KEPERAWATAN DEWASA II
RHEUMATOID ATHRITIS
DISUSUN OLEH :
Ayu Gita Swari
(04.11.2824 )
(04.11.28
Izharin Wijaningsih
(04.11.2841)
(04.11.2851)
Novalia Susanti
(04.11.28
04.11.2855 )
Suaidiyah
(04.11.2867)
(04.11.3098)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul RHEUMATOID ATHRITIS
ini dibuat sebagai tugas mata kuliah Keperawatan Dewasa II. Makalah ini berisi tentang
Pengertian, Etiologi, Manifestasi Klinis, Pemeriksaan Diagnostik, Komplikasi, Perjalanan
Patologi, Penatalaksanaan Medis dan Asuhan Keperawatan pada RHEUMATOID ATHRITIS
beserta anatomi fisiologi sistem muskuloskeletal.
Demikian semoga makalah ini bisa menjadi tambahan referensi untuk mahasiswa
keperawatan. Kami sadar bahwa makalah masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun khususnya dari dosen
penanggung jawab mata kuliah agar dalam pembuatan makalah berikutnya bisa lebih
sempurna.
Akhir kata kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak orang. Terima
kasih.
Kelompok III
ANATOMI-FISIOLOGI SISTEM
MUSKULOSKELETAL
Muskuloskeletal terdiri dari kata Muskulo : otot dan Skeletal : tulang.
1. OTOT (MUSCLE)
Adalah jaringan tubuh yg berfungsi mengubah energi kimia menjadi kerja mekanik
sebagai respons tubuh terhadap perubahan lingkungan.
2. RANGKA (SKELETAL)
Bagian tubuh yang terdiri dari tulang, sendi, dan tulang rawan (kartilago) sebagai
tempat menempelnya otot dan memungkinkan tubuh untuk mempertahankan sikap
dan posisi.
3. TULANG
Periosteum
Membran vaskuler fibrosa yang melapisi tulang, banyak pembuluh darah dan melekat erat
pada tulang. Pada tulang yang sedang tumbuh terdapat lapisan sel pembentuk tulang diantara
periosteum dan tulang.
Fungsi Umum Tulang
Formasi Kerangka
Formasi sendi- sendi
Perlengketan otot
Sebagai Pengungkit
Penyokong BB
Proteksi
Haemopoeisis
Imunologi
Penyimpanan Kalsium (97%)
Fungsi Khusus Tulang
Sinus-sinus paranasalis: menimbulkan nada pada suara
Email gigi: memotong, menggigit dan menggilas makanan
Tulang kecil telinga: mengkonduksi gelombang suara
Panggul wanita: memudahkan proses partus
Secara garis besar fungsi tulang adalah:
Melindungi bagian-bagian tubuh yang lunak
Melakukan pergerakan.
Sebagai kerangka bagi tubuh sehingga tubuh dapat berdiri dan bergerak.
Tulang-tulang digabungkan pada persendian oleh ligamen, kartilago dan otot.
Tulang terdiri atas 2 jenis jaringan :
Jaringan kompak (padat) : Tl. Pipih dan Tl. Pipa.
Jaringan seperti spons (berbentuk jala) :ujung tulang pipa, dalam tulang
pendek dansebagai lapisan tengah pada tulang pipih seperti skapula, kranium,
sternum dan iga-iga.
Kartilago (tulang rawan) dijumpai pada sendi dan diantara dua tulang; tidak
mengandung pembuluh darah tetapi diselubungi membran yaitu perikodrium.
Macam-macam tulang kartilago :
Tl. Rawan Hyalin : kuat dan elastis terdapat pada ujung tulang pipa
Tl. Rawan Fibrosa : memperdalam rongga dari cawan-cawan (tl. Panggul)
dan rongga glenoid dari skapula
Tl. Rawan Elastik : terdapat dalam daun telinga, epiglotis dan faring.
Sel sel penyusun tulang :
Osteobast : Menghasilkan jaringan osteosid dan mengkresikan fosfatase
dalam pengendapan kalsium dan fosfat ke dlm matrix tulang
Osteosit : Sel- sel tulang dewasa yang bertindak sebagai lintasan untuk
pertukaran kimiawi melaui tulang yang padat
Osteoclast : sel-sel yang dapat mengabsorbsi mineral dan matrix tulang. Selsel ini menghasilkan enzym proteolitik yang memecah matrix mineral tulang
tulang kalsium fnosfat terepas kedalam darah.
4. SENDI
Persambungan/ artikulasio : pertemuan antara dua atau lebih dari tulang rangka.
Artrologi: ilmu yang mempelajari persendian.
Jenis Sendi Berdasarkan strukturnya :
Fibrosa: hubungan antar sendi oleh jaringan fibrosa
Kartilago/tulang rawan: ruang antar sendinya berikatan dengan tulang rawan.
Sinovial/sinovial joint: ada ruang sendi dan ligament untuk mempertahankan
persendian.
RHEUMATOID ARTHRITIS
A. DEFINISI
Artritis rheumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan
manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh.
Terlibatnya sendi pada pasien-pasien arthritis rheumatoid terjadi setelah penyakit ini
berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progresivitasnya (Mansjoer,dkk, 2002).
Penyakit rematik yang sering disebut arthritis (radang sendi) adalah penyakit
yang mengenai otot-otot skelet, tulang, ligamentum, tendon dan persendian pada lakilaki maupun wanita dengan segala usia (Smeltzer, 2002).
Artritis rheumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang
walaupun manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi
penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh. Pada umumnya selain gejala
artikuler, AR dapat pula menunjukan gejala konstitusional berupa kelemahan umum,
cepat lelah, atau gangguan organ nonartikuler lannya (Sjaifoellah, 2004).
Artritis rheumatoid adalah gangguan autoimun sistemik, ditandai dengan
adanya arthritis erosive pada sendi synovial yang simetris dan kronis yang
menyebabkan gangguan fungsi yang berat serta kecacatan (Davey, 2005).
Rematik adalah penyakit inflamasi sistemik kronik (peradangan menahun)
yang tidak diketahui penyebabnya, dikarakteristikan oleh kerusakan dan proliferasi
membrane synovial yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi ( Rizasyah Daud,
1999).
Rematik (arthritis rheumatoid) adalah gangguan kronik yang menyerang
berbagai system organ yang dipengaruhi oleh imunitas (kekebalan dan tidak diketahui
penyebabnya dimana terjadi destruksi sendi (kerusakan sendi) progresif (Price &
Wilson, 2006).
B. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi diseluruh dunia sebesar 1% dan kebanyakan terjadi di awal usia 40an, walaupun dapat juga timbul pada manula. Penyakit ini 2-3 kali lebih sering pada
wanita, namun perbandingan antar jenis kelamin bervariasi sesuai dengan usia (pada
usia 30 tahun, perbandingan wanita : pria adalah 10 : 1, pada usia 65 tahun 1 : 1)
C. ETIOLOGI
a. Faktor genetik
Hal ini terbukti dari terdapatnya hubungan antara produk kompleks
histokompatibilitas utama kelas II, khususnya HLA-DR4 dengan AR
seropositif. Pengemban HLA-DR4 memiliki resiko relative 4 : 1 untuk
menderita penyakit ini.
b. Faktor lingkungan termasuk infeksi oleh bakteri atau virus
Umumnya onset penyakit ini terjadi secara mendadak dan timbul dengan
disertai oleh gambaran inflamasi yang mencolok.
c. Faktor hormone estrogen
Sering dijumpai remisi pada wanita hamil menimbulkan dugaan terdapatnya
faktor ketidakseimbangan hormonal estrogen.
d. Faktor stress
Pada saat stress keluar heat shock protein (HSP) yang merupakan sekelompok
protein berukuran sedang (60-90kDa) yang dibentuk oleh seluruh spesiaes
pada saat stress.
e. Penuaan (usia 30-60 tahun)
Seiring dengan bertambahnya usia, struktur anatomis dan fungsi organ mulai
mengalami kemunduran. Pada lansia, cairan synovial pada sendi mulai
berkurang sehingga pada saat pergerakan terjadi gesekan pada tulang yang
menyebabkan nyeri.
f. Inflamasi
Inflamasi meliputi serangkaian tahapan yang saling berkaitan. Antibodi
immunoglobulin membentuk komplek imun dengan antigen. Fagositosis
komplek
imun
akan
dimulai
dan
menghasilkan
reaksi
inflamasi
Stress mekanis
Kartilago artikuler sangat resisten terhadap proses pengausan dalam kondisi gerakan
yang berkali-kali. Ketika seorang berjalan, 3-4 kali berat tubuh akan ditarnsmisikan
melalui sendi lutut. Ketika sendi mengalami stress mekanis yang berulang, elastisitas
D. PATOFISIOLOGI
Sendi merupakan bagian tubuh yang paling sering terkena inflamasi dan
degenerasi yang terlihat pada penyakit rematik. Inflamasi akan terlihat pada
persendian sebagai sinovitis. Pada penyakit rematik inflamatori, inflamasi merupakan
proses primer dan degenerasi yang terjadi merupakan proses sekunder yang timbul
akibat pembentukan pannus (proliferasi jaringan synovial). Inflamasi merupakan
akibat dari respon imun.
Pada penyakit rematik degenerative dapat terjadi proses inflamasi yang
sekunder. Sinovitis ini biasanya lebih ringan serta menggambarkan suatu proses
reaktif. Sinovitis dapat berhubungan dengan pelepasan proteoglikan tulang rawan
yang bebas dari kartilago artikuler yang mengalami degenerasi kendati faktor-faktor
imunologi dapat pula terlibat.
RA merupakan manifestasi dari respon system imun terhadap antigen asing
pada individu2 dengan predisposisi genetic.
Suatu antigen penyebab RA yang berada pada membrane synovial, akan
memicu proses inflamasi. Proses inflamasi mengaktifkan terbentiknya makrofag.
Makrofag akan meningkatkan aktivitas fagositosisnya terhadap antigen dan
merangsang proliferasi dan aktivasi sel B untuk memproduksi antibody. Setelah
berikatan dengan antigen, antibody yang dihasilkan akan membentuk komplek imun
yang akan berdifusi secara bebas ke dalam ruang sendi. Pengendapan komplek imun
ini akan mengaktivasi system komplemen C5a.
Komplemen C5a merupakan faktor kemotaktik yang selain meningkatkan
permiabilitas vaskuler, juga dapat menarik lebih banyak polimorfonukler (PMN) dan
monosit kea rah lokasi tersebut.
Fagositosi komplek imun oleh sel radang akan disertai pembentukan dan
pembebasan radikal oksigen bebas, leukotrin, prostaglandin yang akan menyebabkan
erosi rawan sendi dan tulang. Radikal oksigen bebas dapat menyebabkan terjadinya
depolimerisasi hialuronat sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan viskositas
cairan sendi. Selain itu radikal oksigen bebas juga merusak kolagen dan proteoglikan
rawan sendi.
Pengendapan komplek imun akan menyebabkan terjadinya degranulasi mast
cell yang menyebabkan terjadinya pembebasan histamine dan berbagai enzim
proteolitik serta aktivasi jalur asam arakidonat yang akan memecah kolagen sehingga
terjadi edema, proliferasi membrane synovial dan akhirnya terbentuk pannus.
Masuknya sel radang ke dalam membrane synovial akibat pengendapan
komplek imun menyebabkan terbentuknya pannus yang merupakan elemen yang
paling destruktif dalam pathogenesis RA. Pannus merupakan jaringan granulasi yang
terdiri dari sel fibroblast yang berproliferasi, mikrovaskuler dan berbagai jenis sel
radang. Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang.
Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerakan
sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan
degenerative dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot.
E. MANIFESTASI KLINIS
Kriteria dari American Rheumatism Association (ARA) yang direvisi tahun 1987,
adalah:
1. Kaku pada pagi hari (morning stiffness)
Pasien merasa kaku pada persendian dan disekitarnya sejak bangun tidur sampai
sekurang-kurangnya 1 jam sebelum perbaikan maksimal
2. Artritis pada 3 daerah
Terjadi pembengkakan jaringan lunak atau persendian (soft tissue welling) atau
lebih efusi, bukan pembesaran tulang (hyperostosis). Terjadi pada sekurangkurangnya 3 sendi secara bersaman dalam observasi seorang dokter. Terdapat 14
persendian yang memenuhi criteria, yaitu interfalang proksimal, metakarpofalang,
pergelangan tangan, siku, pergelangan kaki, dan metatarsofalang kiri dan kanan.
3. Artritis pada persendian tangan
Sekurang-kurangnya terjadi pembengkakan satu persendian tangan seperti tertera
diatas.
4. Artritis simetris
Maksudnya keterlibatan sendi yang sama (tidak mutlak bersifat simetris) pada
kedua sisi secara serentak
5. Nodul rheumatoid
Yaitu nodul subkutan pada penonjolan tulang atau permukaan ekstensor atau
daerah jukstaartikular dalam observasi dokter
6. Faktor rheumatoid serum positif
Terdapat titer abnormal faktor rheumatoid serum yang diperiksa dengan cara yang
memberikan hasil positif kurang dari 5 % kelompok control
7. Terdapat perubahan gambaran radiologis yang khas
8. Gambaran khas RA pada radiografi tangan dan pergelangan tangan
9. Diagnosis arthritis rheumatoid ditegakkan sekurang-kurangnya terpenuhi 4 dari 7
kriteria di atas. Kriteria 1 - 4 terdapat minimal selama 6 minggu.
7. Demam, penurunan BB, mudah lelah, anemia, pembesan kelenjer limfe, dan
fenomena Raynaud (vasospasme yang ditimbulkan oleh cuaca dingin dan stress
sehingga jari-jari menjadi pucat dan sianosis.
F. KOMPLIKASI
Kelainan system pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus
peptic yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid
(OAINS).
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Tes faktor reuma biasnya positif pada > 75 % pasien AR
b. Protein C-reaktif biasnya positif
c. LED meningkat
d. Leukosit normal atau meningkat sedikit
e. Anemia normositik hipokrom akibat adanya inflamasi kronik
f. Trombosit meningkat
g. Kadar albumin serum menurun dan globulin naik
h. Pada pemeriksaan rontgen semua sendi dapat terkena, namun yang paling sering
adalah sendi metatarsofalang dn biasnya simetris.
H. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksaan Medis
- OAINS berupa aspirin (dibawah 65 tahun dosis 3-4 x 1 gr/hari), Ibuprofen,
-
kortikosteroid.
Pembedahan (jika berbagai cara pengobatan tidak berhasil)
I. PROGNOSIS
Perjalanan penyakit arthritis reumatoid sangat bervariasi, bergantung kepada
ketaatan pasien untuk berobat dalam jangka waktu lama. Sekitar 50-75% pasien akan
mengalami remisi dalam 2 tahun. Penyebab kematian adalah infeksi, penyakit
jantung, gagal pernafasan, gagal ginjal dan penyakit saluran pencernaan.
PATHWAY
Faktor pencetus
Lingkungan
hormon
usia tua
respon imun
degenerasi
Bakteri/virus
esterogen
perubahan
pada struktur
anatomis
proses primer
proses sekunder
faktor genetik
kemunduran
fungsi organ
RA tdpt pada
membran synovial
mulanya akibat
pembentukkan
pannus
Cairan synovial
pada sendi
inflamasi
timbul inflamasi
secara mendadak
nyeri saat
pergerakan
krn terjdi gesekan
pada tulang
pengendapan kompleks
imun
mengaktifkan
terbentuknya
makrofag
aktivitas fagosit
terhdp antigen
Pembengkakan, nyeri srta edema pd sendi
memecah kolagen
edema, proliferasi
membran synovial
Merangsang
poliferasi
pembentukan
radikal O2 bebas
leukotin, prostaglandin
pannus
Aktivasi sel B
memproduksi
antibodi
terjadi fagositosis
komplek imun tsb
depolimerisasi
Viskositas cairan sendi
berdifusi bebas
ke ruang sendi
mengaktifasi sistem
komplemen C5a
Kekuatan KEPERAWATAN
kontraksi
ASUHAN
otot berkurang
KASUS
Ibu R (30 Thn) masuk ke rumah sakit dengan keluhan nyeri terutama pada persendian jari-jari
tangan dan kaki. Nyeri dirasakan terutama pagi hari setelah bangun tidur dan sedikit mereda
saat siang hari. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan TTV TD: 110/80 mmHg, HR:
105x/menit, RR: 20x/menit, suhu: 38,5 C,skala nyeri 7, tampak meringis kesakitan, gelisah,
sering terbangun saat tidur, jari-jari tangan dan kaki sebagian mengalami deformitas terutama
bagian persendian dan sulit digerakan/menggenggam & berjalan. Anak klien mengatakan
ibunya mengalami perubahan cara berjalan dan pergerakannya lambat. Klien tampak
kesulitan untuk berubah-ubah posisi dan bergerak bebas. Klien tampak malu untuk
memperlihatkan ekstremitasnya. Klien mengatakan: awalnya (2 tahun yg lalu) cuma sakit dan
bengkak saja dan sembuh dengan meminum obat warung akan tetapi sekarang bentuk jari
tangan dan kaki jadi berubah. Dari hasil rontgen terlihat adanya kelainan bentuk jari,
kerusakan pada sendi/ erosi dan digantikan oleh jaringan fibrosa(pannus).
PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama Pasien :
Umur
:
Agama
:
Ibu R
35 tahun
Islam
Alamat
:
D.I Yogyakarta
Pekerjaan
:
Wiraswasta
2. Keluhan Utama
Ibu R mengeluhkan nyeri terutama pada persendian jari-jari tangan dan kaki.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Aktivitas/ istirahat
Jari-jari tangan dan kaki sebagian mengalami deformitas terutama bagian persendian
dan sulit digerakan/menggenggam & berjalan.
Kesulitan untuk berubah-ubah posisi dan bergerak bebas
2. Nyeri/ kenyamanan
Nyeri terutama pada persendian jari-jari tangan dan kaki.
Nyeri dirasakan terutama pagi hari setelah bangun tidur dan sedikit mereda pada siang
hari.
Nyeri terutama pada persendian jari-jari tangan dan kaki.
3. Interaksi social
Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan peran; isolasi
I.
DATA FOKUS
a. Data Subjektif
Ibu R mengeluhkan nyeri terutama pada persendian jari-jari tangan dan
kaki.
Ibu R mengatakan nyeri dirasakan terutama pagi hari setelah bangun tidur
pergerakannya lambat.
b. Data Objektif
Jari-jari tangan dan kaki sebagian mengalami deformitas terutama
II.
ANALISA DATA
PROBLEM
SYMPTOM
ETIOLOGI
Nyeri
Agen
Kronis
biologis
cidera
DS
Ibu R mengeluhkan nyeri
terutama pada persendian
mmeringis
kesakitan
Gelisah
Sering
Hambatan
Penurunan
mobilitas
kendali otot
fisik
terbangun
tidur
saat
siang hari.
Ibu R menyatakan skala
nyeri yang dirasakan 7.
ibunya
berubah-ubah
mengalami
posisi
bergerak bebas
Hasil
rontgen
Klien
mengatakan:
meminum
akan
obat
tetapi
dan
terlihat
adanya
kelainan bentuk
jari,
citra tubuh
tampak
kesulitan untuk
Penyakit
Klien
Gangguan
DO
Ibu R tampak
kerusakan
warung
sekarang
dan
digantikan
oleh
jaringan
fibrosa(pannus).
Klien
mengatakan:
Hasil
rontgen
terlihat
adanya
kelainan bentuk
jari,
meminum
warung
dan
digantikan
sekarang
oleh
jaringan
akan
obat
tetapi
kerusakan
fibrosa(pannus).
Klien
tampak
malu
untuk
memperlihatkan
ekstremitasnya
III.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri kronis b/d agen cidera biologis d/d :
DS :
Ibu R mengeluhkan nyeri terutama pada persendian jarijari tangan dan kaki.
Ibu R mengatakan nyeri dirasakan terutama pagi hari setelah bangun tidur dan
sedikit mereda pada siang hari.
Ibu R menyatakan skala nyeri yang dirasakan 7.
DO :
Ibu R tampak mmeringis kesakitan
Gelisah
Sering terbangun saat tidur
b. Hambatan mobilitas fisik b/d Penurunan kendali otot d/d
DS :
Anak klien mengatakan ibunya mengalami perubahan cara berjalan dan
pergerakannya lambat.
Klien mengatakan: awalnya (2 tahun yg lalu) cuma sakit dan bengkak saja dan
sembuh dengan meminum obat warung akan tetapi sekarang
bentuk jari
bentuk jari
Hasil rontgen terlihat adanya kelainan bentuk jari, kerusakan pada sendi/ erosi
dan digantikan oleh jaringan fibrosa(pannus).
Klien tampak malu untuk memperlihatkan ekstremitasnya
IV.
PRIORITAS DIAGNOSA
1. Nyeri kronis b/d agen cidera biologis
2. Hambatan mobilitas fisik b/d Penurunan kendali otot
3. Gangguan citra tubuh b/d penyakit
V.
INTERVENSI
Tgl
/ No
Jam
27
Dx
I
NOC
NIC
Rasional
Membantu dalam
Maret
menentukan
2013/0
kebutuhan
7.00
teratasi/dikontrol
manajemen nyeri
verbal.
dan
menunjukkan nyeri
program
Matras
hilang/ terkontrol
Terlihat
rileks,
dengan
kriteria hasil:
Klien
lembut/
akan
tidur/beristirahat
yang
sesuai kemampuan.
Menggabungkan
dan
sakit.
Peninggian linen
aktivitas hiburan ke
tempat
program
kontrol nyeri.
tepat,
menempatkan
keterampilan
dalam
mencegah
kesejajaran tubuh
aktivitas
relaksasi
empuk,
pemeliharaan
berpartisipasi
dalam
yang
dapat
dan
keefektifan
tidur
menurunkan
tekanan
pada
sendi
yang
terinflamasi/nyeri
Mencegah
terjadinya
kelelahan umum
dan
kekakuan
sendi.
Menstabilkan
sendi,
mengurangi
pada
gerakan/
waktu
waslap
tidur. Sediakan
hangat
untuk
rasa
sakit
meningkatkan
beberapa
kali
sehari.
mobilitas,
menurunkan rasa
sakit
dan
melepaskan
II
kekakuan di pagi
hari. Sensitivitas
dihilangkan
dan
Kolaborasi
obat-obatan
dalam
sesuai
disembuhkan
pemberian
petunjuk
(mis:asetil salisilat)
Meningkatkan
relaksasi/
mengurangi nyeri
Sebagai
anti
inflamasi
efek
analgesik
ringan
dalam
mengurangi
kekakuan
pada sendi
meningkatkan
dan
dan
mobilitas
Tingkat aktivitas/
latihan tergantung
III
dari
perkembangan/
Pertahankan
kriteria hasil:
peoses inflamasi
jadwal
Istirahat sistemik
Mempertahankan
fungsi
posisi
dengan
tidak
istirahat
resolusi
tirah
aktivitas
untuk
memberikan periode istirahat
yang terus menerus dan tidur
hadirnya/
malam
hari
pembatasan
terganmggu.
yang
eksaserbasi akut
dan seluruh fase
ataupun
penyakit
yang
penting
untuk
mencegah
meningkatkan
dianjurkan
selama
tidak
kontraktur.
Mempertahankan
kekuatan
dari
dan
dan/
fungsi
dari
atau
konpensasi
kelelahan
Bantu dengan rentang gerak
mempertahankan
aktif/pasif
kekuatan
Mempertahankan
bagian tubuh.
Mendemonstrasika
fungsi
n tehnik/ perilaku
yang
melakukan
Kolaborasi
obat-obatan
dalam
sesuai
stamina umum.
Memaksimalkan
fungsi sendi dan
pemberian
mempertahankan
indikasi
(steroid)
sendi,
memungkinkan
aktivitas
meningkatkan
mobilitas
Mungkin
dibutuhkan untuk
menekan
Dorong
mengenai
inflamasi akut
pengungkapan
masalah
proses penyakit
sistem
tentang
Berikan
kesempatan untuk
mengidentifikasi
rasa
kesalahan konsep
dapat
dan
diatasi
dengan
kriteria hasil:
Mengungkapkan
peningkatan
percaya
diri
rasa
kemampuan
untuk
menghadapi
penyakit,
menarik
menghadapinya
secara langsung
Dapat
Perhatikan
atau
dalam
perilaku
terlalu
memperhatikan
menunjukkan
perubahan
emosional
ataupun
maladaptive,
dan
membutuhkan
kemungkinan
keterbatasan.
metode
koping
takut/
intervensi
lebih
lanjut
Membantu pasien
untuk
mempertahankan
kontrol diri, yang
Ikut
sertakan
pasien
dapat
dalam
meningkatkan
perasaan
diri
Meningkatkan
perasaan
Bantu
dalam
diri,
kebutuhan
harga
harga
mendorong
kemandirian, dan
mendorong
berpartisipasi
dalam terapi
Mempertahankan
penampilan yang
dapat
meningkatkan
citra diri
Memungkinkan
Kolaborasi:
Rujuk
pada
pasien
untuk
merasa
senang
terhadap dirinya
sendiri.
Menguatkan
perilaku
positif.
Meningkatkan
petunjuk,
dan
mis;
anti
obat-obatan
membutuhkan
dukungan selama
berhadapan
dengan
proses
jangka
panjang/
ketidakmampuan
Mungkin
dibutuhkan pada
sat
munculnya
depresi
hebat
sampai
pasien
mengembangkan
kemapuan koping
yang lebih efektif
VI.
IMPLEMENTASI
Tgl/jam
No.Dx implementasi
27 maret I
Mengkaji nyeri,
2013/08.00
Respon
catat lokasi dan DS :
Klien mengatakan sendiintensitas (skala 0-10). Catat faktorsendi pada daerah kaki dan
faktor yang mempercepat dan tandatangannya terasa begitu nyeri
tanda rasa sakit non verbal.
Klien mengatakan skala
nyerinya 7.
DO :
09.00
Klien
tampak
meringis
sesuai kebutuhan.
Klien
mengatakan
lebih
merasa nyaman.
09.30
DO :
11.00
klien
sesekali
11.30
Klien
terlihat
menggerak-
gerakkan ekstremitasnya.
DS :
Klien
mengatakan
lebih
obatan
sesuai
petunjuk
(mis:asetil
masase.
salisilat)
DO :
DS :
sedikit
berkurang
dibandig sebelumnya.
DO :
VII.
EVALUASI
Tgl/jam
27
No
Dx
maret I
Evaluasi
S:
2013/13.00
O:
A:
Masalah teratasi sebagian.
P:
Lanjutkan intervensi
verbal.
Mendorong untuk sering mengubah posisi, membantu untuk
bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan
bawah, hindari gerakan yang menyentak.
DAFTAR PUSTAKA
Davey, Patrick. (2005). At A Glance Medicine. Jakarta: EGC
Mansjoer Arif, dkk. (2002). Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid I. Jakarta: Media
Aesculapius
Sjaifoellah, Noer, dkk. (2004). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI
Smeltzer & Barre. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
Edisi 8 Vol 3. Jakarta: EGC