1. Masalah Identitas
Ketidakpastian tentang banyak masalah yang terkait dengan identitas seperti tujuan
jangka panjang, pilihan karir, pola persahabatan, orientasi dan perilaku seksual, nilai
moral dan loyalitas kelompok. (cari penjelasan tentang ini)
2. Amnesia Disosiatif
Gangguan yang utama yaitu adanya satu atau lebih episode ketidakmampuan untuk
mengingat kembali informasi personal yang penting, biasanya bersifat traumatis atau
menimbulkan stress, yang terlalu ekstensif untuk dijelaskan oleh seseorang yang asalnya
pelupa.
3. Fuga Disosiatif
Gangguan utama terjadi secara tiba tiba, melakukan perjalanan jauh dari rumah atau ke
tempat biasa bekerja tanppa direncanakan, dengan ketidakmampuan untuk mengingat
yang lalu. Bingung tentang identitas personal atau mengasumsi identitas baru.
4. Identitas Disosiatif ( kelainan kepribadian ganda)
Adanya dua atau lebih identitas atau keadaan kepribadian ( tiap kepribadian mempunyai
pola persepsi, berhubungan, dan berpikir tentang diri sendiri dan lingkungan yang
berbeda ). Sedikitnya dua identitas atau keadaan kepribadian mengendalikan perilaku
seseorang. Ketidakmampuan untuk mengingat informasi personal yang terlalu ekstensif
untuk dijelaskan oleh seorang yang asalnya biasa.
5. Kelainan Depersonialiasi
Pengalaman yang timbul kembali atau menetap berupa perasaan terpisah dari proses
kejiwaan atau tubuh seseorang, dan sepertinya berada dalam posisi pengamat ( misal :
perasaaan sedang bermimpi ). Selama mengalami depersonalisasi, uji realistis tetap utuh.
Depersonalisasi menyebabkan distress klinis atau kerusakan fungsi yang bermakna.
sendiri
Kurang persiapan peran
2. Perubahan penampilan peran
Berhubungan dengan tuntutan tepat waktu sebagai akibat masuk sekolah tinggi
Persepsi tentang sikap dewasa yang dihadapi di tempat kerja
Ansietas tentang kemampuan setelah mengalami infark miokardium
3. Ansietas
Berhubungan dengan : persepsi tentang penuaan usia baya dan dampaknya
terhadap Keamanan pekerjaan
Konflik peran perkawinan
Kekhawatiran tentang seksualitas
4. Gangguan citra tubuh
Berhubungan dengan : persepsi negative tentang diri vasektomi
Kerusakan penglihatan
5. Ketakutan
Berhubungan dengan : perasaan tidak berdaya akibat baru mengalami
6.
7.
8.
9.
perampokan rumah
Krisis yang tidak teratasi sebagai korban pelecehan
Gangguan penyesuaian
Berhubungan dengan : ansietas tentang citra tubuh (amputasi)
Takut tentang penyakit terminal (AIDS)
Hambatan interaksi social
Berhubungan dengan : ambiguitas peran (menjadi janda)
Depresi yang diakibatkan oleh baru saja masuk ke fasilitas perawatan luas
Koping individu tidak efektif
Berhubungan dengan : harga diri rendah
Disfungsi hubungan orang tua-anak
Harapan peran yang tidak jelas
Konflik peran menjadi orang tua
Berhubungan dengan : perasaan kehilangan control akibat kelahiran anak dengan
defek konginetal
Ansietas tentang perkawinan yang akan tiba.
10. Gangguan identitas pribadi
Berhubungan dengan : penurunan berat badan yang sangat cepat
Konflik nilai yang ditumbuhkan oleh kelompok sebaya
Kebingungan tentang seksualitas
11. Risiko terhadap tindak kekerasan : yang diarahkan pada diri sendiri
Berhubungan dengan : kebingungan identitas pada remaja
Ketidakmampuan menghadapi harapan peran ganda
Konsep Diri
Page 2
Menurut NANDA dalam Potter dan Perry (2005) diagnosa keperawatan berkaitan dengan
konsep diri adalah :
1. Perubahan menjadi orang tua berhubungan dengan Kebingungan identitas setelah konflik
sebelumnya dengan orang tua sendiri, Kurang persiapan peran.
2. Ansietas berhubungan dengan persepsi tentang penuaan usia baya dan dampaknya terhadap
keamanan pekerjaan, Konflik peran perkawinan, Kekhawatiran tentang seksualitas.
3. Ketakutan yang berhubungan dengan perasaan tidak berdaya akibat baru mengalami
rampokan, Krisis yang tidak teratasi sebagai korban pelecahan.
4. Gangguan penyesuaian yang berhubungan dengan Ansietas tentang citra tubuh, Takut
tentang penyakit Terminal
5. Hambatan interaksi sosial yang berhubungan dengan Ambiguitas peran, Depresi.
6. Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan Harga diri rendah, Disfungsi
hubungan orang tua-anak, Harapan peran yang tidak jelas.
7. Konflik peran menjadi orang tua berhubungan dengan perasaan kehilangan kontrol
( kelahiran dengan defek kongenital )
8. Ketidakberdayaan berhubungan dengan ketidak sesuaian harapan peran di rumah dan di
tempat kerja, perasaan rendahnya nilai diri.
Konsep Diri
Page 3
9. Distress spiritual berhubungan dengan kebingungan identitas ( usia baya ), perubahan citra
tubuh ( mis : paralisis kecelakaan ), penyalahgunaan obat dan alkohol.
KONSEP DIRI
1.
Konsep Diri
Page 4
yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan diri sendiri tanpa syarat,
walaupun melakukan kesalahan, kekalahan dan kegagalan, tetapi merasa sebagai
seorang yang penting dan berharga.
d. Penampilan peran adalah serangkaian pola prilaku yang diharapkan oleh lingkungan
sosial berhubungan dengan fungsi diberbagai kelompok sosial. Peran yang ditetapkan
adalah peran dimana seseorang tidak mempunyai pilihan. Peran yang di terima adalah
peran yang terpilih atau dipilih oleh individu.
e. Identitas personal adalah pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggung
jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi dan keunikan individu.
Pembentukan identitas dimulai pada masa bayi dan terus berlangsung sepanjang
hidupnya, tetapi merupakan tugas utama pada masa remaja.
Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri
sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
2. Psikodinamika konsep diri
a. Etiologi
Penyebab dari gangguan konsep diri adalah:
1) Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tibatiba, misal : harus operasi, kecelakaan, dicerai
suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu terjadi
(korban perkosaan, dituduh, korupsi, kolusi, nepotisme, dipenjara tiba-tiba).
2) Kronik
Yaitu perasaan negatif terhadap diri sendiri telah berlangsung lama sebelum sakit
atau dirawat, klien mempunyai cara berfikir negatif. Kejadian sakit dan dirawat
akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya.
b. Faktor Predisposisi
1) Penolakan orang tua.
2) Harapan orang tua yang tidak realistis.
Konsep Diri
Page 5
Respon adaptif
Respon maladaptif
positif
Harga diri
rendah
Kerancuan Deporsonalisasi
identitas
(Stuart and Sundeen 1998)
adalah
mengkritik diri sendiri atau orang lain, penurunan produktifitas, destruktif yang
diarahkan pada orang lain, gangguan dalam berhubungan, rasa diri penting yang
berlebihan, perasaan tidak mampu, rasa bersalah, mudah tersinggung atau marah yang
berlebihan, perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri., ketegangan peran yang
dirasakan, pandangan hidup yang pesimis, keluhan fisik, pandangan hidup yang
bertentangan, penolakan terhadap kemampuan personal, destruktif terhadap diri
sendiri, pengurangan diri, penarikan diri secara sosial, penyalahgunaan zat, menarik
diri dari realitas.
Konsep Diri
Page 6
B.
melakukan
asuhan
keperawatan
pada
gangguan
konsep
diri
meliputi
Pengkajian
Didalam kegiatan pengkajian ini, beberapa komponen yang dikaji yaitu:
a. Faktor yang mempengaruhi gangguan konsep diri
Faktor ini meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis,
kegagalan
berulang
kali,
kurang
mempunyai
tanggung
jawab
personal,
ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis.
b. Stresor Pencetus
1). Adanya trauma
Trauma aniaya seksual, psikologis, dan menyaksikan kejadian yang mengancam
kehidupan.
2). Ketegangan peran
Berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan, dimana individu
mengalami fluktuasi.
c. Manifestasi klinis
Gejala gejala yang muncul akibat dari gangguan konsep diri yaitu : Mengkritik diri
sendiri, perasaan malu terhadap diri sendiri, perasaan bersalah terhadap diri sendiri,
gangguan hubungan sosial, kurang percaya diri.
d.
Pohon Masalah
Isolasi sosial : Menarik diri
2).
3).
2. Diagnosa Keperawatan
a. Isolasi sosial: Menarik diri berhubungan dengan gangguan konsep diri : Harga diri
rendah.
b. Gangguan konsep diri: Harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra tubuh.
3. Intervensi Keperawatan
a.
Perencanaan Keperawatan:
1).
b).
Tujuan Khusus:
(1).
Konsep Diri
Page 8
(b).
(c).
(3).
(b).
Diskusikan
pula
kemampuan
yang
dapat
dianjurkan
Konsep Diri
Page 9
(a).
(b).
(c).
(5).
(b).
(c).
(6).
(b).
(c).
(7).
(b).
Konsep Diri
Page 10
2).
Gangguan
konsep
diri:
Penatalaksanaan Medis
Harga diri rendah termasuk dalam kelompok penyakit skizoprenia tidak tergolongkan,
maka jenis penatalaksanaan yang bisa dilakukan adalah:
1) Psikofarmakol
Konsep Diri
Page 12
Anti Parkinson
Trihexypenidril (artane) dosis 5-15 mg/hr indikasi berbagai bentuk
parkinsonisme. Kontra indikasi: galukoma, takikardi, hipertensi, penyakit
jantung, asma, ulserasi, duodenum. Efek samping: sakit kepala, lemas, cemas,
psikosis, depresi, halusinasi, ortostatik, foto sensitivitas, penglihatan berkabut,
mual muntah, konstipasi, frekuensi/retansi urin.
2) Pengobatan Somatik
a)
b)
Pengkajian Fisik
Konsep Diri
Page 13
Evaluasi
a.
2)
3)
4)
Konsep Diri
Page 14
5)
6)
7)
b.
2)
3)
4)
5)
6)
Konsep Diri
Page 15
DAFTAR PUSTAKA
Konsep Diri
Page 16
KONSEP DASAR
1.
Pengertian
Gangguan hubungan sosial adalah suatu gangguan keperibadian yang tidak fleksibel pada
tingkah laku yang mal adptif menggangu fungsi seseorang dalam hubungan sosialanya.
prilaku menarik diri merupakan cobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain (Kawlins, 1993, hal 336).
Isolasi social suatu keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan
keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk
membuat kontrak (Carpenito, 1997).
Perilaku menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi hubungan
dengan orang lain (Rowlins, 1993).
2.
Etiologi
Terjadinya menarik diri dipengarui oleh faktor predisposisi dan stresosr presipitasi, faktor
perkembangan dan sosial budaya merupakan faktor predisposisi terjadinya prilaku
menarik diri, kegagalan perkembangan dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri,
tidak percaya diri pada orang lain, menghindari dari orang lain, tidak mampu memuaskan
keingnan dan merasa tertekan. Keadan ini dapat menimbulkan prilaku tidak ingin
bekomunikasi, dengan orang lain, menghindari diri dari orang lain lebih menyukai
berdiam diri, kegiatan sehari hari hampir terabaikan.
3.
Konsep Diri
Page 17
Konstruktif
Respon Sosial
Deskriptif
Respon adaptif
- Solotude
- Alonese
- Lonelinees
- Otonomi
- Manifulasi
- Ekploitas
- Kebersamaan
- Tergantung
- Menarik diri
- Interdependen
- Curiga
- Paranoid
Bila terjadi kecemasan yang tinggi, maka indifidu cenderung untuk menarik diri sampai
respon yang mal adaptif sehingga rangsangan terhadaplingkungan akan menurun dan
juga lebih berfokus terhadap dunia internalnya sehingga dapat meningkatkan kecemasan
klien.
4.
Respon Adaptif
Adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya secara
umum yang berlaku dengan kata lain bahwa individu tersebut masih dalam batas normal
menyelesaikan masalah, respon ini meliputi:
a.
b.
cara
mengvaluasi
diri
untuk
menentukan
langkah
selanjutnya.
c.
Konsep Diri
Page 18
d.
e.
5.
b.
Tergantung, terjadi apabila individu gagal mengembangkan rasa prcaya diri atau
kemampuan untuk berfungsi secara terbuka.
c.
Manipulasi, terdapa pada individu yang mngganggap orng lain sebagai obyek,
indivdu tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam.
d.
Curiga, terjadi apabila individu gagal mengembangkan rasa percaya dengan orang
lain.
6.
b.
Menghindar dari orang lain (Menarik diri), klien tampak memisakan diri dari
orang lain, misalnya pada saat makan.
c.
Komunikasi kurang atau tidak ada klien tidak dapat becakap-cakap denan orang
lain.
d.
e.
f.
B.
g.
h.
ASUHAN KEPERAWATAN
Konsep Diri
Page 19
1.
Pengkajian
Meliputi: Faktor pendukung, faktor pencetus, terjadinya hubungan sosial, prilaku pasen,
mekanisme koping.
a.
Faktor Predisposisi
Beberapa faktor pendukung tejadinya hubungan sosial:
1)
2)
3)
4)
Faktor biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.
b.
Faktor presifitasi
Faktor presifitasi dapat ditimbulkan oleh faktor internal dan eksternal, meliputi:
1) Stresor sosial budaya, setres yang ditimbulkan oleh faktor sosial ini disebabkan
oleh berapa hal antara lain keluarga yang labil, berpisah dengan orang
terdekat/beradapatasi, misalnya: dirawat di RS akibat penyakit kronis.
2) Faktor hormonal, gangguan dari fungsi kelenjar bawah otak (Gland pituari)
menyebabkan turunnya hormon ESH dan LH.
3) Hipotesa virus, Virus HIV dapat menyebabkan tingkah laku psikotik.
Konsep Diri
Page 20
Pohon masalah
Resiko Peruahan Sensori Persepsi: Halusinasi
Masalah
utama
Diagnosa keperawatan
a.
b.
Gangguan hubungan sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
3.
b.
2)
3)
4)
Melakukan hubungan sosial secara bertahap: klien-erawat, klienperawat-klien/perawat, klien kelompok, klien-keluarga
Konsep Diri
Page 21
5)
6)
7)
4.
Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya: salam trapiutik, perkenalan diri, jelaskan tujuan
interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang Buat kontak dari setiap pertemuan (topik
yang akan dibicarakan, tempat pembicaraan, waktu berbicara)
b. Berikan perhatian dan penghargaan: temani klien walau klien tidak menjawab,
katakan Saya akan duduk disamping anada, jika ingin mengatakan sesuatu saya siap
mendengarkan Jika menatap perawat, katakan Ada yang ingin anda katakana
c.
d. Bicarakan dengan klien penyebab tidak ingin bergaul dengan orang lain.
e. Diskusikan akibat yang dirasakan dari menarik diri.
f. Diskusikan keuntungan bergaul dengan orang lain.
g. Bantu klien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki klien untuk bergaul.
h. Lakukan interaksi sering dan singkat dengan klien (jika mungkin perawat yang sama)
i. Motivasi/temani klien untuk berinteraksi/berkenaan dengan klien/perawat lain, beri
contoh cara berkenalan.
j. Tingkatkan interaksi klien secara beratahap (Satu lien, dua klien, satu perawat, 2
perawat dan seterusnya).
k. Libatkan klien dalam terpi aktifitas kelompok: sosialisasi.
l. Bantu klien melaksanakan aktifitas hidup sehari -hari dengan interaksi.
m. Fasilitasi hubungan klien dengan keluarga secara terapiutik.
n. Diskusikan dengan klien setiap selesai interaksi atau kegiatan.
o. Beri pujian akan keberhasilan klien.
p. Berikan pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan indifidu
secara rutin dan pertemuan keluarga.
q. Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip yang benar (Benar obat, benar dosis,
benar cara, benar waktu, benar klien).
r. Anjurkan klien membicarakan efek atau efek samping obat yang dirasakan.
Konsep Diri
Page 22
5.
Pada Klien:
1)
2)
3)
4)
b.
Pada Keluarga:
1) Keluarga mampu berinteraksi dengan klien secara trapeutik.
2) Keluarga mampu mengurangi penyebab klien menarik diri.
Konsep Diri
Page 23
DAFTAR PUSTAKA
Departemen
Kesehatan
RI,
1994
),
Pedoman
prawatan
Sikiatrik
Intervensi
Konsep Diri
Page 24
KONSEP DASAR
1. Pengertian
Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsangan apapun pada panca indra
seseorang pasien, yang terjadi pada keadaan sadar atau bangun, dasarnya mungkin
organic, fungsional, psikotik ataupun histerik (W.F Marammis, 1998 hal 119)
Halusinasi pendengaran adalah pengalaman panca indra tanpa adanya rangsangan, artinya
individu mendengar suara-suara atau bisikan-bisikan tanpa adanya rangsangan dari luar
dan orang lain tidak mendengarnya. (Rasmun,Skp, 2001 hal 44)
Halusinasi adalah persepsi sensori yang palsu yang tidak disentralkan dengan stimulasi
eksternal yang nyata, mungkin terdapat atau tidak terdapat interprestasi waham tentang
pengalaman halusinasinya (Kaplan dan Sodoek 1997 hal 462).
Halusinasi adalah pengalaman panca indra tanpa adanya rangsangan, artinya individu
mendengar suara-suara atau bisikan-bisikan tanpa adanya rangsangan dari luar dan orang
lain tidak mendengarnya. (Kelliat Budi Anna, 2001 hal 44).
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan Halusinasi Pendengaran adalah
individu merasa mendengar suara orang yang membicarakan, mengejek, menertawakan
atau mengancam dirinya, padahal tidak ada suara disekitarnya.
2. Psikodinamika
a. Etiologi
1). Halusinasi dapat terjadi pada klien dengan gangguan jiwa seperti Schizoprenia,
depresi atau keadaan psikosa lainnya, dimensia, keadaan delirium dan kondisi
yang berhubungan dengan penggunaan alkohol dan substansi lainnya. Menurut
Mary Durant Thomas, 1991.
Halusinasi juga dapat terjadi dengan epilepsi,kondisi infeksi sistemik dan
penggunaan metabolik. Halusinasi dapat juga dialami sebagai efek samping dari
Konsep Diri
Page 25
berbagai pengobatan yang meliputi anti depresi, antikolinergik, anti inflamasi, dan
antibiotik. Sedangkan obat-obatan halusinogen dapat membuat terjadinya
halusinasi sama seperti pemberian obat diatas. Halusinasi dapat terjadi pada saat
individu normal, yaitu pada individu yang mengalami isolasi, perubahan sensori
seperti kebutaan, kurangnya pendengaran atau adanya permasalahan pada saat
pembicaraan.
2). Halusinasi terjadi akibat kemampuan kognitif yang terganggu. Hal ini
dikarenakan informasi atau beban sensori terlalu berlebihan atau overload, dan
menghasilkan halusinasi Menurut Mc. Farland dan Thomas, 1991.
a)
Teori Psikoanalisa
Halusinasi terjadi karena defisit fungsi ego atau pertahanan diri, sehingga
terjadi konflik psikologis. Dan penggunaan mekanisme pertahanan seperti
distori, denial, dan proyeksi (halusinasi).
b)
Teori Lingkungan
Halusinasi dapat terjadi bila seseorang berada dalam situasi atau lingkungan
yang penuh dengan stresor. Bila individu tersebut tidak dapat mengatasi dan
hanya berfokus pada kecemasan yang diakibatkan stressor,maka individu
tersebut akan melamun dan berangan-angan, bila didiamkan berlarut-larut
akan menyebabkan halusinasi.
c)
Teori Biologi
Halusinasi akibat struktur otak yang abnormal sehingga tidak mampu
menerima stimulus dengan baik, faktor genetik juga menjadi penyebab besar
dan faktor biokimia yang mempengaruhi otak dengan adanya dopamin.
Teori Biologi
Otak tidak berkembang secara sempurna, menurunnya volume otak dan
fungsi abnormal. Menurut Stuard and Laraia.
Konsep Diri
Page 26
Teori Psikologi
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh hubungan antar anggota keluarga atau
khususnya anak dengan orang tua yang tidak harmonis, adanya konflik
keluarga, kegagalan dalam menyelesaikan tahap awal perkembangan
psikososial, koping stres yang tidak adekuat sehingga menimbulkan gangguan
orientasi realita.
c)
b.
Manifestasi Klinik
1) Bicara senyum dan tertawa sendiri.
2) Mengatakan mendengar sesuatu, melihat, menghidu, mengecap, dan merasa
sesuatu yang tidak nyata.
3) Merusak diri sendiri/ orang lain / lingkungan.
4) Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan hal yang tidak nyata.
5) Pembicaraan kacau, kadang tidak masuk akal, sikap curiga dan bermusuhan.
6) Tidak dapat memusatkan perhatian
7) Menarik diri,menghindari orang lain
8) Sikap curiga dan bermusuhan
9) Sulit membuat keputusan, ketakutan
10) Menyalahkan diri dan orang lain
11) Mudah tersinggung, jengkel, marah
12) Muka merah kadang pucat
13) Ekspresi wajah tegang
c.
Jenis Halusinasi
1) Halusinasi pendengaran
Konsep Diri
Page 27
Pasien mendengar suara dan bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata
dan orang lain tidak mendengar
2) Halusinasi penglihatan
Pasien melihat gambar yang jelas/samar-samar tanpa stimulus yang nyata dan
orang lain tidak melihat
3) Halusinasi penciuman
Pasien mencium bau yang muncul dari sumber tertentu tanpa stimulus yang nyata
dan orang lain tidak menciumnya
4) Halusinasi pengecapan
Pasien merasa makan sesuatu tanpa stimulus yang nyata dan orang lain tidak
melihat pasien memakan sesuatu yang nyata
5) Halusinasi perabaan
Pasien merasakan sesuatu pada kulitnya tanpa stimulus yang nyata
d.
Proses
Proses halusinasi dapat berkembang menjadi 4 fase:
1) Fase Pertama: Menenangkan-anietas tingkat sedang.secara umum halusinasi
bersifat menyenangkan
Karakteristik: orang yang menderita halusinasi mengalami peningkatan emosi,
seperti anietas, kesepian, merasa bersalah dan perasaan takut serta mencoba untuk
berfokus pada kenyamanan untuk mengurangi kecemasannya. Orang tersebut
merasakan/mengetahui bahwa pikiran dan pengalaman sensorinya dalam kontrol
sadar (jiwa kecemasan teratasi non psycotic)
Perilaku yang dapat di observasi:
a) Tertawa tidak pada tempatnya
b) Pergerakan bibir tanpa menimbulkan suara
c) Pergerakan mata dengan cepat
d) Respon verbal lambat
Konsep Diri
Page 28
3)
4)
Konsep Diri
Page 29
rentang
respon.
Respon adaptif
Respon maladaptive
- Pikiran logis
- Kadang
- Persepsi akurat
proses
pikiran terganggu
- Emosi konsisten
- Ilusi
- Perilaku cocok
- Emosi berlebihan /
- Hubungan
sosial
harmonis
- Ggn.
pikir Halusianasi
- Kerusakan
proses
pikiran
dengan
berkurang
pengalaman
Proses
Isolasi sosial
Persepsi dapat diartikan sebagai reaksi dari respon tubuh terhadap rangsangan dari
luar, kemudian diikuti oleh pengenalan dan pemahaman tentang orang, benda dan
lingkungan. Perubahan pola persepsi dapat terjadi pada satu atau lebih bagian
tubuh yaitu pendengaran, pengecapan, perabaan, dan penciuman.
3) Perubahan pada afek dan emosi
Afek berkaitan dengan emosi tubuh individu, perubahan afek terjadi karena
pasien berusaha membuat jarak dengan perasaan tertentu. Perubahan afek yang
biasa terjadi adalah datar, tumpul, tidak sesuai , berlebihan dan ambivalen.
4) Perubahan motorik
Perilaku motorik dapat dimanifestasikan dengan peningkatan atau penurunan
kegiatan motorik, impulsif.
5) Perubahan sosial
Perkembangan hubungan sosial yang tidak adekuat menyebabkan kegagalan
individu untuk belajar dan mempertahankan interaksi.
e. Komplikasi
Komplikasi yang biasa terjadi pada klien dengan halusinasi adalah :
1).
2).
Klainan prilaku.
3).
4).
5).
6).
Rasa bermusuhan.
7).
8).
Kehilangan motivasi.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
Halusinasi merupakan gangguan persepsi yang sangat ekstrim dan bahkan sangat umum
dalam Schizoprenia. Klien yang mengalami halusinasi sukar untuk mengontrol dirinya
Konsep Diri
Page 31
sehingga klien dengan halusinasi sukar untuk berhubungan dengan orang lain. Dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap klien halusinasi, seorang perawat harus
mempunyai kesadaran diri yang tinggi agar dapat mengenal dan menerima serta
mengevaluasi
perasaan
sendiri
sehingga
dapat
menggunakan
dirinya
secara
Faktor predisposisi
Adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat
dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Hal dapat diperoleh baik dari klien
maupun dari keluarganya mengenai faktor perkembangan, social kultural, biokimia,
psikologis, biologi, yaitu faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber
yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress:
1) Faktor Perkembangan
Jika seseorangan mengalami hambatan dalam tugas perkembangan dan hubungan
internasional dengan orang lain terganggu, maka individu akan dihadapi dengan
stress dan kecemasaan pada dirinya.
2) Faktor Sosial kultural
Berbagai faktor dan lingkungan dan di masyarakat dapat menyebabkan orang
merasa diasingkan atau disingkirkan sehingga klien merasa kesepian dalam
lingkungan dimana dia berada, walaupun dia ada dalam lingkungan sekitarnya
yang ramai.
3) Faktor Biokimia
Faktor biokimia ini mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa,
dimana teori biokimia menyatakan adanya peningkatan dari dopamine
Konsep Diri
Page 32
Faktor presipitasi
Yaitu stimulus yang diekspresikan oleh individu sebagai suatu tantangan,
ancaman/tuntutan yang memerlukan energi ekstra yang digunakan untuk koping.
Adanya rangsangan lingkungan yang sering yaitu partisipasi klien dalam kelompok,
terlalu lama diajak komunikasi, objek yang ada di lingkungan.
1).
Perilaku
Respon klien terhadap halusinogen dapat berupa bicara sendiri, tersenyum,
tertawa sendiri, curiga. Ketakutan perasaan tidak aman, gelisah, dan bingung,
perilaku merusak diri, ancaman, dirinya atau orang lain. Oleh karena itu aspek
penting dalam melaksanakan intervensi keperawatan yaitu dengan mengupayakan
suatau proses interaksi yang menimbulkan pengalaman interpersonal yang
memuaskan klien tidak menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi dengan
lingkungan dan halusinasi tidak berlangsung.
2).
Sumber koping
Konsep Diri
Page 33
Sumber koping seseorang individual dan alamiah serta tergantung pada luasnya
gangguan neurobilogical. Sumber koping tersebut sebagai modal untuk
memecahkan atau menyelesaikan masalah. Dukungan sosial dan keyakinan
budaya
serta
dukungan
keluarga,
dapat
membantu
seseorang
Mekanisme Koping
Tiap upaya yang diarahkan pada pelaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian
masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi
diri. Dalam menghadapi rasa cemas pada klien halusinasi biasanya digunakan
mekanisme proyeksi yang dapat memberikan kemampuan pada ego untuk
mengatasi rangsangan yang mengancam dari luar sehingga mengurangi
kecemasan.
Pohon Masalah
Resiko menciderai diri sendiri: orang lain dan lingkungan
Diagnosa Keperawatanan
a. Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
halusinasi pendengaran.
b. Perubahan sensori persepsi: halusinasi pendengaran berhubungan dengan
isolasi
social:menarik diri.
c. Isolasi sosial:menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
3.
b).
c).
d).
e).
f).
2).
b).
c).
d).
3).
b).
c).
Konsep Diri
Page 35
d).
4).
b).
5).
b).
c).
d).
e).
2).
Konsep Diri
Page 36
a) Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda- tandanya.
b) Berikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan penyebab menarik
diri.
c) Diskusikan dengan klien perilaku menarik diri, tanda, serta gejala yang
muncul.
d) Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya.
3).
b).
c).
d).
Beri
reinforcement
positif
terhadap
kemampuan
b)
Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain secara
bertahap.
c)
d)
e)
f)
g)
h)
Konsep Diri
Page 37
5).
b).
c).
Beri
reinforcement
positif
atas
kemampuan
klien
b)
c)
d)
e)
c.
2).
b).
c).
Konsep Diri
Page 38
d).
e).
Klien
dapat
menetapkan
kegiatan
yang
sesuai
dengan
b).
4).
b).
c).
4.
b).
c).
a.
Diagnosa 1: resti menciderai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
halusinasi pendengaran.
Hasil yang diharapkan:
1).
2).
3).
4).
Adanya
hubungan
keluarga
terhadap
klien
dalam
mengontrol
halusinasinya.
Konsep Diri
Page 39
5).
b.
2).
3).
4).
5).
6).
c.
Diagnosa 3: Isolasi social; menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
Hasil yang diharapkan:
1).
2).
3).
4).
5).
6).
Konsep Diri
Page 40
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI, 2000, Buku Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa 1 : Teori dan
tindakan Keperawatan, ( Cetakan 1 ) Direktorat Jendral Pelayanan Medik, Direktorat
Pelayanan Keperawatan, Departemen Kesehatan RI.
Keliat Budi Anna, 1998, Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial, Jakarta FKUI (di
publikasikan).
Maramis W.F, 1998, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Surabaya, Airlangga Universitas Press.
Rasmun, Skp, 2001, Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dalam keluarga,
Jakarta
Rusli Muslim. Dr, 2001, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas PPDGJ III,
Jakarta.
Stuart, G.W, and Sundeen, S.J, 1995, Principles and Practice of Psychiatric Nursing (5th ed )
St. Lois ; Mosby Year Book
Stuart, G.W, and Sundeen, S.J, 1998, Buku Saku Keperawatan Jiwa, edisi 3, Jakarta, EGC.
Townsend, M.C. 1998, Psychiatric Mental Health Nursng : Concepts of Care
Edition ) Philadelphia ; F.A Davis Company
( Second
Towsend. M.C,1998, Buku Saku Diagnosis Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatrik, edisi,
Jakarta, EGC.
I.
II.
Rasa bersalah
Adanya penolakan
Marah, sedih dan menangis
Perubahan pola makan, tidur, mimpi, konsentrasi dan aktivitas
Mengungkapkan tidak berdaya
3. Akibat dari harga diri rendah
Harga diri rendah dapat beresiko terjadinya isolasi sosial : menarik diri.
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang
lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins,1993).
Tanda dan gejala :
III.
Masalah
Isolasi sosial : menarik diri
Gangguan konsep diri : Harga diri rendahCore Problem
Berduka disfungsional
Konsep Diri
Page 43
No
1
Masalah
Keperawatan
Isolasi sosial :
menarik diri
Gangguan
konsep diri :
harga
diri
rendah
Data Subyektif
Data Obyektif
Mengungkapkan
tidak berdaya dan
tidak ingin hidup
lagi
Ekspresi
wajah
kosong
Tidak
ada
kontak mata
ketika diajak
bicara
Mengungkapkan
enggan
berbicara
dengan orang lain
Suara pelan
dan
tidak
jelas
Mengungkapkan
ingin diakui jati
dirinya
Merusak diri
sendiri
Merusak
orang lain
Menarik diri
dari
hubungan
sosial
Mengungkapkan
tidak ada lagi yang
peduli
Mengungkapkan
tidak bisa apa-apa
Mengungkapkan
dirinya
tidak
berguna
Tampak
mudah
tersinggung
Mengkritik
sendiri
Tidak mau
makan dan
tidak tidur
Perasaan
malu
diri
Konsep Diri
Page 44
Berduka
disfungsional
Mengungkapkan
tidak berdaya dan
tidak ingin hidup
lagi
Mengungkapkan
sedih karena tidak
naik kelas
Klien malu bertemu
dan
berhadapan
dengan orang lain
karena
diceraikan
suaminya
Tidak
nyaman jika
jadi
pusat
perhatian
Ekspresi
wajah sedih
Tidak
ada
kontak mata
ketika diajak
bicara
Suara pelan
dan
tidak
jelas
Tampak
menangis
Konsep Diri
Page 45
4. Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
Tindakan :
1. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat Diskusikan kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki
2. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan memberi
pujian yang realistis
3. Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
Tindakan :
1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah
4. Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan
2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
1. Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
2. Beri pujian atas keberhasilan klien
3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan :
Konsep Diri
Page 46
1.
2.
3.
4.
Diagnosa 2: Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan berduka
disfungsional
Konsep Diri
Page 47
DAFTAR PUSTAKA
1. Azis R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang : RSJD Dr. Amino
Gondoutomo. 2003
2. Boyd MA, Hihart MA. Psychiatric nursing : contemporary practice. Philadelphia :
Lipincott-Raven Publisher. 1998
3. Keliat BA. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 1999
4. Stuart GW, Sundeen SJ. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC. 1998
5. Tim Direktorat Keswa. Standar asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Bandung :
RSJP Bandung. 2000
Konsep Diri
Page 48