Anda di halaman 1dari 9

Computed axial tomography and Magnetic Resonance Imaging

(MRI)
- Bersifat sensitif, metode noninvasive yang digunakan untuk menilai
otak, meliputi jaras kortikal dan subkortikal, utamanya dapat menilai
jika terdapat lesi pada substantia alba
- Secara in vivo, penelitian pencitraan dari struktur dan fungsi
menjelaskan bahwa adanya abnormalitas pada beberapa bagian
spesifik otak (frontal cortex, cingulate cortex, basal ganglia,
hippocampus, and lobus parietal) yang menjadi penyebab terjadinya
depresi berat.
- Pada 2 dekade terakhir ini, dijelaskan bahwa jaras neuronal kortikalsubkortikal berperan penting dalam pathogenesis depresi berat,
utamanya jaras frontal-striatal-talamus. Hubungan antara limbicthalamic-cortical juga berperan dalam etiologi depresi berat.
- Substansia alba, yang memiliki hubungan dengan otak secara
anatomi dan fungsi, juga dilaporkan memiliki peran yang penting
pada patofisiologi depresi berat dengan adanya peningkatan yang
signifikan hipersensitivitas pada substansia alba sehingga terjadi
perubahan kandungan cairan pada lobus frontal dan parietal pada
penderita depresi berat. Adanya pembesaran ruang ventricular, atropi
kortikal dna penebalan sulcus juga telah dilaporkan pada penderita
depresi berat dari hasil pencitraannya.
- Beberapa penelitian juga melaporkan adanya penurunan secara
signifikan pada volume bilateral substabnsia alba pada anterior
cingulate cortex, gyrus rectus and the hippocampus.

Diffusion Tensor Imaging (DTI)


- Merupakan variasi dari MRI yang mengukur difusi cairan pada
jaringan.

DTI secara umum berguna untuk menilai traktus pada

cerebral white matter dan serabut saraf.


- Penelitian DTI pada penderita depresi berat menggunakan 2 metode
yaitu ROI (Region of Interest) dan voxel-based analysis, namun
umumnya digunakan metode ROI. Mereka menemukan penurunan
FA (fractional anisotropy) pada substansia alba di frontal cortex and
the anterior cingulate cortex (ACC) yang menggambarkan adanya
kerusakan integritas struktur pada penderita depresi utamanya lansia.
- Beberapa penelitian terfokus pada abnormalitas psusbtansia alba
(hipersensitivitas, penurunan volume substansia alba pada lobus
frontal, dan penurunan jumlah FA pada right middle frontal gyrus,
the left lateral occipitotemporal gyrus, the subgyral and angular
gyri of the right parietal lobe) pada penderita depresi berat usia muda
Positron Emission Tomography (PET)
- Positron Emission Tomography (PET) dan MRI sangat berguna
untuk menilai aktifitas otak saat aktifitas maupun istirahat. Saat
seseorang e=merasa sedih, normalnya akan terjadi peningkatan aliran
darah dan aktifitas neural di dalam thalamus dan prefrontal cortical
medial.
- Sebagian besar pemeriksaan PET pada penderita depresi berat
ditemukan adanya penurunan metabolisme otak depan yang lebih
menonjol dibandingkan dengan bagian kiri. Depresi dihubungkan
dengan peningkatan aktifitas hemisfer yang tidak dominan.

Sumber: Srivastava, dkk. 2009. Newer Trends in Neuroimaging of


Depressive Disorders. Department of Psychiatry and Radiology, UCMS &
GTB Hospital, Dilshad Garden, Delhi-110095
Depresi berat adalah gangguan psikiatri yang banyak dijumpai di
dalma masyarakat, yang ditandai adanya perasaan sedih dan atau tidak
tertarik atau tidak terdapat rasa menyenangkan dalam melakukan aktiftas
sehari-hari, yang juga dihubungkan dengan penurunan berat badan,
gangguan tidur, agitasi atau retardasi psikomotor, lemas, dan sulit
berkonsentrasi.
Pada 15 tahun yang lalu, peneliti telah menggunakan teknik
neuroimaging untuk memeriksa substansi neural pada penderita depresi.
Depresi ditandai dengan adanya gangguan utama yaitu gangguan emosi
dan gejala depresi yang khas adalah perasaan sedih yang pervasif dan
ketidakmampuan untuk memproses informasi negatif. Pada penelitian
meta-analisis ditemukan adanya penurunan volume amygdala yang
signifikan jika terjadi adanya episode depresif.
Beberapa penelitian telah melaporkan penurunan volume ACC
subgenual terkait dengan depresi. Peneliti memeriksa dan menemukan
penurunan volume ACC subgenual pada keadaan istirahat pada individu
yang mengalami depresi. Marcel Gotlieb et al. (2005) menemukan
individu depresi menunjukkan lebih besar aktivasi ACC subgenual
daripada kontrol dalam menanggapi wajah emosional.
Mengingat tingginya keadaan diam pada pasien depresi yang
mungkin mencerminkan kesulitan dalam mengontrol kognitif, peneliti
memiliki hipotesis bahwa depresi ditandai dengan rendahnya tingkat

aktivitas di DLPFC (misalnya, Mayberg et al., 1999), meskipun terdapat


sedikit bukti anomali struktural diDLPFC dalam depresi, temuan sangat
konsisten tentang kelainan fungsi pada bagian ini telah dilaporkan.
Beberapa peneliti telah melaporkan penderita depresi memiliki aktivitas
resting state DLPFC yang lebih rendah aktivitas deprsi dibandingkan pada
orang sehat (misalnya, Gonul,Kula, Bilgin, Tutus, & Oguz, 2004; Mayberg
et al., 2005). Para peneliti juga telah menemukan individu yang mengalami
tekanan menunjukkan kurangnya reaktivasi DLPFC terhadap rangsangan
afektif dibandingkan kontrol yang sehat. Hooley, Gruber, Scott, Hiller, dan
Yurgelun-Todd (2005).
Kesimpulan :
Review

singkat

ini

menunjukkan

bahwa,

mungkin

tidak

mengherankan, terdapat kelainan fungsional struktur saraf yang terlibat


dalam pengalaman, ekspresi, dan regulasi emosi depresi dimana yang
paling konsisten adalah amigdala dan subgenual ACC tampaknya terlalu
aktif pada penderita depresi, dan DLPFC kurang aktif.
Sumber: Ian H. Gotlib. 2005. Neuroimaging and Depression. Stanford
University

1. Computed axial tomography and Magnetic Resonance Imaging


(MRI)
- Scans have permitted sensitive , noninvasive methods to assess the
living brain, including cortical and subcortical tracts, as well as
white matter lesions.
- In vivo, structural and functional imaging studies have confirmed
that abnormalities of some specific regions of the brain (e.g., the
frontal cortex, cingulate cortex, basal ganglia, hippocampus, and
parietal lobe are involved in the etiology of MDD.
- In the last 2 decades, it has been suggested that corticalsubcortical
neuronal

circuits play an important role in the pathogenesis of

MDD, especially the frontal striatal thalamic neuronal circuits.


The limbicthalamiccortical networks have also been reported to
be crucial in the etiology of MDD.
- White matter, which connects regions of the brain anatomically
and functionally, has been considered to play an important part in
the pathophysiology of MDD. Structural imaging studies have
reported a significant increase of white matter hyperintensities,
which suggests that a change in water content in the frontal and
parietal lobes occurs in patients with major depression, mostly in
late-life depress ion.Ventricular enlargement,cortical atrophy, and
sulcal widening also have been reported in some studies.
- Some studies have reported significant bilateral reduction of white
matter volume in the anterior cingulate cortex, the gyrus rectus and
the hippocampus in patients with MDD

2. Diffusion Tensor Imaging (DTI)


- is a variation of magnetic resonance imaging that measures the
diffusion of water in tissues. DTI is particularly useful for examining
cerebral white matter and neural fiber tracts.
- DTI studies of depressed patients using the ROI method mostly
concentrated on late-life depression or geriatric depression. They
found consistently decreased FA values in the white matter of
the frontal cortex and the anterior cingulate cortex (ACC), suggesting
the disruption of the structural integrity of white matter in geriatric
patients with depression.
- Fewer studies have focused on white matter abnor malities (e.g.,
white

matter hyperintensities; the reduction of the white matter

volume in the frontal lobe; and decreased FA values in the right


middle frontal gyrus, the left lateral occipitotemporal gyrus, the
subgyral

and angular gyri of the right parietal lobe) in younger

patients with MDD.


3. Positron Emission Tomography (PET)
- Positron

Emission

Tomography

(PET)

and functional

MRI

scanning are currently quite powerful methods for visualizing


brain activity during rest and various states of activation. Normal
sadness is associated with an increase in blood flow and neuronal
activity in the thalamus and medial PFC.
- The

most

widely

replicated

PET

finding

in depression is

decreased anterior brain metabolism, which is more pronounced on


the left side. Depression may be associated with a relative
increase in nondominant hemisphere activity.

Major Depressive Disorder (MDD) is among the most prevalent of all


psychiatric disorders. MDD is characterized by sad moodand/or a loss of
interest or pleasure in almost all daily activities,as well as by several
associated symptoms such as weight losser gain, sleep disturbance,
psychomotor

agitation

or

retardation,

fatigue,

and

concentration

difficulties.
Depression is primarily a disorder of emotion and its regulation, indeed,
hallmark symptoms of depression are pervasive sad mood and an inability
to inhibit the processing of negative information, exacerbating the
experience of negative affect.
We recently conducted a meta-analysis of these studies and found no
aggregate difference in amygdala volume between depressed and healthy
individuals. We did find, how-ever, that amygdala volume decreases
significantly with in-creasing number of depressive episodes; depression
history, therefore, may be an important variable to consider in future
neuroimaging studies. Studies using positron emission tomography (PET)
to examine neural activity have found elevated baseline amygdala activity
in depression that is positively cor-related with depressive severity.
A small number of studies have reported decreased volume in the
subgenual ACC associated with depression (e.g., Drevets et al., 1997).
Investigators examining resting state activity in the subgenual ACC of
depressed individuals have found decreased activity in this region.
Several investigators have reported lower resting-state DLPFC activity
in depressed than in healthy individuals.

Anda mungkin juga menyukai