Anda di halaman 1dari 86

TUGAS IRIGASI II

PERENCANAAN BENDUNG
I. Data-data perencanaan
A. Karakteristik sungai
1. Lebar dasar sungai (b)

25 m

2. Kemiringan dasar sungai (l)

-3
0.003 = 3 . 10

3. Koefisien kekasaran Manning (n)

-3
0.004 = 4 . 10

4. Debit banjir rencana (Q100)

3
40 m /dtk

5. Bentuk tebing sungai

1
2
25

B. Karakteristik Bendung
1. Elevasi dasar sungai lokasi bendung

75.00

2. Elevasi sawah tertinggi

81.00

3. Tinggi genangan

0.15

- Dari saluran tersier kesawah

0.10

- Dari saluran induk tersier


- Sepanjang saluran

=
=

0.10
0.15

m
m

- Pada bangunan ukur

0.40

- Pada bangunan pengambilan

0.10

- Untuk eksploitasi

0.15

4. Kehilangan tekanan

( kehilangan tekanan yang lain sangat kecil / tidak diperhitungkan )


5. Jenis tanah pada lokasi bendung

: Lempung

6. Bahan pembentuk tubuh bendung

: Batu kali

7. Berat jenis bahan


- Batu kali

2200

kg/m3

- Beton massa

2300

kg/m3

- Beton bertulang

2400

kg/m3

8. Luas daerah irigasi

500

Ha

9. Kebutuhan air tanaman

1.4

l/dtk/Ha

C. Lain - lain
Data - data dan hal - hal lain yang diperlukan dapat dilengkapi dan ditentukan sendiri dgn
persetujuan asisten tugas.

II. Lingkup Tugas


Dalam penyelesaian tugas Irigasi II ( Perencanaan Bendung ) langkah - langkah yang harus
dikerjakan adalah sebagai berikut :
1. Perhitungan lengkung debit sungai
2. Perhitungan elevasi mercu
3. Perhitungan lebar sungai
4. Perhitungan tinggi air maksimum diatas mercu, Koefisien debit, dan lebar efektif bendung
5. Perhitungan kolam olak ( peredam energi )
6. Perhitungan tebal dan panjang apron
7. Perhitungan bangunan - bangunan pelengkap
8. Perhitungan stabilitas
9. Gambar perencanaan denah, potongan ( minimal 3 potongan ), Detail ( mercu bendung,
peredam energi, pintu pengambilan, pintu pembilas, dan lain - lain )

III. Teori
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Umum
1.2. Latar Belakang
1.3. Tujuan Perencanaan

BAB II

BENDUNG
2.1. Umum
2.2. Klasifikasi Bendung
2.3. Bagian - Bagian Bendung
2.4. Penelitian dan Pemilihan Tempat Kedudukan Bendung

BAB III DATA DAN ANALISA HIDROLOGI

BAB IV PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA


4.1. Tinggi Air Diatas Mercu Bendung
4.2. Desain Mercu Bendung
4.3. Desain Kolam Olak ( Peredam Energi )
4.4. Desain Apron
4.5. Desain Tinggi Jagaan
4.6. Desain Pintu Pembilas
4.7. Desain Pintu Pengambilan
4.8. Desain Bangunan - Bangunan Pelengkap lainnya
BAB V

STABILITAS BENDUNG

BAB VI KESIMPULAN
Lampiran - lampiran ( Gambar, grafik, tabel, dll. )
DAFTAR PUSTAKA

tukan sendiri dgn

angkah yang harus

ebar efektif bendung

( mercu bendung,

Perhitungan Lengkung Debit Sungai


Mencari luas penampang basah

Mencari jari - jari hidrolis

A = ( B + m.h)h

R=

= (25 + 2 . 0.5 ) 0.5


2
= 13.00 m
Mencari keliling penampang basah
P =

(B + 2 h

+1

A
P

Kecepatan (v)

v=

2
1/2
= 25 + 2 . 0,5 (2 +1)

1 2 3 12
.R .I
n

= 27.24 m
= 47.00 m
Kemiringan dasar sungai rata - rata ( i )

= A. v
= Q0.003

Jenis tanah pada lokasi bendung

= Lempung

Koefisien kekasaran Manning ( n )

0.004

Perhitungan ditabelkan dibawah ini


Elevasi
75.00
75.10
75.20
75.30
75.40
75.50
75.60
75.70
75.80
75.90
76.00
76.10

h
m
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70
0.80
0.90
1.00
1.10

A
m2
0.00
2.52
5.08
7.68
10.32
13.00
15.72
18.48
21.28
24.12
27.00
29.92

P
m
0.000
25.447
25.894
26.342
26.789
27.236
27.683
28.130
28.578
29.025
29.472
29.919

R
m
0.000
0.099
0.196
0.292
0.385
0.477
0.568
0.657
0.745
0.831
0.916
1.000

V
m/dtk
0.000
2.931
4.623
6.020
7.249
8.363
9.390
10.348
11.249
12.103
12.916
13.693

Q
m /dtk
0.000
7.385
23.484
46.237
74.814
108.717
147.605
191.226
239.385
291.930
348.737
409.702
3

RATING CURVE SUNGAI SEBELUM ADA BENDUNG


1.2
1.0

h (m)

0.8
0.6
0.4
0.2

dengan interpolasi didapatkan nilai h2 pada saat Q100 = 40.00 m3/dtk


0.0
0

50

100

150

200

250
Q (m3/dtk)

Dengan cara interpolasi diperoleh :

23.48)
(0.3 - 0.2)
(46.24 - 23.48)
= 0.272 m

h2 = 0.2 +

(40.00 -

300

350

400

450

500

Elevasi
314.00
314.50
315.00
315.50
316.00
316.50
317.00
317.50
318.00
318.50
319.00
319.50
320.00
320.50
321.00
321.50
322.00
322.50

h
m
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
1.40
1.60
1.80
2.00

A
m2
0.00
10.25
21.00
32.25
44.00
59.25
75.00
91.25
108.00
125.25
143.00
161.25
180.00
199.25
219.00
239.25
260.00
281.25

P
m
0.000
21.414
31.113
24.243
25.657
33.157
34.657
36.157
37.657
39.157
40.657
42.157
43.657
45.157
46.657
48.157
49.657
51.157

R
m
0.000
0.479
0.675
1.330
1.715
1.787
2.164
2.524
2.868
3.199
3.517
3.825
4.123
4.412
4.694
4.968
5.236
5.498

V
m/dtk
0.000
0.425
0.534
0.840
0.995
1.025
1.166
1.294
1.403
1.509
1.607
1.700
1.787
1.870
1.949
2.024
2.096
2.165

Q
m /dtk
0.000
18.211
56.931
110.145
175.518
251.003
335.622
428.309
528.220
634.568
746.935
3

RATING CURVE SEBELUM ADA BENDUNG


2.5

2.0

h(m)

1.5

1.0

0.5

0.0
0

100

200

300

400

Q ( m3/dtk )

500

600

700

800

BAB IV

PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA


4.1 Desain Mercu Bendung
4.1.1 Elevasi Mercu Bendung
Elevasi mercu bendung ditentukan oleh beberapa faktor antara lain elevasi sawah tertinggi yang akan
diairi, tinggi genangan, kehilangan tekanan pada bangunan, saluran tersier maupun induk serta
eksploitasi
Elevasi sawah tertinggi

81.00

Kehilangan tekanan :
Dari saluran tersier ke sawah
Dari saluran induk ke tersier
Sepanjang saluran
Pada bangunan ukur
Pada bangunan pelimpah
Untuk eksploitasi
Tinggi genangan

=
=
=
=
=
=
=

0.10
0.10
0.15
0.40
0.15
0.10
0.15

m
m
m
m
m
m
m

S=

1.15

Elevasi dasar di tempat bendung

75.00

Sehingga elevasi bendung

= 81.00 + 1.15
= 82.15 m

Jadi ketinggian mercu bendung

= 82.15 - 75.00
= 7.15 m

Mercu bulat

He
+ 82.15

P
+ 75.00

4.1.2 Lebar Bendung


Pengertian Lebar Bendung adalah jara tembok pangkal satu dengan tembok sisi lainnya, lebar
bendung sebenarnya adalah lebar bendung total yang telah dikurangi oleh tebal pilar dan pintu
penguras. Lebar efektif adalah lebar sebenarnya yang telah diperhitungkan dengan koefisien pilar
dan koefisien kontraksi.
Rumus :

L = L' - 2 (N Kp + Ka) H

L ' = B - b - St

dimana : L = Lebar bendung (m)


L' = Lebar bendung sebenarnya (m)
N = Jumlah pilar
Kp = Koefisien kontraksi pilar
Ka = Koefisien kontraksi dinding samping
H = Tinggi tekanan total diatas mercu bendung
Pada setiap bendung terdapat bangunan penguras yang berfungsi mengurangi banyaknya bahan
padat yang masuk ke pintu pengambilan (Intake)
Bangunan penguras biasanya diletakan pada sisi tegak lurus as bendung, dengan maksud supaya
air yang mengalir melewati bangunan penguras sejajar dengan mercu bendung, sehingga :
Lebar bendung

= 25 m

Jumlah pilar
Lebar pintu penguras

= 2 pilar
= 2.5 m (1/10 x lebar bendung)
direncanakan menggunakan 2.5 m

Kp

= 0.01

Untuk pilar ujung bulat

Ka

= 0.10

Untuk pangkal tembok segiempat dg. Tembok


hulu pada 90o kearah aliran
(KP.02, hal.40)

Lebar bendung sebenarnya :


L' = B - b - St

dimana :

L' =
B=
b=
St =

Lebar bendung sebenarnya


Lebar bendung
Lebar pintu penguras
Jumlah tebal pilar penguras

Sehingga dengan data diatas didapatkan :


L' = 25 - 2.5 - (2 . 1)
= 20.50 m

Lebar bendung efektif


L = L' -2(N Kp+ Ka)He

= 20.50 - 2 (2 . 0.01 + 0.10) He


= 20.50 - 0.24 He
4.1.3 Perhitungan Lebar Pintu Penguras
Kapasitas bangunan penguras tergantung pada banyaknya bahan padat yang dibawa air. Ukuran
minimal dari bangunan penguras minimal sebaliknya ditentukan di laboratorium Hidrolika untuk
mendapatkan hasil yang optimal optimal.
Namun yang dipakai pedoman dari lebar bendung penguras adalah :
1
x lebar bangunanutama
2
2. b = 1,5 m (min imum)

1. b =

3. b =

1
x lebar bendung
10

Pada perencanaan ini dipilih alternatif 3 sebagai dasar perencanaan. Jadi lebar pintu penguras :
B = 1/10 x 25
= 2.5 m
digunakan 2.5 m
4.1.4 Perhitungan Tinggi Air diatas Mercu
Bangunan ini direncanakan memakai type bulat, sehingga debit yang melimpah diatas mercu :
Q = Cd 2

g Be . He 1.5

Rumus ini digunakan untuk menghitung debit yang melalui bendung tanpa memperhatikan dasar
aliran airnya.
3
Dimana : Q = Debit rencana yang melewati bendung (m /detik)

Cd = Koefisien pengaliran
Be = Lebar efektif bendung (m)
He = Total energi diatas mercu (m)
Penentuan besarnya Cd
Harga Cd dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain :
1. Kedalaman air disaluran bagian hulu
2. Tinggi puncak bendung dari dasar sungai
3. Tinggi air diatas mercu bendung
4. Kemiringan permukaan bendung dibagian hulu
5. Tinggi muka air dibagian hilir

6. Bentuk mercu bendung


Q100 =

40

m3/d

Be =

20.50

Cd =
1.2
( asumsi awal )
g=
9.8
Nilai - nilai diatas dimasukan ke rumus debit pelimpah

40 .00 = 1.2 2

9 .8

(20 .50

- 0.24 He
m/dtk2

- 0.24 He ) He 1.5

3
3
40 .00 = 0.8 . 2.556 .( 20 .50 - 0.24 He ) He 1.5
40 .00 = 2.0448 (20 .50 - 0.24 He ) He 1.5
40 .00 = 41 .9184 He 1.5 - 0.491 He 2.5
Setelah dengan trial and error didapatkan nilai
He =

0.9767 m

Pengecekan Cd, dengan mencari koefisien C0, C1, C2. Dimana Cd = C0 . C1 . C2


C0, Didapatkan dari grafik hal. 44, Kp.02 grafik hubungan He/r dengan C0.
Nilai r untuk pasangan batu kali r = 0.3 - 0.7.He
r=
0.5
He
= 0.488 m
p = tinggi tekanan sampai puncak mercu
= tinggi mercu bendung dibagi dua
=
3.58 m
Pada Kp.02, hal.43 pada perencanaan p dapat diambil setengah dari jarak dari mecu sampai
ke dasar rata-rata sungai (elevasi dasar sungai).
He/r=
p/ H=

2.00
3.660

> 1.5

nilai C0 perlu dikoreksi dengan grafik koefisien C1

Dari grafik gambar 45, KP.02, hal 44 didapatkan C0 = 1.19


Dari grafik gambar 46, KP.02, hal 44 didapatkan C1 = 1.00
Dari grafik gambar 47, KP.02, hal 45 dengan kemiringan 1 : 1, p/He = 3.66 didapatkan C2 = 1.00
Cd = C0 . C1 . C2
= 1.19 x 1.00 x 1.00
= 1.190
(OK !)
Maka lebar efektif bendung
L=
=
=
=

L' - 2 (N . Kp + Ka) He
20,50 - 2 ( 2 . 0,01 + 0,10) He
20,50 - 0,24 He
20,50 - 0,24 . 0,9767

= 20.266

Perhitungan Aliran Balik


Data - data :
-3
I = 3 . 10
Kedalaman air sebelum dibendung ( h2 )
Elevasi
Tinggi air mak.100 thn sth pembendungan( He )

= 0.2720 m
= 75.2720 m
= 0.9767 m

h = tinggi air max. mercu + elevasi mercu - elevasi air banjir dihulu sebelum dibendung
= 0.9767
+
82.1500
75.2720
= 7.8547 m
Persamanaan panjang aliran balik
X2 I2
- X (I ) + h - z = 0
4h

Untuk panjang aliran balik, z = 0


Diperoleh persamaan sebagai berikut :
9 . 10-6 X2 - 0.0943 X + 246.7852= 0
X = 5080.00 m

X 1.85 = 2 Hd 0.85 . Y

0.282 Hd

He

Hd
0.175 Hd

R=0.2 Hd
R=0.5 Hd

Persamaan kemiringan bendung


X1.85 = 2 Hd0.85 . Y

X1.85 = 2 . (3.928)0.85 . Y
1.85
Y = 0.156 X

Tabel perhitungan
Titik
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

X (m)
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
3.5
4.0
4.5
5.0

Penampang Lintang Bagian Muka


Ketentuan sebagai berikut :
R = 0.5 Hd
= 0.5 . 3.928
r = 0.2 Hd
= 0.2 . 3.928
X1 = 0.175 Hd
= 0.175 . 3.928
X2 = 0.282 Hd
= 0.282 . 3.928

Y (m)
0.043
0.156
0.330
0.562
0.850
1.192
1.584
2.027
2.521
3.064

=
=
=
=

1.964
0.786
0.687
1.108

Penampang lintang bagian belakang


Bagian belakang titik - titiknya (koordinat) telah dihitung dengan persamaan :
Y = 0.156 X 1.85

Untuk mementukan lengkung akhir, harus memenihu syarat Dy / Dx = 1 merupakan kemiringan dibawah
ambang rencana.1 : 1, maka
0.85
dy/dx = 1.85 . 0.156 X

X0.85 =
X=
Y=

= 1

3.465
2.877
1.102

Jadi batas akhir lengkung belakang adalah : (2.877 : 1.102)

nggi yang akan

un induk serta

nnya, lebar

ar dan pintu

efisien pilar

rolika untuk

atikan dasar

gan dibawah

4.2 Desain Kolam Olak


Type Kolam Olak berdasarkan bilangan Froude (KP. 04, hal 99)
1. Untuk Fr < 1.7 tidak diperlukan kolam olak; pada saluran tanah, bagian hilir harus dilindungi
dari bahaya erosi, saluran pasangan batu atau beton tidak memerlukan lindungan khusus.
2. Bila 1.7 < Fr < 2.5, maka kolam olak diperlukan untuk meredam energi secara efektif. Pada
umumnya kolam olak dengan ambang ujung mampu bekerja dengan baik. Untuk penurunan
muka air DZ < 1.5 m dapat dipakai bangunan terjun tegak.
3. Jika 2.4 Fr < 4.5, maka akan timbul situasi yang paling sulit dalam memilih kolam olak yang
tepat. Loncatan air tidak terbentuk dengan baik dan menimbulkan gelombang sampai jarak
yang jauh disaluran. Digunakan blok yang berkururan besar (Tipe IV)
4. Kalau Fr > 4.5 ini merupakan kolam olak yang paling ekonomis, karena kolam olak ini
pendek, termasuk kolam olak tipe IIIyang dilengkapi dengan blok depan dan blok halang.
Data - data :
P =
7.150 m
He = 0.9767 m
3
Q = 40.000 m /dtk
L = 20.266 m

P + He = h +

v2
2g

7 . 150 + 0 . 9767 = h +
diperoleh

(40 . 00 ) 2
2
2 . 9 . 81 . ( 20 . 266 )

persamaan :

h 3 - 8 . 1267 h 2 + 0 . 1986 = 0
dengan trial dan error diperoleh :
h = 0.1579 m
Rumus Angka Froude
Fr =

v
g yu

dimana :
Fr = Angka Froude
v = Kecepatan aliran
g = Percepatan gravitasi
yu = Kedalaman air

Data :
He = 0.9767 m
P =

7.150

Persamaan energi :
2

P + He = yu + v1

2g

dimana :
P = Tinggi bendung
He = Ketinggian air diatas mercu
yu = Kedalaman air pada kaki pelimpah
v1 = Kecepatan aliran rata - rata pada kaki belakang pelimpah pada saat Q100
v1 =

Q
L . yu

Data :
Q=

40.00

m3/dtk

L = 20.266 m
Kecepatan air dihulu bendung
A = L . (P + He)
Q
= 20.266 . (7.15 + 0.9767 )
Vo =
A
= 164.696 m2
= 40.00
164.696
= 0.243 m/dtk
Besarnya kecepatan aliran
v1 =

Q
L yu

40.00
20.266 . yu
= 1.974
yu
Dari persamaan energi
2
P + He = yu + v1 / 2g
7.15 +0.9767= yu + (1.974 / yu)2
8.1267 =

19.6
yu +

0.199

yu2
yu3 - 8.1267 yu2 + 0.199
Dengan trial & error didapat
yu = 0.158 m
Kecepatan air pada penampang 1 (V 1 )
V1 = 1.974
0.158
= 12.492 m/dtk
Mencari Angka Froude

Fr =
=

V1
g . yu
12 . 492
9 . 81 . 0 . 158

= 10 . 033

Fr = 10.033 > 4.5 menggunakan Type III

Tinggi loncatan air (y 2 )


Persamaan untuk menghitung tinggi loncatan air dapat dihitung dengan rumus :
y2
1
=
y1
2

1 + 8 Fr

- 1

y2
1
=
1 + 8 . ( 10 . 033 ) 2 - 1
0 . 158
2
y2
= 0 . 6976
0 . 158
y 2 = 2 . 1642
m

(KP. 02, Hal 56)

Tinggi loncatan air tersebut ( y2 ) = 2.1642 m


Kecepatan penampang 2 (V 2 )
V2 = 1.974
2.1642
= 0.912 m/dtk

(0.912) = 0.0424 m
V2
=
2g
2 . 9.8
2

Maka :

Persamaan energi :
P + He = y 2 +

v22
+ DH f
2g

8.1267 = 2.1642 + 0.0424 + DHf


DHf = 5.920 m
Elevasi dasar kolam olakan
elevasi dasar kolam =
elevasi mercu + He =
=

v12
2 g

- yu

82.15 + 0.9767 - 7.961 - 0.158


75.0077 m

Untuk mendapatkan panjang kolam olakan


L = 2.7 . y2

n = yu (18 + Fr)
18

= 2.7 . 2.1642

= 0.158 (18 + 10.033)


18
=
0.246 m
(KP. 04 Hal. 105)

= 5.84334 m
= 6.00 m

Jadi panjang kolam olakan = 6.00 m


Desain Lengkung Bendung
Untuk batu kali, jari - jari mercu bendung berkisar dari 0.3 sampai 0.7 Hmax (He)
(KP. 02 Hal. 42) diambil 0.5
R = 0.5 . 0.9767
= 0.488 m
Perbandingan bangunan peluncur = 1 : 1
Tinggi mercu = 7.150 m (Gb. Di KP. 04, Hal 105))
n3 = yu (4 + Fr)
6
= 0.475 m
Mencari nilai Hd
2
Hd = He - v0 ;
2g
v0 = Q

(KP. 04. Hal 105)

v0 =

Q/A
A = L ( P + Hd )

L ( P + He - v02 / 2 g )
= 40.000
20 ( 7.15 + 0.9767 - v02 / 19.6 )
Di peroleh persamaan :
v03 - 159,347 v + 39.215 = 0
Dengan cara trial and error di dapat
v0 = 0.247
2

v0
= 0.003
2.g

Sehingga :

v0
= 0.003
2.g

Gambar kolam olak keseluruhan


v 02
2 g

=0.003 m

Hd = 0.9737m

DH

He = 0 . 9767 m

P = 7.15m

2
v2
2g

r
V1

y 2 = 2 . 1642 m

Vo
V2
y u = 0 . 158

2 . 7 y 2 = 6 . 00 m

lebar kolam olak

Blok Muka
jumlah
jarak
tinggi

=
=
=

Blok Halang
jumlah
jarak
tinggi
jarak datar pd blok

=
=
=
=

Ambang Ujung
tinggi

20.19 m

64 buah
0.16 m
0.16 m

28
0.36
0.475
0.09

buah
m
m
m

0.25 m

1.77
5.84

lak yang

0.17808

20.0875

4.3 Desain Apron


data - data :
- Elevasi air dihulu pada saat banjir

83.127 m

- Elevasi dihilir pada saat banjir

77.207 m

- DH banjir

5.920 m

- Elevasi air normal dihulu

82.150 m

- Elevasi lantai dasar

75.000 m

- DH normal

7.150 m

Panjang Creep Line


LH = 1.3+6+2+1.7+2+2+1+1+1+1+1+1
= 20.00 m
LV = 2+1+2+1.5+1+0.5+2+1+1+1+1+1+2
= 17.00 m
Harga minimum angka rembesan Lane (CL) unuk berbagai kondisi tanah.
Harga CL untuk lempung

3.00

Z merupakan perbedaan muka air dihulu dan hilir bendung =


Maka harga Creep Line
CL =
=

LV + (1/3 . LH)
Z
3.998
>

3.00

(OK !)

Dimana :
CL = angka rembesan lane
LV = Jumlah panjang vertikal (m)
LH = Jumlah panjang horizontal (m)
Z = Beda tinggi muka air (m)
4.3.1 Perhitungan Blok Muka Dan Belakang
Sumber : KP dan Perencanaan Hidraulis ( Hal 59 )
Diketahui : Panjang Kolam olak = 6 m
2,7 x =
6
x = 2.222 = y2
Jarak blok penghalang dari blok muka :
0,82 x = 0,82 . 2.222
0,82 x = 1.822 m
Jarak blok penghalang dari ambang ujung

5.920

6 - 1.822 = 4.178 m
Dari perhitungan Fr = 10,033 > 4,5
( USBR type III )
Dari perhitungan sebelumnya didaapat nilai n = 0,246 m
y 1 ( 4 + Fr )
6
= 0 , 3695 m

n2 =
n2

4.4 Desain Tinggi Jagaan


Tinggi jagaan pada bangunan pelimpah / bendung direncanakan untuk menghindari adanya
limpasan ombak, maupun benda - benda padat yang terapung pada aliran.
Tinggi jagaan adalah jarak vertikal dari muka air sampai keujung dinding.
Perhitungan untuk memperoleh tinggi jagaan digunakan rumus :
1/3
Fb = 0.6 + 0.0037 . V . d

dimana :
Fb = Tinggi jagaan (m)
v = Kecepatan aliran (m/dtk)
d = Kedalaman air (m)
Desain Jagaan Pada Kolam Olakan
Kecepatan aliran pada kolam olak (v2)
v2 = 0.912 m/dtk
d2 = 2.1642 m
1/3
Fb = 0.6 + 0.0037 (0.912) . (2.1642)
= 0.604 = 0.60 m

Tinggi Jagaan pada Chute


Kecepatan aliran pada chute (penampang 1)
v1 = 12.492 m/dtk
d1 = 0.158 m
1/3
Fb = 0.6 + 0.0037 (12.492) (0.158)
= 0.625 m

Tinggi Jagaan pada Upstream Bendung


Kecepatan aliran pada upstream (vo)
vo = 0.246 m/dtk
Hd = 0.974 m
1/3
Fb = 0.6 + 0.0037 (0.246)(0.9737)
= 0.601 m
= 0.60 m

4.5 Desain Pintu Pengambilan


Pintu pengambilan adalah pintu tempat masuknya air untuk dialirkan kesaluran primer. Ukuran
dari pintu harus sesuai dengan debit rencana untuk saluran irigasi
Dimensi pintu Pengambilan
Q= A.v
=m .b.a

2.g .z

dimana
Q = Debit rencana yang masuk untuk saluran irigasi
m = Koefisien debit (diambil 0,8)
b = Lebar bukaan
a = Tinggi bukaan
2
g = Percepatan gravitasi = 9,8 m/dtk
z = Kehilangan tinggi energi pada bukaan diambil 0,2 m
Elevasi dasar bangunan pengambilan sebaiknya 0.2 m diatas muka kantong dalam
keadaan penuh guna mencegah pengendapan partikel sedimen didasar pengambilan
itu sendiri ( Petunjuk Teknis Perencanaan Irigasi, Hal.77)
data - data
- Kebutuhan air tanam
- Luas daerah irigasi
- Debit yang dibutuhkan seluruhnya

- m
- Tinggi bersih bukaan pintu direncanakan
- Lebar bersih bukaan pintu direncanakan

=
1.4
lt/dtk/Ha
=
500 Ha
= q . A . 120 %
Kapasitas pengambilan sekurang- kurangnya
120 % dari kebutuhan pengambilan guna menambah fleksibilitas agar dpt memenuhi kebutuhan yg lbh tinggi selama umur proyek.
(KP. 02, hal 84)
=
840 l/dtk
3
= 0.84 m /dtk
=
0.8
= 0.8
m
=
1
m

Maka :

Q=m .b a

2g z

1/2
Q = 0.8 . 1 . 0.8 (2 . 9.8 . 0.2)
3
= 1.267 m /dtk

Sedang debit yang dibutuhkan 0.84 m3/dtk

< 1.267 m3/dtk jadi perencanaan memenuhi

4.5.1 Kapasitas bangunan pengambil


Berdasarkan data perencanaan yang ada maka kapasitas bangunan pengambilan direncanakan
melebihi Qrencana yaitu direncanakan 1.267 m3/dtk
Tinggi bersih bukaan = 0,8 m
Bila direncanakan untuk 2 bukaan pintu, maka masing - masing tingginya = 0.4 m, dengan lebar
bukaan masing - masing 1,0 m. Karena dibuat dua pintu bukaan maka harus ada pilar pemisah
ditengahnya dan direncanakan tebal pilar = 0.5 m
Jadi lebar total pintu pengambilan = (1 . 2) + 0.5 = 2.5 m

4.6 Desain Pintu Pembilas


Air yang mengalir pada sungai yang akan dibangun bendung banyak mengandung / membawa
sedimen. Agar sedimen - sedimen ini tidak memasuki intake maka perlu diadakan pembilasan /.
penggelontoran.
Dalam penggelontoran ini sedimen yang mengendap dibuang ke sungai utama.
Untuk melaksanakan pembilasan ini diperlukan bangunan pembilas.
Kecepatan pintu pembilas v = 1,5.c d
dimana :
c = koefisien, harga tergantung jenis sedimen. Untuk lempung = 3
d = diameyer maksimum sedimen untuk lempung = 0.02 mm
-3
= 0.02x10 m
v = 1,5.3. 0,02.10 -3
v = 0,0064m / dtk

Kecepatan recana yang diperlukan selama pembilasan dapat diambil 0.0064 m/dtk.
dan besarnya kecepatan hendaknya selalu dibawah kecepatan kritis, karena kecepatan superkritis
akan mengurangi efektivitas proses pembilasan. (KP. 02, hal.148)
Kedalaman kritis
hc =

Kecepatan kritis

Vc =

q2
g

Debit rencana tiap meter lebar (q)


Q
q=
L

g . hc

dimana :
3
q = Debit rencana permeter lebar (m /dtk/m')
L = Lebar pintu penguras
= 2.5
q=
hc =
Vc =

0.336
0.226
2.213

m3/dtk/m'
m
m/dt

>

0.006

m/dtk

Karena kecepatan kritis melebihi kecepatan pembilas maka kecepatan kritis telah memenuhi
4.6.1 Kemiringan Lantai Penguras
Untuk mempertahankan agar Vkritis tetap mempunyai nilai sebesar 3.11 m/dtk, maka kemiringan
lantai penguras harus dihitung.
Perhitungan menggunakan rumus Manning
1/3
1/2
V = 1/n . R . S
dimana :
V = Kecepatan pada saat pembilasan (m/dtk)
n = Koefisien kekasaran
=
R = Jari - jari hidrolis (m)
=
S = Kemiringan dasar saluran
=

Pada saat R = hc, maka V = Vc


Vc = Vg . hc
1/3
1/2
V = 1/n . R . S

0.004
0.226 m
0.003

2
S = 9.8 . 0.004

0.226

1/3

= 0.0003

4.7 Desain Kantong Lumpur


Pengertian kantong lumpur adalah suatu bangunan pelengkap yang mempunya i fungsi untuk
mengendapkan lumpur yang masuk ke saluran
Kantong lumpur ditempatkan dibelakang pintu intake kemudian hasil pembilasan lumpur dibuang
melalui saluran buang.
Langkah - langkah perencanaan
1. Menentukan ukuran partikel
2. Menentukan volume kantong lumpur yang diperlukan
3. Membuat perkiraan awal luas rata - rata permukaan kantong lumpur dengan rumus :
LB = Q/W
dimana :
L = Panjang kantong (m)
B = Lebar rata - rata profil pembawa (m)
3
Q = Kebutuhan pengambilan rencana (m /dtk)
W = Kecepatan endap partikel rencana (m/dtk)
4. Menentukan kemiringan energi dikantong lumpur selama eksploitasi normal.
2/3
1/2
Vn = Ks . Kn . Sn
Qn = Vn . An
dimana :
Vn = Kecepatan rata - rata selama eksploitasi (m/dtk)
Ks = Koefisien kekasaran
Rn = Jari - jari hidrolis
Sn = Kemiringan energi
An = Luas penampang basah
5. Menentukan kemiringan energi selama pembilasan dengan kolam dalam keadaan kosong
dengan rumus Strikler.
2/3
1/2
Vs = Ks . Rs . Ss
Qs = Vs . As

dimana :
Vs = Kecepatan rata - rata selama pembilasan (m/dtk)
Ks = Koefisien kekasaran
Rs = Jari - jari hidrolis
Ss = Kemiringan energi
An = Luas penampang basah
Qs = Debit untuk membilas
As = Luas penampang basah

6. Menentukan dimensi dan elevasi kantong lumpur


7. Pengecekan apakah pembilasan memungkinkan dilaksanakan pd saat debit banjir disungai
sebesar Q 1/5
8. Bila nomor 7 memenuhi, maka efisiensi pengendapan pertikel sedimen dicek dengan
menggunakan diagram dramp
Perencanaan sebagai berikut :
1. Ukuran partikel rencana
Dimisalkan sample yang diambil pada kali sedimen rata - rata berukuran 70 mm = 7 . 10-5 m
Sedimen itu terangkut oleh aliran sungai sebagai sedimen layang.
2. Diasumsikan bahwa air yang dielakan mengandung 0,05 sedimen yang harus diendapkan dalam
kantong lumpur.
Volume kantong lumpur V bergantung pada jarak waktu pembilasan.
V = 0.0005 . Qn . T
3

Bila pembilasan dilakukan seminggu sekali, sedang debit pengambilan rencana = 0.840 m /dtk,
maka volume kantong lumpur.
V = 0.0005 . 0.840 . 7 . 24 . 3600
3
= 254.02 m
dari grafik hubungan antara kecepatan W dgn diameter butir partikel d, kecepatan endap bisa
diketahui :
- diameter partikel (d) = 7 mm = 0.07 mm
- partikel berupa lempung
1/2
Fb = C (a . b)
a,b,c = Tiga sumbu butir yang saling tegak lurus
a = besar
b = sedang
c = kecil
- unsur lempung Fb = (Faktor bentuk) = 0.07 mm
- berdasarkan data tersebut maka dari grafik 3.5 Petunjuk Teknis, hal. 64 didapat kecepatan
endap partikel.
W = 4 m/dtk
maka :
LB = Qn/W
=
210

Karena L/B > 8, maka L/B = 8


L.B=
8 B.B =
2
B =
B=
@
L (5) =
L=

210
210
26.250
5.123 m
5
m
210
42

0.004

L=8B

3. Penentuan Sn
Kecepatan aliran yang tidak menimbulkan adanya endapan tetapi tumbuhan air tidak bisa
tumbuh, besarnya sekitar 0.4 m/dtk.
Luas penampang basah (An)
An = 0.84
0.4
2
= 2.100 m
Dengan harga B = 5.0 m, maka kedalaman air hn adalah :
hn =
An
= 2.100
B
5
= 0.42 m
4. Kemiringan talud direncanakan 1 : 1, maka lebar dasar saluran b dapat dihitung :
bn1 = B - 2 (hn/2)
bn2 = B + 2 (hn/2)
= 5 - 2 (0.42/2)
= 5 + 2 (0.42/2)
= 4.58 m
= 5.42 m
@
5
m
=
6
m
Penampang melintang kantong lumpur pada saat penuh
bn2 =

bn1 =

hn = 0.42
hs = 0.25

Keliling basah (Pn)


1/2
Pn = b + 2 h (2)
1/2
= 5 + 2 . 0.42 (2)
= 6.188 m
Sehingga :
2/3
1/2
Vn = K . R . Sn

Vn
Sn = 2
2
K . R

Sn = 0.00033

Jari - jari hidrolis (Rn)


Rn = An / Pn
= 2.100
6.188
= 0.339 m

Penentuan Ss (pada saat pengambilan, kantong lumpur dalam keadaan kosong kecepatan aliran
pada saat pembilasan "(Vs) direncanakan sebesar 0.8 m/dtk
Maka debit untuk pembilasan Qs
Penampang basah pada saat pembilasan As
Qs = 1.2 Qn
As = Qs/Vs
3
2
= 1.008 m /dtk
= 1.26 m
Lbr dsr (bs) = bn1 =
As = bs . hs
hs = As/bs
= 0.252

5.00

Keliling penampang basah pd saat pembilasan(Ps)


Ps = bn1 + 2 hs
= 5.50 m

Jari - jari hidrolis


Rs = As/Ps
= 0.229 m
Untuk pembilasan, koefisien kekasaran diambil 40 m1/2/dtk, maka besarnya kemiringan saluran
pada saat pembilasan
Ss =

Vs
Ks . Rs2/3
= 0.010

Pada saat pembilasan harus diusahakan kecepatan alirannya dalam sub kritis (Fr < 1), hal ini untuk
menghindari terangkutnya saluran akibat kecepatan aliran.
Fr =

Vs
g . hs

0.955

< 1.00

OK !

Panjang Sand Trap


Volume sand trap yang diperlukan
3
V = 254.02 m
Rumus volume sand trap
V = (hs . b . L) + 1/2 . (L . Ss - L . Sn) . b . L
254.02 = (0.252 . 5 . L) + 1/2 (0.01 L - 0.00033 L) . 5 . L
2
254.02 = 1.26 L + 0.0242 L
L = 79.676 m
@ 80.000 m
hn = 0.42 m
hs = 0.252 m

Sn = 0.00033
Ss = 0.010

L=

80.00

h = (Ss . L - Sn . L)

pur dibuang

BAB V

STABILILTAS BENDUNG
U/ mengetahui keamanan dari tubuh bendung harus diadakan analisa stabilitasnya. Dlm analisa stabilitas
bendung dilakukan kontrol terhadap :
- Guling
- Geser
- Daya dukung tanah
Dalam perhitungan ditinjau duan keadaan
- Keadaan normal
- Keadaan gempa
Rumus - rumus analisa stabilitas
1. Stabilitas terhadap guling (KP. 02, hal 123)
- Keadaan normal
S MT
SF =
> 1.5
S Mg
- Keadaan gempa/ekstrem

SF=

SMT
> 1.25
SMg

dimana :
SF = Angka keamanan
S MT = Jumlah momen penahan
S Mg = Jumlah momen guling
2. Stabilitas terhadap geser
f . Sv + CA
SF =
SH

(KP. 02, hal. 122)

- Keadaan normal
:
SF > 2.00
- Keadaan gempa
:
SF > 1.25
dimana :
SF = Angka keamanan
f = Koefisien geser : tg f
SV = Jumlah gaya vertikal
2
C = Kohesi tubuh bendung = 0 (ton/m )
f = Sudut geser dalam tanah ( o )

3. Stabilitas terhadap gaya dukung tanah


Bila :
SM
L
L
e=
<
SV
2
6
Maka :

Bila :

Maka :

s max

e=

=
min

SV
A

6e

1 L < s

SM
L
L
>
SY
2
6

s max =

2 SV
<s
L

3 - e B
2

dimana :
e=
SM =
SV =
B=
A=

Eksentrisitas akibat beban yang bekerja


SMt - SMg (ton)
Jumlah gaya - gaya vertikal
Lebar dasar pondasi (m)
Luas dasar pondasi (m2)
s = Daya dukung yang diijinkan (t/m2)

Dasar perhitungan pembebanan dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Tekanan air

Pd

Ps

Pw

a. Tekanan air statis


Pw = 1 g w . H 2
2
dimana :
Pw =
gw =
H=
Y=

Y = 1

Tekanan air statis (ton)


Berat jenis air (ton/m3)
Kedalaman air (m)
Jarak tekanan (Pw) dari dasar dalam (m)

b. Tekanan air dinamis


Pd = 1 . g w . H 2 . Kh
2

Y =2

dimana :
Pd =
gw =
Kh =
H=
Y=

Tekanan air dinamis (ton)


Berat jenis air (ton/m3)
Koefisien gempa horizontal (0.15)
Kedalaman air (m)
Jarak tekanan (Pd) dari dasar (m)

c. Berat air sendiri


W = g w .V
dimana :
W = Berat air (ton)
gw = Berat jenis air (ton/m3)
V = Volume air
d. Berat sedimen
Ps = 1 [sat - 1]Cs . H 2
2
dimana :
Ps = Tekanan sedimen
Cs = Koefisien tekanan tanah
H = Tinggi sedimen
3
gsat = Berat jenis tanah jenuh air (ton/m )
2. Berat sendiri

3. Tekanan tanah

W
H

Pa

Sketsa tekanan tanah


Pa = 1 . gt 2 . H . Ka
2
dimana :
Pa = Tekanan tanah (ton)
H = Tinggi tanah (m)
gt = Berat jenis tanah (ton/m3)
Ka = Koefisien tekanan tanah aktif
f = Sudut geser dalam tanah

(1-sin f) / (1+sin f)

4. Tekanan UP Lipt
Pu = 1 . m . H . A
2
dimana :
Pu = Tekanan Up Lipt
m = Koefisien
H = Tinggi air
A = Luas penampang permeter lebar

5. Gaya akibat pengaruh gempa


a. Berat sendiri
We= W . C
dimana :
We = Berat akibat gempa (ton)
W = Berat bahan (ton)
b. Tekanan tanah
Pa' = 1/2 . H . gt . Ka'
dimana :
Pa' = Tekanan tanah akibat gempa (ton)
H = Tinggi tanah (m)
gt = Berat isi tanah (ton/m3)
Ka' = Koefisien tanah pada kedalaman gempa
Ka' =

2
Cos(q + a ) Cos(q + a )- Cos (q + a )-Cosf
Cos3 q
Cos(q + a )+ Cos2 (q + a )- Cosf

dimana :
a = Sudut inklinasi material
q = tg-1 K
K = Ch/(1 - CV)
CV = Koefisien gempa arah vertikal = 0
Ch = Koefisien gempa arah horizontal = 0.15
f = Sudut geser dalam tanah

sa stabilitas

Perhitungan Up Lift
Konstruksi bendung pada waktu air banjir
Rumus : (KP. 02, hal 116)
Lx

Px = Hx . DH g w
L

dimana :

Px
L
Lx
DH
Hx

=
=
=
=
=

Gaya angkat pada x (t/m3)


Panjang total bidang kontak bendung dan tanah bawah (m)
Jarak sepanjang bidang kontak dari hulu sampai x (m)
Beda tinggi energi (m)
Tinggi energi dihulu bendung (m)
Titik
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

cw=

3
gw = 1 t/m

Hx
(m)
7.15
8.65
8.65
7.65
7.65
9.65
9.65
8.15
8.15
8.65
8.65
9.65
9.65
7.15

Lx
(m)
0.0
2.5
5.0
6.5
8.5
9.0
11.0
11.5
13.5
14.0
16.0
17.5
18.5

L
(m)
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14

GARIS

Vertikal Horizontal
(m)

(m)

A-B

lw
cw

Px = H - DH
H
2
( kN/m ) ( kN/m2 )

lw

(m)

(m)

DH
( kN/m2 )

0.0000

0.0000

7.1500

7.1500

2.0000

0.7274

9.1500

8.4226

2.4333

0.8849

9.1500

8.2651

B
B-C

DH =

1/3 H

Px
(t/m 2 )
7.150
7.593
6.536
4.901
4.056
5.844
4.999
3.287
2.441
2.730
1.884
2.250
1.827

2.74965
Panjang Rembesan

TITIK

DH
(m)
5.92
5.92
5.92
5.92
5.92
5.92
5.92
5.92
5.92
5.92
5.92
5.92
5.92

0.4333

C-D

D-E

F-G

H-I

J-K

L-M

N-O

8.1000

2.9458

10.1500

7.2042

9.6000

3.4913

8.6500

5.1587

10.1667

3.6974

8.6500

4.9526

11.1667

4.0610

9.6500

5.5890

11.8333

4.3035

9.6500

5.3465

12.3333

4.4853

10.1500

5.6647

13.0000

4.7278

10.1500

5.4222

15.0000

5.4551

8.1500

2.6949

15.3333

5.5764

8.1500

2.5736

16.3333

5.9400

9.1500

3.2100

16.6667

6.0613

9.1500

3.0887

17.6667

6.4249

8.1500

1.7251

18.0000

6.5462

8.1500

1.6038

19.0000

6.9098

9.1500

2.2402

19.3333

7.0311

9.1500

2.1189

20.3333

7.3947

0.7553

20.6667

7.5160

8.1500
.
8.1500

21.6667

7.8796

9.1500

1.2704

22.0000

8.0009

9.1500

1.1491

P-Q

0.3333

R-S

0.3333

T-U

0.3333

V-W

0.3333

0.6340

X
Y

7.4467

0.3333

X-Y

10.1500

W-X

2.7033

0.6667

U-V

7.4333

S-T

6.1740

0.6667

Q-R

8.1500

O-P

1.9760

0.5667

M-N

5.4333

K-L

6.9014

0.6667

I-J

8.1500

G-H

1.2486

2.0000

E
E-F

3.4333

0.3333

Y-Z
Z

2
24.0000

8.7282

6.9040

-1.8242

5.1 Perhitungan Stabilitas Bendung

Untuk mengetahui keamanan dari tubuh bendung harus diadakan analisa stabilitasnya. Dalam analisa sta bilitas bendung dilakukan kontrol terhadap guling, geser, dan daya dukung tanah.
Dengan data - data sebagai berikut :
- CL untuk lempung
- berat volume tanah
- sudut geser dalam (f)

=
=
=

3.0
1.9
30o

(KP. 02, hal 110)

Gaya - gaya yang bekerja pada tubuh bendung adalah :


- Tekanan air (w)
- Beban mati (G)
- Tekanan lumpur (sedimen) Ps
- Tekanan tanah (P)
- Tekanan Up Lift (U)
Selama terjadi banjir rencana (Q100) = 40.00 m3/dtk, maka air dihulu bendung elevasinya 83.127
Perhitungan :
Ka = 1 - sin q
1 + sin q

= 1 - sin 30
1 + sin 30

0.333

Kp = 1 + sin q
1 - sin q

= 1 + sin 30
1 - sin 30

3.000

gt =
1.9
gL = gt - gw
=
0.9

t/m3

g pasangan batu kali = 2.2 t/m3

Perhitungan gaya -gaya yang bekerja pada bendung


Notasi
G1
G2
G3
G4
G5
G6
G7
G8
G9
W1
W2
W3
Pw1
Ps
Pd
Pw2
Pa1
Pa2
Pa3
Pp1
Pp2
U1
U2

SV =
SH =
SMT =
=
SMG =
=
SMS =
=

Uraian

Gaya

1/4 x 3.14 x 0.488 ^2 x2.2


1/2 x 0.3416^2 x 2.2
1/2 x 0.3416 ^2 x2.2
6.662 x 2 x 0.3416 x 2.2
1/2 x ( 6.662 + 0.3416 )^2 x 2.2
2 x 3 x 2.2
0.5 x 1.7 x 2.2
1.5 x 2 x 2.2
2 x 3x 2.2
0.9767 x 0.3416
1/2 x 0.9767 x 0.158
0.111 x 9.906
1/2 x 1 x 7.15^2
1/2 x ( 1.9 - 1 ) x 0.4 x 7.15 ^2
1/2 x 1 x 7.15^2 x 0.9
1/2 x 1 x 2.1642^2
1/2 x 1.9 x 2^2 x 0.333
1/2 x 1.9 x 1^2 x 0.333
1/2 x 1.9 x 0.5^2 x 0.333
1/2 x 1.9 x 1.5^2 x 3
1/2 x 1.9 x 2^2 x 3
7.7 x 0.158 x 1
1/2 x 1 x ( 7.15 - 0.158 ) x 7.7

55.123 tm
11.971 tm
SMV (-)
397.218 tm
SMV (+)
+
142.938
+
SMT - SMG
397.218
-

Lengan Momen thd


ttk O ( tm )

SV(-) =

0.411
0.128
0.128
10.013
36.20
13.200
1.870
6.600
13.200
0.334
0.077
1.100
25.561
9.202
23.005
2.342
1.265
0.316
0.079
6.413
11.400
1.217
26.919
83.259

7.345
7.573
7.117
7.345
4.671
6.700
4.850
3.000
1.000
7.345
7.292
3.581
5.381
5.381
4.430
3.721
0.660
0.830
0.165
0.495
0.660
3.850
5.136
SMV(-) =

3.021
0.972
0.914
73.547
169.092
88.440
9.070
19.800
6.000
2.451
0.563
3.937
137.544
49.516
101.913
8.713
0.835
0.263
0.013
3.174
7.524
4.684
138.254
377.806

SV(+) =
SV =

28.136
55.123

SMV(+) =
SMV =

142.938
234.868

SMH
11.971

154.910 tm

154.910

254.280 tm

5.2 Kontrol Stabilitas Untuk Kondisi Banjir


> Momen Guling
SMT
SMG

> 1.5

397.218
154.910

> 1.5

2.564

> 1.5

(OK !)

> Momen geser


SV. F
SH

> 2.0

2.302

> 2.0

Nilai f untuk lempung = 0.5

(KP.02, hal. 121)

(OK !)

> Daya dukung tanah


s pasir = 3 t/m2
e=

s max =
=

SM
L
L
<
SV
2
6

0.763

<

1.28333

SV
6e
1<s

A
L

2.813

t/m2

< 3

t/m2

Gaya Horizontal dan Momen Guling dari tubuh Bendung


Notasi
Ge1
Ge2
Ge3
Ge4

Berat
5.819
7.590
25.300
33.000

Koefisien
gempa
0.15
0.15
0.15
0.15

gaya
0.873
1.139
3.795
4.950

Lengan
8.267
8.267
5.000
5.000

Momen
guling
7.216
9.412
18.975
24.750

Ge5
Ge6
Ge7
Ge8
Ge9
Ge10
SHge =
SMGe =
SH =
=
=
SMG(total)

57.200
13.750
4.400
6.600
8.800
11.000

0.15
0.15
0.15
0.15
0.15
0.15

8.580
2.063
0.660
0.990
1.320
1.650
26.019

4.167
1.250
2.000
1.750
1.500
1.250

35.753
2.578
1.320
1.733
1.980
2.063
105.779

26.019 tm
105.779 tm
SGGe
+
26.019
+
37.990 tm
=
=
=

SH
11.971

SMGe
+
105.779
+
260.688 tm

SMG
154.910

5.3 Kontrol Stabilitas terhadap gempa


> Momen Guling
SF =

SMT

SMG(total)
SF = 397.218
260.688
SF = 1.524

> Momen geser


> 1.25

SF =

> 1.25

SF =

> 1.25

(OK)

SF =

SV
SHge
55.123
11.971
4.605

> 1.25
> 1.25
> 1.25

nya. Dalam analisa sta -

vasinya 83.127

(OK)

Anda mungkin juga menyukai