Oleh :
KELOMPOK O2
NAMA KELOMPOK O2
ANGGOTA
(125040200111008)
IRA DYAH N.
(125040200111122)
DANIAR PUTRI R.
(125040201111023)
(125040201111150)
AYU CHOLIFAH
(125040201111224)
SYAIFUL SUDIYANTO
(125040201111240)
GABE PANGIHUTAN H.
(125040201111247)
SYAIFULLAH
(125040201111256)
NURLAILA
(125040201111283)
TRI DESYAN O.
(125040201111292)
ABEL FABYAN F. S.
(125040201111335)
CITRA AURINA
(125040207111022)
WILDA AINUN K.
(125040207111028)
EPYAN VALENTIAN
(125040207111032)
ORYZA CAHYA
(125040207111037)
ARSYANTI NUR
(125040207111041)
ARISTIANI EPRI
(125040207111047)
(125040207111050)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan
dari kegiatan fieldwork mata kuliah Survey Tanah Dan Evaluasi Lahan dengan
baik.
Penyusunan laporan ini merupakan bagian dari kegiatan praktikum mata
kuliah survey tanah dan evaluasi lahan yang bertujuan agar peserta didik mampu
memahami dengan baik materi pembelajaran dalam ruang maupun di luar ruang.
Sehingga nantinya setelah penyusunan laporan ini dapat bermanfaat untuk kita
semua untuk mengetahui dan memahami tentang survey dan evaluasi seperti yang
telah kami lakukan sebelumnya.
Laporan ini dapat memberikan gambaran dari sebagian hasil pengamatan
lapang yang telah dilakukan di dusun Jatikerto desa Ngajum Kecamatan Kromengan Kabupaten Malang. Serta mampu memberikan gambaran yang sesuai tentang kondisi dan karakteristik lahan yang ada berdasarkan pengamatan yang dilakukan.
Kami sangat berterimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini mulai dari awal hingga akhir khususnya kepada para
dosen pengampu mata kuliah Survey Tanah Dan Evaluasi Lahan, para asisten, dan
juga kepada teman-teman agroekoteknologi yang telah berkoordinasi dengan baik
dalam penyelesaian penyusunan laporan ini.
Dengan banyaknya keterbatasan yang ada, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran dari semua pihak agar untuk kedepannya dalam penyusunan
laporan ini menjadi lebih baik.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
ii
iii
DAFTAR TABEL
iv
I. PENDAHULUAN
dan
mendeliniasi
batas
taksa
tanah
pada
peta,
serta
1.2 TUJUAN
1.3 MANFAAT
Dengan dilakukannya survei tanah dan evaluasi lahan maka manfaat
yang dapat diambil diantaranya adalah mengetahui informasi spesifik yang
penting dari tiap-tiap macam tanah dan penggunaannya serta sifat-sifat
lainnya yang akhirnya dapat ditentukan kemampuan dan kesesuaian lahan
wilayah tersebut. Kemudian, dapat menyajikan uraian satuan peta sedemikian
rupa sehingga mampu diiterpretasikan oleh orang-orang yang memerlukan data dari wilayah tersebut.
Sekop
Bor
b. Deskripi Tanah :
Pisau tanah
Botol air
Meteran
Sabuk profil
Meja dada
ATK
Kamera
Fial Film
PH Universal
c. Deskripsi Lokasi :
Kompas
Clinometer
2.2.1 BAHAN
Air
Tanah
Aquades
: untuk menentukan pH
Stich Map
Gambar Daerah
Global Mapper
Peta Dasar
Digitasi
Data Spasial
Data Atribut
Peta Landuse
Peta Landform
Peta Administrasi
Peta Kelerengan
Intersec
Peta SPL
Mengamati pori tanahnya ( dengan cara dilihat dari penampang profilnya serta dilihat dari perakarannya)
Dokumentasi
Menentukan Sub Group Tanah dilihat dari sifatsifat tanah peralihan ke grup, sub ordo atau ordo
lain
Interpretasi data
Output data
lahan
adalah
sifat
lahan
yang
menyatakan
10
(matching)
antara
kualitas
lahan
dengan
persyaratan
pembatas
demikian
rupa
sehingga
mencegah
11
yang diusulkan secara teknis tidak memungkinkan untuk dilaksanakan, misalnya membangun irigasi pada lahan yang curamyang
berbatu, atau karena dapat menyebabkan degradasi lingkungan yang
parah, seperti penanaman pada lereng yang curam. Selain itu, sering
pula didasarkan pada pertimbangan ekonomi yaitu nilai keuntungan
yang diharapkan lebih kecil daripada biaya yang dikeluarkan.
12
13
dataran rendah yang bersuhu cukup panas. Meskipun dengan jenis lereng yang
cukup bervariatif mulai dari 8% - 43%, namun lahan di daerah ini sudah
digunakan sebagai lahan budidaya dengan sistem terasering. Tanaman yang
banyak dibudidayaan di daerah tersebut adalah tanaman tebu dan agroforestri.
Lanform yang banyak ditemui adalah bergelombang. Pembentukan landform
bergelombang tersebut tentu mengalami banyak sekali proses yang disebabkan
oleh tenaga endogen dan tenaga eksogen.
Tenaga endogen yang menghasilkan landform bergelombang pada kebun percobaan Jatikerto tersebut kemungkinan karena tenaga orogenesis.
Menurut Ruhimat (2007) Orogenesis adalah pergerakan lempeng tektonis
yang sangat cepat dan meliputi wilayah yang sempit. Tektonik Orogenesa biasanya disertai proses pelengkungan (Warping), lipatan (Folding), patahan
(Faulting) dan retakan (Jointing). Orogenesis berdasarkan penyebabnya dibagi
menjadi dua, yaitu Teknonisme ( Pergeseran lempeng bumi) dan Vulkanisme
(Aktivitas gunung berapi). Kemudian berdasarkan letak dari wilayah Jatikerto
sendiri karena berada di lereng gunung kawi maka kami menduga bahwa
tenaga yang membentuk landform bergelombang tersebut adalah tenaga orogenesis vulkanisme. Meskipun berada pada lereng gunung kawi yang berstatus
masih aktif, namun tidak terdapat material vulkanik dari gunung tersebut dan
kami memukan sebagian besar tekstur tanah disana
dimungkinkan karena sudah terlampau lamanya gunung kawi sudah tidak meletus sehingga tanah di daerah tersebut sudah mengalami pelapukan.
Kemudian untuk tenaga eksogen pada daerah kebun percobaan Jatikerto tersebut dapat menghasilkan pelapukan, erosi dan denudasi. Dari segi
pelapukan, terdapat 2 macam pelapukan yang terjadi di sini. Yang pertama
adalah pelapukan mekanis, dimana pelapukan mekanis ini terjadi karena
udara, suhu, air, dan lain-lain (Ruhimat, 2007). Hal ini dapat dilihat dari
keadaan cuaca di kebun percobaan Jatikero dimana suhu yang panas serta
keadaan cuaca yang mendukung tejadinya pelapukan. Kemudian yang kedua
adalah pelapukan biologis dimana agen yang bekerja pada pelapukan ini adalah organisme hidup. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya vegetasi yang tumbuh di daerah kebun percobaan Jatikerto sehingga akan membantu proses
14
15
16
dikelompokkan ke dalam dua golongan besar yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan bukan pertanian. Berdasarkan hal ini dapat
dikenal macam-macam penggunaan lahan seperti tegalan, sawah, kebun, hutan
produksi, hutan lindung, dan lain-lain. Sedangkan penggunaa lahan bukan pertanian dapat dibedakan menjadi lahan pemukiman, industry, dan lain-lain.
Survey tanah dan evaluasi lahan yang dilakukan di desa Jatikerto
ditemukan berbagai macam penggunaan lahan di setiap titik survei. Pada titik
pertama penggunaan lahan berupa tegalan, komoditas yang ada pada lahan tersebut mayoritas adalah tanaman tebu karena lahan tersebut termasuk lahan datar dan kering sehingga sangat cocok digunakan untuk budidaya tanaman tebu.
Pada titik kedua, penggunaan lahan berupa semak. Tetapi lahan tersebut tidak sesuai untuk penggunaan tanaman budidaya, sebab topografi pada
lahan ini berupa lahan datar tetapi memiliki faktor pembatas berupa lereng
yang agak curam dan lahan tersebut memiliki luasan yang sempit. Vegetasi
pada lahan tersebut dominan rumput teki dan sengon.
Pada titik ketiga penggunaan lahan berupa semak. Tetapi lahan tersebut tidak sesuai untuk penggunaan tanaman budidaya, sebab topografi pada
lahan ini berupa lahan datar tetapi memiliki pembatas berupa lereng yang agak
curam dan lahan tersebut memiliki luasan yang sempit. Vegetasi pada lahan
tersebut dominan rumput dan sengon .
Pada titik keempat penggunaan lahan berupa tegalan. Tetapi lahan tersebut tidak sesuai untuk penggunaan tanaman budidaya, sebab topografi pada
lahan ini berupa lahan datar tetapi memiliki pembatas berupa lereng yang curam dan lahan tersebut memiliki luasan yang sempit serta lahan tersebut sangat dekat dengan sungai. Vegetasi alami yang ada pada lahan tersebut mayoritas semak. Pada lahan tersebut juga ada beberapa pohon sengon yang ditanam
oleh masyarakat setempat.
Pada titik kelima penggunaaan lahannya berupa lahan tegalan. Pada titik kelima ini minipit yang kami deskripsi berupa singkapan, vegetasi pada lahan tersebut merupakan vegetasi buatan berupa lahan tegalan, pada lahan tersebut ditanami tanaman musiman dan tahunan berupa tanaman jagung dan tebu.
17
ketinggian sekitar 35cm dan jenis tanaman yang ditanam pada bedengan tersebut ialah kopi, pisang, sengon dan mayoritas tanaman yang ada disekitar lahan tersebut merupakan tanaman tebu. Lahan tersebut berada sangat dekat
dengan sungai.
Pada titik ketujuh penggunaan lahan berupa lahan agroforestri dengan
beberapa tanaman musiman yang ditumpangsarikan dengan tanaman tahunan.
Pada titikketujuh ini lahan didominasi dengan vegetasi tanaman kopi sebagai
tanaman tahunan, dan ada beberapa tanaman musiman yang ditumpangsarikan
yakni tanaman pisang, jati dan kelapa.
18
19
Morfologi Titik 1
Minipit 1 memiliki tiga horizon dengan masing-masing morfologi, horizon
satu kedalamannya 0-15 cm, memiliki warna tanah 10 YR 3/3, bertekstur
lempung berpasir, dan strukturnya gumpal bersudut. Konsistensi yang
diemukan dalam keadaan lembab adalah sangat teguh, agak lekat, dan tidak plastis. Perakaran yang ditemukan pada horizon ini adalah kasar dengan
jumlah yang banyak. Terdapat karatan pada horizon ini yaitu berwarna
hitam. Pada horizon dua memiliki kedalaman 16-43 cm, memiliki warna
10 YR 3/2, teksturnya lempung berpasir dan struktunya gumpal bersudut,
konsistensi lembabnya Teguh, Tidak Lekat, Tidak Plastis. Akar yang terdapat pada horizon ini berukuran sedang dengan jumlah yang tidak terlalu
banyak. Pada horizon ketiga memiliki kedalaman 44-87 cm, memiliki
warna 10 YR 3/3, teksturnya liat berpasir dan struktunya gumpal bersudut,
konsistensi lembabnya teguh, agak lekat, agak plastis. Akar yang terdapat
pada horizon ini adalah akar halus.
Morfologi Titik 2
Minipit 2 memiliki tiga horizon. Pada horizon satu memiliki kedalaman 010 cm, dengan warna tanah 10 YR 3/2(Very dark grayish brown),
teksturnya lempung berpasir, dan strukturnya gumpal membulat, konsistensinya sangat gembur, tidak lekat dan agak plastis, dapa horizon ini
terdapat akar berukuran halus. Pada horizon dua memiliki kedalaman 1152 cm, dengan warna tanah 10 YR 2/1, teksturnya lempung liat berpasir,
dan struktunya gumpal, konsistensinya gembur, agak lekat dan agak plastis. Akar yang terdapat pada horizon ini berukuran besar dengan jumlah
yang tidak terlalu banyak. Pada horizon tiga memiliki kedalaman 52-76
cm, warna tanahnya 10 YR 2/2 (Very dark brown), teksturnya lempung
berliat, struktunya gumpal, konsistensi lembabnya gembur, agak lekat dan
20
sangat plastis, akar yang terdapat pada horizon ini halus dan jumlahnya
sedikit.
Morfologi Titik 3
Minipit pada titik 3 memiliki tiga horizon. Pada horizon pertama memiliki
kedalaman 0-25 cm, dengan warna tanah 10 YR 2/1, teksturnya lempung
berpasir, strukturnya remah, konsistensinya gembur, tidak lekat, dan tidak
plastis, akar yang terdapat pada horizon ini berukuran besar dengan jumlah
yang cukup banyak. Pada horizon kedua memiliki kedalaman 26-73 cm,
warna tanahnya 10 YR 2/2 (Very dark brown, teksturnya liat berpasir,
struktunya gumpal, konsistensinya teguh, agak lekat, dan tidak plastis;
akar sedang sedikit. Pada horizon ketiga memiliki kedalaman 53-76 cm,
warna tanahnya 10 YR 2/2 (Very dark brown), teksturnya liat, struktunya
gumpal,dan konsistensinya gembur, agak lekat, dan agak plastis, akar halus sedikit.
Morfologi Titik 4
Minipit keempat memiliki dua horizon. Pada horizon pertama miliki
kedalaman 0-42 cm, dengan warna tanah 10 YR 3/2(Very dark grayish
brown), teksturnya lempung berliat, strukturnya granul, konsistensinya
gembur, lekat, dan agak plastis, terdapat akar kasar dengan jumlah banyak.
Pada horizon kedua memiliki kedalaman 43-85 cm, dengan warna tanah
10 YR 3/3(Dark brown), teksturnya liat berdebu, struktunya gumpal bersudut, konsistensinya gembur agak lekat, dan agak plastis.
Morfologi Titik 5
Minipit kelima memiliki 4 horizon. Pada horizon pertama memiliki
kedalaman 0-27 cm, warna tanah 10 YR 3/2(Very dark grayish brown),
teksturnya liat berpasir, strukturnya gumpal, konsistensinya gembur, agak
lekat , dan agak plastis, terdapat akar halus dengan jumlah banyak. Pada
horizon kedua memiliki kedalaman 28-76 cm, dengan warna tanah 10 YR
2/2 (Very dark brown), teksturnya liat berpasir, strukturnya Tiang, konsistensinya sangat gembur, tidak lekat, dan agak plastis. Pada horizon ke-
21
Morfologi Titik 6
Minipit keenam memiliki dua horizon. Pada horizon pertama memiliki
kedalaman 0-71 cm, warna tanahnya 10 YR 3/2(Very dark grayish brown);
teksturnya liat berpasir, strukturnya gumpal, konsistensinya teguh, agak
lekat, dan agak plastis, akar sedang jumlahnya banyak. Pada horizon kedua
memiliki kedalaman 72-90 cm, warnanya 10 YR 4/2, teksturnya liat,
strukturnya gumpal, konsistensinya sangat teguh, agak lekat, dan agak
plastis, akar halus dengan jumlah biasa, serta terdapat karatan Hitam, Merah.
Morfologi Titik 7
Minipit ketujuh memiliki 3 horizon. Pada horizon pertama memiliki
kedalaman 0-28 cm, dengan warna tanah 10 YR 3/2 (Very dark grayish
brown), teksturnya lempung liat berpasir, struktunya gumpal bersudut,
konsistensinya gembur, tidak lekat, dan tidak plastis. Pada horizon kedua
memiliki kedalaman 29-60 cm, warna tanahnya 10 YR 2/2 (Very dark
brown) teksturnya lempung liat berpasir, strukturnya gumpal bersudut,
konsistensinya sangat gembur, tidak Lekat, dan tidak plastis. Pada horizon
ketiga memiliki kedalaman 61-85 cm, warna tanahnya 10 YR 3/2(Very
dark grayish brown), teksturnya lempung berliat, strukturnya gumpal bersudut, konsistensinya gembur, agak lekat, dan agak plastis, memiliki akar
halus dengan jumlah sedikit.
22
Kelas
Ordo
SubOrdo
Grup
Umbrik
Kambik
Inceptisol
Udept
Dystrudept
Umbrik
Kambik
Inceptisol
Udept
Dystrudept
Umbrik
Kambik
Inceptisol
Udept
Dystrudept
Umbrik
Kambik
Inceptisol
Udept
Dystrudept
Umbrik
Kambik
Inceptisol
Udept
Dystrudept
Umbrik
Kambik
Inceptisol
Udept
Dystrudept
Umbrik
Kambik
Inceptisol
Udept
Dystrudept
Great Grup
Humic
Dystrudept
Humic
Dystrudept
Humic
Dystrudept
Humic
Dystrudept
Humic
Dystrudept
Humic
Dystrudept
Humic
Dystrudept
23
pengklasifikasian Epipedon dan Endopedon, diketahui bahwa titik 1 memenuhi persyaratan jenis Ordo Inceptisol karena tanah dengan horison
bawah penciri Kambik, telah terdapat proses pembentukan tanah alterasi,
seperti strukturnya, perubahan warna pada horison B dan terbentuknya Epipedon Umbrik.
Pada pembagian sub Ordo tanah, dibedakan berdasarkan keseragaman genetik yang lebih besar dengan dipengaruhi beberapa faktor yaitu pengaruh lengas tanah sebagai akibat iklim yang berbeda. Didapati rezim lengas (kelembaban) pada lahan yang diamati yaitu Udik, karena
tanah tersebut tidak pernah kering selama 90 hari (kumulatif) setiap tahunnya, biasanya ditentukan pada kedalaman antara 10-90 cm. Pada titik 1
memiliki sub Ordo yaitu Udept dikarenakan Inceptisols lain yang memiliki
rezim kelembapan tanah Udik.
Penentuan great grup (grup tanah) pada titik 1 dilakukan dengan
persamaan dalam susunan dan tingkat perkembangan horison atau sifat
penciri tanah yang lain pada horison yang tidak terlalu dalam dari permukaan. Didapatkan grup tanah pada titik 1 yaitu Dystrudept karena kejenuhan basanya kurang dari 50 % dengan hasil pengujian ph universal
berkisar antara 5 sampai 6 dan tidak terdapat padas. Sub grup tanah merupakan pembagian lebih lanjut dari grup, pada titik 1 ini memiliki sub grup
yaitu Humic Dystrudept, karena mempunyai Epipedon Umbrik, dan tidak
termasuk dalam sub grup yang lain.
24
25
Tanah yaitu Humic Dystrudept. Pada pengamatan Epipedon didapati Umbrik karena memenuhi peadanya alterasi warna yaitu pada horison 1 (10
YR 2/1), horison 2 (10 YR 2/2), dan horison 3 (10 YR 2/2). Memiliki kejenuhan basa kurang dari 50%karena pada pengujian ph universal berkisar
antara 5 sampai 6, kedalamannya setebal 0-25 cm pada tanah lapisan
atassesuai dengan ketentuan tanah Umbrik yaitu memiliki kedalaman 10
cm atau kedalaman dari tanah tidak tersementasi pada horison penciri atas
(Epipedon).
Pada pengamatan horison penciri bawah (Endopedon) titik 3,
ditemukan Endopedon Kambik karena memiliki penciri utama adanya alterasi warna atau tekstur pada lapisan penciri atas maupun penciri bawah
dan tidak memenuhi persyaratan Epipedon Molik atau Umbrik, serta tidak
mempunyai kombinasi akuik didalam 50 cm dari permukaan tanah.
Penetuan Ordo tanah dibedakan berdasarkan pengklasifikasian Epipedon dan Endopedon, pada tanah titik 3 memenuhi syarat Ordo Inceptisol karena tanah pada titik ini memiliki horison bawah penciri Kambik, telah terdapat proses pembentukkan tanah alterasi, seperti strukturnya, perubahan warna pada horison Byang bertambah tinggi (value atau chroma)
dan terbentuknya Epipedon Umbrik.
Sama dengan pengamatan pada titik 1 dan 2 bahwa tanah pada titik
3 memiliki sub Ordo yaitu Udept dikarenakan Inceptisols lain yang memiliki rezim kelembapan tanah Udik.
Penentuan Great Grup (Grup Tanah) pada titik 3 dilakukan dengan
persamaan dalam susunan dan tingkat perkembangan horison atau sifat
penciri tanah yang lain pada horison yang tidak terlalu dalam dari permukaan. Didapatkan grup tanah pada titik 3 yaitu Dystrudept karena kejenuhan basanya kurang dari 50 % dengan hasil pengujian ph universal
berkisran antara 5 sampai 6dan tidak terdapat padas. Sub grup tanah merupakan pembagian lebih lanjut dari grup, pada titik 3 memiliki sub grup
yaitu Humic Dystrudept, karena mempunyai Epipedon Umbrik, dan tidak
termasuk dalam sub grup yang lain.
26
27
universal
berkisar antara 5 sampai 6 dan tidak terdapat padas. Sub grup tanah merupakan pembagian lebih lanjut dari grup, pada titik 4 memiliki sub grup
yaitu Humic Dystrudept, karena mempunyai Epipedon Umbrik, dan tidak
termasuk dalam sub grup yang lain
.
pada tanah
28
Sama dengan pengamatan pada titik 1, 2, 3 dan 4 bahwa tanah pada titik 5 memiliki sub Ordo yaitu Udept dikarenakan Inceptisols lain yang
memiliki rezim kelembapan tanah Udik.
Penentuan great grup atau grup tanah pada titik 5 ini dilakukan
dengan persamaan dalam susunan dan tingkat perkembangan horison atau
sifat penciri tanah yang lain pada horison yang tidak terlalu dalam dari
permukaan. Didapati grup tanah pada titik 5 yaitu Dystrudept karena kejenuhan basanya kurang dari 50% dengan hasil pengujian ph universal
berkisar antara 5 sampai 6dan tidak terdapat padas. Sub grup tanah merupakan pembagian lebih lanjut dari grup, pada titik 5 ini memiliki sub grup
yaitu Humic Dystrudept, karena mempunyai Epipedon Umbrik, dan tidak
termasuk dalam sub grup yang lain.
29
lam 50 cm dari permukaan tanah karena tanah yang diamati berada pada
kondisi agroforestri sesuai dengan Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan (2007) bahwa horison kambik menunjukkan indikasi yang lemah tentang adanya argilik atau spodik, tetapi tidak memenuhi syarat untuk kedua
horison tersebut.
Penetuan Ordo tanah dibedakan berdasarkan pengkalsifikasian Epipedon dan Endopedon, dan pada tanah titik 6 memenuhi syarat Ordo Inceptisol dikarenakan minipit pada titik ini memiliki horison bawah penciri
Kambik, telah terdapat proses pembentukkan tanah alterasi, seperti
strukturnya, perubahan warna pada horison B dan terbentuknya Epipedon
Umbrik.
Pada pengamatan sub ordo pada titik 6, sama dengan titik 1 sampai
dengan 5 memiliki sub Ordo yaitu Udept dikarenakan Inceptisols lain yang
memiliki rezim kelembapan tanah Udik.
Penentuan great grup atau grup tanah pada titik 6 ini dilakukan
dengan persamaan dalam susunan dan tingkat perkembangan horison atau
sifat penciri tanah yang lain pada horison yang tidak terlalu dalam dari
permukaan. Didapati grup tanah pada titik 6 yaitu Dystrudept karena kejenuhan basanya kurang dari 50% dengan hasil pengujian ph universal
beriksar antara 5 sampai 6 dan tidak terdapat padas. Sub grup tanah merupakan pembagian lebih lanjut dari grup, pada titik 6 ini memiliki sub grup
yaitu Humic Dystrudept, karena mempunyai Epipedon Umbrik, dan tidak
termasuk dalam sub grup yang lain.
30
berpasir dan horison 3 yaitu lempung lempung berliat , memiliki kejenuhan basa kurang dari 50%karena pada pengujian ph universal berkisar antara 5 sampai dengan 6, kedalamannya setebal 0-28 cm pada tanah lapisan
atas sesuai dengan ketentuan tanah Umbrik pada Kunci Taksonomi Tanah
(KTT) yaitu memiliki kedalaman 10 cm atau kedalaman dari tanah tidak
tersementasi pada horison penciri atas (Epipedon).
Pada pengamatan horison penciri bawah (Endopedon) titik 7,
ditemukan Endopedon Kambik karena memiliki penciri utama adanya alterasi warna dan tekstur pada lapisan penciri atas dan penciri bawah yaitu
dengan tekstur pasir sangat halus berlempung dan tidak memenuhi persyaratan Epipedon Molik atau Umbrik, tidak mempunyai kombinasi akuik
didalam 50 cm dari permukaan tanah.
Penetuan Ordo tanah dibedakan berdasarkan pengkalsifikasian Epipedon dan Endopedon, dan pada tanah titik 7 memenuhi syarat Ordo Inceptisol dikarenakan minipit pada titik ini memiliki horison bawah penciri
Kambik, telah terdapat proses pembentukkan tanah alterasi, seperti
strukturnya, perubahan warna pada horison B dan terbentuknya Epipedon
Umbrik.
Sub ordo yang didapatkan pada titik 7sama dengan pengamatan
pada titik sampai dengan 6yaitu memiliki sub Ordo Udept dikarenakan Inceptisols lain yang memiliki rezim kelembapan tanah Udik.
Penentuan great grup atau grup tanah pada titik 7 ini dilakukan
dengan persamaan dalam susunan dan tingkat perkembangan horison atau
sifat penciri tanah yang lain pada horison yang tidak terlalu dalam dari
permukaan. Didapati grup tanah pada titik 7 yaitu Dystrudept karena kejenuhan basanya kurang dari 50% dengan hasil pengujian ph universal
berkisar antara 5 sampai 6 dan tidak terdapat padas. Sub grup tanah merupakan pembagian lebih lanjut dari grup, pada titik 1 ini memiliki sub grup
yaitu Humic Dystrudept, karena mempunyai Epipedon Umbrik, dan tidak
termasuk dalam sub grup yang lain.
31
titk 1
titik 2
titik 3
titik 4
titk 5
titik 6
titik 7
19%
13%
39%
31%
43%
5%
8%
rendah
rendah
rendah
sedang
sedang
rendah
rendah
ringan
ringan
ringan
sedang
sedang
ringan
Tekstur
lempung
berpasir
lempung
berpasir
lempung
berpasir
lempung
berliat
liat
berpasir
liat
berpasir
Permeabilitas
sedang
agak
cepat
sedang
Drainase
baik
baik
baik
agak
cepat
agak
cepat
agak
cepat
agak
cepat
ringan
lempung
liat
berpasir
agak
lambat
agak
buruk
Banjir
sangat
jarang
tanpa
tanpa
tanpa
tanpa
lambat
agak
buruk
kadangkadang
jarang
32
tekstur lempung berliat. Dan banjir pada ketujuh titik menunjukan kriteria beragam, yaitu tanpa sampai kadang-kadang.
Untuk mengklasifikasikan kemampuan lahan dapat digunakan kriteria
klasifikasi kemampuan lahan (Arsyad, 1989) sebagai berikut:
Tabel 5.2 Kriteria Klasifikasi Kemampuan Lahan
Faktor
Penghambat/
Pembatas
Lereng
Kepekaan erosi
Tingkat erosi
Kedalam Tanah
Tekstur lapisan atas
Tekstur lapisan
bawah
Permeabilitas
Drainase
Kerikil/batuan
Bahya banjir
Garam/ salinitas
(***)
sda
sda
sda
P2,P3
d1
b0
O0
P2,P3
d2
b0
O1
P2,P3,P4
d3
b1
O2
g0
g1
g2
V
A
(*)
(**)
(*)
(*)
VI
VII
VIII
E
F
G
(*)
(*)
(*)
e4
e5
(*)
k3
(*)
(*)
t1,t2,t3,t4 t1,t2,t3,t4 t5
(*)
P2,P3,P4 P1,P4
d4
d5
b2
b3
O3
O4
g3
(**)
sda
sda
t5
(*)
(**)
(*)
(**)
(*)
(**)
(*)
(**)
P5
d0
b4
(*)
g3
(*)
(*)
Keterangan: (*)= dapat memiliki sembarang sifat; (**)= tidak berlaku; (***)=
umumnya berada di daerah beriklim kering.
Berdasarkan kriteria klasifikasi kemampuan lahan diatas dan dari data
yang telah diperoleh pada ketujuh titik pengamatan maka diperoleh kelas kemampuan lahan sebagai berikut:
Tabel 5.3 Kelas Kemampuan Lahan
Faktor Pembatas
Lereng
Kepekaan erosi
Tingkat erosi
Tekstur
Permeabilitas
Drainase
Banjir
Kelas Kemampuan
Titik 1
D
KE 2
e1
t4
P3
d1
O0
IV e
Titik 2
C
KE 2
e1
t4
P4
d1
O0
III e,w,s
Titik 3
E
KE 2
e1
t4
P3
d1
O0
VI e
33
Titik 4
E
KE 3
e2
t2
P4
d1
O0
VI e
Titik 5
E
KE 3
e2
t1
P4
d1
O0
VI e
Titik 6
B
KE 2
e1
t1
P1
d3
O2
Vw
Titik 7
B
KE2
e1
t2
P2
d3
O1
III w
34
Persyaratan
penggunaan/ karakteristik lahan
Kelas kesesuaian
Kelas kesesuaian
aktual
potensial
baik
S1
lempung berpasir
S3
S1
S2
S1
S1
<50
S2
S2
ringan
S1
S1
19
S2
S2
Sangat jarang
S1
S1
Data
S3 rc
Kesesuaian Lahan
S2 rc,nr,eh
Tekstur,
Faktor Pembatas
Tekstur
Kejenuhan basa,
Lereng
35
Dari data tersebut tanaman tebu yang ditanam pada daerah ini
termasuk ke dalam kelas kesesuaian S3 atau sesuai marginal. Tanah
pada titik pertama ini masih sesuai untuk budidaya tebu, namun memiliki faktor pembatas yang sangat berat berupa tekstur tanah yaitu
lempung bepasir. Faktor penghambat berupa tekstur tanah ini berhubungan dengan akar tanaman atau biasa disingkat (rc).Selain itu tanah
pada titik ini memiliki faktor pembatas kelas S2 berupa Kejenuhan basa yang menunjukkan nilai >50, dan kelerengan yang menunjukkan
nilai 19%. Dan untuk budidaya tanaman pada daerah yang miring biasanya digunakan sistem teras untuk mengurangi bahaya erosi.
Tabel 5.5 Kesesuaian Lahan Tanaman Pisang Titik 1
Titik 1
Persyaratan
penggunaan/ karakteristik lahan
Kelas Kesesuaian
Kelas Kesesuaian
Aktual
Potensial
baik
S1
S1
lempung berpasir
S3
S2
S1
S1
<50
S2
S2
ringan
S1
S1
19
S2
S1
Sangat jarang
S1
S1
Data
S3 rc
Kesesuaian Lahan
Faktor Pembatas
Tekstur
S2rc,nr
Tekstur,
Kejenuhan basa
Sedangkan untuk pisangnya kelas kesesuaian lahan titik pertama untuk tanaman pisan termasuk kedalam kelas S3. Faktor pembat-
36
as untuk tanaman pisang berupa tekstur yang kasar, dan lereng yang
menunjukkan nilai 19 %. Menurut Rayes (2007) tanah dengan kelas
kemampuan lahan S3 (sesuai marginal) mempunyai faktor pembatas
yang sangat berat untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus dilakukan. Pembatas akan mengurangi produktivitas dan keuntungan. Perlu ditingkatka masukan yang diperlukan.
Persyaratan
penggunaan/ karak-
Kelas Kesesuaian
Kelas Kesesuaian
Aktual
Potensial
baik
S1
S1
lempung berpasir
S3
S2
S1
S1
<50
S2
S2
ringan
S1
S1
13
S2
S2
Sangat jarang
S1
S1
Data
teristik lahan
Media Perakaran (r)
Drainase tanah
Tekstur
Retensi hara (nr)
pH
Kejenuhan Basa (%)
Tingkat Bahaya Erosi
(e)
Bahaya Erosi
Lereng (%)
Bahaya banjir (b)
Genangan
Kelas
S3 rc
Kesesuaian Lahan
S2 rc,nr,eh
Tekstur,
Faktor Pembatas
Tekstur
Kejenuhan Basa,
Kelerengan
Berdasarkan
kedua ini adalah termasuk kedalam kelas S3rc dengan faktor penghambat berupa tekstur tanah lempung berpasir yang termasuk agak
37
kasar. Selain itu ada pembatas dengan kelas S2 yang berupa kejenuhan
basa dan lereng.
Persyaratan
penggunaan/ karakteristik lahan
Kelas Kesesuaian
Kelas Kesesuaian
Aktual
Potensial
baik
S1
S1
lempung berpasir
S2
S2
S1
S1
Data
<50
38
ringan
S2
S1
39
Tanpa
S1
S1
Neh
Neh
Lereng
Lereng
Persyaratan
penggunaan/ karak-
Kelas Kesesuaian
Kelas Kesesuaian
Aktual
Potensial
baik
S1
S1
lempung berliat
S1
S1
pH
S1
S1
<50
teristik lahan
Data
sedang
S3
S2
Lereng (%)
31
Tidak ada
S1
S1
39
N eh
N eh
Lereng
Lereng
Persyaratan
penggunaan/ karakteristik lahan
Kelas Kesesuaian
Kelas Kesesuaian
Aktual
Potensial
baik
S1
S1
lempung berliat
S1
S1
S1
S1
<50
S2
S2
sedang
S2
S1
31
Tidak ada
S1
S1
Data
Neh
Neh
Lereng
Lereng
Kesesuaian Lahan
Faktor Pembatas
40
Persyaratan
penggunaan/ karakteristik lahan
Kelas Kesesuaian
Kelas Kesesuaian
Aktual
Potensial
baik
S1
S1
lempung berliat
S1
S1
S1
S1
<50
S2
S2
sedang
S2
S1
43
Sangat jarang
S1
S1
Data
Neh
Neh
Lereng
Lereng
Kesesuaian Lahan
Faktor Pembatas
Persyaratan
penggunaan/ karakteristik lahan
Kelas Kesesuaian
Kelas Kesesuaian
Aktual
Potensial
Agak lambat
S2
S1
Liat berpasir
S1
S1
S1
S1
<50
S2
S2
ringan
S2
S1
S1
S1
Kadang-kadang
S1
S1
Data
S2 oa,nr,eh
Drainase Tanah,
Kejenuhan Basa, Bahaya Erosi
42
S2 nr
Kejenuhan Basa
Persyaratan
penggunaan/ karak-
Kelas Kesesuaian
Kelas Kesesuaian
Aktual
Potensial
Agak lambat
S3
S2
Liat berpasir
S1
S1
pH
S1
S1
<50
S2
S2
Bahaya Erosi
ringan
S2
S1
Lereng (%)
S1
S1
Kadang-kadang
S1
S1
teristik lahan
Data
S3oa
Kesesuaian Lahan
Faktor Pembatas
S2oa,nr
Drainase Tanah,
Drainase Tanah
Kejenuhan Basa
Persyaratan
penggunaan/ karakteristik lahan
Data
Kelas Kesesuaian
Kelas Kesesuaian
Aktual
Potensial
Agak lambat
S3
S2
Tekstur
Liat berpasir
S3
S3
S1
S1
<50
S2
S2
ringan
S2
S1
S1
S1
43
Kadang-kadang
Kelas
S1
S3oa,rc
S3rc
Tekstur
Kesesuaian Lahan
Faktor Pembatas
S1
Persyaratan
penggunaan/ karakteristik lahan
Kelas Kesesuaian
Kelas Kesesuaian
Aktual
Potensial
Agak lambat
S2
S1
Liat berpasir
S1
S1
S1
S1
<50
S1
S1
ringan
S2
S1
S1
S1
Kadang-kadang
S1
S1
Data
S2oa,eh
Kesesuaian Lahan
Faktor Pembatas
S1
Persyaratan
penggunaan/ karakteristik lahan
Kelas Kesesuaian
Kelas Kesesuaian
Aktual
Potensial
Agak lambat
S1
S1
Liat berpasir
S2
S2
S1
S1
Data
44
<50
S2
S2
ringan
S2
S1
S2
S2
Kadang-kadang
S2
S1
Tingkat Bahaya
Erosi (e)
Bahaya Erosi
Lereng (%)
Bahaya banjir (b)
Genangan
Kelas
S2rc,nr,eh,fh
S2rc,nr,eh
Tekstur, Kejenuhan
Lereng, Genangan
Basa, Lereng
Kesesuaian Lahan
Faktor Pembatas
45
Persyaratan
penggunaan/ karakteristik lahan
Kelas Kesesuaian
Kelas Kesesuaian
Aktual
Potensial
Agak lambat
S3
S2
S1
S1
S1
S1
<50
S2
S2
ringan
S2
S1
S2
S2
Jarang
S2
S1
Data
pasir
Retensi hara (nr)
pH
Kejenuhan Basa (%)
Tingkat Bahaya Erosi
(e)
Bahaya Erosi
Lereng (%)
Bahaya banjir (b)
Genangan
Kelas
S3oa
Kesesuaian Lahan
S2 oa,nr,eh
Drainase Tanah,
Faktor Pembatas
Drainase Tanah
Kejenuhan Basa,
Lereng
46
Persyaratan
penggunaan/ karak-
Data
Kelas Kesesuaian
Kelas Kesesuaian
Aktual
Potensial
teristik lahan
Media Perakaran (r)
Drainase tanah
Tekstur
Agak lambat
S2
S1
pasir
S1
S1
S1
S1
ringan
S2
S1
S2
S2
Jarang
S2
S1
<50
Tingkat Bahaya
Erosi (e)
Bahaya Erosi
Lereng (%)
Bahaya banjir (b)
Genangan
Kelas
S2oa,eh,fh
Kesesuaian Lahan
Faktor Pembatas
S2eh
Lereng
Persyaratan
penggunaan/ karakteristik lahan
Data
Kelas Kesesuaian
Kelas Kesesuaian
Aktual
Potensial
Agak lambat
S2
S1
Tekstur
S1
S1
S1
S1
pasir
Retensi hara (nr)
pH
<50
Tingkat Bahaya
Erosi (e)
Bahaya Erosi
ringan
S2
S1
Lereng (%)
S2
S2
47
Jarang
Kelas
S2 oa,eh.fh
Kesesuaian Lahan
Faktor Pembatas
S2
S1
S2 eh
Lereng
Persyaratan
penggunaan/ karakteristik lahan
Kelas Kesesuaian
Kelas Kesesuaian
Aktual
Potensial
Agak lambat
S3
S2
S1
S1
S1
S1
ringan
S2
S1
S2
S2
Jarang
S2
S1
Data
pasir
Retensi hara (nr)
pH
<50
Tingkat Bahaya
Erosi (e)
Bahaya Erosi
Lereng (%)
Bahaya banjir (b)
Genangan
Kelas
S3oa
S2oa
Drainase Tanah
Drainase Tanah
Kesesuaian Lahan
Faktor Pembatas
48
yusuf (2006), Pada areal lahan tersebut sebaiknya dilakukan penanaman hanya dengan jenis pepohonan secara campuran. Jenis-jenis
tanaman yang dipilih diutamakan memiliki tajuk yang besar dan lebar
sehingga tercipta struktur tajuk yang menyerupai hutan alam. Adanya
struktur tajuk ini dapat mengurangi curahan langsung air hujan
(Througfall) mengenai permukaan tanah yang dapat menciptakan terjadinya aliran permukaan (Surface run off). Selain itu perlu diperhatikan pula perakaran jenis-jenis yang akan ditanam. Sebab kedalaman tanah yang dangkal akan sulit jika ditanami dengan jenis tanaman
yang memiliki perakaran yang dalam.
50
Kemungkinan untuk terjadinya erosi semakin besar yang berakibat pada pendangkalan lapisan tanah yang akan semakin intensif.Kesesuaian
lahan tersebut bisa diperbaiki dengan agroforestry pada lahan tersebut.
Sehingga kelas kesesuaian lahan potensialnya dapat meningkat
Menurut yusuf (2006), Pada areal lahan tersebut sebaiknya dilakukan
penanaman hanya dengan jenis pepohonan secara campuran. Jenisjenis tanaman yang dipilih diutamakan memiliki tajuk yang besar dan
lebar sehingga tercipta struktur tajuk yang menyerupai hutan alam.
Adanya struktur tajuk ini dapat mengurangi curahan langsung air hujan
(Througfall) mengenai permukaan tanah yang dapat menciptakan terjadinya aliran permukaan (Surface run off). Selain itu perlu diperhatikan pula perakaran jenis-jenis yang akan ditanam. Sebab kedalaman tanah yang dangkal akan sulit jika ditanami dengan jenis tanaman
yang memiliki perakaran yang dalam.
51
52
53
54