Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
setelah paham dan mengerti karyawan secara bergantian disuruh menjelaskan kembali MSDS
tersebut setelah sosialisasi dalam beberapa bulan maka akan dilakukan pertanyaan acak kepada
karyawan dan sekaligus memperpraktekkan : Sebagai contoh staff lapangan bertanya Ujang
jika racun terkena mata apa yang mesti di lakukan ? jika si ujang paham MSDS maka akan
menjawab secara spontan Segera dibilas dengan air bersih secara mengalir selama 15 menit
sambil membuka kelopak mata setelah itu si ujang akan mensimulasikan di depan karyawan
yang lain. Pada MSDS telah ada tindakan P3K jika racun terkena mata,kulit, terhirup dan tertelan
sehingga tindakan dasar P3k telah diketahui oleh karyawan.
4. Pembuatan nearmiss
Dalam safety kita mengenal piramida safety, jika dalam 10000 kejadian hampir celaka jika tidak
diantisipasi dengan baik menimbulkan 600 kecelakaan kecil dan akan menyebabkan 1 fatality
atau kematian tentunya kita akan menghindari korban salah satu upaya menghindari hal tersebut
dengan pembuatan sistem nearmiss. Istilah nearmiss hampir sama dengan hampir celaka
penerapan nearmiss di perkebunan kelapa sawit dapat dilakukan dengan cara sebagai contoh jika
kita menemui mobil karyawan dengan kondisi ban gundul maka akan dibuat laporan dalam form
nearmiss dimana sopir harus bertanda tangan dan diberi tempo segera mengganti ban selama
belum ada pergantian ban maka mobil tidak boleh beroperasi. Setiap asisten lapangan diwajibkan
membuat form nearmiss sebanyak 5 -10 dengan solusinya setiap bulannya. Dengan dibuatnya
nearmiss setiap bulan diharapkan hal-hal yang hampir celaka dapat diantisipasi sebelumnya.
5. Rapat safety bulanan
Dalam satu kebun/estate atau PT dibentuk tim P2K3l yang terdiri pimpinan tinggi
kebun,manager,asisten dan mandor2 di perkebunan yang di bagi menjadi beberapa seksi yaitu
seksi kendaraan, panen, perawatan dan lingkungan dalam setiap bulan mengadakan rapat
evaluasi tentang pelaksanaan safety dan lingkungan serta program dan perbaikan yang akan
dilakukan.
6. Reward dan Punishment (penghargaan dan hukuman/sangsi)
Jika sosialisasi telah berjalan dengan baik maka akan diterapkan sistem denda dan penghargaan
sebagai contoh jika karyawan tidak memakai helm maka akan di denda sebanyak Rp 50000 di
setorkan kepada pengurus serikat pekerja dan dalam bentuk penghargaan sebagai contoh akan
diberikan reward secara kejutan jika karyawan ditemui berkendara dengan surat lengkap dan
dengan motor yang standar maka akan diberi hadiah uang atau barang.
Penerapan safety di perkebunan kelapa sawit bukanlah hal yang mudah dikarenakan perkebunan
kelapa sawit merupakan industri padat karya dengan memperkerjakan sebagaian besar tenaga
dengan pendidikan yang masih rendah sehingga pelaksanaan safety pada awalnya sangat
menjengkelkan dan melelahkan bagi para pekerja. Bisa dibayangkan tidak terbiasa memakai
helm standar disuruh wajib memakai helm standar tentu muncul berbagai resistensi dari para
pekerja. Jika telah terbentuk budaya keselamatan kerja yang baik maka akan di dapat pertanyaan
dari karyawan seperti ini pak sarung tangan semprot saya robek tolong pak secepatnya di
ganti atau pak avron semprot saya sudah lama sekarang udah tipis cepatlah pak diganti dengan
yang baru.
Salam planter
Dibaca: 3116
Komentar: 4
Setiap hari Senin, di proyek tempat saya bekerja selalu diadakan safety talk (tool box meeting)
sebelum mulai bekerja. Ini adalah semacam pengarahan tentang keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) pada proyek. Mengikuti safaty talk ini, kadang terasa membosankan, karena materi yang
disampaikan itu-itu saja dan diulang-ulang. Semua juga tahu kalau keselamatan dan kesehatan
kerja itu penting. Kenapa harus diulang-ulang? Begitu mungkin pikir kita.
Tapi jangan salah, pengulangan materi safety talk setiap minggu itu bukan karena kita dianggap
belum tahu, tapi ini adalah suatu proses internalisasi, atau suatu proses pembentukan budaya
terhadap aspek tersebut. Tujuannya adalah adalah agar dalam setiap tahapan pelaksanaan
pekerjaan konsruksi di lapangan, setiap elemen yang terlibat di dalamnya harus selalu
memperhatikan aspek K3 tersebut. Aspek K3 harus selalu melekat dalam perencanaan maupun
pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Perhatian terhadap aspek K3 ini tidak hanya terhadap aspek
kehati-hatian dalam bekerja, misalnya tentang penggunaan alat pelindung diri (APD),
pemasangan rambu-rambu kerja dan penekana perilaku dala bekerja. Lebih dari itu, perencanaan
metode pelaksanaan pekerjaan itu sendiri harus mempertimbangkan aspek safety.
Seperti diketahui, industri jasa konstruksi merupakan salah satu sektor yang memiliki resiko
kecelakaan kerja yang cukup tinggi. Hal ini tidak bisa dibiarkan begitu saja mengingat kerugian
yang akan ditimbulkan tidak hanya korban jiwa, materi yang tidak sedikit baik bagi pekerja dan
pengusaha, tertundanya proses produksi, hingga kerusakan lingkungan yang akhirnya berdampak
bagi masyarakat luas.
Safety talk merupakan salah satu sarana penunjang dalam upaya mencegah terjadinya bahaya di
tempat kerja, serta berbagai masalah pekerjaan dapat didiskusikan, untuk kemudian dapat
diterapkan dan dipraktekan di lapangan. Dengan safety talk dapat pula meningkatkan
pengetahuan kita terhadap berbagai hal berikut:
dalam safety talk tidak boleh bersifat menggurui. Penyampaian persuasif dan berempati dengan
menekankan bahwa para staf dan pekerja sedang berjuang untuk keluarga (anak dan istri) di
rumah, akan lebih merasuk pada pemahaman mereka.