In the present study, relationships between students optimism, pessimism, and achievement in

mathematics were explored over a period of almost three years. Although explanatory style was
implicated as a determinant of mathematics performance in the pilot study (Yates et al., 1995), it
was unclear whether this relationship was stable or predictive. More substantive, extensive data
were therefore collected, using a longitudinal approach so that these relationships could be
investigated more fully.
Dalam penelitian ini, hubungan antara mahasiswa 'optimisme, pesimisme, dan prestasi dalam
matematika dieksplorasi selama hampir tiga tahun. Meskipun gaya penjelasan telah berimplikasi
sebagai penentu kinerja matematika dalam studi percontohan (Yates et al., 1995), tidak jelas apakah
hubungan ini stabil atau prediksi. Karena itu lebih substantif, data yang ekstensif dikumpulkan,
menggunakan pendekatan longitudinal sehingga hubungan ini bisa diselidiki lebih lengkap.

The Study
The fundamental hypothesis of this study is that possessing a pessimistic explanatory style leads to
decreased achievement levels in mathematics over time. The aims of this study therefore are:
1. to examine the direction and magnitude of the relationships between students
optimism, pessimism, and achievement in mathematics over time; and
2. to consider the influence of students Grade level and gender on these relationships.
Hipotesis dasar penelitian ini adalah bahwa memiliki gaya penjelasan pesimis dapat menurunkan
kadar prestasi dalam matematika dari waktu ke waktu. Tujuan penelitian ini karena itu adalah:
untuk memeriksa arah dan besarnya hubungan antara optimisme siswa, pesimisme, dan prestasi
dalam matematika dari waktu ke waktu; dan
untuk mempertimbangkan pengaruh tingkat kelas siswa dan jenis kelamin pada hubungan tersebut.

Participants
The study commenced with a sample of 335 students in Grades 3 to 7 in two government primary
schools in South Australia. These two schools differed slightly in their socioeconomic status,
although both were located in the upper socioeconomic classification categories employed within
the government system.
Penelitian ini dimulai dengan sampel 335 siswa kelas 3 sampai 7 di dua sekolah dasar negeri di
Australia Selatan. Kedua sekolah sedikit berbeda dalam status sosial ekonomi mereka, meskipun
keduanya berada dalam kategori klasifikasi sosial ekonomi atas yang digunakan dalam sistem
pemerintahan.

Research Measures

Students achievement in mathematics was measured with Form A of the Progressive Achievement
Tests in Mathematics (PATMaths). PATMaths consists of three timed multiple choice format tests,
calibrated for use with Australian students. All three tests contain items measuring number,
computation, measurement, money, statistics, spatial relations, and graphs.
Penelitian ini dimulai dengan sampel 335 siswa kelas 3 sampai 7 di dua sekolah dasar negeri di
Australia Selatan. Kedua sekolah sedikit berbeda dalam status sosial ekonomi mereka, meskipun
keduanya berada dalam kategori klasifikasi sosial ekonomi atas yang digunakan dalam sistem
pemerintahan.

Procedure
The PATMaths and the CASQ were administered to students in their own schools in Term 1 in
the first year of the study, and again in Term 4 almost three years later. Students results for the
PATMaths were placed on the single standard scale of achievement, irrespective of the level of the
test or the time at which it was taken. Rasch analysis of the CASQ indicated that it contained two
separate scales of positive explanatory style (referred to as optimism) and negative explanatory style
(referred to as pessimism).
Para PATMaths dan CASQ diberikan kepada siswa di sekolah mereka sendiri dalam Term 1 pada
tahun pertama penelitian, dan sekali lagi pada Term 4 hampir tiga tahun kemudian. Hasil siswa
untuk PATMaths ditempatkan pada skala standar tunggal prestasi (The Tes Prestasi Progresif di
Matematika Guru Handbook, 1984), terlepas dari tingkat ujian atau waktu di mana foto itu diambil.
Analisis Rasch dari CASQ menunjukkan bahwa itu berisi dua skala terpisah dari gaya positif jelas
(disebut sebagai optimisme) dan gaya jelas negatif (disebut sebagai pesimisme)

Results
Positive and negative explanatory style at Time 1 were both related negatively to achievement in
mathematics at Time 2. As this study commenced when all of the students were in primary school,
it is evident that those who held a more pessimistic explanatory style at Time 1 experienced a
lower relative level of achievement almost three years later, as measured by the Progressive
Achievement Test in Mathematics .
Gaya jelas positif dan negatif di Time 1 keduanya berhubungan negatif terhadap prestasi dalam
matematika di Waktu 2. Sebagai penelitian ini dimulai ketika semua siswa berada di sekolah dasar,
jelas bahwa mereka yang memegang gaya jelas lebih pesimis di Time 1 mengalami tingkat yang lebih
rendah relatif pencapaian hampir tiga tahun kemudian, yang diukur dengan Uji Prestasi Progresif di
Matematika.

Conclusions and Future Research

This study adds to that body of knowledge and understanding about affect, with the finding that
students beliefs about the causes of general events in their lives has an influence on achievement in
mathematics. Students bring to the learning of mathematics characteristic explanatory styles and

interpret the causes of events from optimistic or pessimistic perspectives. Moreover, boys are more
pessimistic than girls.

Studi ini menambahkan bahwa tubuh pengetahuan dan pemahaman tentang mempengaruhi,
dengan temuan bahwa keyakinan siswa tentang penyebab kejadian umum dalam kehidupan mereka
memiliki pengaruh terhadap prestasi dalam matematika. Siswa membawa ke pembelajaran
matematika gaya jelas karakteristik dan menafsirkan penyebab peristiwa dari optimis atau pesimis
perspektif.Selain itu, anak laki-laki lebih pesimis dibandingkan anak perempuan.

Future research should be directed at the measurement of optimism and pessimism as it is

operationalised in the regular classroom. Interviews with teachers, students, and their peers could
not only be used to investigate their own explanatory styles but also that of each other.
Penelitian di masa depan harus diarahkan pada pengukuran optimisme dan pesimisme seperti yang
dioperasionalkan di kelas reguler. Wawancara dengan guru, siswa, dan rekan-rekan mereka tidak
bisa hanya dapat digunakan untuk menyelidiki gaya mereka sendiri jelas tetapi juga bahwa satu
sama lain.