Anda di halaman 1dari 48

DIAGNOSA MEDIS TERKAIT DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI

1. Masalah Identitas
Ketidakpastian tentang banyak masalah yang terkait dengan identitas seperti tujuan
jangka panjang, pilihan karir, pola persahabatan, orientasi dan perilaku seksual, nilai
moral dan loyalitas kelompok. (cari penjelasan tentang ini)
2. Amnesia Disosiatif
Gangguan yang utama yaitu adanya satu atau lebih episode ketidakmampuan untuk
mengingat kembali informasi personal yang penting, biasanya bersifat traumatis atau
menimbulkan stress, yang terlalu ekstensif untuk dijelaskan oleh seseorang yang asalnya
pelupa.
3. Fuga Disosiatif
Gangguan utama terjadi secara tiba tiba, melakukan perjalanan jauh dari rumah atau ke
tempat biasa bekerja tanppa direncanakan, dengan ketidakmampuan untuk mengingat
yang lalu. Bingung tentang identitas personal atau mengasumsi identitas baru.
4. Identitas Disosiatif ( kelainan kepribadian ganda)
Adanya dua atau lebih identitas atau keadaan kepribadian ( tiap kepribadian mempunyai
pola persepsi, berhubungan, dan berpikir tentang diri sendiri dan lingkungan yang
berbeda ). Sedikitnya dua identitas atau keadaan kepribadian mengendalikan perilaku
seseorang. Ketidakmampuan untuk mengingat informasi personal yang terlalu ekstensif
untuk dijelaskan oleh seorang yang asalnya biasa.
5. Kelainan Depersonialiasi
Pengalaman yang timbul kembali atau menetap berupa perasaan terpisah dari proses
kejiwaan atau tubuh seseorang, dan sepertinya berada dalam posisi pengamat ( misal :
perasaaan sedang bermimpi ). Selama mengalami depersonalisasi, uji realistis tetap utuh.
Depersonalisasi menyebabkan distress klinis atau kerusakan fungsi yang bermakna.

DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG BERKAITAN DENGAN


KONSEP DIRI
1. Perubahan menjadi orang tua
Konsep Diri
Page 1

Berhubungan dengan identitas setelah konflik sebelumnya dengan orang tua

sendiri
Kurang persiapan peran
2. Perubahan penampilan peran
Berhubungan dengan tuntutan tepat waktu sebagai akibat masuk sekolah tinggi
Persepsi tentang sikap dewasa yang dihadapi di tempat kerja
Ansietas tentang kemampuan setelah mengalami infark miokardium
3. Ansietas
Berhubungan dengan : persepsi tentang penuaan usia baya dan dampaknya
terhadap Keamanan pekerjaan
Konflik peran perkawinan
Kekhawatiran tentang seksualitas
4. Gangguan citra tubuh
Berhubungan dengan : persepsi negative tentang diri vasektomi
Kerusakan penglihatan
5. Ketakutan
Berhubungan dengan : perasaan tidak berdaya akibat baru mengalami

6.

7.

8.

9.

perampokan rumah
Krisis yang tidak teratasi sebagai korban pelecehan
Gangguan penyesuaian
Berhubungan dengan : ansietas tentang citra tubuh (amputasi)
Takut tentang penyakit terminal (AIDS)
Hambatan interaksi social
Berhubungan dengan : ambiguitas peran (menjadi janda)
Depresi yang diakibatkan oleh baru saja masuk ke fasilitas perawatan luas
Koping individu tidak efektif
Berhubungan dengan : harga diri rendah
Disfungsi hubungan orang tua-anak
Harapan peran yang tidak jelas
Konflik peran menjadi orang tua
Berhubungan dengan : perasaan kehilangan control akibat kelahiran anak dengan

defek konginetal
Ansietas tentang perkawinan yang akan tiba.
10. Gangguan identitas pribadi
Berhubungan dengan : penurunan berat badan yang sangat cepat
Konflik nilai yang ditumbuhkan oleh kelompok sebaya
Kebingungan tentang seksualitas
11. Risiko terhadap tindak kekerasan : yang diarahkan pada diri sendiri
Berhubungan dengan : kebingungan identitas pada remaja
Ketidakmampuan menghadapi harapan peran ganda
Konsep Diri
Page 2

Harga diri rendah setelah dianiaya oleh pasangan


12. Ketidakberdayaan
Berhubungan dengan : ketidakbersesuaian harapan peran di rumah dan di tempat
kerja
Perasaan rendahnya nilai diri
13. Sindrom utama perkosaan
Berhubungan dengan : krisis yang yang tidak teratasi akibat penyerangan secara
seksual
14. Gangguan harga diri
Berhubungan dengan : ansietas tentang wawancara pekerjaan
Persepsi tentang seksualitas setelah masalah infertilitas.
15. Harga diri rendah situasional
Berhubungan dengan : berduka yang tidak terselesaikan
Kurang bermaknanya system pendukung
Konflik peran dengan rekan kerja
16. Distres spiritual (distress semangat kemanusiaan)
Berhubungan dengan : kebingungan identitas dalam usia baya perubahan citra

tubuh akibat paralisis kecelakaan


penyalahgunaan alcohol dan obat

Menurut NANDA dalam Potter dan Perry (2005) diagnosa keperawatan berkaitan dengan
konsep diri adalah :
1. Perubahan menjadi orang tua berhubungan dengan Kebingungan identitas setelah konflik
sebelumnya dengan orang tua sendiri, Kurang persiapan peran.
2. Ansietas berhubungan dengan persepsi tentang penuaan usia baya dan dampaknya terhadap
keamanan pekerjaan, Konflik peran perkawinan, Kekhawatiran tentang seksualitas.
3. Ketakutan yang berhubungan dengan perasaan tidak berdaya akibat baru mengalami
rampokan, Krisis yang tidak teratasi sebagai korban pelecahan.
4. Gangguan penyesuaian yang berhubungan dengan Ansietas tentang citra tubuh, Takut
tentang penyakit Terminal
5. Hambatan interaksi sosial yang berhubungan dengan Ambiguitas peran, Depresi.
6. Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan Harga diri rendah, Disfungsi
hubungan orang tua-anak, Harapan peran yang tidak jelas.
7. Konflik peran menjadi orang tua berhubungan dengan perasaan kehilangan kontrol
( kelahiran dengan defek kongenital )
8. Ketidakberdayaan berhubungan dengan ketidak sesuaian harapan peran di rumah dan di
tempat kerja, perasaan rendahnya nilai diri.
Konsep Diri
Page 3

9. Distress spiritual berhubungan dengan kebingungan identitas ( usia baya ), perubahan citra
tubuh ( mis : paralisis kecelakaan ), penyalahgunaan obat dan alkohol.

GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH


A.

KONSEP DIRI
1.

Pengertian konsep diri


Konsep diri adalah semua ide, pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang membuat
seseorang mengetahui tentang dirinya dan mempengaruhi hubungan dengan orang lain
(Stuart dan sundeen 1998: 227).
Konsep diri seseorang tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil dari
pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat, dan dengan
realita dunia.
Konsep diri terdiri atas komponen-komponen berikut:
a. Citra tubuh adalah kumpulan dari sikap individu yang disadari dan tidak disadari
terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi masa lalu dan sekarang, serta perasaan tentang
ukuran, fungsi, penampilan dan potensi yang secara berkesinambungan dimodifikasi
dengan persepsi dan pengalaman baru.
b. Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana dia seharusnya berprilaku
berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, atau nilai personal tertentu.
c. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan
menganalisa seberapa baik prilaku seseorang sesuai dengan identitas diri, harga diri

Konsep Diri
Page 4

yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan diri sendiri tanpa syarat,
walaupun melakukan kesalahan, kekalahan dan kegagalan, tetapi merasa sebagai
seorang yang penting dan berharga.
d. Penampilan peran adalah serangkaian pola prilaku yang diharapkan oleh lingkungan
sosial berhubungan dengan fungsi diberbagai kelompok sosial. Peran yang ditetapkan
adalah peran dimana seseorang tidak mempunyai pilihan. Peran yang di terima adalah
peran yang terpilih atau dipilih oleh individu.
e. Identitas personal adalah pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggung
jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi dan keunikan individu.
Pembentukan identitas dimulai pada masa bayi dan terus berlangsung sepanjang
hidupnya, tetapi merupakan tugas utama pada masa remaja.
Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri
sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
2. Psikodinamika konsep diri
a. Etiologi
Penyebab dari gangguan konsep diri adalah:
1) Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tibatiba, misal : harus operasi, kecelakaan, dicerai
suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu terjadi
(korban perkosaan, dituduh, korupsi, kolusi, nepotisme, dipenjara tiba-tiba).

2) Kronik
Yaitu perasaan negatif terhadap diri sendiri telah berlangsung lama sebelum sakit
atau dirawat, klien mempunyai cara berfikir negatif. Kejadian sakit dan dirawat
akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya.
b. Faktor Predisposisi
1) Penolakan orang tua.
2) Harapan orang tua yang tidak realistis.
Konsep Diri
Page 5

3) Kegagalan berulang kali.


4) Kurang mempunyai tanggung jawab personal.
5) Ketergantungan pada orang lain.
6) Ideal diri yang tidak realistis.
c. Komplikasi
1) Isolasi sosial: menarik diri.
2) Timbulnya masalah persepsi sensori halusinasi dengar, lihat, raba, cium dan lainlain.
d. Rentang respon konsep diri

Respon adaptif

Respon maladaptif

Aktualisasi Konsep diri


diri

positif

Harga diri
rendah

Kerancuan Deporsonalisasi
identitas
(Stuart and Sundeen 1998)

e. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala yang bisa muncul akibat dari gangguan konsep diri

adalah

mengkritik diri sendiri atau orang lain, penurunan produktifitas, destruktif yang
diarahkan pada orang lain, gangguan dalam berhubungan, rasa diri penting yang
berlebihan, perasaan tidak mampu, rasa bersalah, mudah tersinggung atau marah yang
berlebihan, perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri., ketegangan peran yang
dirasakan, pandangan hidup yang pesimis, keluhan fisik, pandangan hidup yang
bertentangan, penolakan terhadap kemampuan personal, destruktif terhadap diri
sendiri, pengurangan diri, penarikan diri secara sosial, penyalahgunaan zat, menarik
diri dari realitas.

Konsep Diri
Page 6

B.

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN


GANGGUAN KONSEP DIRI
Dalam

melakukan

asuhan

keperawatan

pada

gangguan

konsep

diri

meliputi

beberapa kegiatan, diantaranya adalah:


1.

Pengkajian
Didalam kegiatan pengkajian ini, beberapa komponen yang dikaji yaitu:
a. Faktor yang mempengaruhi gangguan konsep diri
Faktor ini meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis,
kegagalan

berulang

kali,

kurang

mempunyai

tanggung

jawab

personal,

ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis.

b. Stresor Pencetus
1). Adanya trauma
Trauma aniaya seksual, psikologis, dan menyaksikan kejadian yang mengancam
kehidupan.
2). Ketegangan peran
Berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan, dimana individu
mengalami fluktuasi.
c. Manifestasi klinis
Gejala gejala yang muncul akibat dari gangguan konsep diri yaitu : Mengkritik diri
sendiri, perasaan malu terhadap diri sendiri, perasaan bersalah terhadap diri sendiri,
gangguan hubungan sosial, kurang percaya diri.
d.

Pohon Masalah
Isolasi sosial : Menarik diri

Gangguan konsep diri : Harga diri


rendah
Konsep Diri
Page 7

Gangguan citra tubuh


(Kelliat 1998)
Masalah Keperawatan
1).

Isolasi sosial: Menarik diri.

2).

Gangguan konsep diri: Harga diri rendah.

3).

Gangguan citra tubuh

2. Diagnosa Keperawatan
a. Isolasi sosial: Menarik diri berhubungan dengan gangguan konsep diri : Harga diri
rendah.
b. Gangguan konsep diri: Harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra tubuh.
3. Intervensi Keperawatan
a.

Perencanaan Keperawatan:
1).

Isolasi sosial menarik diri


berhubungan dengan harga diri rendah
a).

Tujuan umum: klien dapat berhubungan dengan orang lain secara


optimal

b).

Tujuan Khusus:
(1).

Klien dapat membina hubungan saling percaya


Kriteria Evaluasi:
(a). Klien dapat memperkenalkan dirinya
(b).Klien dapat mengungkapkan perasaannya terhadap penyakit yang
diderita
(c). Klien mau menjawab salam
(d).Klien menunjukan ekspresi bersahabat
Tindakan keperawatan:
(a). Bina hubungan saling percaya
- Salam terapeutik

Konsep Diri
Page 8

- Jelaskan tujuan interkasi


- Buat kontrak yang jelas
(b).Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya dengan penyakit
yang diderita
(c). Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
(d).Katakan pada klien bahwa ia adalah seseorang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri.
(2).

Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif


yang dimiliki
Keriteria Evaluasi: klien dapat menyebutkan aspek positif dan kemampuan
dirinya
Tindakan keperawatan:
(a).

Diskusikan kemampuan dan sapek positif yang dimiliki klien

(b).

Setiap bertemu klien hindarkan memberi penilaian negatif

(c).

Utamakan memberikan pujian yang realistik.

(3).

Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan


Kriteria Evaluasi: klien dapat menyabutkan kemampuan yang masih dapat
digunakan
Tindakan Keperawatan:
(a).

Diskusikan kemampuan yang dapat digunakan selama sakit

(b).

Diskusikan

pula

kemampuan

yang

dapat

dianjurkan

penggunaannya setelah pulang sesuai dengan kondisi sakit klien


(4).

Klien dapat menetapkan (merencanakan) kegiatan sesuai


dengan kondisi sakit dan kemampuan yamg dimiliki.
Kriteria Evaluasi: klien dapat menetapkan keinginan atau tujuan yang
realistis.
Tidakan Keperawatan:

Konsep Diri
Page 9

(a).

Rencana bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari


sesuai kemampuan

(b).

Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien

(c).

Beri contoh pekasanaan kegiatan yang boleh klien lakukan

(5).

Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit


dan kemampuan yang dimiliki
Kriteria Evaluasi: klien melakukan kegiatan sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki
Tindakan keperawatan:
(a).

Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah


direncanakan

(b).

Beri pujian atas keberhasilan klien

(c).

Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

(6).

Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada


Kriteria Evaluasi: klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
dikeluarga
Tindakan keperawatan:
(a).

Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat


klien harga diri rendah

(b).

Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien di rawat

(c).

Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah

(7).

Klien dapat mengguanakan obat dengan 6 benar


Kriteria Evaluasi: klien dapat mengguankan obat dengan prinsip 6 benar
Tindakan keperawatan:
(a).

Beri pengetahuan tentang obat, dosis dan manfaat obat dengan


benar

(b).

Anjurkan klien meminta obat sendiri pada perawat

Konsep Diri
Page 10

2).

Gangguan

konsep

diri:

harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra tubuh


a). Tujuan umum: klien dapat menunjukan peningkatan harga diri
b). Tujuan Khusus
(1). Klien dapat meningkatkan keterbukaan dan hubungan saling percaya
Kriteria Evaluasi: klien dapat meningkatkan keterbukaan dan saling
percaya dengan perawat
Tindakan keperawatan:
(a) Bina hubungan saling percaya
- Salam terapeutik
- Komunikasi terbuka, jujur dan empati
- Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
- Berikan kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaan
terhadap perubahan itu
(2).Klien dapat mengidentifikasi perubahan citra tubuh
Kriteria Evaluasi: klien menerima perubahan tubuh yang terjadi
Tindakan keperawatan:
(a) Diskusikan perubahan struktur, bentuk atau fungsi tubuh
(b) Observasi ekspresi klien pada saat diskusi
(3).Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Kriteria Evaluasi: klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
Tindakan keperawatan:
(a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki oleh klien dari
luar perubahab yang terjadi
(b) Beri pujian atas aspek positif dan kemampuan yang masih dimiliki
klien
(4).Klien dapat menerima realita perubahan struktur, bentuk atau fungsi tubuh
Konsep Diri
Page 11

Kriteria Evaluasi: klien menerima perubahan tubuh yang terjadi


Tindakan keperawatan:
(a) Dorong klien untuk dan berperan serta dalam asuhan keperawatan
secara bertahap
(b) Libatkan klien dalam kelompok dengan masalah gangguan citra tubuh
(c) Tingkatkan dukungan keluarga pada klien terutama pasangan
(5).Klien dapat menyusun rencana cara-cara menyelesaikan masalah yang
harus dihadapi.
Kriteria evaluasi: klien dapat memilih beberapa cara mengatasi perubahan
yang terjadi
Tindakan keperawatan:
(a) Diskusikan cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak
perubahan struktur atau fungsi tubuh.
(b) Dorong klien memilih cara yang sesuai bagi klien
(c) Bantu klien melakukan cara yang dipilih
(6).Klien dapat melakukan tindakan pengambilan integritas tubuh
Kriteria evaluasi: Klien adaptasi dengan cara yang dipilih dan digunakan
Tindakan keperawatan:
(a) Bantu klien mengurangi perubahan citra tubuh, misalnya protes untuk
bagian tubuh yang tertentu
(b) Rehabilitasi bertahap bagi klien.
b.

Penatalaksanaan Medis
Harga diri rendah termasuk dalam kelompok penyakit skizoprenia tidak tergolongkan,
maka jenis penatalaksanaan yang bisa dilakukan adalah:
1) Psikofarmakol

Konsep Diri
Page 12

Adalah terapi dengan menggunakan obat, tujuannya untuk mengurangi atau


menghilangkan gejala gangguan jiwa, obat yang biasa digunakan di RS jiwa
antara lain.
a) Anti Psikosis
(1) Cloropromazin ( Thorazime) dosis 25-2000 mg/hari
(2) Haloperidol (hal dol) dosis 2-40 mg/hr indikasi digunakan untuk
pengobatan psikosa, mengobati masalah perilaku yang berat pada anakanak yang berhubungan dengan keadaan yang tiba-tiba meledak,
mengontrol mual dan muntah yang berat dan kecemasan berat. Kontra
indikasi: hiperaktif, galaukoma, hamil dan menyesui, efek samping yaitu
anemia, mulut kering, mual dan muntah, konstipasi, diare, hipotensi,
aritmia cordis, takikardi, eksrapiramidal, penglihatan berkabut.
b)

Anti Parkinson
Trihexypenidril (artane) dosis 5-15 mg/hr indikasi berbagai bentuk
parkinsonisme. Kontra indikasi: galukoma, takikardi, hipertensi, penyakit
jantung, asma, ulserasi, duodenum. Efek samping: sakit kepala, lemas, cemas,
psikosis, depresi, halusinasi, ortostatik, foto sensitivitas, penglihatan berkabut,
mual muntah, konstipasi, frekuensi/retansi urin.

2) Pengobatan Somatik
a)

Elektro Convulsif Therapi (ECT)


Merupakan pengobatan untuk menimbulkan kejang grand mal yang
menghasilkan efek therapi dengan menggunakan arus listrik berkekuatan 75100 volt. Cara kerja belum diketahui secara jelas namun dapat dikatakan
bahwa therapi convulsif dapat memperpendek lamanya skizofrenia dan dapat
mempermudah kontak dengan orang lain, indikasi ECT yaitu depresi berat dan
bila therapi obat-obatan belum berhasil (gangguan berpolar), klien yang
sangat mania, hiperaktif, klien resiko tinggi bunuh diri, psikosis akut,
skozoprenia.

b)

Pengkajian Fisik

Konsep Diri
Page 13

Terdiri dari pengekangan mekanik dan isolasi


Pengekangan mekanik dilakukan dengan menggunakan manset untuk
pergelangan tangan dan kaki serta seprei pengekang.
Isolasi yaitu menempatkan klien dalam suatu ruangan tertentu di Rumah sakit.
Indikasi: Pengendalian prilaku amuk yang membahayakan diri dan orang lain
Kontra indikasi: resiko tinggi bunuh diri, hukuman.
3) Psikoterapi
Psikoterapi membutuhkan waktu yang relatif cukup lama dan merupakan bagian
penting proses terapeutik, upaya dalam psikoterapi yaitu memberikan rasa aman
dan tenang. Menerima klien apa adanya, motivasi klien untuk dapat
mengungkapkan perasaannya secara verbal, bersikap ramah sopan dan jujur pada
klien.
4) Terapy Modalitas
Therapi Okupasi:
Therapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisifasi
seseorang dalam melaksanakan aktivitas atau juga yang segala dipilih dengan
maksud untuk memperbaiki, memperkuat dan meningkatkan harga diri.
3.

Evaluasi
a.

Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah


1)

Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan


perawat

2)

Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek


positif yang dimiliki

3)

Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan

4)

klien dapat menetapkan (merencanakan) kegiatan sesuai


dengan kondisi sakit dan kemampuan yang dimiliki

Konsep Diri
Page 14

5)

klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi


sakit yang dimiliki

6)

klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada

7)

klien dapat menggunakan kegiatan sesuai kondisi sakit


yang dimiliki

b.

Gangguan konsep diri: Harga diri rendah berhubungan


dengan gangguan citra tubuh
1)

Klien dapat meningkatkan keterbukaan dan hubungan


saling percaya

2)

klien dapat mengidentifikasi perubahan citra tubuh

3)

Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang


dimiliki

4)

klien dapat menerima realita perubahan struktur, bentuk


fungsi tubuh

5)

klien dapat menyusun rencana cara-cara menyelesaikan


masalah yang harus dihadapi

6)

klien dapat melakukan tindakan pengembalian integritas


tubuh

Konsep Diri
Page 15

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI, (1994), Pedoman Perawatan Psikiatri Intervensi Keperawatan,


Direktorat Kesehatan Jiwa, Direktorat Jendral Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI.
Kelliat, Budi Anna, (1998), Proses Keperawatan Klien Gangguan Jiwa, Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Maramis, W.F, (1998), Catatan Ilmu Keperawatan Jiwa, Surabaya, Airlangga Universitas Press.
Rusdi Muslim, Dr, (2001), Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Tujuan Ringkas , PPDGJ III,
Jakarta.
Stuart, Gail Wiscart and Sundeen Sandra, (1998), Buku Saku Keperawatan Jiwa, (edisi 3), EGC,
Jakarta.
Towesend Mary, (1998), Buku Saku Diagnosa Keperawatan Psikiatri, Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.

Konsep Diri
Page 16

ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI


A.

KONSEP DASAR
1.

Pengertian
Gangguan hubungan sosial adalah suatu gangguan keperibadian yang tidak fleksibel pada
tingkah laku yang mal adptif menggangu fungsi seseorang dalam hubungan sosialanya.
prilaku menarik diri merupakan cobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain (Kawlins, 1993, hal 336).
Isolasi social suatu keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan
keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk
membuat kontrak (Carpenito, 1997).
Perilaku menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi hubungan
dengan orang lain (Rowlins, 1993).

2.

Etiologi
Terjadinya menarik diri dipengarui oleh faktor predisposisi dan stresosr presipitasi, faktor
perkembangan dan sosial budaya merupakan faktor predisposisi terjadinya prilaku
menarik diri, kegagalan perkembangan dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri,
tidak percaya diri pada orang lain, menghindari dari orang lain, tidak mampu memuaskan
keingnan dan merasa tertekan. Keadan ini dapat menimbulkan prilaku tidak ingin
bekomunikasi, dengan orang lain, menghindari diri dari orang lain lebih menyukai
berdiam diri, kegiatan sehari hari hampir terabaikan.

3.

Rentang Respon sosial


Manusia dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari selalu membutuhkan orang lain dan
lingkungan sosial, manusia tidak akan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa
adanya hubungan dengan lingkungan sosial. Berada dalam rentang yang adaptif dan mal
adaptif.

Konsep Diri
Page 17

RENTANG RESPON SOSIAL

Konstruktif

Respon Sosial

Deskriptif

Respon adaptif

Respon mal adaptif-

- Solotude

- Alonese

- Lonelinees

- Otonomi

- Manifulasi

- Ekploitas

- Kebersamaan

- Tergantung

- Menarik diri

- Interdependen

- Curiga

- Paranoid

Bila terjadi kecemasan yang tinggi, maka indifidu cenderung untuk menarik diri sampai
respon yang mal adaptif sehingga rangsangan terhadaplingkungan akan menurun dan
juga lebih berfokus terhadap dunia internalnya sehingga dapat meningkatkan kecemasan
klien.
4.

Respon Adaptif
Adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya secara
umum yang berlaku dengan kata lain bahwa individu tersebut masih dalam batas normal
menyelesaikan masalah, respon ini meliputi:
a.

Menyendiri (Solitude) adalah rspon yang dibutuhkan oleh


sesorang untuk merenungkan apa yang telah di lakukan di lingkungan sosialnya dan
salah satu

b.

cara

mengvaluasi

diri

untuk

menentukan

langkah

selanjutnya.
c.

Otonomi adalah kemampuan indifidu untuk menentukan


dan menyampaikan ide- ide, pikiran, perasaan, dalam hubungan sosial.

Konsep Diri
Page 18

d.

Interdependen adalah saling ketergantungan antara indifidu


dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.

e.

Kerja sama adalah suatu kondisi dimana huungan


interpersonal indi fidu tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima.

5.

Respon Mal Adaptif


Adalah respon yang diberikan individu dalam menyelesaikan masalah misalnya yang
sudah menyimpang dari norma sosial dan kebudayaan suatu tempat, respon mal adaptif
yang sering ditmukan antara lain:
a.

Menarik diri, dimana terjadi apabila sseorang menemukan kesulitan dalam


membina hubungan scara terbuka dngan orang lain.

b.

Tergantung, terjadi apabila individu gagal mengembangkan rasa prcaya diri atau
kemampuan untuk berfungsi secara terbuka.

c.

Manipulasi, terdapa pada individu yang mngganggap orng lain sebagai obyek,
indivdu tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam.

d.

Curiga, terjadi apabila individu gagal mengembangkan rasa percaya dengan orang
lain.

6.

Tanda Dan Gejala


a.

Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.

b.

Menghindar dari orang lain (Menarik diri), klien tampak memisakan diri dari
orang lain, misalnya pada saat makan.

c.

Komunikasi kurang atau tidak ada klien tidak dapat becakap-cakap denan orang
lain.

d.

Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk.

e.

Berdiam diri dikamar atau tempat terpisah, klien kurang mobilitasnya.

f.

Menolak berhubungan dengan orang lain, klien mumutuskan percakapan atau


pergi jika dajak becakap-cakap.

B.

g.

Tidak melakukan kegiatan sehari hari

h.

Posisi seperti posisi janin saat tidur

ASUHAN KEPERAWATAN

Konsep Diri
Page 19

1.

Pengkajian
Meliputi: Faktor pendukung, faktor pencetus, terjadinya hubungan sosial, prilaku pasen,
mekanisme koping.
a.

Faktor Predisposisi
Beberapa faktor pendukung tejadinya hubungan sosial:
1)

Faktor tumbuh kembang individu


Ada tugas perkembangan yang harus dipenui agar tidak trjadi dalam hubungan
sosial. tugas perkembangan ini pada masing masing tahap tumbuh kembang
mempunyai spesifik terdiri dari, bila tugas-tugas dalam perkembangan ini tidak
dapat terpenui akan menghambat perkembangan selanjutnya pada fase oral
apabila tugas perkembangan dalam bentuk ras asaling percaya pada dirinya dan
orang lain ( dirinya)

2)

Faktor komunikasi dam keluarga


Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung utuk terjadi
dalam hubungan sosial.

3)

Faktor sosial dan budaya


Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial, mrupakan sutu faktor
pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial.

4)

Faktor biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.

b.

Faktor presifitasi
Faktor presifitasi dapat ditimbulkan oleh faktor internal dan eksternal, meliputi:
1) Stresor sosial budaya, setres yang ditimbulkan oleh faktor sosial ini disebabkan
oleh berapa hal antara lain keluarga yang labil, berpisah dengan orang
terdekat/beradapatasi, misalnya: dirawat di RS akibat penyakit kronis.
2) Faktor hormonal, gangguan dari fungsi kelenjar bawah otak (Gland pituari)
menyebabkan turunnya hormon ESH dan LH.
3) Hipotesa virus, Virus HIV dapat menyebabkan tingkah laku psikotik.

Konsep Diri
Page 20

4) Model biological lingkungan sosial, Tubuh akan menggambarkan ambang


toleransi seotang terhdap setress, pada sat terjadinya interaksi dengan sekessor
dilingkungan sendiri
5) Stresor psikologik, Kecemasan yang berkepanjangan cukup berat dengan
terbatasnya individu dalam menyelesaikan masalah tersebut akan menyebabkan
gangguan hubungan social.
c.

Pohon masalah
Resiko Peruahan Sensori Persepsi: Halusinasi

Isolasi Sosial: Menarik diri

Masalah
utama

Gangguan Konsep diri: Harga diri Rendah


d. Masalah Keperawatan
1) Resiko perubahan sensori persepsi: Halusinasi.
2) Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah.
2.

Diagnosa keperawatan
a.

Resiko perubahan sensori persepsi: Halusinasi berhubungan dengan menarik diri.

b.

Gangguan hubungan sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah

3.

Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa; Resiko perubahan sensori persepsi: halusinasi berhubungan dengan menarik
diri.
a.

Tujuan Umum: Tidak terjadi perubahan sensori persepsi

b.

Tujuan Khussus: Klien dapat:


1)

Membina hubungan saling percaya.

2)

Menyebutkan penyebab menarik diri.

3)

Menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain.

4)

Melakukan hubungan sosial secara bertahap: klien-erawat, klienperawat-klien/perawat, klien kelompok, klien-keluarga

Konsep Diri
Page 21

5)

Mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan orang lain.

6)

Memberdayakan sistem pendukung.

7)

Menggunakan obat dengan benar dan tepat.

4.

Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya: salam trapiutik, perkenalan diri, jelaskan tujuan
interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang Buat kontak dari setiap pertemuan (topik
yang akan dibicarakan, tempat pembicaraan, waktu berbicara)
b. Berikan perhatian dan penghargaan: temani klien walau klien tidak menjawab,
katakan Saya akan duduk disamping anada, jika ingin mengatakan sesuatu saya siap
mendengarkan Jika menatap perawat, katakan Ada yang ingin anda katakana
c.

Dengarkan klien dengan empati: beri kesempatan bicara (janggan diburu-uru)


tunjukkan perawat mengikuti pembicaraan klien.

d. Bicarakan dengan klien penyebab tidak ingin bergaul dengan orang lain.
e. Diskusikan akibat yang dirasakan dari menarik diri.
f. Diskusikan keuntungan bergaul dengan orang lain.
g. Bantu klien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki klien untuk bergaul.
h. Lakukan interaksi sering dan singkat dengan klien (jika mungkin perawat yang sama)
i. Motivasi/temani klien untuk berinteraksi/berkenaan dengan klien/perawat lain, beri
contoh cara berkenalan.
j. Tingkatkan interaksi klien secara beratahap (Satu lien, dua klien, satu perawat, 2
perawat dan seterusnya).
k. Libatkan klien dalam terpi aktifitas kelompok: sosialisasi.
l. Bantu klien melaksanakan aktifitas hidup sehari -hari dengan interaksi.
m. Fasilitasi hubungan klien dengan keluarga secara terapiutik.
n. Diskusikan dengan klien setiap selesai interaksi atau kegiatan.
o. Beri pujian akan keberhasilan klien.
p. Berikan pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan indifidu
secara rutin dan pertemuan keluarga.
q. Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip yang benar (Benar obat, benar dosis,
benar cara, benar waktu, benar klien).
r. Anjurkan klien membicarakan efek atau efek samping obat yang dirasakan.
Konsep Diri
Page 22

5.

Hasil Akhir yang Diharapkan


a.

Pada Klien:
1)

Tidak terjadi perubahan sensori persepsi.

2)

Klien mengatakan penyebab menarik diri.

3)

Klien mengetahui keuntungan berinteraksi.

4)

Klien mampu berinteraksi dengan orang lain

b.

Pada Keluarga:
1) Keluarga mampu berinteraksi dengan klien secara trapeutik.
2) Keluarga mampu mengurangi penyebab klien menarik diri.

Konsep Diri
Page 23

DAFTAR PUSTAKA
Departemen

Kesehatan

RI,

1994

),

Pedoman

prawatan

Sikiatrik

Intervensi

Keperawatan ,Direktorat kesehatan jiwa , Direktorat Jendral Pelayanan Medik Departemen


Kesehatan RI.
Keliat Budi Anna, ( 1998 ), Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial, Jakarta FKUI ( Tidak
diperdagangkan )
Maramis W. F, ( 1998 ) Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa , surabaya , Airlangga University
Press.
Towesend.

Mry C , (1998 ) , Buku

Saku Diagnosa Keperawatan pada keperawatan

psikiatri , pada edisi , Jakarta , EGC.


Stuart , Gail Wiscart and Sundeen , Sandra J, ( 1998 ), Buku Saku Keperawatan Jiwa, edisi
3 , Jakarta , EGC.

Konsep Diri
Page 24

PERUBAHAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI DENGAR


A.

KONSEP DASAR
1. Pengertian
Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsangan apapun pada panca indra
seseorang pasien, yang terjadi pada keadaan sadar atau bangun, dasarnya mungkin
organic, fungsional, psikotik ataupun histerik (W.F Marammis, 1998 hal 119)
Halusinasi pendengaran adalah pengalaman panca indra tanpa adanya rangsangan, artinya
individu mendengar suara-suara atau bisikan-bisikan tanpa adanya rangsangan dari luar
dan orang lain tidak mendengarnya. (Rasmun,Skp, 2001 hal 44)
Halusinasi adalah persepsi sensori yang palsu yang tidak disentralkan dengan stimulasi
eksternal yang nyata, mungkin terdapat atau tidak terdapat interprestasi waham tentang
pengalaman halusinasinya (Kaplan dan Sodoek 1997 hal 462).
Halusinasi adalah pengalaman panca indra tanpa adanya rangsangan, artinya individu
mendengar suara-suara atau bisikan-bisikan tanpa adanya rangsangan dari luar dan orang
lain tidak mendengarnya. (Kelliat Budi Anna, 2001 hal 44).
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan Halusinasi Pendengaran adalah
individu merasa mendengar suara orang yang membicarakan, mengejek, menertawakan
atau mengancam dirinya, padahal tidak ada suara disekitarnya.
2. Psikodinamika
a. Etiologi
1). Halusinasi dapat terjadi pada klien dengan gangguan jiwa seperti Schizoprenia,
depresi atau keadaan psikosa lainnya, dimensia, keadaan delirium dan kondisi
yang berhubungan dengan penggunaan alkohol dan substansi lainnya. Menurut
Mary Durant Thomas, 1991.
Halusinasi juga dapat terjadi dengan epilepsi,kondisi infeksi sistemik dan
penggunaan metabolik. Halusinasi dapat juga dialami sebagai efek samping dari

Konsep Diri
Page 25

berbagai pengobatan yang meliputi anti depresi, antikolinergik, anti inflamasi, dan
antibiotik. Sedangkan obat-obatan halusinogen dapat membuat terjadinya
halusinasi sama seperti pemberian obat diatas. Halusinasi dapat terjadi pada saat
individu normal, yaitu pada individu yang mengalami isolasi, perubahan sensori
seperti kebutaan, kurangnya pendengaran atau adanya permasalahan pada saat
pembicaraan.
2). Halusinasi terjadi akibat kemampuan kognitif yang terganggu. Hal ini
dikarenakan informasi atau beban sensori terlalu berlebihan atau overload, dan
menghasilkan halusinasi Menurut Mc. Farland dan Thomas, 1991.
a)

Teori Psikoanalisa
Halusinasi terjadi karena defisit fungsi ego atau pertahanan diri, sehingga
terjadi konflik psikologis. Dan penggunaan mekanisme pertahanan seperti
distori, denial, dan proyeksi (halusinasi).

b)

Teori Lingkungan
Halusinasi dapat terjadi bila seseorang berada dalam situasi atau lingkungan
yang penuh dengan stresor. Bila individu tersebut tidak dapat mengatasi dan
hanya berfokus pada kecemasan yang diakibatkan stressor,maka individu
tersebut akan melamun dan berangan-angan, bila didiamkan berlarut-larut
akan menyebabkan halusinasi.

c)

Teori Biologi
Halusinasi akibat struktur otak yang abnormal sehingga tidak mampu
menerima stimulus dengan baik, faktor genetik juga menjadi penyebab besar
dan faktor biokimia yang mempengaruhi otak dengan adanya dopamin.

3). Halusinasi disebabkan karena adanya gangguan pada otak.


a)

Teori Biologi
Otak tidak berkembang secara sempurna, menurunnya volume otak dan
fungsi abnormal. Menurut Stuard and Laraia.

Konsep Diri
Page 26

Sehingga kesulitan dalam memfilter otak mengalami sensori dan kesulitan


dalam memproses informasi.
b)

Teori Psikologi
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh hubungan antar anggota keluarga atau
khususnya anak dengan orang tua yang tidak harmonis, adanya konflik
keluarga, kegagalan dalam menyelesaikan tahap awal perkembangan
psikososial, koping stres yang tidak adekuat sehingga menimbulkan gangguan
orientasi realita.

c)

Teori Sosial Kultural dan Lingkungan


Menjelaskan bahwa halusinasi dapat disebabkan oleh stres yang diakumulasi
akibat faktor lingkungan, seperti tidak keharmonisan.

b.

Manifestasi Klinik
1) Bicara senyum dan tertawa sendiri.
2) Mengatakan mendengar sesuatu, melihat, menghidu, mengecap, dan merasa
sesuatu yang tidak nyata.
3) Merusak diri sendiri/ orang lain / lingkungan.
4) Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan hal yang tidak nyata.
5) Pembicaraan kacau, kadang tidak masuk akal, sikap curiga dan bermusuhan.
6) Tidak dapat memusatkan perhatian
7) Menarik diri,menghindari orang lain
8) Sikap curiga dan bermusuhan
9) Sulit membuat keputusan, ketakutan
10) Menyalahkan diri dan orang lain
11) Mudah tersinggung, jengkel, marah
12) Muka merah kadang pucat
13) Ekspresi wajah tegang

c.

Jenis Halusinasi
1) Halusinasi pendengaran

Konsep Diri
Page 27

Pasien mendengar suara dan bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata
dan orang lain tidak mendengar
2) Halusinasi penglihatan
Pasien melihat gambar yang jelas/samar-samar tanpa stimulus yang nyata dan
orang lain tidak melihat
3) Halusinasi penciuman
Pasien mencium bau yang muncul dari sumber tertentu tanpa stimulus yang nyata
dan orang lain tidak menciumnya
4) Halusinasi pengecapan
Pasien merasa makan sesuatu tanpa stimulus yang nyata dan orang lain tidak
melihat pasien memakan sesuatu yang nyata
5) Halusinasi perabaan
Pasien merasakan sesuatu pada kulitnya tanpa stimulus yang nyata
d.

Proses
Proses halusinasi dapat berkembang menjadi 4 fase:
1) Fase Pertama: Menenangkan-anietas tingkat sedang.secara umum halusinasi
bersifat menyenangkan
Karakteristik: orang yang menderita halusinasi mengalami peningkatan emosi,
seperti anietas, kesepian, merasa bersalah dan perasaan takut serta mencoba untuk
berfokus pada kenyamanan untuk mengurangi kecemasannya. Orang tersebut
merasakan/mengetahui bahwa pikiran dan pengalaman sensorinya dalam kontrol
sadar (jiwa kecemasan teratasi non psycotic)
Perilaku yang dapat di observasi:
a) Tertawa tidak pada tempatnya
b) Pergerakan bibir tanpa menimbulkan suara
c) Pergerakan mata dengan cepat
d) Respon verbal lambat

Konsep Diri
Page 28

e) Diam membisu dan linglung ( asik sendiri )


2)

Fase kedua: menyalahkan ansietas tingkat berat.


Halusinasi umumnya menjadi ancaman
Karakteristik: pengalaman sensori menjadi ancaman yang menakutkan. Orang
yang menderita halusinasi mulai merasakan hilang kontrol dan mulai menjauhi
diri dari sumber yang ada. orang tersebut merasakan kebingungan oleh penglaman
sensori dan menarik diri dari orang lain.
Perilaku yang dapat di observasi:
a) Meningkatkan sistem syaraf otomatis, tanda-tanda kecemasan seperti
meningkatnya tekanan darah,respirasi dan ritme jantung.
b) Bentuk perhatian mulai terbatas dan menyempit.
c) Asyik sendiri dengan pengalaman sensori dan hilangnya kemampuan untuk
membedakan halusinasi dari realita.

3)

Fase ketiga : Mengendalikan ansietas tingak berat


Pengalaman sensori menjadi penguasa
Karateristik: orang yang menderita halusinasi menyerah untuk mengalah melawan
pengalamanya. Bentuk halusinasi menjadi suatu kebutuhan. Orang tersebut dapat
mengalami hidup menyendiri jika pengalaman sosialnya berakhir.
Perilaku yang dapat diobservasi:
a) petunjuk yang berasal dari halusinasinya akan diikuti
b) kesulitan bersosialisasi dengan orang lain
c) perhatiannya hanya beberapa detik atau menit
d) gejala-gejala fisik dari kecemasan berat seperti tremor, ketidakmampuan
mengikuti petunjuk dan berkeringat

4)

Fase keempat : menaklukan-anietas tingkat panik.


Biasanya menjadi terfokus dan menjadi berbaur dengan delusi.

Konsep Diri
Page 29

Karakteristik: pengalaman sensori dapat menjadi ancaman ketika orang tersebut


tidak mengikuti perintah. Halusinasi dapat berakhir dalam beberapa jam atau hari
jika tidak ada intervensi terapeutik (psychotic berat).
Perilaku yang dapat di observasi:
a) bentuk terol seperti panik
b) potensial kuat untuk bunuh diri atau pembunuhan
c) aktifitas fisik yang mengarah pada bentuk halusinasi seperti agitasi, tindakan
kekerasan, menarik diri atau katatonia
d) tidak dapat berespon terhadap pengarahan atau petunjuk yang kompleks.
e. Rentang Respon
Respon perilaku klien dengan halusinasi dapat diidentifikasi sepanjang

rentang

respon.
Respon adaptif

Respon maladaptive

- Pikiran logis

- Kadang

- Persepsi akurat

proses

pikiran terganggu

- Emosi konsisten

- Ilusi

- Perilaku cocok

- Emosi berlebihan /

- Hubungan

sosial

harmonis

- Ggn.

pikir Halusianasi
- Kerusakan
proses

pikiran

dengan

berkurang

pengalaman

- Perilaku yang tidak


biasa

Proses

Isolasi sosial

( Stuart G. W. and Sundeen, S. J, 1995,)


Respon adaptif dari kelima perubahan tersebut adalah sebagai berikut :
1) Perubahan proses pikir
Klien yang terganggu pikirannya sering berperilaku koheren.
2) Perubahan pola persepsi
Konsep Diri
Page 30

Persepsi dapat diartikan sebagai reaksi dari respon tubuh terhadap rangsangan dari
luar, kemudian diikuti oleh pengenalan dan pemahaman tentang orang, benda dan
lingkungan. Perubahan pola persepsi dapat terjadi pada satu atau lebih bagian
tubuh yaitu pendengaran, pengecapan, perabaan, dan penciuman.
3) Perubahan pada afek dan emosi
Afek berkaitan dengan emosi tubuh individu, perubahan afek terjadi karena
pasien berusaha membuat jarak dengan perasaan tertentu. Perubahan afek yang
biasa terjadi adalah datar, tumpul, tidak sesuai , berlebihan dan ambivalen.
4) Perubahan motorik
Perilaku motorik dapat dimanifestasikan dengan peningkatan atau penurunan
kegiatan motorik, impulsif.
5) Perubahan sosial
Perkembangan hubungan sosial yang tidak adekuat menyebabkan kegagalan
individu untuk belajar dan mempertahankan interaksi.
e. Komplikasi
Komplikasi yang biasa terjadi pada klien dengan halusinasi adalah :
1).

Gangguan proses informasi.

2).

Klainan prilaku.

3).

Alam perasaan abnormal.

4).

Gangguan hubungan pasangan.

5).

Kurang merasa percaya diri.

6).

Rasa bermusuhan.

7).

Perubahan dalam kejadian kehidupan.

8).

Kehilangan motivasi.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
Halusinasi merupakan gangguan persepsi yang sangat ekstrim dan bahkan sangat umum
dalam Schizoprenia. Klien yang mengalami halusinasi sukar untuk mengontrol dirinya
Konsep Diri
Page 31

sehingga klien dengan halusinasi sukar untuk berhubungan dengan orang lain. Dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap klien halusinasi, seorang perawat harus
mempunyai kesadaran diri yang tinggi agar dapat mengenal dan menerima serta
mengevaluasi

perasaan

sendiri

sehingga

dapat

menggunakan

dirinya

secara

therapeutik.Pemberian asuhanan keperawatan terhadap klien dengan halusinasi perawat harus


berkata jujur, empati, terbuka, dan selalu memberi penghargaan, tetapi tidak boleh
tenggelam, juga menyangkal halusinasi yang klien miliki. Asuhan keperawatan dimulai dari
tahap pengkajian sampai evaluasi.
1. Pengkajian keperawatan
Pada tahap ini perawatan menggali faktor-faktor seperti predisposisi, faktor presipitasi,
perilaku, sumber koping dan mekanisme koping.
a.

Faktor predisposisi
Adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat
dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Hal dapat diperoleh baik dari klien
maupun dari keluarganya mengenai faktor perkembangan, social kultural, biokimia,
psikologis, biologi, yaitu faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber
yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress:
1) Faktor Perkembangan
Jika seseorangan mengalami hambatan dalam tugas perkembangan dan hubungan
internasional dengan orang lain terganggu, maka individu akan dihadapi dengan
stress dan kecemasaan pada dirinya.
2) Faktor Sosial kultural
Berbagai faktor dan lingkungan dan di masyarakat dapat menyebabkan orang
merasa diasingkan atau disingkirkan sehingga klien merasa kesepian dalam
lingkungan dimana dia berada, walaupun dia ada dalam lingkungan sekitarnya
yang ramai.
3) Faktor Biokimia
Faktor biokimia ini mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa,
dimana teori biokimia menyatakan adanya peningkatan dari dopamine

Konsep Diri
Page 32

neurotransmiter yang diperkirakan menghasilkan gejala penningkatan aktivitas


yang berlebihan sehingga dapat menghasilkan zat halusinogenik.
4) Faktor Psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis akan mengakibatkan akan
mengakibatkan stress dan kecemasan, orang yang mengalami psikosis akan
mengakibatkan atau menghasilkan hubungan yang penuh dengan kecemasan
tinggi. Peran ganda yang bertentangan dan sering diterima oleh anak
mengakibatkan stress dan kecemasan yang tinggi dan berakhir dengan gangguan
orientasi realita.
5) Faktor biologi
Dalam Schizoprenia belum diketahui gen apa yang berpengaruh, tetapi hasil
penelitia menunjukan bahwa faktor keluarga menujukan hubungan yang sangat
berpengaruh pada penyakit ini.
b.

Faktor presipitasi
Yaitu stimulus yang diekspresikan oleh individu sebagai suatu tantangan,
ancaman/tuntutan yang memerlukan energi ekstra yang digunakan untuk koping.
Adanya rangsangan lingkungan yang sering yaitu partisipasi klien dalam kelompok,
terlalu lama diajak komunikasi, objek yang ada di lingkungan.
1).

Perilaku
Respon klien terhadap halusinogen dapat berupa bicara sendiri, tersenyum,
tertawa sendiri, curiga. Ketakutan perasaan tidak aman, gelisah, dan bingung,
perilaku merusak diri, ancaman, dirinya atau orang lain. Oleh karena itu aspek
penting dalam melaksanakan intervensi keperawatan yaitu dengan mengupayakan
suatau proses interaksi yang menimbulkan pengalaman interpersonal yang
memuaskan klien tidak menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi dengan
lingkungan dan halusinasi tidak berlangsung.

2).

Sumber koping

Konsep Diri
Page 33

Sumber koping seseorang individual dan alamiah serta tergantung pada luasnya
gangguan neurobilogical. Sumber koping tersebut sebagai modal untuk
memecahkan atau menyelesaikan masalah. Dukungan sosial dan keyakinan
budaya

serta

dukungan

keluarga,

dapat

membantu

seseorang

menginterprestasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi


strategi koping yang berhasil.
3).

Mekanisme Koping
Tiap upaya yang diarahkan pada pelaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian
masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi
diri. Dalam menghadapi rasa cemas pada klien halusinasi biasanya digunakan
mekanisme proyeksi yang dapat memberikan kemampuan pada ego untuk
mengatasi rangsangan yang mengancam dari luar sehingga mengurangi
kecemasan.

c. Masalah keperawatan yang timbul pada klien sebagai berikut :


1). Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan .
2). Perubahan persepsi sensori:halusinasi pendengaran.
3). Isolasi sosial :menarik diri.
4). Gangguan Konsep diri:harga diri rendah.
d.

Pohon Masalah
Resiko menciderai diri sendiri: orang lain dan lingkungan

Perubahan sensoripersepsi : halusinasi pendengaran

Isolasi sosial: menarik diri

Gangguan Konsep diri:Harga diri rendah


Konsep Diri
Page 34

(Keliat Budi Ana dan DKK, 1998)


2.

Diagnosa Keperawatanan
a. Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
halusinasi pendengaran.
b. Perubahan sensori persepsi: halusinasi pendengaran berhubungan dengan

isolasi

social:menarik diri.
c. Isolasi sosial:menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
3.

Intervensi Tindakan Keperawatan


a. Diagnosa I: resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan
dengan halusinasi pendengaran.
Tujuan umum: klien tidak menciderai diri, orang lain dan lingkungan. Tujuan khusus:
1).

Klien dapat membina hubungan saling percaya.


a).

Sapa klien dengan ramah baik verbal dan non verbal.

b).

Perkenalkan diri dengan sopan.

c).

Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien.

d).

Jelaskan tujuan pertemuan.

e).

Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.

f).

Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar

2).

Klien dapat mengenal halusinasinya


a).

Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap.

b).

Observasi tingkah laku klien dengan halusinasinya.

c).

Bantu klien mengenal halusinasinya.

d).

Diskusikan dengan klien mengenai situasi yang menimbulkan


halusinasi, waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi.

3).

Klien dapat mengontrol halusinasinya


a).

Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika


terjadi halusinasi.

b).

Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat


beri pujian.

c).

Diskusikan cara memutus atau mengontrol timbulnya halusinasi.

Konsep Diri
Page 35

d).

Anjurkan klien untuk mengikuti kegiatan yang ada diruang


perawatan seperti TAK.

4).

Klien dapat dukngan dari keluarga untuk mengontrol halusinasinya


a).

Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika halusinasi


timbul.

b).

Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung) tentang


gejala halusinasi dan cara merawat anggota keluarga dengan halusinasi.

5).

Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.


a).

Diskusikan dengan keluarga tentang dosis, frekuensi obat dan


manfaat obat.

b).

Anjurkan klien untuk meminta sendiri obat pada perawat dan


merasakan manfaatnya.

c).

Anjurkan klien bicara pada dokter tanpa konsultasi.

d).

Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi.

e).

Bantu klien menggunakan obat dengan prnsip 5 (lima) benar.

b. Diagnosa II: perubahan sensori persepsi: Halusinasi pendengaran berhubungan


dengan menarik diri.
Tujuan umum: klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga terjadi halusinasi.
Tujuan khusus:
1).

Klien dapat membina hubungan saling percaya


a). Sapa klien dengan ramah.
b). Perkenalkan diri dengan sopan.
c). Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang klien sukai.
d). Jelaskan tujuan pertemuan .
e). Jujur dan menepati janji.
f). Tunjukan sikap empati.
g). Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar

2).

Klien dapat menyebutkantentang perilaku menaik diri.

Konsep Diri
Page 36

a) Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda- tandanya.
b) Berikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan penyebab menarik
diri.
c) Diskusikan dengan klien perilaku menarik diri, tanda, serta gejala yang
muncul.
d) Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya.
3).

Klien dapat menyebutkan keuntungan bergaul dengan orang lain dan


kerugian tidak bergaul dengan orang lain.
a).

Kaji pengetahuan klien tentang manfaat atau kerugian


bergaul dengan orang lain.

b).

Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan


perasaannya.

c).

Diskusikan dengan klien tentang manfaat bergaul dengan


orang lain serta kerugiannya.

d).

Beri

reinforcement

positif

terhadap

kemampuan

mengungkapkan perasaan tentang keuntungan bergaul dengan orang lain


4).

Klien dapat melaksanakan hubungan secara bertahap: k-p, k-p-k, k-p-klp,


k-p-klg
a)

Kaji kemampuan klien dalam membina hubungan dengan orang lain.

b)

Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain secara
bertahap.

c)

Beri reinforcement positif atas kebersihan yang dicapai.

d)

Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan dengan orang


lain.

e)

Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan oleh klien.

f)

Motifasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan.

g)

Beri reinforcement atas keberhasilandalam mengikuti jegiatan


ruangan.

h)

Klien dapat mengungkapkan perasannya bila bergaul dengan orang


lain

Konsep Diri
Page 37

5).

Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan


orang lain.
a).

Dorong klien untuk mengungkapkan perasaanya bila bergaul


dengan orang lain.

b).

Diskusikan dengan klien tentang perasaan tentang manfaat


bergaul dengan orang lain.

c).

Beri

reinforcement

positif

atas

kemampuan

klien

mengungkapkan perasaan manfaat bergaul dengan orang lain


6).

Klien dapat memberdayakan system pendukung untuk mengembangkan


kemampuan klien untuk berhubungan dengan oerang lain.
a)

Bina hubungan saling percaya.

b)

Diskusikan dengan anggota keluarga tentang perilaku menarik diri,


penyebeb, akibat dan cara menghadapi klien menarik diri.

c)

Dorong anggota keluarga untuk memberikan dukungan kepada klien


untuk berkomunikasi dengan orang lain .

d)

Anjurkan kepada keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk


klien minimal 1x dalam seminggu.

e)

Berikan reinforcement positif atas hal-hal yang dicapai oleh keluarga

c.

Diagnosa III: Isolasi sosial; menarik diri berhubungan dengan


harga diri rendah
Tujuan khusus:
1).

Klien dapat membina hubungan saling percaya.


Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komun ikasi terapeutik .

2).

Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek


positif yang dimiliki.
a).

Diskusikan tentang kemampuan dan aspek yang dimiliki klien.

b).

Hindarkan penilaian negative saat bertemu klien.

c).

Berikan pujian yang realistic.

Konsep Diri
Page 38

d).

Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat


digunakan selama sakit.

e).

Klien

dapat

menetapkan

kegiatan

yang

sesuai

dengan

kemampuan yang dimiliki


3).

Rencana bersama klien aktifitas yang dilakukan setiap


hari sesuai kemampuan : kegiatan mandiri, kegiatan dengan bantuan sebagian,
kegiatan yang membutuuhkan bantuan total.
a).

Tingkatkan kegiatan sesuai toleransi kondisi klien.

b).

Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakkan.

4).

Klien dapat melakukan sesuai kondisi sakit dan


kemampuan yang ada.
a).

Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang


direncanakan.

b).

Beri pujian atas keberhasilan klien.

c).

Diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah

5). Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada


a).

Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat


klien dengan harga diri rendah.

4.

b).

Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.

c).

Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah.


Evaluasi

a.

Diagnosa 1: resti menciderai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
halusinasi pendengaran.
Hasil yang diharapkan:
1).

Terbina hubungan saling percaya antara klien dengan perawat.

2).

Klien dapat mengenali halusinasinya.

3).

Klien dapat mengontrol dan memutuskan halusinasinya secara mandiri.

4).

Adanya

hubungan

keluarga

terhadap

klien

dalam

mengontrol

halusinasinya.
Konsep Diri
Page 39

5).

b.

Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik

Diagnosa 2: Perubahan sensori persepsi; halusinasi pendengaran berhubungan


dengan menarik diri.
Hasil yang diharapkan:
1).

Terbina hubungan saling percaya.

2).

Klien menyebutkan penyebab menarik diri.

3).

Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain


dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.

4).

Klien melaksanakan hubungan sosial secara bertahap.

5).

Klien mengungkapkan perasaannya setelah hubungan dengan orang lain.

6).

Klien memberdayakan system pendukung atau keluarga mampu


mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan dengan orang lain.

c.

Diagnosa 3: Isolasi social; menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
Hasil yang diharapkan:
1).

Klien dapat menerima kehadiran perawat.

2).

Klien dapat mengidentifikasi kemampuan, aspek positif yang ada.

3).

Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.

4).

Klien dapat membuat rencana kegiatan.

5).

Klien melakukan kegiatan sesuai dengan kemampuan dan kondisi.

6).

Klien dapat memanfaatkan system pendukung.

Konsep Diri
Page 40

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI, 2000, Buku Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa 1 : Teori dan
tindakan Keperawatan, ( Cetakan 1 ) Direktorat Jendral Pelayanan Medik, Direktorat
Pelayanan Keperawatan, Departemen Kesehatan RI.
Keliat Budi Anna, 1998, Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial, Jakarta FKUI (di
publikasikan).
Maramis W.F, 1998, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Surabaya, Airlangga Universitas Press.
Rasmun, Skp, 2001, Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dalam keluarga,
Jakarta
Rusli Muslim. Dr, 2001, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas PPDGJ III,
Jakarta.
Stuart, G.W, and Sundeen, S.J, 1995, Principles and Practice of Psychiatric Nursing (5th ed )
St. Lois ; Mosby Year Book
Stuart, G.W, and Sundeen, S.J, 1998, Buku Saku Keperawatan Jiwa, edisi 3, Jakarta, EGC.
Townsend, M.C. 1998, Psychiatric Mental Health Nursng : Concepts of Care
Edition ) Philadelphia ; F.A Davis Company

( Second

Towsend. M.C,1998, Buku Saku Diagnosis Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatrik, edisi,
Jakarta, EGC.

STANDART ASKEP PADA KLIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH


Konsep Diri
Page 41

I.

Kasus (Masalah Utama)


Gangguan konsep diri: harga diri rendah

II.

Proses terjadinya masalah


1. Pengertian harga diri rendah
Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri
atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung
diekspresikan ( Townsend, 1998 ).
Menurut Schult & Videbeck ( 1998 ), gangguan harga diri rendah adalah
penilaian negatif seseorang terhadap diiri dan kemampuan, yang diekspresikan
secara langsung maupun tidak langsung
Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif
terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal
mencapai keinginan. (Budi Ana Keliat, 1999).
Jadi dapat disimpulkan bahwa perasaan negatif terhadap diri sendiri yang
dapat diekspresikan secara langsung dan tak langsung.
Tanda dan gejala :
Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap
penyakit (rambut botak karena terapi)
Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.
( Budi Anna Keliat, 1999)
2. Penyebab dari harga diri rendah
Salah satu penyebab dari harga diri rendah yaitu berduka disfungsional.
Berduka disfungsional merupakan pemanjangan atau tidak sukses dalam
menggunakan respon intelektual dan emosional oleh individu dalam melalui
proses modifikasi konsep diri berdasarkan persepsi kehilangan.

Tanda dan gejala :


Konsep Diri
Page 42

Rasa bersalah
Adanya penolakan
Marah, sedih dan menangis
Perubahan pola makan, tidur, mimpi, konsentrasi dan aktivitas
Mengungkapkan tidak berdaya
3. Akibat dari harga diri rendah
Harga diri rendah dapat beresiko terjadinya isolasi sosial : menarik diri.
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang
lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins,1993).
Tanda dan gejala :

Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul


Menghindar dari orang lain (menyendiri)

Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan


klien lain/perawat

Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk

Berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas

Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan


atau pergi jika diajak bercakap-cakap

Tidak/ jarang melakukan kegiatan sehari-hari.


(Budi Anna Keliat, 1998)

III.

Masalah
Isolasi sosial : menarik diri
Gangguan konsep diri : Harga diri rendahCore Problem
Berduka disfungsional

Konsep Diri
Page 43

1) Masalah dan Data yang Perlu Dikaji

No
1

Masalah
Keperawatan
Isolasi sosial :
menarik diri

Gangguan
konsep diri :
harga
diri
rendah

Data Subyektif

Data Obyektif

Mengungkapkan
tidak berdaya dan
tidak ingin hidup
lagi

Ekspresi
wajah
kosong

Tidak
ada
kontak mata
ketika diajak
bicara

Mengungkapkan
enggan
berbicara
dengan orang lain

Klien malu bertemu


dan
berhadapan
dengan orang lain

Suara pelan
dan
tidak
jelas

Mengungkapkan
ingin diakui jati
dirinya

Merusak diri
sendiri

Merusak
orang lain

Menarik diri
dari
hubungan
sosial

Mengungkapkan
tidak ada lagi yang
peduli

Mengungkapkan
tidak bisa apa-apa

Mengungkapkan
dirinya
tidak
berguna

Tampak
mudah
tersinggung

Mengkritik
sendiri

Tidak mau
makan dan
tidak tidur

Perasaan
malu

diri

Konsep Diri
Page 44

Berduka
disfungsional

Mengungkapkan
tidak berdaya dan
tidak ingin hidup
lagi
Mengungkapkan
sedih karena tidak
naik kelas
Klien malu bertemu
dan
berhadapan
dengan orang lain
karena
diceraikan
suaminya

Tidak
nyaman jika
jadi
pusat
perhatian

Ekspresi
wajah sedih

Tidak
ada
kontak mata
ketika diajak
bicara

Suara pelan
dan
tidak
jelas

Tampak
menangis

Dan lain lain

IV. Diagnosa Keperawatan


a. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan berduka disfungsional.
V.

Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa 1: Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
1. Tujuan umum :
Klien tidak terjadi gangguan konsep diri : harga diri rendah/klien akan meningkat
harga dirinya.
2. Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri, jelaskan tujuan
interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (waktu,
tempat dan topik pembicaraan)
2. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
3. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien

Konsep Diri
Page 45

4. Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
Tindakan :
1. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat Diskusikan kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki
2. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan memberi
pujian yang realistis
3. Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
Tindakan :
1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah
4. Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan
2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
1. Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
2. Beri pujian atas keberhasilan klien
3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan :
Konsep Diri
Page 46

1.
2.
3.
4.

Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien.


Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.

Diagnosa 2: Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan berduka
disfungsional

Konsep Diri
Page 47

DAFTAR PUSTAKA

1. Azis R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang : RSJD Dr. Amino
Gondoutomo. 2003
2. Boyd MA, Hihart MA. Psychiatric nursing : contemporary practice. Philadelphia :
Lipincott-Raven Publisher. 1998
3. Keliat BA. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 1999
4. Stuart GW, Sundeen SJ. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC. 1998
5. Tim Direktorat Keswa. Standar asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Bandung :
RSJP Bandung. 2000

Konsep Diri
Page 48

Anda mungkin juga menyukai