Anda di halaman 1dari 6

TUJUAN

1. Melakukan uji aktivitas antimikroba dengan menggunakan metode difusi cara


sumuran dan cakram kertas (disk method)
2. Melakukan analisis tentang sensitivitas atau resistensi bakteri terhadap antibiotika
3. Melakukan uji bioautografi untuk mendeteksi bercak atau komponen zat aktif sebagai
antibakteri
DASAR TEORI
Resistensi Bakteri
Resistensi adalah suatu keadaan karena pengaruh obat antiinfeksi terhadap kuman
berkurang khasiatnya atau kuman tersebut tidak sensitif oleh perlakuan obat anti infeksi.
Resistensi merupakan kegagalan pengobatan dengan suatu antibiotika dengan dosis terapi
(Gran, 1983).
Franklin dan Snow (1985) serta Brander et al., (1991) mengatakan bahwa mekanisme
resistensi bakteri terhadap antibiotik terjadi dengan cara penginaktifan obat, perubahan target
atau sirkulasi enzim, berkurangnya akumulasi obat oleh adanya sel resisten, variasi jalur
metabolisme. Menurut Gran (1983) dan Brander et al., (1991), ada 3 macam tipe resistensi,
yaitu non genetik, genetik dan silang. Resistensi non genetik terdapat pada mikroba dalam
keadaan inaktif atau istirahat, resistensi genetik merupakan mutasi spontan karena terjadinya
tanpa dipengaruhi ada atau tidaknya antimikroba tersebut. Resistensi sel mikroba ialah suatu
sifat tidak terganggunya kehidupan sel mikroba. Sifat ini merupakan suatu mekanisme
alamiah untuk bertahan hidup (Setyabudy dan Gan, 1995).
Beberapa bakteri mempunyai kemampuan alami untuk kebal atau resisten terhadap
efek pengobatan, misal dengan antibiotik, meskipun tidak berinteraksi secara langsung. Hal
ini dapat terjadi karena bakteri mempunyai enzim yang dapat merusak obat. Bakteri yang
resistensi tidak peka lagi terhadap antibiotik atau seng anti mikrobial. Resistensi sel mikroba
atau alat sifat tidak tergantung kehidupan sel mikroba oleh anti mikroba. Sifat ini merupakan
suatu mekanisme alamiah untuk bertahan hidup .
Pada tahun-tahun terakhir ini bakteri resisten telah memberi kenaikan terhadap letusan
infeksi yang serius dengan banyak kematian. Hal ini telah membawa para ahli kepada suatu
kebutuhan program Survei lance Nasional dan Internasional. Program ini nantinya digunakan
untuk memonitor resistensi antibiotika terhadap Enterobacteriaceae dengan cara tes
sensitivitas dengan menggunakan suatu metode yang dapat dipercaya yang akan
menghasilkan data yang dapat dibandingkan (Dirjen POM, 2000). Sebab-Sebab terjadinya
resistensi dapat terjadi melalui 2 hal yaitu :

a. Non Genetik
Penggunaan antimikroba yang tidak sesuai aturan menyebabkan tidak seluruh
mikroba dapat terbunuh. Beberapa mikroba yang masih bertahan hidup kemungkinan akan
mengalami resistensi saat digunakan antimikroba yang sama. Proses ini dinamakan dengan
seleksi (Jawetz et al., 2001).
b. Genetik
Terjadinya resistensi kuman terhadap antibiotika umumnya terjadi karena perubahan
genetik. Perubahan genetik bisa terjadi secara kromosomal maupun ekstra kromosomal, dan
perubahan genetik tersebut dapat ditransfer atau dipindahkan dari satu spesies.
Beberapa bakteri mampu menetralkan antibiotik sebelum membunuhnya, bakteri lain
mampu dengan cepat mengeluarkan antibiotik dari sel mereka dan bakteri lainnya mampu
mengubah titik serang antibiotik sehingga tidak menggangu fungsi hidupnya. Antibiotik
membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri yang peka. Tetapi, terkadang, salah satu
bakteri dapat bertahan hidup karena mampu menetralisir atau menghindar dari efek
antibiotik. Bakteri semacam ini akan berkembang biak dan menggantikan tempat bakteribakteri yang terbunuh. Bakteri yang semula peka terhadap suatu antibiotik pun dapat menjadi
kebal melalui perubahan genetik di dalam selnya, atau dengan menerima DNA yang sudah
reisten dari bakteri lain. Artinya bakteri dapat menjadi resisten terhadap beberapa antibiotik
sekaligus. Ini tentu menyulitkan para dokter memilih antibiotik yang tepat untuk pengobatan.
Resistensi pada bakteri banyak macamnya, diantaranya adalah :
1. Resistensi kromosomal
Resistensi kuman terhadap antibiotik yang mempunyai sebab genetik kromosomal
terjadi misalnya karena terjadinya mutasi spontan pada lokus DNA yang mengontrol
susceptibility terhadap obat tertentu (Anonim, 1994).
2. Resistensi ekstrakromosomal
Bakteri mengandung unsur-unsur genetik ekstrakromosomal yang dinamakan plasmid
(Sudarmono, 1993). Faktor R adalah kelompok plasmid yang membawa gen resistensi
terhadap satu atau beberapa obat antimikrobia dan logam berat. Gen plasmid untuk resistensi
antimikrobia mengontrol pembentukan enzim yang mampu merusak antimikrobia (Jawetz et
al., 2001).

3. Resistensi silang
Suatu populasi kuman yang resisten terhadap suatu obat tertentu dapat pula resisten
terhadap obat yang lain yang dapat mempunyai mekanisme kerja obat yang mirip satu sama
lain. Hal ini misalnya terjadi pada obat-obatan yang komposisi kimianya hampir sama
misalnya antara polimiksin B dengan kolistin, eritromisin dengan oleandromisin, meskipun
demikian adakalanya terjadi pula resistensi silang pada dua obat yang berlainan struktur
kimianya sama sekali, misalnya eritromisin dengan linkomisin.
Antibiotik
Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri yang memiliki
khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman-kuman sedangkan toksisitasnya
bagi manusia relatif kecil. Para peneliti diseluruh dunia memperoleh banyak zat lain dengan
khasiat antibiotik namun berhubung dengan adanya sifat toksis bagi manusia, hanya sebagian
kecil saja yang dapat digunakan sebagai obat diantaranya adalah streptomycin vial injeksi,
Tetrasiklin

kapsul, Kanamicin kapsul, Erytromicin kapsul, Colistin

tablet,

Cefadroxil tablet dan Rifampisin kapsul .


Kegiatan antibiotika untuk pertama kalinya ditemukan oleh sarjana Inggris dr.
Alexander Flemming pada tahun 1928 (penisilin). Penemuan ini baru dikembangkan dan
dipergunakan dalam terapi di tahun 1941 oleh dr.Florey (Oxford) yang kemudian banyak zat
lain dengan khasiat antibiotik diisolir oleh penyelidik-penyelidik di seluruh dunia, akan tetapi
berhubung dengan sifat toksisnya hanya beberapa saja yang dapat digunakan sebagai obat .
Antibiotik digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi akibat kuman atau juga
untuk prevensis infeksi, msalnya pada pembedahan besar. Secara provilaktis juga diberikan
pada pasien dengan sendi dan klep jantung buatan, juga sebelum cabut gigi. Jumlah
antibiotika yang beredar dipasaran sekarang ini semakin banyak macamnya dan melonjak
tinggi baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Antibiotika dalam penggunaannya
membutuhkan waktu yang lama baik dalam penyimpanan dan peredarannya. Hal ini dapat
menyebabkan potensi dari antibiotika menurun dan bahkan bisa hilang .

Mekanisme aksi antibiotic:


a)

Menghambat pembentukan dinding sel


Contoh: golongan beta laktam (penicillin, ampisillin, karbapenem, metsilin, sefalosporin).

b)

Mengganggu pembentukan membrane sel

Contoh: polimiksin B
c)

Menghambat sintesis protein


Contoh: streptomisin, gentamisin, kloramfenikol.

d)

Menghambat sintesis asam nukleat


Contoh: siprofloksazin, rifampisin.

e)

Antagonis metabolit
Contoh: isoniazid (3).

Resistensi sel bakteri ialah suatu sifat tidak terganggunya kehidupan sel baketri oleh
antimikroba. Secara umum resistensi dibagi dalam 3 kelompok:
1.

Resistensi genetic

2.

Resistensi non genetic

3.

Resistensi silang

Penyebab mikroorganisme resistensi terhadap antibiotic:


1.

Pemakaian antibiotic yang tidak tepat.

2.

Pengobatan yang tidak tuntas atau penghentian antibiotic sebelum bakteri benar-benar mati.

3.

Pemakaian dosis obat antibiotic dibawah dosis terapi.

4.

Bakteri bersifat reisiten karna mutasi(4).

Penjelasan mengenai terbentuknya resistensi setidak-tidaknya pada bakteri gram negatif ialah
bahwa organisme resisten mempunyai gen yang berfungsi melindungi bakteri bakteri
tersebut dari pengaruh bakterisidal satu obat atau antibiotik. Beberapa individu dalam suatu
spesies bakteri membawa gen resisten galur-galur yang sensitif terhambat atau mati. Gen
resisten ini dapat pula dipindahsebarkan melalui konjugasi, transformasi, atau transduksi dari
bakteri lain selama berlangsungnya pengobatan dengan antibiotic(2).

Terbetuknya resistensi dapat dikurangi dengan cara :


1.

Mencegah pemakaian antibiotik tanpa pembedaan pada kasus kasus yang tidak
membutuhkannya.

2.

Menghentikan penggunaan antibiotik pada infeksi biasa atau sebagai obat luar.

3.

Menggunakan antibiotik yang tepat dengan dosis yang tepat agar infeksi cepat sembuh.

4.

Menggunakan kombinasi antibiotik yang telah terbukti keefektifannya

5.

Menggunakan antibiotik yang lain bila ada tanda-tanda suatu organisme menjadi resisten
terhadap antibiotik yang digunakan semula(2).

Ada 2 metode yang bisa digunakan untuk menguji sensitivitas bakteri yaitu:
1.

Metode dilusi (dengan pelarutan)


Melarutkan antibiotik dan bakteri uji dalam media cair. Parameter sensitivitasnya dapat
dilihat dari tingkat kejernihan. Metode ini dapat digunakan untuk mengukur MIC dan MBC.
Yaitu Minimum Inhibitory Concentration (kadar minimum antibiotik sebagai bakteriostatik)
dan Minimum Bakterisid Consentration (kadar minimum antibiotik sebagai bakterisida)

2.
a.

Metode difusi (pembesaran) terdiri dari :


Kirby-Baver
Menggunakan paper disk yang mengandung antibiotik buatan pabrikan ditempelkan pada
permukaan kultur media padat. Indikator sensitivitas = pembentukan zona jernih disekitar
paper disk.

b.

Pour-plate
Menggunakan paper disk dengan kandungan antibiotik yang dibuat sendiri. Cara uji sama
dengan Kirby-Baver.

c.

Sumuran
Dengan membuat lubang kecil pada kultur mabia kemudian mengisinya dengan antibiotik
uji(5).
Stafilococcus merupakan bakteri gram positif berbentuk bulat biasanya tersusun dalam
bentuk kluster yang tidak teratur seperti anggur. Stafilococcus tumbuh dengan cepat pada
beberapa tipe media dan dengan aktif melakukan metabolisme, melakukan fermentasi
karbohidrat dan menghasilkan bermaca-macam pigmen dari warna putih hingga kuning
gelap. Karena stafilococcus menghasilkan enzim betalaktamase sehingga membuat
organisme ini resisten terhadap turunan penisillin(3).

Bioautografi

Bioautografi merupakan suatu metode yang spesifik untuk mendeteksi bercak pada
kromatogram hasil kromatografi lapis tipis atau kromatografi kertas yang mempunyai
aktivitas sebagai antibakteri, antifungi, dan anti viral. Bioautografi juga merupakan suatu
metode yang cepat untuk mendeteksi antibiotik yang belum diketahui yang mana metode

kimia atau fisika yang terbatas untuk substansi yang murni. Sementara deteksi kimia reaksi
warna hanya spesifik digunakan sebagai pembanding hasil bioautografi sehingga kedua
meode tersebut saling melengkapi.

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi sebelum melakukan uji bioautografi antara lain :
1.Sterilisasi alat dan proses pengerjaannya
2.Ada media yang cocok untuk menumbuhkan mikroba uji
3.Ada mikroba uji yang digunakan untuk menguji aktivitas antibakteri senyawa uji
4.Senyawa yang akan dianalisis diduga memiliki aktivitas membunuh atau menghambat
bakteri.

Ada3metodebioautografi

Bioautografi langsung / direct : mikroorganisme tumbuh secara langsung di atas lempeng


KLT
Bioautografi kontak / contact : senyawa dipindahkan dari lempeng KLT ke medium
Bioautografi pencelupan / overlay : medium agar yang telah diinokulasikan dengan
mikroorganisme dituang di atas lempeng KLT (Mulyaningsih, 2004)

DAPUS
1. Waluyo, Lud, 2005, Mikrobiologi Umum
2. Pelczar, Michael J.,& E.C.S. Chan, 1988, Dasar-Dasar Mikrobiologi, edisi 2
3. Jawetz, Melnick, & Adelbergs, 2001, Mikrobiologi Kedokteran, Penerjemah Bagian
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran UNAIR
4. Mulyaningsih, S, 2004, Mikrobiologi Dasar, FMIPA UII, Yokyakarta
5. Lay, B. W, 1994, Analisis Mikroba di Laboratorium

Anda mungkin juga menyukai