan
angka-angka,
menulis
18
19
H. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan pasien tonsilitis, (Mansjoer, A 2000) :
a. Penatalaksanaan tonsilitis akut
1) Antibiotik golongan penicilin atau sulfanamid selama 5 hari dan
obat kumur atau obat isap dengan desinfektan, bila alergi
dengan diberikan eritromisin atau klindomisin.
2) Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder,
kortikosteroid untuk mengurangi edema pada laring dan obat
simptomatik.
3) Berikan tirah baring untuk menghindari komplikasi kantung
selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapan tenggorok 3x
negatif.
4) Pemberian antipiretik.
b. Penatalaksanaan tonsilitis kronik
1) Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur / hisap.
2) Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa
atau terapi konservatif tidak berhasil.
20
dan
dapatkan
kultur
yang
diperlukan
untuk
21
b. Perawatan pascaoperasi :
1) Kaji nyeri dengan sering dan berikan analgesik sesuai indikasi.
2) Kaji
dengan
sering
adanya
tanda-tanda
perdarahan
pascaoperasi
3) Siapkan alat pengisap dan alat-alat nasal packing untuk
berjaga-jaga seandainya terjadi kedaruratan.
4) Pada saat anak masih berada dalam pengaruh anestesi, beri
posisi telungkup atau semi telungkup pada anak dengan kepala
dimiringkan kesamping untuk mencegah aspirasi
5) Biarkan anak memperoleh posisi yang nyaman sendiri setelah
ia sadar ( orangtua boleh menggendong anak )
6) Pada awalnya anak dapat mengalami muntah darah lama. Jika
diperlukan pengisapan, hindari trauma pada orofaring.
7) Ingatkan anak untuk tidak batuk atau membersihkan tenggorok
kecuali jika perlu.
8) Berikan asupan cairan yang adekuat; beri es batu 1 sampai 2
jam setelah sadar dari anestesi. Saat muntah susah berhenti,
berikan air jernih dengan hati-hati.
9) Ada beberapa kontroversi yang berkaitan dengan pmberian
susu dan es krim pada malam pembedahan : dapat
menenangkan dan mengurangi pembengkakan, tetapi dapat
meningkatkan produksi mukus yang menyebabkan anak lebih
22
23
b) Makanan / Cairan
Gejala : Kesulitan menelan
Tanda : Kesulitan menelan, mudah terdesak, inflamasi
c) Hygiene
Tanda : kebersihan gigi dan mulut buruk
d) Nyeri / Keamanan
Tanda : Gelisah, perilaku berhati-bati
Gejala : Sakit tenggorokan kronis,penyebaran nyeri ke
telinga
e) Pernapasan
Gejala : Riwayat menghisap asap rokok ( mungkin ada
anggota keluarga yang merokok ), tinggal di tempat
yang berdebu.
2. Pemeriksaan penunjang
a. Tes Laboratorium
Tes laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteri
yang ada dalam tubuh pasien merupakan bakteri grup A
b. Kultur
Kultur dan uji resistensi bila diperlukan.
c. Terapi
Dengan menggunakan antibiotic spectrum lebar dan sulfonamide,
antipiretik, dan obat kumur yang mengandung desinfektan.
( Soetomo, 2004 )
24
J. Pathways Keperawatan
Kuman ( Streptococcus beta hemolyticus,
Streptococcus viridans, dan Streptococcus pyogenes ), Virus
Respon
menelan
inflamasi
Anoreksia
Post Operasi
Kurang
Efek anestesi
Terputusnya
pengetahuan
Nyeri
Cemas
Intake tidak
jaringan
Kerja
Terputusnya
syaraf
pembuluh
menurun
Luka
Nyeri
darah
adekuat
Rangsangan
Resiko
perubahan nutrisi
: kurang dari
kebutuhan tubuh
Reflek batuk
Perdarahan
Pemajanan
hipotalamus
mikroorganisme
suhu tubuh
Penumpukan
meningkat
sekret
Hipertermi
Resiko infeksi
Resiko bersihan
Resiko
jalan nafas
tidak efektif
kekurangan
cairan
25
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
1. Pre Operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi.
b. Hipertemi berhubungan dengan respon inflamasi.
c. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake tidak adekuat.
d. Cemas
berhubungan
dengan
akan
dilakukan
tindakan
tonsilektomi.
2. Post Operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, diskontinuitas
jaringan.
b. Resiko tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan
penumpukan sekret.
c. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan adanya
perdarahan .
d. Resiko infeksi berhubungan dengan pemajanan mikroorganisme.
( Doengoes, 2000 )
L. FOKUS INTERVENSI
1. Pre Operasi
a.
26
Kriteria hasil :
1) Melaporkan nyeri berkurang
2) Ekspresi wajah tampak rileks
Intervensi :
1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi.
Rasional : sebagai dasar penentuan intervensi berikutnya
2) Ajarkan teknik non farmakologi dengan distraksi / latihan
nafas dalam.
Rasional : teknik distraksi/latihan nafas dalam dapat
mengurangi nyeri
3) Tingkatkan istirahat pasien
Rasional : istirahat dapat melupakan dari rasa nyeri
4) Anjurkan klien untuk mengurangi nyeri dengan:
a) Minum air dingin atau es
b) Hindarkan makanan panas, pedas, keras
c) Melakukan teknik relaksasi
Rasional : tindakan non analgesik diberikan dengan cara
alternatif untuk mengurangi nyeri dan menghilangkan
ketidaknyamanan
5) Ciptakan lingkungan tenang dan nyaman
27
Suhu
ruangan
harus
diubah
untuk
Berikan antipiretik
Rasional : obat antipiretik sebagai obat penurun demam
( Doengoes, 2000 )
28
29
30
31
32
2)
3)
4)
c. Resiko
kekurangan
volume
cairan
berhubungan
dengan
33
34
Mencegah
perkembangan
mikroorganisme
patogen.
( Doengoes, 2000 )
35