PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran
merupakan
proses
membantu
siswa
untuk
bagaimana
belajar.
Proses
pembelajaran
harus
benar-benar
guru. Peran serta peserta didik dalam proses pembelajaran masih kurang,
yakni hanya sedikit peserta didik yang menunjukkan keaktifan berpendapat
dan bertanya. Pertanyaan yang dibuat peserta didik juga belum menunjukkan
pertanyaan-pertanyaan kritis berkaitan dengan materi yang dipelajari.
Kemudian jawaban dari pertanyaan masih sebatas ingatan dan pemahaman
saja, belum terdapat sikap peserta didik yang menunjukkan jawaban analisis
terhadap pertanyaan guru.
Pelajaran IPA di kalangan peserta didik kelas VIII masih dianggap
sebagai produk, yaitu berupa kumpulan konsep yang harus dihafal sehingga
berdampak pada rendahnya kemampuan peserta didik pada aspek kognitif.
Aspek kognitif terdiri dari enam aspek yakni mengingat, memahami,
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan. Namun, pada
kenyataannya aspek tingkat tinggi seperti analisis mengolah masalah,
mengevaluasi, dan menciptakan belum biasa dilatihkan kepada peserta didik.
Peserta didik masih kesulitan dalam menerapkan pengetahuan yang dimiliki
dalam kehidupan sehari- hari. Peserta didik juga belum biasa menyelesaikan
suatu permasalahan yang didahului dengan kegiatan penyelidikan. Jika prinsip
penyelesaian masalah ini diterapkan dalam pembelajaran, maka peserta didik
dapat terlatih dan membiasakan diri berpikir kritis secara mandiri.
Kemampuan berpikir kritis melatih peserta didik untuk membuat
keputusan dari berbagai sudut pandang secara cermat, teliti, dan logis. Dengan
kemampuan berpikir kritis peserta didik dapat mempertimbangkan pendapat
orang lain serta mampu mengungkapkan pendapatnya sendiri. Oleh karena itu
pembelajaran di sekolah sebaiknya melatih peserta didik untuk menggali
menciptakan
suasana
pembelajaran
kondusif
dan
model Problem Based Learning. Diharapkan model PBL lebih baik untuk
meningkatkan keaktifan peserta didik jika dibandingkan dengan model
konvensional. Keefektifan model ini adalah peserta didik lebih aktif dalam
berpikir dan memahami materi secara berkelompok dengan melakukan
investigasi dan inkuiri terhadap permasalahan yang nyata di sekitarnya
sehingga mereka mendapatkan kesan yang mendalam dan lebih bermakna
tentang apa yang mereka pelajari. Dengan menerapkan model PBL pada
pembelajaran IPA diharapkan peserta didik akan mampu menggunakan dan
mengembangkan kemampuan berpikir kritis untuk menyelesaikan masalah
dengan menggunakan berbagai strategi penyelesaian.
Berdasarkan berbagai uraian di atas, perlu dilakukan penelitian
tentang Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik pada
Pembelajaran IPA Kelas VIII SMP Negeri 2 Kuantan Hilir Seberang
Kabupaten Kuantan Singingi .
B. Identifikasi
Berdasarkan
latar
belakang
tersebut,
dapat
diidentifikasi
2.
3.
4.
5.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah perlu ada
pembatasan masalah penelitian yaitu pembelajaran yang digunakan adalah
pembelajaran IPA Terpadu dengan materi Bahan Tambahan Pangan
menggunakan model
untuk
meningkatkan
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan
batasan
masalah,
maka
dapat
dirumuskan
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu untuk meningkatkan kemampuan berpikir
kritis peserta didik pada pembelajaran IPA kelas VIII SMP Negeri 2 Kuantan
Hilir Seberang Kabupaten Kuantan Singingi
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut :
1. Bagi Calon Guru IPA
3.
Bagi Guru
G. Definisi Operasional
autentik
yakni
penyelidikan
yang
membutuhkan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Karakteristik IPA
IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai
hubungan yang sangat luas terkait dengan kehidupan manusia. Pembelajaran
IPA sangat berperan dalam proses pendidikan karena itu IPA memiliki upaya
untuk membangkitkan minat serta kemampuan dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan dan pemahaman tentang alam. Dalam pengetahuan IPA banyak
fakta yang belum terungkap dan masih bersifat rahasia sehingga hasil
penemuannya dapat dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan alam yang
baru dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Nizamuddin
dan Hariwijaya (1991:53), IPA merupakan hasil yang diperoleh atas dasar
penelitian dengan menggunakan metode ilmiah disertai pengujian berulang
kali sehingga diperoleh ilmu yang mantap baik untuk terapan maupun ilmu
murni.
Menurut Soewandi (1992:7), IPA merupakan gambaran tentang alam
yang harus dipahami dan dihayati oleh para peserta didik sebagai landasan
dalam penerapan disiplin ilmu sehingga dapat membuahkan hasil yang
relevan dan seimbang dengan keadaan alam serta kesejahteraan umat.
Menurut Abdullah dan Enny (2001:18), IPA merupakan pengetahuan teoretis
yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan
melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori,
observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu
dengan cara yang lain.
B. Pembelajaran IPA
Menurut Sugihartono, dkk. (2007:73), pembelajaran sesungguhnya
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan suasana atau
memberikan pelayanan agar peserta didik belajar. Belajar merupakan suatu
10
11
IPA
dengan
memaparkan
12
masalah
dulu
kemudian
13
Problem
Based
Learning
merupakan
model
14
15
c. Penyelidikan
autentik.
Pembelajaran
berdasarkan
masalah
menganalisis
dan
menetapkan
masalah,
kemudian
d. Menghasilkan produk
16
lebih
kompleks
dan
meningkatkan
pengembangan
ketrampilan sosial.
17
e. Pengujian
hipotesis,
merumuskan
yakni
kesimpulan
langkah
sesuai
peserta
dengan
didik
penerimaan
untuk
dan
18
Fase
Perilaku Guru
membahas
tentang
pelajaran,
permasalahannya
berbagai
penting,
tujuan
mendeskripsikan
kebutuhan
dan
logistik
memotivasi
kegiatan
mengatasi
masalah.
Fase 2:
Mengorganisasikan
peserta didik untuk Guru membantu peserta didik
meneliti
untuk
mendefinisikan
dan
mengorganisasikan tugas-tugas
belajar yang terkait dengan
permasalahannya.
Fase 3:
Membantu investigasi
mandiri dan kelompok
19
tepat,
melaksanakan
eksperimen,
dan
mencari
penjelasan
dan
solusi.
merencanakan
dan
dan memamerkan.
mereka
menyampaikannya
untuk
kepada
orang lain.
Fase
5:
Menganalisis
mengevaluasi
dan
proses
mengatasi masalah
melakukan
refleksi
yang
mereka
gunakan.
20
Secara
umum
langkah
pembelajaran
diawali
dengan
21
4.
5. Pemecahan
masalah
dapat
membantu
peserta
didik
22
Pembelajaran
berdasarkan
masalah
menurut
Trianto
5.
23
penyelidikan dan
penyelesaian
masalah
Problem
Based
Learning
Kemampuan
Berpikir
Kritis
Keterampilan
belajar mengolah
informasi
24
25
26
27
Perbuatan
Proses
1.
Observasi
2.
3.
Perumusan
dan
membuat
klasifikasi
Mengevaluasi
efek-efeknya
berdasarkan fakta
mengamati
mengidentifikasi
konsistensinya,
bias,
stereo
tipe,
28
Social Skills
Organizers
Prediction
Attentive listening
Web
Inference
Clarifying
Venn diagram
Hypothesize
Paraphrasing
Flow chart
Conmpare/contrast
Encouraging
Cause-effect circle
Classify
Accepting ideas
Agree/disagree chart
Generalize
Disagreeing
Grid/matrix
Prioritize
Consensus seeking
Concept map
Evaluate
Summarizing
Fishbone
29
30
E. Kerangka Pikir
IPA memiliki karakteristik berpikir dalam memahami gejala alam,
melakukan penyelidikan dan merupakan kumpulan pengetahuan yang
ketiganya merupakan proses dan produk. Pembelajaran IPA dengan metode
ilmiah dimulai dengan adanya masalah. Oleh karena itu mencari tahu adanya
31
berpikir
baik
maka
penguasaan
konsep
dalam
32
BAB III
METODOLOGI
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bertujuan meningkatkan kemampuan berpikir kritis
peserta didik pada pembelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan secara kolaboratif dan
partisipatoris. Artinya penelitian ini tidak dilakukan sendiri tetapi bekerjasama
dengan guru IPA kelas VIII SMP N 2 Kuantan Hilir Seberang Kabupaten
Kuantan Singingi.
Peneliti terlibat dengan kolaborasi bersama guru dalam perencanaan,
pelaksanaan sebagai pengamat, pengamatan, dan refleksi. Peneliti sebagai
pengamat jalannya pembelajaran. PTK, menurut Suharsimi (2006:74), terdiri
atas empat kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang. Empat kegiatan
utama setiap siklus, yaitu (a) perencanaan, (b) pelaksanaan tindakan, (c)
pengamatan, dan (d) refleksi, seperti ditunjukkan dalam Gambar 4.
33
D. Setting Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir
kritis peserta didik kelas VIII SMP Negeri 2 Kuantan Hilir Seberang
Kabupaten Kuantan Singingi melalui model Problem Based Learning.
Penelitian ini akan berhenti ketika sudah terjadi peningkatan kemampuan
berpikir kritis peserta didik . Adapun rencana dalam penelitian ini adalah :
Siklus I
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan, kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
34
d. Peneliti mempersiapkan soal pre test dan post test untuk mengetahui
hasil belajar peserta didik pada materi bahan tambahan pangan.
2. Pelaksanaan Tindakan
35
3. Pengamatan
4. Refleksi
Pada tahap ini hasil pengamatan dianalisis yang kemudian akan
digunakan sebagai refleksi. Hasil pengamatan dan refleksi digunakan
dalam menentukan perbaikan pada siklus pembelajaran berikutnya. Hal ini
bertujuan untuk melakukan penyempurnaan pada siklus berikutnya.
Siklus II
1. Perencanaan
Perencanaan yang dilakukan pada siklus II memperhatikan
refleksi dari siklus I. Perencanaan siklus II meliputi :
a. Revisi RPP yang telah dibuat pada siklus I.
36
e. Peneliti mempersiapkan soal pre test dan post test untuk mengetahui
hasil belajar peserta didik pada tema bahan tambahan pangan.
2. Pelaksanaan Tindakan
3. Pengamatan
Pengamatan dilakukan peneliti bersama pengamat dengan
mengamati tindakan dan kendala peserta didik saat pembelajaran
berlangsung. Peneliti merangkum hasil pengamatan, pre test dan post test,
yang dilakukan pada siklus II untuk memudahkan merefleksi tindakan.
Lembar observasi yang digunakan sama seperti lembar observasi pada
siklus I kemudian memberikan angket pada peserta didik.
4. Refleksi
Refleksi pada siklus II digunakan untuk membedakan hasil siklus
I dan siklus II apakah terjadi peningkatan kemampuan berpikir atau tidak.
Jika belum terdapat peningkatan, maka siklus dapat diulang lagi.
37
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Angket
Angket berisi tentang garis-garis pokok yang ditanyakan dengan
maksud agar peserta didik mengungkapkan tanggapannya terhadap
pembelajaran IPA dengan PBL. Angket ini menggunakan instrumen yang
disusun peneliti dengan menggunakan empat kategori sangat setuju (SS),
38
setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Prosedur
penyusunan angket diawali dengan membuat kisi-kisi, penyusunan angket
berdasar kisi-kisi yang dikembangkan dengan kajian teoritis.
2. Lembar pre test dan post test
Menurut Saifuddin (1996:9), tes prestasi belajar disusun secara
terencana untuk mengungkap performansi maksimal subjek dalam
menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Menurut Nana
Sudjana (1989:35), tes digunakan untuk menilai dan mengukur hasil
belajar peserta didik, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan
penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan
pengajaran. Soal pre test dan post test terdiri dari soal pilihan ganda dan
uraian pada masing-masing siklus yang berfungsi untuk mengetahui hasil
belajar kognitif peserta didik. Untuk mengetahui validitas dari isi soal
digunakan validitas isi. Menurut Nana Sudjana (1989:13), validitas isi
berkenaan dengan kesanggupan alat penilaian dalam mengukur isi yang
seharusnya. Artinya, tes tersebut mampu mengungkapkan isi suatu konsep
atau variabel yang hendak diukur. Validitas isi dilakukan melalui kajian
terhadap isi soal dengan analisis rasional atau keputusan pembimbing agar
soal tes yang digunakan dapat mengukur apa yang akan dukur. Dalam
penelitian ini validitas soal tes dilakukan dengan menggunakan keputusan
pembimbing kemudian diujicobakan ke peserta didik yang telah menerima
materi bahan tambahan pangan.
3. Lembar Analisis Kemampuan Berpikir Kritis berdasar LKPD
39
40
54 % = kurang sekali
55 59 % = kurang
60 75 % = cukup
76 85 % = baik
NP = R/SM X 100%
41
model
Problem
Based
Learning.
Kriteria
meningkatnya
kemampuan berpikir kritis adalah secara klasikal terdapat 75% peserta didik
telah menguasai indikator kemampuan berpikir kritis.
42