PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2011
TESIS
NIM : 0213066215
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2011
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2011
Lembar Pengesahan
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Mengetahui
Ketua Program Studi Magister Manajemen
Program Pascasarjana
Universitas Udayana,
Direktur
Program Pascasarjana
Universitas Udayana,
Ketua
Anggota:
1. Drs. Ida Bagus Badjra,MM
2. Dr. Ida Bagus Panji Sedana, SE.,M.Si
3. Dr. Luh Gede Sri Artini, SE, M.Si
4. Dra. Nyoman Abundanti,MM
PERNYATAAN
ORISINALITAS TESIS
: 0266310215
PS
: Magister Manajemen
PSFEUNUD
Magister
Manajemen
Ni Luh Putu
ABSTRAK
Judul : Studi Kelayakan Pendirian PT Medussa Multi Business Center (MMBC)
Sumanda Tour & Travel di Bali (Kajian Aspek Pasar dan Finansial)
Nama : I Gusti Putu Bagus Sasrawan Mananda
ABSTRAK
Dalam perkembangan bisnis pariwisata saat ini, biro perjalanan wisata yang
ada di Bali cenderung menjual produk yang sama kepada wisatawan yaitu penjualan
paket wisata, penjualan tiket pesawat, sehingga perlu dilakukan perbedaan pasar
untuk memasuki pasar biro perjalanan wisata di Bali, yaitu dengan membidik pasar
MICE (Meeting, Incentive, Convention dan Exhibition) untuk target pasar Eropa
yaitu: Perancis, Inggris, Jerman, Belanda dan Italia. Keempat pasar ini merupakan
termasuk 20 pasar terbesar di Bali sehingga dapat dihitung potensi pasar MICE
melalui jumlah kunjungan wisatawan dari pasar tersebut ke Bali dengan jumlah biro
perjalanan wisata yang menangani pasar MICE di Bali yang saat ini baru mencapai 5
buah biro perjalanan wisata dari 304 biro perjalanan yang ada saat ini di Bali.
Setelah proses pengolahan data, target pasar wisatawan MICE Eropa
(Perancis, Inggris, Jerman, Belanda dan Italia) yang datang ke Bali untuk tahun 2011
yaitu: jenis kelamin laki-laki sebesar 55,21 % dan perempuan 44,79 %, berdasarkan
usia dan usia 25 -64 tahun
Berdasarkan aspek pemasaran potensi pasar dari pasar MICE pada tahun 2011
adalah 149 orang per tahun, dari aspek analisis persaingan bahwa PT MMBC
Sumanda Tour & Travel memiliki pasar yang berbeda dibandingkan franchise PT
MMBC Tour & Travel yang ada sebelumnya di Bali dan memiliki beberapa pasar
yang potensial dan kerjasama yang baik dengan agen MICE dipasar Perancis, Inggris,
Jerman, Belanda dan Italia. Harga yang diberikan kepada agen MICE dipasar tersebut
adalah paket wisata MICE dengan mengkombinasikan harga tiket pesawat, hotel,
transportasi darat, tempat pertemuan dan paket wisata keliling Bali selama 8 jam yang
memberikan komisi pendapatan antara 1 20 % untuk memberikan keuntungan bagi
perusahaan.
Berdasarkan aspek keuangan, dengan investasi awal sebesar Rp.
1.191.732.580,- dengan operational cash flow pada tahun 2011 sebesar Rp.
538.183.291,-, tahun 2012 sebesar Rp. 512.827.649,-, tahun 2013 sebesar Rp.
525.810.938,-, tahun 2014 sebesar
Rp. 519.492.329,-, tahun 2015 sebesar Rp.
527.101.839,- dan terminal cash flow sebesar Rp. 617.687.500,-.Net Present Value
(NPV) yang dihasilkan sebesar Rp. 985.728.862,- merupakan nilai yang positif, IRR
39,73 % lebih besar dari WACC 13,08 % dan payback period dalam waktu 3 tahun, 8
bulan. Berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa pasar MICE
Eropa memiliki potensi pasar bagi biro perjalanan di Bali dan memenuhi kriteria
kelayakan bisnis.
Kata Kunci : Studi Kelayakan Biro Perjalanan Wisata, MICE, Aliran Kas
ABSTRACT
Title
Name
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM.............................................................................................. i
PRASYARAT GELAR.........................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................................... iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI.................................................................... iv
PERNYATAAN ORISINALITAS....................................................................... v
UCAPAN TERIMA KASIH................................................................................ vi
ABSTRAK..........................................................................................................viii
ABSTRACT..........................................................................................................ix
DAFTAR ISI........................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ...............................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv
BAB I
PENDAHULUAN
DAFTAR TABEL
No.
1.1
Tabel
Halaman
1.2
1.3
1.4
Jumlah Kunjungan Wisatawan Eropa yang Melakukan MICE Tahun 2006 2010....6
2.1
2.2
Tarif Pajak Badan Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap .37
5.1
5.2
5.3
5.4
5.5
5.6
5.7
Analisis SWOT.........................................................................................91
5.8
Proyeksi Peluang Pasar Penjualan Paket MICE PT. MMBC Sumanda Tour &
Travel Tahun 2011 2015 ......................................................................99
5.9
Proyeksi Market Share MICE PT MMBC Sumanda Tour & Travel Tahun 2011
2015..................................................................................................... 99
5.10
5.11
5.12
5.13
5.14
5.15
5.16
5.17
5.18
5.19
Sensitivitas NPV.......................................................................................117
DAFTAR GAMBAR
No
Gambar
Halaman
3.1.
3.2.
Konsep Konseptual................................................................................ 63
3.3.
3.4.
DAFTAR LAMPIRAN
No
Lampiran
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Gambar Bangunan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
suatu negara. Bagi bangsa Indonesia, sektor non migas ini semakin diharapkan
peranannya untuk menutupi penerimaan dari sektor migas yang sifatnya mengelola
sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui serta memperbesar penerimaan
devisa negara maupun memperlancar proses pembangunan nasional. Pembangunan
kepariwisataan diarahkan untuk mampu menggalakkan kegiatan ekonomi termasuk
sektor lain yang terkait, seperti lapangan kerja, pendapatan masyarakat, pendapatan
daerah dan pendapatan negara serta penerimaan devisa akan meningkat.
Indonesia yang merupakan negara berkembang memiliki perkembangan
investasi yang pesat disegala bidang sehingga semakin banyak wisatawan
mancanegara datang ke seluruh pelosok Indonesia untuk melakukan perjalanan bisnis
maupun rekreasi wisata yang terdapat dimasing-masing daerah, salah satunya adalah
Pulau Bali. Keunikan Bali dengan adat istiadat budaya yang unik, panorama alam
yang indah, dan masyarakatnya yang ramah menarik wisatawan mancanegara untuk
datang berkunjung. Kedatangan wisatawan mancanegara ke Bali memiliki beberapa
tujuan antara lain berlibur, mengunjungi teman, mengadakan pertemuan, kunjungan
kerja dan lain sebagainya. Terjadinya bencana bom di Kuta dan Kedonganan tidak
membuat wisatawan mancanegara takut untuk mengunjungi Bali, akan tetapi jumlah
kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali semakin meningkat yang dapat dilihat
pada Tabel 1.1 sebagai berikut:
Tabel 1.1
Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara Ke Indonesia dan Bali
Tahun 2006 2010 (Orang)
10000000
8000000
6000000
Bali
Indonesia
4000000
2000000
0
2006
2007
2008
2009
2010
Bali
1.260.317
1.664.854
1.968.892
2.229.945
2.493.058
Indonesia
4.871.351
5.505.759
6.234.497
6.323.730
6.823.883
Tabel 1.2
Perkembangan Biro Perjalanan Wisata, Cabang Biro Perjalanan Wisata dan
MICE di Provinsi Bali Tahun 2006 2010
Tahun
Biro Perjalanan
Wisata (BPW)
MICE
Total
2006
437
80
18
532
2007
472
82
18
569
2008
483
83
18
581
2009
526
85
18
626
2010
281
18
Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi Bali, 2010
304
Berdasarkan Tabel 1.2 di atas, terdapat penurunan jumlah biro perjalanan wisata
di Bali pada tahun 2010 sejumlah 322 buah atau 48 %, hal ini disebabkan oleh
banyaknya biro perjalanan wisata yang bangkrut sehingga tidak beroperasi. Biro
perjalanan wisata yang merupakan tonggak awal di dalam memberikan pelayanan
kepada wisatawan yang datang ke Bali memerlukan tambahan biro perjalanan wisata
yang memenuhi ketentuan yang disyaratkan oleh Dinas Pariwisata Provinsi Bali.
Salah satu biro perjalanan wisata yang akan berdiri adalah PT Medussa Multi
Business Center (MMBC) Sumanda Tour & Travel dimana perusahaan ini merupakan
salah satu Biro Perjalanan yang memiliki beberapa unit bisnis antara lain perekrutan
cabang dan agen diseluruh Indonesia, penjualan tiket pesawat domestik dan
mancanegara, voucher hotel, paket wisata, biro iklan, percetakan, biro jasa, jasa kurir
dan kargo.
Target pasar dari PT MMBC Sumanda Tour & Travel adalah wisatawan Eropa
antara lain Perancis, Inggris, Jerman, Belanda dan Italia, hal ini berdasarkan dari
jumlah kunjungan dari wisatawan Eropa ini ke Indonesia dan Bali yang dapat dilihat
pada Tabel 1.3 berikut ini:
Tabel 1.3
Jumlah Wisatawan Mancanegara dari 5 Negara Eropa yang Berkunjung Ke Indonesia
dan Bali Tahun 2006 2010
Negara
Jumlah
Kunjungan
(Orang)
Tahun
2006
2007
2008
2009
2010
Perancis
Indonesia
Bali
98.853 104.473
50.858 61.805
125.216
76.062
159.924
110.244
164.982
106.113
Inggris
Indonesia
Bali
110.412 121.599
62.772 70.841
150.412
82.440
169.271
92.898
181.883
104.375
Jerman
Indonesia
Bali
106.629 112.160
62.568 68.135
137.854
81.790
128.649
74.678
142.243
84.207
Belanda
Indonesia
Bali
114.687 110.272
40.833 52.870
106.987
65.203
140.771
74.409
155.442
75.312
Indonesia
35.859 29.570
Bali
16.961 19.110
Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali, 2010
33.300
19.632
40.448
19.446
38.667
20.220
Italia
Berdasarkan Tabel 1.3 di atas, rata-rata share dari wisatawan Perancis yang
berkunjung ke Bali dari tahun 2006 2010 adalah 61 %, share dari wisatawan Inggris
adalah 56 %, share dari wisatawan Jerman adalah 59 %, share dari wisatawan
Belanda adalah 49 % dan share dari wisatawan Italia adalah 54 %. Dengan jumlah
share yang mayoritas di atas 50 % kecuali Belanda dengan 49 % menyebabkan PT
MMBC Sumanda Tour & Travel memilih target pasar ini. Pasar Eropa merupakan
pasar yang potensial dalam menarik wisatawan yang akan melakukan MICE
(Meeting, Intensive, Convention dan Exhibition) di Bali dimana 5 bangsa Eropa yang
dipilih memiliki kemampuan di dalam berbahasa Inggris yang baik selain bahasa
negaranya masing-masing. Karakteristik dari Wisatawan Eropa yang menggabungkan
No
Kunjungan dari
Negara (Orang)
2006
2007
Tahun
2008
2009
2010
Perancis
4.577
5.562
6.846
9.922
9.550
Inggris
7.533
8.501
9.893
11.148
12.525
Jerman
7.408
8.067
9.684
8.842
9.970
Belanda
2.858
3.701
4.564
5.209
5.272
5 Italia
4.071
4.586
Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi Bali, 2010
4.712
4.667
4.853
Berdasarkan pada Tabel 1.4 di atas dapat diketahui bahwa Wisatawan Perancis
yang datang ke Bali dan melakukan kegiatan MICE adalah sebesar 9 %, Wisatawan
Inggris sebesar 12 %, Wisatawan Jerman sebesar 11 %, Wisatawan Belanda sebesar 7
%, Wisatawan Italia sebesar 24 %, sedangkan Biro Perjalanan Wisata yang
merupakan peluang yang baik bagi PT MMBC Sumanda Tour & Travel untuk
memperoleh pasar MICE di Bali.
Berdasarkan aspek persaingan terdapat beberapa biro perjalanan wisata dalam
wilayah yang sama di Jalan Beraban, Kerobokan, Kuta atas nama PT MMBC 99 Tour
& Travel yang berlokasi diperumahan Dukuh Sari, Gatot Subroto Barat. Didepan dari
tempat usaha yang akan ditetapkan juga relatif ramai karena merupakan alternatif
jalan dari Denpasar atau Kuta menuju kearah Dalung, Tabanan dan sekitarnya.
Aspek hukum, yaitu aspek yang menjadi landasan hukum yang mendasari
pembuatan izin biro perjalanan wisata, aspek teknis yaitu meliputi bangunan yang ada
untuk mendukung operasional
untuk menjadikan bangunan ini menjadi representatif untuk dijadikan kantor, dan
sistem pelayanan yang sesuai.
Aspek sosial ekonomi yaitu aspek yang menyangkut tentang dampak yang
ditimbulkan dari perusahaan ini kepada masyarakat sekitarnya, aspek manajemen dan
sumber daya manusia yaitu aspek yang menyangkut siapa dan bagaimana
pelaksanaannya dan yang terakhir adalah aspek keuangan yaitu aspek yang
menyangkut pendanaan yang diperlukan untuk mendirikan biro perjalanan wisata, dan
proyeksi pendapatan serta biaya-biaya dimana keputusan investasi dikatakan layak
untuk dilaksanakan bilamana dapat memberikan keuntungan secara keuangan dan non
keuangan. Secara keuangan dikatakan layak bilamana ada hasil lebih dari selisih
besarnya hasil investasi terhadap biaya investasi. Penelitian terhadap lima aspek ini
lebih menekankan kepada aspek pasar dan pemasaran serta aspek keuangan.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka yang menjadi pokok
permasalahan adalah :
Apakah pendirian PT Medussa Multi Business Center (MMBC) Sumanda Tour &
Travel di Bali layak dilihat dari aspek pasar dan finansial?
1.3
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
1) Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam bentuk hasil
penelitian sebagai acuan penelitian selanjutnya, khususnya kelayakan
investasi terhadap Biro Perjalanan Wisata di Bali.
2) Manfaat Praktis
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi
manajemen sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan
investasi.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Studi Kelayakan Proyek
Menurut Husnan dan Muhamad (2000) menyatakan bahwa studi kelayakan
proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan
proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil.
Pada umumnya studi kelayakan proyek akan menyangkut tiga aspek, yaitu:
1)
Manfaat ekonomis proyek tersebut bagi proyek itu sendiri (sering juga disebut
sebagai manfaat finansial). Yang berarti apakah proyek itu dipandang cukup
menguntungkan apabila dibandingkan dengan risiko proyek tersebut.
2)
Manfaat ekonomis proyek tersebut bagi negara tempat proyek itu dilaksanakan
(sering juga disebut sebagai manfaat ekonomi nasional). Yang menunjukkan
manfaat proyek tersebut bagi ekonomi makro suatu negara.
3)
Manfaat sosial proyek tersebut bagi masyarakat sekitar proyek tersebut. Ini
merupakan studi yang relatif paling sulit untuk dilakukan.
Semakin sederhana proyek yang akan dilaksanakan, semakin sederhana pula lingkup
penelitian yang akan dilakukan. Bahkan banyak proyek-proyek investasi yang
mungkin tidak pernah
harus ditentukan aspek-aspek apa saja yang akan dipelajari, walaupun belum ada
kesepakatan tentang aspek apa saja yang perlu diteliti, tetapi pada umumnya
penelitian akan dilakukan terhadap aspek-aspek pasar, teknis keuangan, hukum dan
ekonomi negara. Tergantung pada besar kecilnya dana yang tertanam dalam investasi
tersebut, maka terkadang juga ditambah studi tentang dampak sosial.
2.4.1 Aspek Pasar dan Pemasaran
Secara umum, pasar adalah sebagai tempat berlangsungnya pertukaran barang
atau jasa antara penjual dan pembeli.
Umar (2001) mengemukakan pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual
dan pembeli, atau saling bertemunya antara kekuatan permintaan dan penawaran
untuk membentuk suatu harga. Pengertian lain menyebutkan bahwa pasar merupakan
kumpulan orang orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk belanja,
dan kemauan untuk membelanjakannya. Jadi ada tiga faktor utama yang menunjang
terjadinya pasar yaitu orang dengan segala keinginannya, daya belinya serta tingkah
laku pembeliannya.
Permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang mampu dibeli oleh para
konsumen selama periode tertentu berdasarkan sekelompok kondisi tertentu,
sedangkan penawaran adalah jumlah barang atau jasa yang rela dan mampu dijual
oleh para produsen dalam jangka waktu tertentu dan berdasarkan sekelompok kondisi
tertentu pula.
Permintaan dan penawaran suatu barang atau jasa dapat menimbulkan peluang
pasar. Adanya peluang pasar ini memungkinkan timbul produsen baru yang menjadi
pesaing bisnis dari produsen yang sudah berjalan atau beroperasi. Akibatnya terjadi
perebutan pangsa pasar yang masih ada antara produsen untuk menjual barang atau
jasa yang dihasilkannya.
Sucipto (2010) mengemukakan kajian yang dilakukan dalam aspek pasar dan
pemasaran bertujuan untuk menguji sejauh mana pemasaran dari produk yang
dihasilkan perusahaan dapat mendukung pengembangan usaha atau bisnis yang
direncanakan. Agar kajian aspek pasar dan pemasaran sesuai dengan rencana dan
tujuan bagi pelaku bisnis, maka perlu dikaji beberapa faktor yang berkaitan dengan
aspek pasar antara lain potensi pasar, peluang pasar atas produk yang diluncurkan
untuk dimasa datang serta market share yang dapat diserap oleh bisnis tersebut dari
keseluruhan pasar potensial. Sedangkan kajian aspek pemasaran berkaitan dengan
bagaimana penerapan strategi pemasaran dalam rangka meraih sebagian pasar
potensial atau peluang pasar yang ada. Dengan kata lain seberapa besar market share
(pangsa pasar) yang ditentukan dapat diraih sangat bergantung pada penerapan
strategi pemasaran yang dipilih. Terdapat empat hal pokok yang dapat ditelaah dalam
aspek pasar, yaitu:
2.4.1.1 Potensi Pasar (Market Potential)
Sucipto (2010) menyatakan bahwa potensi pasar adalah peluang penjualan
optimum yang dapat dicapai oleh seluruh penjualan baik saat ini maupun yang akan
datang atau potensi pasar adalah seluruh permintaan/kebutuhan konsumen yang
didasarkan pada dua faktor yaitu jumlah konsumen potensial dan daya beli.
Konsumen potensial adalah konsumen yang memiliki keinginan/hasrat untuk
membeli, sedangkan daya beli adalah kemampuan konsumen untuk membeli
barang/produk. Dengan melihat potensi pasar maka dapat dilakukan evaluasi apakah
ada atau tidak potensi untuk memasarkan barang/produk di pasar.
2.4.1.2 Peramalan Permintaan Pasar (Market Demand Forecasting)
Didalam menentukan suatu proyek investasi baik dalam bentuk financial assets
maupun real assets, maka diperlukan peramalan untuk mengetahui prospek pada
masa yang akan datang. Salah satu cara yang terbaik untuk meramalkan jumlah
permintaan pada masa yang akan datang adalah dengan menelaah permintaan akan
produk tersebut pada masa lalu hingga kini.
Sutoyo (2000) menyebutkan bahwa perkiraan jumlah permintaan produk dapat
dilakukan dalam tiga tahap yakni melakukan riset pasar dan pemasaran, menyusun
demand forecast produk dengan menggunakan metode demand forecast dan
menyusun final demand forecast yang akan dipergunakan sebagai bahan masukan
evaluasi aspek pemasaran dan kegunaan lainnya. Riset pasar dan pemasaran
dilakukan, baik dengan menganalisis data sekunder maupun dengan jalan terjun
yang panjang
= Y
= XY : X2
Jika X
= 0
:n
(Y c X2) : n
XY : X2
Jika X = 0
(3) Metode Trend Eksponensial
Metode ini digunakan jika data yang tersedia cenderung naik turun dengan
perbedaan yang tidak terlalu banyak, tetapi secara keseluruhan cenderung naik.
Fungsi persamaan dari metode ini adalah: Y1 = a b x yang dapat diubah ke dalam
fungsi logaritma :
LogY1
= (Log Y) : n
Log b
= {X (LogY)} : X2
Sedang hasil peramalannya dilakukan dengan mencari arti logaritma dari hasil
peramalan dengan fungsi logaritma tersebut.
(4) Metode Regresi Korelasi
Metode ini mendasarkan diri pada hubungan sebab akibat atas tenjadinya variasi
dan suatu variabel, dan hubungan sebab akibat tersebut nampak dalam fungsi
persamaan regresi. Korelasi merupakan alat pembantu yang berguna untuk
mengetahui sejauh mana intentitas hubungan yang terjadi antara variabel-variabel
yang bersangkutan. Diantara metode yang paling banyak digunakan adalah metode
regresi linear sederhana.
Pada metode regresi linear sederhana ini terdapat satu variabel yang dianggap
berpengaruh atas terjadinya variabel yang lain dan fungsi persamaan linearnya adalah:
Y = a + bX
X
a, b = Koefisien regresi
Dengan menggunakan metode least squared nilai koefisien a dan b dapat
diperoleh dengan :
b
n XY - X Y
n X2 (X)2
Y - b X
n
Gambar 2.1.
Elemen Struktur Industri
Pendatang Baru
Pesaing Industri
Pemasok
Pembeli
Persaingan diantara
perusahaan yang
ada.
Produk Pengganti
1)
2)
3)
4)
Total bobot (weighted score) akan berada pada rentang 1,0 (rendah) dan 4,0 (tinggi).
Skor untuk rata-rata adalah 2,5 dan apabila berada dibawah dari 2,5 dikategorikan
bahwa perusahaan berada pada posisi yang lemah.
Analisis CPM ini menggunakan perusahaan yang diteliti yang kemudian
dibandingkan dengan pesaing lainnya. Analisis menggunakan CPM ini lebih baik
dibandingkan dengan Internal matriks (Internal Factor Evaluation matrix) dan
eksternal matriks (External Factor Evaluation matrix) karena CPM terdiri dari faktorfaktor internal dan eksternal dari perusahaan yang diteliti dengan pesaing utamanya.
2.4.1.4 Strategi Pemasaran (Marketing Strategy)
1) Segmentasi, Targeting dan Positioning
(1) Segmenting
Menurut Kotler (2009), menyatakan bahwa segmentasi pasar yaitu membagi
sebuah pasar ke dalam kelompok-kelompok pembeli yang berbeda yang mungkin
menghendaki bauran produk atau pemasaran terpisah. Perusahaan mengidentifikasi
cara-cara yang berbeda untuk memilah pasar dan mengembangkan profil segmensegmen pasar yang dihasilkan. Langkah kedua adalah penetapan pasar sasaran
(targeting), yaitu mengevaluasi daya tarik setiap segmen dan memilih satu atau lebih
dari segmen pasar tersebut untuk dimasuki. Langkah ketiga adalah penentuan posisi
pasar (positioning), yaitu menetapkan posisi bersaing produk dan menciptakan bauran
pemasaran yang rinci.
Menurut Yoeti (2003), menyatakan bahwa tujuan dari segmentasi pasar adalah
untuk menciptakan strategi pemasaran (marketing strategy) bagi masing-masing
segmen pasar yang kebutuhan dan keinginan yang berbeda, sehingga diperoleh one
market, one marketing strategy.
(2) Targetting
Pasar yang sudah disegmentasi menuruh kebutuhan/segmen kemudian dipilih
salah satu atau beberapa segmen yang disebut target. Target dipilih dengan
mempertimbangkan kemampuan internal organisasi dan besarnya segmen yang bisa
dilayani atau diperkirakan dapat memberikan profitabilitas tinggi. Beberapa alternatif
dalam pemilihan target pasar antara lain:
a) Un-Differentiated Market
Pasar bersifat homogen dan dianggap sebagai kumpulan orang-orang yang
menekankan pada karakteristik umum dan mengharapkan semua orang
akan membeli produk yang ditawarkan.
b) Concentrated Market (Single Segmenting)
Perusahaan akan mengandalkan segmen pasar tunggal dan pada segmen
ini, kegiatan pemasaran akan difokuskan.
c) Extensive Segmenting
Pasar homogen dibagi dalam bermacam-macam segmen pasar dan
selanjutnya produk ditawarkan kepada segmen pasar yang berbeda dengan
strategi pemasaran yang berbeda pula.
d) Selective Segmenting
Berdasarkan segmen-segmen yang bervariasi seperti pada extensive
segmenting di atas, kemudian dipilih atau seleksi segmen-segmen yang
dianggap memiliki potensi yang besar, sehingga dengan segmen pasar
pilihan dapat dijadikan target pasar dari suatu perusahaan.
(3) Positoning
Pasar yang telah menjadi target perlu diposisikan untuk keunikan dan keunggulan
produk, jasa dan nilai, serta manfaatnya dalam menyelesaikan masalah, oleh karena
itu menempatkan produk/jasa dalam benak konsumen dapat berupa keunggulan
bentuk jasa/produk. Jasa yang ditempatkan mengacu dan terkait dengan nilai (value)
dan manfaat (benefit) yang ditempatkan pada benak konsumen. Beberapa pendekatan
penentuan posisi menurut:
a) Atribut (attribute positioning) yaitu penempatan yang didasarkan atribut, ciriciri atau manfaat bagi pelanggan berdasarkan atas derajat kepentingan
(importance),
keunikan
(distinctiveness),
dapat
dikomunikasikan
Tabel 2.1
Matriks Analisis SWOT
Matriks Analisis SWOT
Strengths (S)
Weaknesses (W)
Strategi SO
Strategi WO
Threats (T)
Strategi ST
Strategi WT
2)
3)
utama maupun penerimaan lain sebagai akibat dari adanya kegiatan usaha.
Rekapitulasi ini bertujuan untuk menghitung besarnya arus kas masuk, yaitu
besarnya perkiraan netto dari pemasukan yang akan diterima selama periode
umur usaha tersebut. Unsur penerimaan usaha meliputi:
a) Perkiraan penjualan yang telah dihitung pada analisis pemasaran
b) Harga jual yang ditetapkan
c) Tambahan pendapatan lain-lain yang mungkin diperoleh karena
adanya pendirian usaha ini.
2) Rekapitulasi biaya usaha, yaitu membuat rekap dari semua biaya usaha yang
sudah dihasilkan atau diputuskan. Unsur biaya usaha meliputi: biaya pra
operasi, biaya investasi, biaya operasi. Biaya-biaya tersebut sebelum
digunakan untuk dimasukkan kedalam analisis perlu diteliti untuk menentukan
masuk dalam perhitungan penilaian usaha atau diperhitungkan nanti setelah
usaha beroperasi. Pengelompokkan biaya meliputi biaya penyusutan, biaya
amortisasi, biaya bunga dan biaya sunk cost.
3) Membuat laporan aliran kas yaitu menguji aliran kas masuk yang dihasilkan
berdasarkan kriteria keuangan yang ada. Hal ini merupakan kegiatan inti yang
harus dilakukan dalam ananlisis studi kelayakan, secara umum laporan kas
dapat diperoleh dengan cara mengurangi total rekap perkiraan penerimaan
dengan total rekap perkiraan biaya usaha.
Dalam analisis dari aspek keuangan diperlukan data yang akan dipakai untuk
mencari besar-besaran yang dibutuhkan dalam perhitungan dan teori yang
mendukung dalam penilaian studi kelayakan meliputi kebutuhan dana, sumber
dana, biaya modal dan struktur modal, nilai waktu dari uang, depresiasi,
amortisasi dan pajak.
2.4.6.1 Kebutuhan Dana
Berdasarkan jenis penggunaan dana, maka dana yang dibutuhkan dibedakan atas:
1) Dana investasi awal atau investasi inisial (initial investment) yaitu dana
investasi yang diperlukan untuk mengadakan barang modal (mesin, bangunan,
gudang, bangunan kantor, perumahan untuk tenaga kerja langsung, tanah
lokasi, pemasangan, produksi, percobaan, pengadaan alat-alat kantor (mesin
kantor dan furniture), jasa-jasa umum (listrik, air dan telepon), dan sarana
pendukung lainnya (jalanan proyek, kendaraan bermotor, rumah dinas dan
fasilitas lainnya).
2) Dana modal kerja (working capital), yaitu dana yang diperlukan untuk
membiayai aktivitas operasi sesudah proyek memasuki fase operasi komersial.
Dari uraian di atas, maka investasi memerlukan dua macam pengeluaran yaitu:
1) Pengeluaran modal (capital expenditure), yaitu pengeluaran untuk investasi
inisial.
2) Pengeluaran operasi untuk pendapatan (operating or revenue expenditure)
yaitu modal kerja yang dibutuhkan untuk membiayai operasi sesudah
memasuki fase operasi komersial.
Menurut Husnan & Muhammad (2000), aktiva tetap yang diperlukan untuk
investasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Aktiva tetap berwujud
(1)
(2)
(3)
(4)
(2)
(3)
Kebutuhan dana untuk modal kerja dapat diartikan sebagai modal kerja brutto
atau modal kerja netto. Modal kerja brutto menunjukkan semua investasi yang
diperlukan untuk aktiva lancar yang terdiri dari: kas, surat-surat berharga, piutang,
persediaan, dan lainnya. Modal kerja netto merupakan selisih antara aktiva lancar
dengan hutang jangka pendek (kurang dari satu tahun).
2.4.6.2 Sumber Dana
Menurut Husnan & Muhammad (2000), sumber-sumber dana yang utama
adalah modal sendiri, saham biasa atau saham preferen, obligasi, kredit bank, leasing
(sewa guna), project finance.
Menurut Sutojo (2002), pembangunan dan pengoperasian proyek dapat
dibiayai dengan dua sumber pembiayaan utama antara lain dana sendiri (equity
investment) dan pinjaman dari pihak ketiga (project financing). Disamping kedua
sumber pembiayaan utama itu, dalam kasus-kasus tertentu diadakan sumber
pembiayaan ketiga yang bersifat semi modal sendiri, yaitu pinjaman dari pemegang
saham (shareholders loan). Dari beberapa pengertian diatas, sumber dana investasi
berasal dari modal sendiri dan atau modal pinjaman yang disesuaikan dengan kondisi
dan situasi dari masing-masing perusahaan.
2.4.6.3 Biaya Modal (Cost of Capital)
1) Biaya Modal Individu
Biaya modal adalah biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan karena
menggunakan sumber dana tertentu, baik modal sendiri atau berasal dari pinjaman.
Modal sendiri dapat berupa bisa berupa saham preferen, biasa atau laba ditahan. Biaya
modal keseluruhan sering dipakai sebagai tingkat keuntungan yang layak dari suatu
proyek yang disebut juga cut off rate. Untuk bisa menghitung biaya modal
keseluruhan, maka perlu menghitung terlebih dahulu biaya modal dari masing-masing
pendanaan (Husnan & Muhammad, 2000) antara lain:
Nilai uang pada waktu yang berbeda memiliki penghargaan yang tidak sama,
rupiah saat ini dihargai lebih tinggi daripada rupiah nanti. Nilai waktu dari uang
memberikan dampak terhadap nilai perusahaan, dimana penetapan waktu arus kas
mempengaruhi nilai aktiva dan tingkat pengembalian. Semua konsep yang digunakan
dalam keuangan, tidak ada yang lebih penting selain nilai waktu dari uang atau
analisis arus kas yang didiskontokan (discounted cash flow) (Brigham & Houston,
2003)
Peringkat atau alat yang sangat penting dalam analisis nilai waktu adalah
garis waktu (time line), yang menggambarkan secara grafis penetapan arus kas. Nilai
angka pada waktu menunjukkan akhir periode, arus kas ditunjukkan secara langsung
dibawah tanda (arus kas keluar diberi tanda negatif), dan suku bunga secara langsung
ditunjukkan diatas garis waktu. Arus kas yang belum diketahui dan dicoba untuk
dicari dalam analisis diberi tanda tanya.
Proses yang berjalan dari nilai hari ini atau nilai sekarang (PV) menjadi nilai
masa depan (FV) disebut sebagai pemajemukan (compounding). Pemajemukan
merupakan proses aritmatik dalam menentukan nilai akhir arus kas atau serangkaian
arus kas apabila bunga majemuk diterapkan.
2.4.6.5 Depresiasi, Amortisasi dan Pajak
1) Depresiasi
Syamsudin (2002) menyatakan Depresiasi yang dikenal sebagai penghapusan
merupakan salah satu komponen biaya tetap yang timbul karena digunakannya aktiva
tetap, dimana biaya ini dapat dikurangkan dari revenue/penghasilan.
tingkat yang digunakan dalam metode straight line dikalikan dua dan jumlah yang
digunakan sebagai dasar perhitungan depresiasi adalah keseluruhan nilai investasi.
Jumlah depresiasi pada tahun terakhir akan sama dengan nilai buku pada awal
tahun terakhir dikurangi dengan jumlah nilai residu.
(3)
aktiva harus dijumlah. Jikan adalah umur ekonomis dari suatu aktiva dan S
adalah jumlah keseluruhan bilangan umur teknis dari aktiva tersebut maka jumlah
depresiasi pada tahun pertama adalah n/S, pada tahun kedua (n-1)/S dan
seterusnya, dikalikan dengan depricable value.
Brigham dan Houston (2003) menyatakan bahwa pedoman sederhana yang
dikenal dengan MACRS (modified accelerated cost recovery system) menciptakan
beberapa kelas aktiva, dimana masing-masing memiliki umur lebih atau kurang
yang ditetapkan secara arbitrer dan disebut periode pemakaian (recovery period)
atau umur kelas (class life) seperti pada Tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.2
Kelas Utama dan Umur Aktiva untuk MACRS
Kelas
Jenis Properti
3 tahun
5 tahun
7 tahun
10 tahun
27,5 tahun
39 tahun
2) Amortisasi
Menurut Fraser dan Ormiston (2008) menyatakan amortisasi merupakan proses yang
diterapkan kepada sewa guna usaha modal, bangunan yang belum selesai, dan biaya
kadaluarsa aktiva tidak berwujud, seperti paten, hak cipta, merek dagang, lisensi,
franchise dan goodwill.
3) Pajak
Tarif pajak yang diterapkan atas penghasilan kena pajak bagi wajib pajak badan
dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebagai berikut:
Tabel 2.3
Tarif Pajak Badan Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap
Lapisan Penghasilan Kena Pajak
Tarif Pajak
10 %
15 %
30 %
Pendapatan atau penjualan adalah hasil penjualan produk atau jasa utama yang
dihasilkan perusahaan kepada pelanggan.
2) Harga pokok penjualan
Harga pokok penjualan merupakan biaya produksi sesungguhnya dari produk atau
jasa yang dijual pada periode tertentu.
3) Biaya pemasaran
Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan untuk memasarkan produk dan jasa
yang dihasilkan pada periode tertentu, misalnya biaya iklan, biaya gaji salesman, dan
biaya promosi.
4) Biaya administrasi dan umum
Biaya administrasi dan umum adalah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan
administrasi dan umum perusahaan. Contohnya adalah biaya gaji direksi, biaya
penyusutan, biaya perlengkapan kantor dan biaya telepon.
5) Pendapatan luar usaha (non operasional)
Pendapatan luar usaha atau non operasional adalah pendapatan yang diperoleh bukan
dari bisnis utama perusahaan, misalnya keuntungan penjualan aktiva tetap, dan bunga
bank bagi perusahaan non bank.
6) Biaya luar usaha (non operasional)
Biaya luar usaha adalah biaya yang dikeluarkan untuk aktivitas yang bukan
dari bisnis utama. Contoh biaya ini adalah biaya bunga bank dan biaya sumbangan.
Menurut Brigham & Houston, (2003), laporan rugi laba merupakan cara untuk
melihat profitabilitas suatu usaha, berapa besar keuntungan atau kerugian yang
dialami oleh perusahaan pada periode tertentu.
2.3.6.7 Arus kas (Cash flow)
Menganalisis suatu proyek apakah layak atau tidak untuk dilaksanakan dapat
dilakukan dengan melihat arus kas yang akan dihasilkan oleh proyek tersebut mulai
dari persiapan sampai dengan proyek tersebut jalan dalam beberapa tahun pertama.
Menurut Husnan dan Muhammad (2000), arus kas yang berhubungan dengan
suatu proyek dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yakni arus kas permulaan
(initial cash flow), arus kas operasional (operasional cash flow) dan arus kas terminal
(terminal cash flow). Pengeluaran pengeluaran untuk investasi pada awal periode
mungkin tidak hanya sekali, merupakan arus kas permulaan, arus kas yang timbul
selama operasi proyek itu disebut sebagai arus kas operasional dan arus kas yang
diperoleh pada waktu proyek tersebut berakhir disebut sebagai arus kas terminal.
Berdasarkan definisi arus kas di atas dapat dikatakan bahwa sungguh amat
penting untuk menghitung arus kas dalam rangka menganalisis suatu investasi. Arus
kas dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu arus kas awal (initial cash flow), arus kas
operasional (operational cash flow) dan arus kas akhir (terminal cash flow).
1)
keperluan tetap dan penentuan besarnya modal kerja. Aliran kas ini biasanya diberi
notasi negatif, artinya kas yang dikeluarkan. Aliran kas ini terjadi pada tahun ke 0,
artinya perusahaan belum beroperasi dan pengeluaran kas untuk keperluan initial
investment ini tidak dapat digunakan untuk menilai profitabilitas proyek.
Husnan dan Muhammad (2000) menyatakan bahwa mungkin sekali untuk
proyek-proyek besar, initial cash flow tidak hanya terjadi pada awal periode, tetapi
terjadi beberapa kali, pada tahun kesatu, kedua dan seterusnya.
2)
(kegiatan utama perusahaan). Aliran kas operasional meliputi aliran kas masuk dan
aliran kas keluar. Aliran kas masuk berasal dari penjualan (pendapatan), sedangkan
aliran kas keluar adalah kas yang dikeluarkan untuk membayar operasional
perusahaan seperti biaya pokok perusahaan, biaya administrasi dan umum dan
penjualan serta biaya-biaya lainnya dalam rangka untuk memperoleh pendapatan.
Aliran kas ini harus steril dari keputusan pembelanjaan seperti kas masuk dari
setoran pemilik, kas untuk membayar pokok utang dan lain sebagainya. Alasan yang
mendasarinya adalah kas netto yang digunakan sebagai dasar untuk penilaian
keberhasilan investasi suatu proyek jangan terdistorsi.
Menurut Suratman (2001) terdapat tiga prinsip yang harus diperhatikan dalam
menentukan estimasi arus kas operasional yakni:
1)
2)
3)
Harus didasarkan pada dengan dan tanpa proyek jika proyek investasi untuk
pengembangan / penambahan dari proyek yang sebelumnya sudah berjalan.
Oleh karena itu estimasi kas ditentukan atas dasar incremental antara dengan
investasi dan tanpa investasi baru.
Untuk menentukan aliran kas operasional terdapat dua cara yaitu:
1) Menjumlahkan seluruh kas masuk yang berasal dari penjualan, kemudian
dikurangi dengan seluruh aliran kas keluar untuk operasional.
2)
dipergunakan untuk menaksir operational cash flow setiap tahunnya adalah dengan
menyesuaikan taksiran rugi laba yang disusun berdasarkan pninsip-prinsip akuntansi
dan menambahkannya dengan biaya-biaya yang sifatnya bukan tunai, sebagai contoh
adalah penyusutan.
3)
ekonomis proyek. Oleh karena itu arus kas ini berasal dari modal kerja dan penjualan
aktiva tetap yang sudah habis umur ekonomisnya.
Dalam menaksir arus kas setiap tahunnya, cara yang paling banyak digunakan
adalah dengan menyesuaikan taksiran daftar laba rugi yang disusun oleh proyek
dengan berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi dan menambahkannya dengan biayabiaya yang sifatnya bukan tunai seperti penyusutan dan amortisasi (cara kedua).
Metode Payback
Salah satu metode konvensional yang digunakan untuk mengukur berapa lama
proyek investasi akan mengembalikan dana investasi yang telah dikeluarkan adalah
metode payback period. Kriteria yang digunakan dalam metode ini adalah jika waktu
yang dihasilkan oleh perhitungan metode ini lebih pendek dari yang diharapkan, maka
proyek dikatakan menguntungkan, sedangkan jika lebih lama maka proyek ditolak.
Metode ini mendasarkan perhitungannya kepada arus kas dari proyek tersebut.
Menurut Husnan dan Muhammad (2000) problem utama dari metode ini adalah
sulitnya menentukan periode payback maksimum yang disyaratkan, untuk
dipergunakan sebagai angka pembanding. Secara normatif memang tidak ada
pedoman yang bisa dipakai untuk menentukan payback maksimum ini. Kelemahan
lain dari metode ini adalah diabaikannya nilai waktu uang dan diabaikannya arus kas
setelah periode payback. Untuk mengatasi kelemahan ini ada yang menggunakan
discounted payback, di mana arus kas operasional kas tersebut dan juga terminal cash
flow didiscountedkan dengan tingkat bunga yang relevan.
2)
CFo1
CFo2
CFo3
CFo n + TCF
NPV =
+
(1+r)
+
(1 +r)
+ . +
(1 +r)
- Io
(1+r)
Keterangan:
NPV
CFo
Io
TCF
layak atau tidak, dengan cara membandingkan antara tingkat keuntungan yang
diharapkan. Perhitungan IRR dilakukan dengan cara mencari discount rate yang dapat
menyamakan antara present value dari arus kas dengan present value dari investasi.
Apabila tingkat bunga ini (IRR) lebih besar dari tingkat bunga yang diharapkan,
maka investasi proyek tersebut dikatakan menguntungkan dan sebaliknya.
Suratman (2001) menyebutkan bahwa untuk menentukan IRR ini adalah dengan
menggunakan prinsip interpolasi yang secara matematis tingkat IRR ini dinyatakan
sebagai r dan mengingat dalam proyek investasi arus kas awal (initial investment)
dilakukan pada tahun ke 0, maka formulasi di atas dapat dimodifikasi menjadi:
A1
A0
A2
+
(1+r)1
A3
+
(1 +y)2
An
+ . +
(1 +r)3
- Io
(1+r)n
di mana ;
Ao
A1 An = Penerimaan kas bersih (proceed) dari tahun pertama sampai tahun ke-n
R
menekankan pada metode net present value karena metode ini merupakan metode
yang memperhatikan nilai uang (tidak seperti metode payback) dan menunjukkan
nilai absolutnya (dalam metode IRR hanya menunjukkan secara relatif/prosentase).
Namun dernikian untuk perbandingan, kedua metode tersebut yakni payback dan IRR
juga akan dihitung.
2.4.6.9 Analisis Sensitivitas
Kemampuan proyek memasarkan produk dan menghasilkan keuntungan
dipengaruhi oleh berbagai faktor baik internal maupun eksternal perusahaan. Contoh
faktor internal adalah biaya pokok produk yang akan dihasilkan, sedangkan contoh
faktor eksternal adalah perkembangan harga produk sejenis di pasar.
Apabila diketahui ada faktor-faktor internal atau eksternal yang besar sekali
pengaruhnya terhadap kemampuan proyek dalam menghasilkan penjualan dan
(2)
Agen Perjalanan Wisata adalah usaha jasa perantara untuk menjual dan atau
mengurus jasa untuk perjalanan wisata.
(3)
Cabang Biro Perjalanan Wisata adalah unit usaha Biro Perjalanan Wisata
yang berkedudukan di wilayah administratif yang sama dengan kantor
pusatnya atau di wilayah administrasi lain yang melakukan kegiatan usaha
kantor pusat.
b)
nama-nama
pengurus/pemimpin
dan
karyawan
dengan
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
3.1
Kerangka Konseptual
Sebagai tahap awal dari perkembangan hotel ini diproyeksikan akan memiliki
tingkat hunian rata-rata sekitar 53 % atau sekitar US$ 105, untuk bagian makanan dan
minuman akan memperoleh pendapatan sekitar 40,2 % dari total pendapatan hotel
atau US$ 78 dari kamar yang terisi, telepon akan menghasilkan US$ 1 dari kamar
yang terisi, estimasi biaya untuk administrasi dan umum adalah US$ 5000 per kamar
atau US $ 1.500.000 per tahun 2006, untuk pemasaran yang dilakukan adalah
pemasaran agresif dengan estimasi biaya pemasaran sekitar US$ 3.700 per kamar
yang tersedia atau sekitar 9,9 % dari seluruh pendapatan., biaya franchise dibebankan
sekitar 12,5 % dari gross pendapatan, operasional dan perbaikan dibebankan sekitar
US $ 2.300 per kamar yang tersedia atau sekitar 6,1 % dari total pendapatan, biaya
manajemen hotel akan dibebankan ke total pendapatan sebesar 3 %, biaya asuransi
sebesar 1,1 % dari total pendapatan setiap tahunnya dan penggantian peralatan seperti
furniture dianggarkan sekitar 3 % dari gross pendapatan. Konsumen Profit indeks
pada tahun 2000 adalah 3,4 %, pada tahun 2001 adalah 1,6 %, pada tahun 2002 adalah
2,4 %, hal ini didasarkan atas aktivitas dari konsumen dan latar belakangnya
Gianluca Serra (2007) dengan Studi Kelayakan Ekowisata di Gurun Palmyra,
Syria (Ecotourism In Palmyra Desert, Syria, A Feasibility Study) mengungkapkan
dari analisis pasar menyatakan bahwa Syria memiliki potensi untuk wisata
menyaksikan perkembangan burung (birdwatching) dan wisata alam (nature holidays)
terdapat beberapa tour operator yang tertarik untuk membawa wisatawan untuk
datang berkunjung ke Syria antara lain dari tour operator dari Inggris yang bernama
Birdwatching Breaks pada tahun 2006 dan pada tahun yang sama Naturetrek
menginginkan untuk adanya desain yang pasti untuk daerah wisata alam di Gurun
Palmyra, Syria yang juga ditunjang oleh akomodasi, makanan lokal, interpretasi dan
transportasi lokal.
adalah peningkatan gaji dari guru dengan biaya $ 143.600, NPV $ 65.500 dan rasio
benefit cost sebesar 1,46.
Cowi (2007) melakukan studi kelayakan tentang jalan kereta api di Baltik,
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai secara strategis keseluruhan kebutuhan
dan apa yang potensial untuk dikembangkan terhadap kereta api di Baltik. Konsep
dari studi ini adalah imaginatif, strategik dan berkelanjutan dimana akan
menghubungkan antara kota Tallinn di Estonia selanjutnya negara Latvia, Lithuania
hingga Kota Warsawa di Polandia.
Terdapat 3 investasi yang dipilih berdasarkan analisis ekonomi dan finansial.
Paket pertama adalah dimana Standar Rusia (menggunakan listrik) dipergunakan
untuk proyek pengembangan kereta api di Latvia, Lithuania dan Estonia sedangkan
untuk Kota Kaunas dan perbatasan Polandia menggunakan standar Eropa (tidak
menggunakan listrik) dengan kecepatan minimum 120 km/jam dan penambahan rel
kereta api sepanjang 185 km, paket kedua dengan memberikan kecepatan minimum
kepada kereta api menjadi 160 km/jam dan paket ketiga mengukur dan menilai
dengan menggunakan standar Eropa yang merupakan perencanaan yang paling
ambisius karena dengan menambah kecepatan kereta api menjadi minimum 200
km/jam.
Asumsi dari studi kelayakan ini adalah dengan meminjam dari Uni Eropa
sebesar 60% dari total investasi sehingga hasil yang diperoleh dari paket satu adalah
moderat dimana pada tahun 2034 sekitar 1,9 juta penumpang sekitar latvia, 1,2 juta
sekitar Polandia, dan 1,5 juta disekitar kota kaunas, biaya investasi sekitar 979 juta,
NPV -10 juta dan IRR 4,7% (manajer kereta api), NPV -26 juta (operator kereta api
dan penumpang), NPV 33 juta (operator kereta api dan barang) paket dua secara per
tahunnya sekitar 1,6 juta, biaya investasi sebesar 1.546 juta, NPV -109 juta dan
IRR 3,4% (manajer kereta api), NPV -105 juta (Operator kereta api penumpang),
NPV 39 juta (operator kereta api barang) dan paket tiga sekitar 0,3-0,5 juta
penumpang, biaya investasi sebesar 2.369 juta, NPV -274 juta dan IRR 2,6%
(manajer kereta api), NPV -96 juta (operator penumpang) dan NPV 70 juta
(operator barang).
Berdasarkan asumsi di atas dan analisis traffic, manajer kereta api tidak ada
satupun paket investasi yang layak secara finansial dengan asumsi sumbangan dana
dari Uni eropa sekitar 60 % dari total investasi jadi beda selisih dari seluruh paket
investasi lebih dari 60%, akan tetapi dari manajer kereta api perspektif bahwa paket
investasi pertama yang paling atraktif dibanding paket yang lainnya. Bagi operator
penumpang secara finansial tidak layak, akan tetapi paket investasi satu menghasilkan
kerugian yang paling rendah dan sedangkan dari operator barang layak secara
finansial terutama untuk paket investasi tiga. Untuk analisis ekonomi tidak hanya dari
segi finansial, akan tetapi juga keuntungan pemakai dan biaya luar lainnya seperti
polusi, kecelakaan dan lain-lainnya. Paket investasi satu memiliki NPV dari segi
ekonomi 1.044 juta, IRR 13,3% dan benefit cost ratio (B/C Rasio) 2,8, paket
investasi dua memiliki NPV dari segi ekonomi 1.304 juta, IRR 10,8% dan 2,3 B/C
rasio, sedangkan paket investasi tiga memiliki NPV dari segi ekonomi 1.496 juta,
IRR 9 % dan 1,9 B/C rasio.
Penelitian sebelumnya oleh Wirawan (2003) dengan judul Analisis rencana
investasi pada jaringanshop & ride di Buleleng dan Jembrana, Bali dimana anak
perusahaan dari PT Astra International mempunyai ide untuk mendirikan jaringan
Shop & Ride yang menyediakan layanan service untuk semua merk sepeda motor
dengan standar dan ketersedian spare part yang lengkap.
Penilaian dari investasi ini ditinjau dari aspek sosial ekonomi, investasi pada
shop & ride di Buleleng dan Jembrana akan memberikan dampak positif bagi pemilik,
karyawan, pemerintah maupun masyarakat sekitarnya, dari aspek pasar/pemasaran
dimana pendirian jaringan ini masih dimungkinkan karena dilihat dari segi harga,
permintaan dan program promosi, konsep ini cukup kompetitif di pasar, dari aspek
manajemen, pendirian jaringan ini didukung oleh kesiapan team manajemen yang ada
di PT Anugerah Paramitra Motorpart, dari aspek keuangan dengan metode payback
period, IRR dan NPV, maka rencana investasi Shop & Ride di Buleleng sebagai
berikut: Payback period: dua tahun dua bulan, IRR: 49,07 % dan NPV: Rp
171.403.381 sedangkan yang di Jembrana dengan payback period: dua tahun tujuh
bulan, IRR: 41,5 % dan NPV: Rp 99.678.855, maka rencana investasi didua daerah
tersebut layak dilakukan karena menghasilkan payback period yang cukup singkat,
IRR di atas tingkat keuntungan yang diisyaratkan yaitu 24 % dan menghasilkan NPV
positif.
Satoto (2005) dengan judul Analisis kelayakan investasi apotek kimia farma 82
Kartika Plaza Kuta, Unit Bisnis Area Bali PT Kimia Farma Apotek menyimpulkan
bahwa kerjasama operasi selama 10 tahun dengan hanya melakukan renovasi pada
tata letak ruang untuk meningkatkan kapasitas daya tampung menghasilkan
penghitungan yang menguntungkan dibandingkan dengan alternatif sewa gedung
selama 10 tahun ditinjau dari semua aspek, berdasarkan aspek pasar dengan layanan
resep tunai menghasilkan analisis deret waktu dengan metode least square
menghasilkan persamaan: Y=103.177 + 146.152 t.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa alternatif pertama, payback
period adalah 5 tahun 7,54 bulan, discounted payback period 8 tahun 4,83 bulan,
ARR 32,69%, NPV Rp 607.720.000,-, IRR 30,77%, modified internal rate of return
22,93%, PI 1,5 kali dan BEP Rp. 2.474.210.000,- (70,39%). Berdasarkan hasil
penelitian dapat diketahui bahwa alternatif kedua payback period lima tahun 1,49
bulan, discounted payback period enam tahun 9,39 bulan, ARR 36,64%, NPV
Rp.417.676.000,-, IRR 37,33%, modified IRR 25,42%, PI 1,77 kali dan BEP Rp.
2.848.107.000,- (81,03%). Analisis sensitivitas menunjukkan perubahan 10% naik
turunnnya penjualan tidak mempengaruhi kelayakan investasi karena perhitungan
yang dilakukan masih memenuhi criteria yang ditetapkan, tetapi hanya pada kondisi
pesimis (turun 10%), alternatif pertama menunjukkan bahwa discounted payback
period lebih dari 10 tahun (melebihi usia ekonomis 10 tahun) sehingga alternatif
kedua lebih menguntungkan.
Semarajaya (2006) dengan judul penelitian tentang analisis kelayakan
privatisasi Rumah Sakit Sanglah di Denpasar, Berdasarkan aspek pasar, jumlah
permintaan dan penawaran memiliki pola yang sama yaitu meningkat rata-rata sebesar
10% sehingga perlu ditingkatkan dengan penambahan ruang operasi, aspek keuangan
bahwa RS Sanglah layak memasuki wilayah privatisasi diperkirakan tahun 2009
karena surplus dengan ROI di atas 20%, dengan asumsi: pendapatan fungsional
meningkat 40%, pendapatan fungsional lainnya meningkat 30%, biaya pelayanan
meningkat 15%, biaya umum dan administrasi meningkat 15%, total aktiva meningkat
7%, tidak ada biaya non operasional, tidak ada pendapatan dari subsidi dan tidak ada
pengurang pendapatan berupa subsidi-subsidi.
Arya Wijaya (2009) menyatakan dari penelitian tentang studi kelayakan
penambahan villa pada PT Bagus Agro Pelaga adalah: Dari aspek pasar dan
pemasaran dimana potensi penambahan villa pada PT Bagus Agro Pelaga yang cukup
besar dapat dilihat dari tingkat hunian villa pada tahun 2005 sampai 2008, permintaan
biro perjalanan rekanan dan tingkat kunjungan wisatawan ke Bagus Argo Pelaga.
menunjukkan
bahwa
investasi
penambahan
villa
akan
menunjukkan bahwa usulan investasi villa tersebut dapat diterima, IRR sebesar
26,11% lebih besar daripada biaya modal yang dipandang layak oleh pemilik modal
sebesar 15%.
Hal ini menunjukkan bahwa rencana investasi tersebut dinilai menguntungkan,
ARR sebesar 37,76% lebih besar daripada patokan ARR yang ditentukan investor
sebesar 15% sehingga dari segi profitabilitas, proyek investasi tersebut layak untuk
dilaksanakan dan hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa variabel pendapatan
sewa villa merupakan variabel yang sangat peka terhadap keberhasilan rencana
investasi penambahan villa.
3.1.2 Kerangka Konseptual
Pendirian Biro Perjalanan Wisata Baru yaitu PT MMBC Sumanda Tour & Travel
dengan pasar MICE (Meeting, Intensive, Convention dan Exhibition)
Investasi
Rekomendasi
Aspek pasar yang akan dianalisis meliputi market demand analysis, market
share, competitor analysis, dan marketing strategy. Aspek keuangan yang dianalisis
meliputi proyeksi pendapatan, proyeksi aliran arus kas, dan penilaian investasi. Dari
data yang didapatkan dengan instrumen dan pengumpulan data terkait maka
pengolahan, penilaian dan analisis akan dilakukan dengan menggunakan beberapa
metode penilaian dari aspek pasar dan dari aspek keuangan yang terkait dengan teknik
analisis yang peneliti gunakan.
Setelah dinilai akan diketahui hasil apakah investasi pendirian franchise Biro
Perjalanan Wisata ini bisa diterima atau tidak. Jika diterima, maka berapa modal yang
diperlukan, kelayakan investasinya dan apa yang menjadi core business dari Biro
Perjalanan Wisata ini untuk dapat lebih unggul dibanding dengan pesaing yang ada.
Payback Period, Net Present Value dan IRR yang layak juga dihitung dan menjadi
patokan untuk investor untuk menentukan kelayakan dari investasi pendirian
franchise PT MMBC Sumanda Tour & Travel di Bali.
BAB IV
METODE PENELITIAN
Untuk mengetahui potensi pasar maka perlu diketahui seluruh permintaan atau
kebutuhan konsumen yang didasarkan atas dua faktor: jumlah konsumen potensial
dan daya beli. Konsumen potensial adalah konsumen yang memiliki keinginan
untuk membeli sedangkan daya beli adalah kemampuan konsumen dalam rangka
untuk membeli jasa sehingga diperlukan metode peramalan permintaan untuk
mengetahui potensi pasar dari PT. MMBCSumanda Tour & Travel di Bali.
Untuk peramalan permintaan pasar PT. MMBC Sumanda Tour & Travel,
penelitian akan menggunakan data jumlah permintaan tiket luar negeri dan dalam
negeri yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Departemen
Perhubungan.
2) Analisis pesaing
Dalam menghadapi lingkungan pesaing yang terus berubah di masa yang akan
datang dalam kerangka berpikir untuk menyoroti masalah pesaing dan
pengembangan strategi pemasaran maka dilakukan analisis competitive profile
matrix (CPM) yang membandingkan antara perusahaan yang diteliti secara
internal dan eksternal dengan pesaing yaitu dua buah cabang PT. MMBCTour &
Travel yang telah ada sebelumnya yaitu PT. MMBC99 Tour & Travel dan PT.
MMBCPurnama Tour & Travel dan satu pesaing yang berada dekat dengan lokasi
cabang PT. MMBCSumanda Tour & Travel yaitu PT Rafiko Dwi Abadi.
3)
5)
6)
tahun 2006 2010 sebagai demand dan jumlah biro perjalanan wisata
yang menangani MICE
4.4.2
(1) Menaksir aliran kas dengan memisahkan aliran kas yang terjadi karena
keputusan investasi dan aliran kas yang terjadi karena keputusan
pembelanjaan, maka formula yang dipergunakan adalah: Laba setelah
pajak + penyusutan + bunga (1-tarif pajak).
(2) Menghitung biaya modal rata-rata tertimbang dengan menggunakan
dasar setelah pajak. Biaya modal merupakan perkalian antara besarnya
biaya modal dari masing-masing sumber pembelanjaan dengan
proporsi dana yang digunakan.
6) Perhitungan NPV, IRR dan Payback Period
(1) Payback period
Metode ini mencoba mengukur seberapa cepat suatu investasi bisa
kembali. Karena itu satuan hasilnya bukan persentase, tetapi satuan
waktu seperti tahun, bulan. Apabila periode payback ini lebih pendek
daripada yang diisyaratkan, maka proyek dikatakan menguntungkan,
sedangkan kalau lebih lama proyek ditolak dan dasar yang
dipergunakan adalah aliran kas, bukan laba. (Husnan dan Suwarsono,
2000)
(2) Menghitung dengan model Net Present Value (NPV) dengan rumus
sebagai berikut:
CFo1
CFo 2
NPV =
CFo3
+
(1+r)
+
(1 +r)
s
NPV
CFo 10 + TCF
+ .
3
(1 +r)
- Io
(1+r)
10
CFo
= 5 tahun.
Io
TCF
dengan tahapan antara lain: Menentukan nilai sekarang dari arus kas,
termasuk arus masuk dan arus keluar, yang didiskontokan pada biaya
modal proyek kemudian menjumlahkan arus kas yang didiskontokan
sehingga hasilnya didefinisikan sebagai NPV proyek, jika NPV positif,
maka proyek harus diterima sedangkan jika NPV negative, maka proyek
harus ditolak.
(3) Menghitung dengan model IRR dengan rumus:
A1
Ao =
A2
+
(1+r)1
A3
+
(1 +r)2
A10
+ . +
(1 +r)3
(1+r)10
di mana,
Ao
Jika r lebih tinggi dari cost of capital (biaya modal) maka rencana
pengembangan
(4) Untuk menentukan risiko investasi dengan analisis sensitivitas akan dicari
dengan membandingkan ketiga kondisi yaitu pesimis, moderat dan optimis
terhadap market size, market share, harga jual per unit, biaya variabel per
unit dan biaya tetap, yang bertujuan untuk mengetahui variabel apa yang
paling sensitif terhadap keberhasilan pendirian franchise PT. MMBC
Sumanda Tour & Travel, jarak antara kategori optimis dan pesimis yang
lebih kecil merupakan investasi berisiko rendah (Husnan & Suwarsono,
2001)
4.5
Asumsi-asumsi
Asumsi-asumsi yang dipergunakan untuk membatasi permasalahan dalam
Umur ekonomis bangunan yang akan diperbaiki adalah 20 tahun sesuai dengan
ketentuan Undang-Undang Perpajakan.
2)
3)
Daya tawar menawar perusahaan lebih besar dibandingkan dengan daya tawar
menawar supplier.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Sejarah PT. MMBC Tour & Travel
Pendirian PT. MMBC Tour & Travel ini dimulai pada tanggal 18 November
2007 ketika CV MBC (Multi Business Center) yang dipimpin oleh Zulkarnaini
bekerjasama dengan PT Marfa Wisata yang membawahi Marfa Tour & Travel yang
dibentuk pada tahun 2004 yang dipimpin oleh Dr. Supriyantoro dan melakukan
merger sehingga berganti nama menjadi PT. MMBC (Marfa Multi Business Center)
dimana bisnis ini berfokus pada konsep keagenan Tour & Travel dengan menyiapkan
sistem reservasi online yang merupakan pertama kali dilakukan oleh sebuah
perusahaan biro perjalanan wisata di Indonesia. Pada bulan Maret 2008, PT. MMBC
(Marfa Multi Business Center) berubah nama menjadi PT Medussa Multi Business
Center. PT. Medussa Multi Media Business Center (MMBC) sebagai perusahaan
nasional dengan sistem keagenan telah memiliki 60 cabang dan 4750 agen perjalanan
di seluruh Indonesia
5.1.2 Gambaran Umum PT. MMBC Sumanda Tour & Travel
PT Medussa Multi Business Center (MMBC) Sumanda Tour & Travel
merupakan waralaba dari PT Medussa Multi Business Center (MMBC) Tour &
Travel dan merupakan perusahaan waralaba yang keempat yang akan berdiri di Bali.
Bentuk usaha dari perusahaan ini adalah perseroan terbatas dengan pemegang saham
utama adalah Drs. Si Komang Wijaya yang melakukan kerjasama dalam pembelian
sistem Tour & Travel kepada PT. MMBC Tour & Travel yang berlokasi di Jakarta,
sedangkan untuk tanah, bangunan yang terletak di Jalan Raya Kesambi No.999,
Banjar Kesambi, Desa Kerobokan, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung dan
peralatan lainnya berasal dari modal kerja pemegang saham yang berjumlah Rp.
1.191.732.580,PT. MMBC Sumanda Tour & Travel memiliki beberapa unit bisnis yang
dapat dijadikan pendapatan antara lain : konsep keagenan, penjualan tiket pesawat
internasional dan domestik, voucher hotel, paket tour domestik dan internasional,
rental mobil, biro iklan media cetak, biro jasa, percetakan, penjualan pulsa elektrik,
kurir, kargo, pembayaran telepon, PLN, PDAM, pembayaran lembaga pembiayaan,
antar jemput bandara, penjualan tiket bus dan penjualan tiket kereta api.
Pada umumnya semakin besar perusahaan
semakin banyak lini bisnis yang dapat dijalankan. Bahkan dapat membuat paket-paket
khusus yang tidak dimiliki oleh biro perjalanan wisata yang lain. Prosedur kerja bisnis
biro perjalanan wisata sebagian besar bukan dikerjakan sendiri melainkan dengan
sistem rekanan sehingga memungkinkan untuk melakukan unit bisnis yang
dikemukakan di atas.
5.2. Pembahasan
5.2.1 Analisis Aspek Pasar dan Pemasaran
5.2.1.1 Potensi Pasar
Konsumen potensial yang dimiliki oleh PT. MMBC Sumanda Tour & Travel
adalah Wisatawan dari Perancis, Inggris, Jerman, Belanda dan Italia. Kerjasama
dengan Travel Agent dari negara-negara Eropa tersebut telah dilakukan terutama
kontrak kerjasama mengenai wisatawan yang akan melakukan kegiatan MICE. Untuk
menentukan berapa jumlah peluang pasar yang diperoleh oleh PT. MMBC Sumanda
Tour & Travel diperlukan proyeksi dari jumlah kunjungan Wisatawan Eropa ke Bali
pada tahun 2011 2015 yang dapat dilihat pada Tabel 5.1 sebagai berikut:
Tabel 5.1
Proyeksi Jumlah Kunjungan Wisatawan Eropa Ke Bali
Tahun 2011 2015
No
Jumlah
Wisatawan (Orang)
2011
2012
Tahun
2013
2014
2015
Perancis
128.701
192.281
Inggris
114.244
156.349
Jerman
89.222
94.204
99.186
104.168
109.150
Belanda
88.875
97.924
106.974 116.024
125.073
5
Italia
Sumber: Lampiran 1
21.130
21.815
22.501
23.872
23.186
Tabel 5.2
Proyeksi Jumlah Kunjungan Wisatawan MICE Ke Bali
Untuk 5 Pasar Eropa
Tahun 2011 2015
No
Jumlah
Wisatawan (Orang)
2011
2012
Tahun
2013
2014
2015
Perancis
11.583
13.014
Inggris
13.709
14.972
Jerman
10.564
11.154
Belanda
6.221
6.855
7.488
8.122
8.755
5 Italia
Sumber: Lampiran 1
5.071
5.236
5.400
5.565
5.729
Tabel 5.3
Competitive Profile Matrix
PT. MMBC
Sumanda
Critical
Success Factor
PT. MMBC
99 Tour &
Travel
PT. MMBC
Purnama
Rafiro Dwi
Abadi
Advertising
0,20
0,40
0,60
0,20
0,60
Kualitas
Produk
0,15
0,45
0,30
0,30
0,45
Harga yang
Kompetitif
0,10
0,40
0,20
0,20
0,30
Manajemen
0,10
0,30
0,20
0,20
0,20
Posisi
Keuangan
0,15
0,45
0,30
0,30
0,45
Customer
Loyalty
0,10
0,20
0,30
0,30
0,30
Global
Expansion
0,15
0,30
0,45
0,15
0,45
Market share
0,05
0,10
0,10
0,10
0,15
Total
1,00
Sumber: Lampiran 1
2,60
2,45
1,75
2,90
Berdasarkan Tabel 5.3 dapat diketahui bahwa harga dari PT. MMBC Sumanda
Tour & Travel lebih kompetitif dengan manajemen perusahaan yang lebih baik
dibanding ketiga pesaing. Penggunaan iklan dari keempat perusahaan didominasi
oleh PT Rafiro Dwi Abadi yang secara aktif mempromosikan produknya baik melalui
internet maupun media masa untuk pasar MICE didalam negeri dan luar negeri, PT.
MMBC 99 Tour & Travel menduduki posisi kedua didalam melakukan promosi
terutama ke media masa seperti Koran lokal di Bali, PT. MMBC Sumanda Tour &
Travel merupakan perusahaan yang akan berdiri di Bali sehingga promosi yang
dilakukan masih melalui internet dan PT. MMBC Purnama menduduki peringkat
terakhir didalam melakukan advertising terhadap perusahaannya, hal yang dilakukan
oleh perusahaan ini untuk memperoleh pendapatan adalah melalui relasi yang telah
ada sebelumnya dan promosi melalui words of mouth.
Kualitas produk yang dimiliki oleh ketiga franchise PT. MMBC Tour &
Travel di Bali adalah relatif sama yaitu produk biro perjalanan wisata yang
memperoleh pendapatan dari penjualan konsep keagenan, penjualan tiket pesawat
internasional dan domestik, voucher hotel, paket tour domestik dan internasional,
rental mobil, biro iklan media cetak, biro jasa, percetakan, penjualan pulsa elektrik,
kurir, kargo, pembayaran telepon, PLN, PDAM, pembayaran lembaga pembiayaan,
antar jemput bandara, penjualan tiket bus dan penjualan tiket kereta api. PT. MMBC
Sumanda Tour & Travel memilih target pasar yang lebih spesifik yaitu pasar MICE
untuk 5 pasar utama Eropa dimana pemilihan hotel dan fasilitas pertemuan sesuai
dengan standar internasional dengan harga yang relatif murah sedangkan kualitas
produk bagi PT Rafiro Dwi Abadi relatif bagus karena perusahaan ini fokus pada
pasar MICE dengan tidak memperhitungkan pasar yang spesifik.
Strategi pemberian harga yang kompetitif diberlakukan oleh PT. MMBC
Sumanda Tour & Travel sebagai sebuah strategi untuk memperoleh konsumen dan
juga karena perusahaan ini sebagai pendatang baru dibidang usaha biro perjalanan
wisata di Bali, khususnya untuk biro perjalanan wisata MICE. PT Rafiro Dwi Abadi
memiliki harga yang berbeda untuk setiap segmen pasar MICE sehingga terdapat
variasi harga dari segmen yang berbeda, sedangkan untuk franchise PT. MMBC Tour
& Travel memberikan harga kepada konsumen sesuai dengan harga yang diberikan
oleh sistem yang sama yang dipergunakan oleh franchise ini.
Manajemen dari PT. MMBC Sumanda Tour & Travel terdiri dari ahli yang
berpengalaman dan memiliki keterampilan untuk mengelola biro perjalanan wisata
dan telah menguasai pasar dari 5 pasar utama di Eropa. PT Rafiro Dwi Abadi
memiliki tim ahli dibidang MICE sedangkan PT. MMBC 99 Tour & Travel dan PT.
MMBC Purnama belum memiliki manajemen yang baik karena pemilik perusahaan
langsung mengelola perusahaan tersebut, sehingga sering terjadi pengelolaan yang
rancu dan Standard Operational Procedures (SOP) yang tidak jelas karena
pembagian posisi sebagai manajer dan owner perusahaan.
PT Rafiro Dwi Abadi dan PT. MMBC Sumanda Tour & Travel memiliki
posisi keuangan yang bagus dengan modal yang memadai dan cash flow yang baik,
sedangkan bagi perusahaan PT. MMBC 99 dan PT. MMBC Purnama memiliki
masalah cash flow terutama apabila konsumen tidak langsung membayar jasa atau
produk yang dibeli.
Agen-agen yang direkrut oleh PT. MMBC 99 Tour & Travel loyal terhadap
perusahaan tersebut, sehingga apabila terjadi penjualan produk dan jasa maka agenagen tersebut akan melakukan pembelian melalui PT. MMBC 99 Tour & Travel,
selain itu kerjasama dengan beberapa perusahaan seperti Bank BNI, Bank Mandiri,
dan Pemerintah Provinsi Bali memberikan pendapatan dari perusahaan ini untuk
menutupi operasional dari perusahaan dan memperoleh keuntungan dari kerjasama
tersebut walaupun letak perusahaan ini yang berlokasi disebuah Perumahan, akan
konsumen yang dibawa oleh agen-agen tetap melakukan transaksi terhadap
perusahaan ini. Demikian pula dengan PT. MMBC Purnama
yang menjalin
PT Rafiro Dwi Abadi yang telah memiliki pasar memiliki konsumen yang loyal
dibidang MICE.
Ekspansi global yang terbaik dilakukan oleh PT Rafiro Dwi Abadi dan PT.
MMBC Sumanda Tour & Travel memiliki website dan tour operator diluar negeri
dan dalam negeri yang mendukung didalam memberikan konsumen MICE kepada
perusahaan ini. Sedangkan PT. MMBC 99 dan PT. MMBC Purnama memiliki pasar
hanya untuk dalam negeri.
Market share dari PT. MMBC Sumanda Tour & Travel dan PT Rafiro Dwi
Abadi adalah relatif sama yaitu berkisar 1 % dari total pasar MICE sedangkan PT.
MMBC 99 dan PT. MMBC Purnama memiliki market share yang sama didalam
penjualan produk-produknya.
5.2.1.4 Strategi pemasaran
Strategi pemasaran memiliki komponen sebagai berikut yaitu pemetaan pasar
(segmentasi), targeting dan positioning (STP).
1) Segmentasi Pasar MICE PT. MMBC Sumanda Tour & Travel
Segmentasi berdasarkan geografik adalah membagi pasar menjadi 5 pasar utama
untuk PT. MMBC Sumanda Tour & Travel yaitu negara Perancis, Inggris, Jerman,
Belanda dan Italia sedangkan segmentasi berdasarkan demografik antara lain:
(1) Berdasarkan Umur
Tabel 5.4
Karakteristik Wisatawan Eropa yang Berkunjung Ke Bali Berdasarkan
Kelompok Umur (%)
No
Negara
15-24
25-34
35-44
45-54
55-64
>64
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
Perancis
12,04
38,74
20,94
16,75
7,85
3,66
Inggris
13,57
37,14
17,86
19,29
9,29
2,86
Jerman
15,13
36,84
18,42
16,45
9,21
3,95
Belanda
15,13
28,57
19,33
19,33
12,61
5,03
Italia
14,10
28,21
19,23
28,21
7,69
2,56
Sumber: Lampiran 1
Berdasarkan Tabel di atas maka dapat diketahui bahwa segmentasi pasar PT.
MMBC Sumanda Tour & Travel pada pasar Inggris, Jerman, Belanda dan Italia
adalah wisatawan yang berumur 25 64 tahun. Pada umur 25-44 tahun
menggunakan informasi lewat internet untuk memilih suatu destinasi untuk
melakukan kegiatan MICE. Dan pada kelompok 45-64 tahun lebih memilih
menggunakan biro perjalanan untuk menentukan tujuan melakukan kegiatan
MICE sedangkan Perancis mayoritas peserta MICE adalah laki-laki dengan umur
antara 30 50 tahun.
(2) Berdasarkan Jenis Kelamin
Segmentasi jenis kelamin dari wisatawan dari Perancis, Inggris, Jerman, Belanda
dan Italia dapat dilihat pada Tabel 5.5 berikut:
Tabel 5.5
Karakteristik Wisatawan MICE Ke Bali Menurut Jenis Kelamin (%)
No
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Negara
1
Perancis
58,12
41,88
Inggris
57,86
42,14
Jerman
57,89
42,11
Belanda
47,06
52,94
Italia
55,13
44,87
Sumber: Lampiran 1
Berdasarkan Tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata wisatawan
MICE yang berkunjung ke Bali adalah: 55,21 % adalah laki-laki dan 44,79 %
adalah perempuan dimana wisatawan berjenis kelamin laki-laki dari negara
perancis, inggris, jerman dan italia lebih besar dibandingkan dengan wisatawan
yang berjenis kelamin perempuan kecuali wisatawan dari Belanda.
(3) Pekerjaan
Pekerjaan utama wisatawan untuk pasar Perancis, Inggris, dan Jerman, adalah
profesional dibidang keilmuan seperti arsitek, ilmu pengetahuan dan jasa,
selanjutnya manajer perusahaan medis, dan jasa, karyawan suatu perusahaan
medis, dan jasa dan yang terakhir adalah pegawai pemerintah yang dapat dilihat
pada Tabel 5.6 berikut ini:
Tabel 5.6
Karakteristik Wisatawan MICE Ke Bali Menurut Pekerjaan Utama (%)
No
Pegawai
Karyawan
Pemerintah
Perancis
39,27
23,56
2,62
6,81
Inggris
53,57
17,14
0,71
9,29
Jerman
38,82
25,66
1,97
4,61
Belanda
16,7
16,6
18,4
13,6
Italia
10,8
13,3
24
19,3
Sumber: Lampiran 1
Profesi dari wisatawan Perancis untuk MICE adalah profesional (39,27 %) dan
manajer (23,56) pesertanya mayoritas adalah kelompok penjualan (sales) dan
klien dibidang entertainment. Pertemuan biasanya memakan waktu antara 2-3 hari
dan lama tinggal sekitar 8 hari, rata-rata lama tinggal di Bali adalah 14 hari,
dengan rata-rata pengeluaran US $ 88,92 per hari atau
US $ 1.242
per
kunjungan.
Pekerjaan utama wisatawan Belanda yang melakukan kegiatan MICE adalah
pegawai pemerintah, profesional, manager dan karyawan jasa komersial dan
pekerjaan utama wisatawan Italia, adalah pegawai pemerintah, karyawan, manager
dan profesional dengan lama menginap sekitar 6 hari.
Wisatawan Jerman yang akan melakukan kegiatan MICE akan lebih
cenderung ketersediaan akses terutama untuk transportasi dari dari negara asalnya
menuju negara yang dikunjungi dengan penerbangan langsung (direct flight),
pemilihan hotel yang kurang dari 45 menit dari tempat berlangsungnya pertemuan.
Pertemuan biasanya berlangsung antara 2 -5 hari.
Wisatawan Inggris memiliki pendapatan (income) yang lebih besar dibanding
dengan yang lainnya dengan rata-rata lama tinggal adalah 7 hari. Wisatawan Italia
menyukai makanan, belanja yang tidak terlalu mahal, dan nyaman selama menginap
dan rata-rata tinggal untuk wisatawan ini adalah 7 hari.
2) Targeting
Spesifikasi target pasar dari PT. MMBC Sumanda Tour & Travel adalah
selective segmenting dimana segmen-segmen yang bervariasi kemudian di seleksi
yang memiliki potensi besar sehingga diperoleh segmen pasar pilihan untuk target
pasarnya. Target pasar PT. MMBC Sumanda Tour & Travel adalah wisata MICE
yaitu segmen untuk menarik para partisipan pertemuan, insentif, konvensi dan
ekshibisi untuk datang dan berkunjung ke Bali pada khususnya.
3) Positioning
Berdasarkan hasil dari analisis persaingan dan segmentasi pasar, PT. MMBC
Sumanda Tour & Travel
memiliki paket MICE dengan biaya rendah untuk lima pasar utama Eropa yaitu:
Perancis, Inggris, Jerman, Belanda dan Italia dengan mutu yang baik dan layanan
yang cepat (price and quality positioning).
4) Analisis Lingkungan Internal / Internal Factors Analysis Summary / IFAS
(Kekuatan dan Kelemahan)
(1) Kekuatan (strengths) PT. MMBC Sumanda Tour &T ravel
a) Lokasi yang strategis yang terletak dipinggir jalan besar di jalan raya
Kesambi, Kerobokan, Kabupaten Badung.
b) Karyawan bagian manajemen yang profesional dan ahli didalam menangani
biro perjalanan wisata
c) Kualitas pelayanan yang baik dan ramah.
d) PT. MMBC Sumanda Tour & Travel memiliki paket wisata MICE dengan
harga kompetitif untuk pasar utama Eropa seperti Perancis, Inggris,
Jerman, Belanda dan Italia.
e) Terdapat alternatif tour yang dapat menjadi pilihan dari wisatawan, seperti
tour keliling Bali, Lombok, Komodo, Batam, Singapore, Malaysia,
Thailand dan Eropa yang dapat dijadikan alternatif tour bagi wisatawan
domestik maupun mancanegara.
f)
dan
mempermudah
produktivitas
dari
karyawan.
h)
i)
j)
Menjual voucher hotel, rental mobil, biro iklan media cetak, biro jasa,
percetakan, penjualan pulsa elektrik, kurir, kargo, pembayaran telepon,
PLN, PDAM, pembayaran lembaga pembiayaan, antar jemput bandara,
penjualan tiket bus dan penjualan tiket kereta api.
b)
Karyawan dari PT. MMBC Sumanda Tour & Travel tidak memiliki
pengalaman dan latar belakang pendidikan dibidang biro perjalanan wisata
karena karyawan yang direkrut adalah anak SMA yang telah tamat dan
tidak melanjutkan pendidikannya kejenjang selanjutnya yang memiliki
kemampuan berkomunikasi yang baik terutama bahasa inggris dan
memiliki keinginan untuk belajar.
c)
d)
Biro perjalanan wisata yang memiliki pangsa pasar MICE masih terbatas
sehingga terdapat peluang untuk mengambil pasar MICE.
b)
f)
g)
Tabel 5.7
Analisis SWOT
IFAS
EFAS
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
Kekuatan (Strengths)
a) Paket MICE
b) Lokasi strategis
c) Manajer
yang
profesional
d) Kualitas pelayanan
e) Harga kompetitif
f) Fasilitas
kantor
yang menarik
g) Kerjasama dengan
Tour
Operator
MICE
h) Menjual unit bisnis
lainnya
Strategi S-O
Kelemahan
(Weaknesses)
a) BPW yang baru
berdiri
sehingga
belum dikenal.
b) Karyawan
tidak
berlatar
belakang
pendidikan
pariwisata
c) Keputusan
yang
cukup lambat dari
karyawan dan owner
utk
keputusan
investasi
Strategi W-O
Peluang (Opportunities)
Meningkatnya
jumlah
wisatawan MICE
a) Strategi penetapan a) Peningkatan promosi
Terbatasnya BPW yang
lokasi/outlet
melalui penggunaan
menangani MICE
b) Strategi cost plus
teknologi informasi
Meningkatnya
income
pricing
b) Melakukan kontrak
masyarakat
c) Product
growth
kerjasama
dengan
Cuti
karyawan
yang
strategies
pihak penerbangan,
semakin panjang
tour operator, hotel
Mobilitas masyarakat yang
agar
pada
saat
tinggi
musim
ramai
Pemberian tunjangan sosial
memperoleh
yang semakin baik
prioritas
Tumbuhnya kelas menengah
yang besar di Eropa
Ancaman (Threats)
Strategi S-T
a) Persaingan dengan BPW
lainnya
a) Harga yang lebih
b) Persaingan harga MICE
murah dari pesaing
c) Meningkatnya biaya operasi b) Melakukan
dibanding pendapatan
offensive strategy
d) Kondisi keamanan dan c) Melakukan
stabilitas politik
penurunan terhadap
e) Alam dan budaya yang tidak
biaya operasi
dijaga
Sumber: Lampiran 1
Strategi W-T
a) Mendaftar
sebagai
anggota ASITA
c) Melakukan training
dibidang ticketing
b) Merancang
SOP
yang sesuai
Strategi-strategi yang diperoleh berdasarkan analisis SWOT pada Tabel 5.7 diuraikan
sebagai berikut:
Strategi S-O
1) Strategi penetapan lokasi atau outlet dilakukan untuk mengenalkan produk PT.
MMBC Sumanda Tour & Travel kepada calon konsumen. PT. MMBC Sumanda
Tour & Travel memiliki lokasi yang strategis yang berada dijalur yang padat lalu
lintas Jalan Raya Kesambi, Kerobokan, Kabupaten Badung sehingga mudah untuk
mencapai perusahaan ini, memiliki parkir yang cukup dan aman dari macammacam gangguan, dan memiliki ruangan AC dengan interior dan eksterior yang
menarik sehingga nyaman untuk melakukan kegiatan transaksi penjualan dari unit
bisnis yang dimiliki oleh perusahaan ini.
2) Strategi harga yang digunakan oleh PT.MMBC Sumanda Tour & Travel adalah
metode cost plus pricing dengan menetapkan margin yang diinginkan oleh
perusahaan dengan harga yang lebih rendah dibandingkan dengan pesaing.
Strategi penetapan harga untuk tiket pesawat dalam negeri dan luar negeri adalah
sesuai dengan harga kontrak yang ditetapkan oleh pihak airline, hotel, angkutan
wisata, tempat pertemuan, guide dan daya tarik wisata dengan PT. MMBC
Sumanda Tour & Travel dan perusahaan memperoleh komisi dari pihak airline
sebesar 1 %, hotel sebesar 10 %, angkutan wisata sebesar 20 %, tempat pertemuan
sebesar 10 % dan daya tarik wisata sebesar 20 %.
3) Product growth strategies dimana PT. MMBC Sumanda Tour & Travel memiliki
beberapa produk jasa yang berkualitas lebih baik atau berbeda dengan produk lain,
dengan tujuan agar memiliki kesempatan untuk meningkatkan pangsa pasar
dengan menarik pelanggan yang berbeda.
Segmen
pasar
PT.
MMBC
Sumanda Tour & Travel untuk paket wisata adalah wisatawan mancanegara yang
Proyeksi peluang pasar penjualan paket MICE pada PT. MMBC Sumanda
Tour & Travel untuk tahun 2011 2015 dapat dilihat pada Tabel 5.8 berikut ini:
Tabel 5.8
Proyeksi Peluang Pasar Penjualan Paket MICE
PT. MMBC Sumanda Tour & Travel Tahun 2011 2015 (Orang)
Tahun
No Deskripsi
1
Perancis
2011
2012
2013
2014
2015
11.583
13.014
14.444
15.875
17.305
429
449
466
481
494
13.709
14.972
16.236
17.499
18.762
508
516
524
530
536
10.564
11.154
11.744
12.334
12.923
391
385
379
374
369
6.221
6.855
7.488
8.122
8.755
230
236
242
246
250
5.071
5.236
5.400
5.565
5.729
188
181
174
169
164
Peluang Pasar
2
Inggris
Peluang Pasar
Jerman
Peluang Pasar
Belanda
Peluang Pasar
Italia
Peluang Pasar
Sumber: Lampiran 1
Tabel 5.9
Proyeksi Market Share Penjualan Paket MICE
PT. MMBC Sumanda Tour & Travel Tahun 2011 2015
Tahun
2011
2012
2013
2014
2015
3,70 %
3,45 %
3,23 %
3,03 %
2,86 %
Deskripsi
Market share
Sumber: Lampiran 1
Berdasarkan Tabel 5.9 di atas diketahui bahwa market share dari paket MICE
dari PT. MMBC Sumanda Tour & Travel terhadap keseluruhan pasar MICE di Bali
adalah 3,7 % pada tahun 2011 dari seluruh wisatawan MICE yang berkunjung ke
Bali.
2011
2012
2013
2014
2015
Pesimis
343
359
373
385
395
Moderat
429
449
466
481
494
Optimis
515
539
559
577
593
Pesimis
158
152
146
142
138
Moderat
197
190
182
177
172
Optimis
237
228
219
213
206
Pesimis
313
308
303
299
295
Moderat
391
385
379
374
369
Optimis
469
462
455
449
443
Pesimis
184
189
194
197
200
Moderat
230
236
242
246
250
Optimis
276
283
290
295
300
Pesimis
150
145
139
135
131
Moderat
188
181
174
169
164
Optimis
Sumber: Lampiran 8
226
217
209
203
197
Inggris
Jerman
Belanda
Italia
hukum Perseroan Terbatas (PT) yang melaksanakan fungsi pelayanan jasa wisata
kepada wisatawan domestik dan mancanegara.
Strategi hukum dalam perijinan pembuatan biro perjalanan wisata PT
MMBC Sumanda Tour & Travel yaitu dengan memiliki dokumen yang sah secara
hukum dan wajib dimiliki oleh perusahaan antara lain:
1) Izin Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
2) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
3) Surat Izin Usaha Industri (SIUI)
4) Izin Usaha Biro Perjalanan Wisata
5) Izin Domisili, dimana perusahaan/lokasi proyek berada
6) Izin Gangguan
Izin yang telah dimiliki oleh perusahaan merupakan ikatan kuat yang dimiliki bagi
perusahaan guna menjalankan perusahaan.
5.2.3 Analisis Aspek Teknis dan Operasi
PT. MMBC Sumanda Tour & Travel dalam beroperasi memilih untuk
berkompetisi pada kualitas jasa yang diberikan. Perusahaan juga tetap memperhatikan
kecepatan, fleksibilitas dan biaya sebagai faktor pendukung dalam mengoperasikan
perusahaan. Perusahaan dituntut untuk dapat memahami dan memenuhi keinginan
konsumen terhadap paket yang ditawarkan.
PT. MMBC Sumanda Tour & Travel akan didirikan di Jalan Kesambi Raya
No 999 sebagai tempat yang cukup strategis dengan luas bangunan 74 meter persegi
dengan areal parkir yang memadai untuk tiga kendaraan mobil dan 10 kendaraan
beroda dua seperti pada Gambar 5.1 berikut ini:
Gambar 5.1
Sasaran dan tujuan operasi adalah menghasilkan layanan jasa yang berkualitas
baik produk penjualan tiket yang murah, voucher hotel yang terjangkau, melayani
dengan cepat dan tepat dalam menjawab dan melayani semua permintaan tentang
informasi wisata di Bali, mencari tahu, memahami dan memenuhi keinginan
konsumen.
5.2.4 Analisis Aspek Sumber Daya Manusia
PT. MMBC Sumanda Tour & Travel dalam mengelola sumber daya manusia
perusahaan dengan serangkaian strategi yang saling terkait dan selaras, karena sumber
kemajuan perusahaan. Salah satu strategi adalah merekrut karyawan yang handal
dibidang biro perjalanan wisata di Bali
Tujuan PT. MMBC Sumanda Tour & Travel adalah menjadikan sumber daya
manusia sebagai salah satu aset untuk membantu perkembangan dan kemajuan
perusahaan secara keseluruhan, oleh sebab itu sasaran utama perusahaan dalam
menjalankan misi perusahaan adalah:
1) Mengembangkan produktivitas sumber daya manusia di perusahaan ini dengan
memberikan pelatihan-pelatihan yang sesuai dengan bidang pekerjaan masingmasing, sehingga dapat memberikan rasa percaya diri didalam menangani
permintaan wisatawan dan mampu memberikan pelayanan yang terbaik.
2) Menjaga dan meningkatkan kesejahteraan seluruh karyawan dengan
memberikan gaji di atas upah minimum regional (UMR) dan insentif serta
memberikan fasilitas asuransi terhadap pekerja
3) Struktur organisasi dan job description yang merupakan landasan dan tujuan
perusahaan dalam menjalankan perusahaan. Kebutuhan atas tenaga kerja
perusahaan ditentukan bersama-sama karena perusahaan ini adalah perusahaan
yang baru berdiri maka pada saat menentukan kebutuhan sumber daya
manusianya, para manajer dan pimpinan perusahaan duduk bersama untuk
memperkirakan berapa tenaga kerja yang harus disediakan berdasarkan
perkiraan kapasitas maksimal dari tenaga kerja yang bersangkutan.
Perencanaan sumber daya manusia ini dilakukan secara serempak bagi setiap
departemen. Kerangka kerja yang dibuat oleh PT. MMBC Sumanda Tour & Travel
terdiri dari 4 departemen yang bertanggung jawab dengan tugasnya masing-masing
antara lain:
1) Bagian Manajemen
2) Bagian Administrasi dan Kasir
3) Bagian IT dan Pemasaran
4) Bagian Operasional & Driver
Masing-masing departemen memiliki SOP (Standard Operating Procedures)
terhadap hal-hal yang harus dilakukan untuk memberikan citra yang baik terhadap
wisatawan, selain mematuhi SOP, karyawan PT. MMBC Sumanda Tour & Travel
harus mengikuti Visi dan Misi Perusahaan yaitu Visi : Menjadikan PT Sumanda Tour
& Travel sebagai biro perjalanan wisata yang terbaik di seluruh Indonesia dan Misi
yaitu: Memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen, dan menjadi pionir dari
pasar MICE di Bali. Struktur organisasi dari PT. MMBC Sumanda Tour & Travel
dapat dilihat pada Gambar 5.2 sebagai berikut:
Gambar 5.2
Struktur Organisasi PT. MMBC Sumanda Tour & Travel
General Manager
Operational &
Reservation Manager
Accounting
Manager
Staf
Operasional
Tenaga Administrasi
& Kasir
Driver
Staf IT &
Pemasaran
Berdasarkan bagan di atas dapat dijabarkan masing-masing tugas dan tanggung jawab
atas pekerjaan yang dilakukan di PT. MMBC Sumanda Tour & Travel sebagai
berikut:
1) General Manager
kontribusi terhadap pajak daerah dan restribusi daerah meliputi pengadaan investasi,
renovasi yang dilakukan dan pengurusan ijin, jasa-jasa umum seperti penjualan tiket
domestik dan internasional, pembayaran listrik, PDAM, cicilan melalui lembaga
keuangan dapat dilakukan oleh masyarakat secara langsung dan juga mengenai
kontribusi terhadap perluasan kesempatan kerja dimana setiap pengembangan biro
perjalanan wisata membutuhkan tenaga kerja dan alih teknologi dilakukan secara
tidak langsung dengan memberikan contoh mengenai manajemen, pelayanan, dan
informasi yang dilakukan secara profesional dan dapat dilakukan melalui surat
elektronik (email).
5.2.6 Analisis Aspek Keuangan
5.2.6.1 Investasi Awal (Initial Cash Flow)
Investasi awal terdiri dari aktiva tetap, investasi pra operasi adalah perijinan,
konsultan dan biaya-biaya yang dikeluarkan sebelum perusahaan ini beroperasi dan
yang terakhir adalah investasi modal kerja dan perhitungan initial cash flow ini dapat
dilihat pada Tabel 5.11 sebagai berikut:
Tabel 5.11
Perhitungan Initial Cash Flow
Investasi Aktiva Tetap
No
1
2
3
4
5
6
7
Biaya (Rp)
363.000.000
206.250.000
25.300.000
55.000.000
2.200.000
23.100.000
136.400.000
811.250.000
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Jenis Perijinan
Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)
Ijin Investasi Dalam Negeri
Ijin Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP)
Ijin Surat Keterangan Domisili Perusahaan
Anggota Asosiasi ASITA
Ijin Franchise PT. MMBC Awal
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
Notaris
Biaya Upah/Gaji
Biaya Administrasi
Biaya Pemasaran
Biaya Bunga Selama Masa Konstruksi
Jumlah
Biaya (Rp)
4.700.000
1.000.000
650.000
750.000
7.700.000
70.000.000
250.000
2.900.000
8.000.000
18.410.000
10.500.000
120.000.000
35.622.580
280.482.580
Uraian
Biaya (Rp)
100.000.000
100.000.000
Jenis Aktiva
Investasi Pra Operasi
Investasi Modal Kerja
Investasi Aktiva Tetap
Total
Sumber: Lampiran 7
Biaya (Rp)
286.610.080
811.250.000
100.000.000
1.191.732.580
Biaya notaris tidak mempengaruhi kelayakan proyek karena merupakan biayabiaya yang dikeluarkan pada waktu yang lampau. Biaya ini sudah dikeluarkan
sebelum diambil keputusan untuk membangun proyek dan akan tercatat di neraca
perusahaan sebagai harta lain-lain dan tidak perlu disusutkan (amortisasi). Total
investasi awal yang diperlukan oleh PT. MMBC Sumanda Tour & Travel adalah Rp
1.191.732.580,Biaya perijinan dimasukkan sebagai harta lain-lain yang dapat diamortisasikan
karena cukup material dan berlaku untuk jangka panjang seperti contoh pada biaya
ijin mendirikan bangunan (IMB), sedangkan biaya-biaya perijinan lainnya yang harus
diperbaharui setiap tahunnya tidak perlu dimasukkan dalam perhitungan kelayakan
proyek dan dikelompokkan sebagai biaya operasional perusahaan.
Harta tetap ada yang diperoleh melalui proses pembangunan seperti gedung
dan pertamanan. Terdapat beberapa hal yang dibeli langsung dipasar seperti
kendaraan, furniture dan peralatan lainnya.
5.2.6.2 Sumber Dana Investasi PT. MMBC Sumanda Tour & Travel
Pendanaan investasi harta tetap 60 % berasal dari modal sendiri yang
merupakan modal dari pemilik perusahaan dan 40 % berasal dari pinjaman Bank BPR
Luhur Damai di Tabanan yang dapat dilihat pada Tabel 5.12 sebagai berikut:
Tabel 5.12
Pendanaan Investasi Harta Tetap
Uraian
Jumlah
715.039.548
476.693.032
1.191.732.580
Modal Sendiri
Pinjaman
Jumlah
Sumber: Lampiran 6
Porsi
60%
40%
100%
2011
29.882.078
28.505.235
1.376.843
2012
2013
2014
2015
714.756
732.244
748.071
762.858
779.611
662.086
625.864
644.412
635.385
646.256
Biaya Bunga
Laba Sebelum
Pajak
Pajak
Laba
Bersih/Setelah
Pajak
Depresiasi &
Amortisasi
Bunga (1-t)
Operational Cash
Flow
Sumber: Lampiran 7
100.105
86.915
70.954
51.642
28.274
561.981
168.594
538.949
161.684
573.457
172.037
583.742
175.122
617.981
185.394
393.386
377.264
401.420
408.620
432.586
74.722
70.073
74.722
60.840
74.722
49.668
74.722
36.149
74.722
19.792
538.183
512.827
525.810
519.492
527.101
Tabel 5.14
Perhitungan Terminal Cash Flow
Uraian
Tanah
Bangunan
Modal Kerja
Terminal Cash Flow
Sumber: Lampiran 6
Jumlah
363.000.000
154.687.500
100.000.000
617.687.500
pendek. Pinjaman jangka pendek (Jangka waktu pinjaman kurang dari satu tahun)
akan digunakan untuk membelanjai modal kerja, sedangkan pinjaman jangka panjang
akan digunakan untuk membeli harta tetap dan sebagian dapat pula digunakan untuk
membelanjai kebutuhan dan modal kerja.
5.2.6.5 Biaya modal rata-rata tertimbang (WACC)
Biaya modal untuk pembiayaan investasi dihitung berdasarkan biaya modal
rata-rata tertimbang sebagai berikut:
Tabel 5.15
Stuktur Modal dan Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang (WACC)
Uraian
Jumlah (Rp)
Modal Sendiri
715.039.548
Pinjaman
476.693.032
Jumlah
1.191.732.580
Sumber: Lampiran 6
Porsi
60 %
40 %
100 %
Biaya Modal
Setelah Pajak
12,00 %
14,70%
WACC
7,20%
5,88%
13,08%
Berdasarkan Tabel 5.15 dapat diketahui bahwa besarnya biaya modal rata-rata
tertimbang adalah 13,08 % merupakan hal yang baik karena berada dibawah dari
bunga pinjaman sebesar 21 %.
5.2.6.6 Perhitungan NPV, Payback Period dan IRR
Tabel 5.16
Penghitungan NPV
Tahun
0
2011
2012
2013
2014
2015
2015
Investasi Awal
1.191.732.580
Sumber: Lampiran 7
Proceeds
0
538.183.291
512.827.649
525.810.938
519.492.329
527.101.839
617.687.500
DF (13,08 %)
1,0000
0,8843
0,7820
0,6916
0,6116
0,5408
0,5408
NPV
PV Proceeds
(1.191.732.580)
475.931.456
401.051.211
363.640.475
317.713.698
285.079.201
334.045.400
985.728.862
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa NPV yang dihasilkan adalah
positif dengan jumlah sebesar Rp 985.728.862 sehingga proyek kelayakan pendirian
franchise PT. MMBC Sumanda Tour & Travel layak untuk didirikan di Bali.
Tabel 5.17
Perhitungan Payback Period
Tahun
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Investasi Awal
(Rp)
1.191.732.580
Proceeds (Rp)
Sisa Investasi
0 (1.191.732.580)
538.183.291
(653.549.289)
512.827.649
(140.721.640)
525.810.938
385.089.298
519.492.329
527.101.839
617.687.500
Payback period
3 tahun
8 bulan
Sumber: Lampiran 7
Berdasarkan perhitungan di atas dapat diketahui bahwa periode pengembalian
modal adalah selama 3 tahun dan 8 bulan.
Tabel 5.18
Penghitungan IRR
Discount Factor 39 %
Tahun
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Investasi Awal
1.191.732.580
Proceeds
DF (39 %)
0
538.183.291
512.827.649
525.810.938
519.492.329
1.144.789.339
0,7194
0,5176
0,3724
0,2679
0,1927
NPV
PV Proceeds
(1.191.732.580)
387.182.224
265.425.003
195.787.615
139.161.768
220.623.401
16.447.431
Discount Factor 40 %
Tahun
2010
2011
2012
Investasi Awal
1.191.732.580
Proceeds
0
538.183.291
512.827.649
DF (40 %)
0,7143
0,5102
PV Proceeds
(1.191.732.580)
384.416.636
261.646.760
2013
2014
2015
525.810.938
519.492.329
1.144.789.339
0,3644
0,2603
0,1859
NPV
191.622.062
135.228.116
212.855.756
(5.963.251)
Sumber: Lampiran 7
Berdasarkan perhitungan trial and error, diperoleh discount factor adalah 39 % dan
40 % dengan IRR adalah 39,73 % berada di atas WACC sebesar 13,08 %, sehingga
bisnis ini layak untuk dilanjutkan.
5.2.6.7 Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas bertujuan untuk mencari variabel yang paling sensitive di
antara variabel perubahan pendapatan per unit dan variabel biaya operasional terhadap
penilaian kelayakan investasi dalam rencana pendirian PT. MMBC Sumanda Tour &
Travel. Analisis ini berkaitan dengan perhitungan operational cash flow dari
perusahaan ini selama 5 tahun ke depan dengan penetapan kondisi dalam 3 kategori
yaitu pesimis, moderat, dan optimis dengan perhitungan probabilitas sebesar 20 %
Penilaian
analisis
sensitivitas
secara
kuantitatif
dilakukan
dengan
mengkondisikan pendapatan per unit dari PT. MMBC Sumanda Tour & Travel
sebesar 80 % (pesimis) dan 120 % (optimis) dari pendapatan yang telah diproyeksikan
sebelumnya yang kemudian dibandingkan untuk memperoleh variabel yang paling
besar perubahannya terhadap penilaian investasi.
Tabel 5.19
Sensitivitas NPV
NPV
Sensitivitas
Pendapatan
Sensitivitas Biaya
Operasional
Sumber: Lampiran 8
Pesimis
20 %
Moderat
Optimis
20 %
304.067.934
985.728.862
1.667.389.789
620.290.318
985.728.862
1.351.167.405
tujuan wisata dan pemandu wisata akan memperoleh hasil dari kedatangan wisatawan
dari pasar MICE ini.
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 SIMPULAN
Berdasarkan hasil kelayakan investasi terhadap PT MMBC Sumanda Tour & Travel
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1) Aspek Pasar dan Pemasaran PT MMBC Sumanda Tour & Travel adalah
melakukan diversifikasi untuk memperoleh peluang pasar yaitu melalui Pasar
MICE (Meeting, Incentives, Convention dan Exhibition) dengan pasar sasaran
antara lain: Perancis, Inggris, Jerman, Belanda dan Italia.
Dengan
jumlah wisatawan
yang
melakukan MICE ke Bali dengan jumlah biro perjalanan wisata yang menangani
pasar MICE di Bali dengan jumlah 5 biro perjalanan wisata pada tahun 2010
diperoleh potensi pasar PT MMBC Sumanda Tour & Travel pada tahun 20112015 untuk pasar Perancis adalah rata-rata 39 wisatawan, Inggris dengan 44
wisatawan, Jerman dengan 32 wisatawan, Belanda dengan 20 wisatawan, dan
Italia dengan 15 wisatawan. Total peluang pasar PT MMBC Sumanda Tour &
Travel per tahun adalah 149 wisatawan.
Segmentasi pasar dari PT MMBC Sumanda Tour & Travel berdasarkan
umur pada pasar Inggris, Jerman, Belanda dan Italia adalah wisatawan yang
berumur 25 64 tahun sedangkan untuk Perancis adalah yang berumur 30 50
tahun. Segmentasi pasar berdasarkan jenis kelamin didominasi oleh wisatawan
laki-laki sebesar 55,21 % terutama untuk pasar Perancis, Inggris, Belanda dan
Italia dan perempuan sebesar 44,29 % didominasi oleh wisatawan dari Jerman.
Pekerjaan utama pasar Perancis, Inggris, Jerman, Belanda dan Italia, yang
berkunjung ke Bali dengan melakukan kegiatan MICE adalah Profesional
dibidang arsitek, ilmu pengetahuan dan jasa, selanjutnya manajer perusahaan
medis, dan jasa, karyawan suatu perusahaan medis, dan jasa dan yang terakhir
adalah pegawai pemerintah.
Dalam analisis persaingan dengan tiga franchise PT MMBC Tour & Travel
yang telah ada sebelumnya, diketahui bahwa PT MMBC Sumanda Tour & Travel
memiliki diversifikasi yang berbeda terutama dalam hal harga yang lebih
kompetitif dan pengelolaan dari manajemen yang ahli dibidang biro perjalanan
wisata terutama untuk pasar MICE yang membedakan dibanding ketiga biro
perjalanan wisata yang menjadi pesaing. Sedangkan dengan PT Rafiro Dwi Abadi
yang merupakan biro perjalanan wisata yang bergerak dibidang MICE diketahui
bahwa pangsa pasarnya adalah lokal dan Asia.
Strategi pemasaran yang dilakukan oleh PT. MMBC Sumanda Tour & Travel
antara lain:
(1) Strategi S-O
4) Strategi penetapan lokasi atau outlet dilakukan untuk mengenalkan
produk PT. MMBC Sumanda Tour & Travel kepada calon konsumen.
5) Strategi harga yang digunakan oleh PT.MMBC Sumanda Tour & Travel
adalah metode cost plus pricing dengan menetapkan margin yang diinginkan
oleh perusahaan dengan harga yang lebih rendah dibandingkan dengan
pesaing dan perusahaan memperoleh komisi dari pihak airline sebesar 1 %,
hotel sebesar 10 %, angkutan wisata sebesar 20 %, tempat pertemuan sebesar
10 % dan daya tarik wisata sebesar 20 %.
6) Product growth strategies dimana PT. MMBC Sumanda Tour & Travel
memiliki beberapa produk jasa yang berkualitas lebih baik atau berbeda
dengan produk lain, dengan tujuan agar memiliki kesempatan untuk
meningkatkan pangsa pasar dengan menarik pelanggan yang berbeda. Pasar
MICE adalah 18,5 % pertemuan diadakan oleh peserta ilmu medis, 14,1 %
tentang teknologi, 12,7% berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan 7,4 %
untuk dunia industri.
(2) Strategi W - O
a) Promosi PT. MMBC Sumanda Tour & Travel dilakukan melalui website yang
memberikan informasi tentang produk-produk yang dimiliki dan gambaran
umum mengenai Bali.
b) Melakukan kontrak kerjasama dengan pihak penerbangan, tour operator, dan
hotel agar pada saat musim ramai memperoleh prioritas pelayanan dari
perusahaan yang diajak kerjasama tersebut.
(3) Strategi S T
3) Melakukan offensive strategy merupakan strategi yang lebih menitikberatkan
pada usaha perubahan untuk mencapai tingkat yang lebih baik. Bentuk strategi
ini dapat berupa modifikasi pasar, yaitu dengan menggaet kelompok bukan
pemakai (non-user) mengintensifkan penawaran PT. MMBC Sumanda Tour &
Travel kepada non-user, dan merebut konsumen pesaing.
4) Melakukan penurunan terhadap biaya operasi dilakukan dengan melakukan
kontrak perjanjian tentang pembagian komisi dan sistem kerja yang sesuai
dengan kedua belah pihak.
(4) Strategi W T
Rp. 527.101.839,-
Rp. 617.687.500,-
Rp.
Rp.
6.2 SARAN
1) Bagi manajemen PT MMBC Tour & Travel pusat hendaknya menggunakan
standar kelayakan usaha untuk memastikan semua aspek telah diteliti dan hasil
kelayakan menyatakan positif sehingga kelayakan dapat dilanjutkan. Peran
manajemen sangat penting untuk menyeleksi penempatan cabang-cabang yang
potensial meraih keuntungan yang signifikan.
2) Pemberian ijin pendirian cabang oleh PT MMBC Tour & Travel hendaknya
dibantu juga dengan pengajuan ijin usaha dimasing-masing daerah sehingga did
ddld alam pengurusannya tidak terjadi proses yang berbelit-belit.
DAFTAR PUSTAKA
Brigham, E.F, Houston, J.F. 2001. Manajemen Keuangan. Buku 1 dan 2. Edisi
Kedelapan. Jakarta: Erlangga
Cowi,
Lampiran 1
Jumlah Kunjungan Wisatawan Langsung ke Bali
Untuk 5 Pasar Eropa
Tahun 2006 - 2010
No
1
2
3
4
5
Negara
Perancis
Inggris
Jerman
Belanda
Italia
2006
50,858
62,772
62,568
40,833
16,961
2007
61,805
70,841
68,135
52,870
19,110
2008
76,062
82,440
81,790
65,203
19,632
2009
110,244
92,898
74,678
74,409
19,446
2010
106,113
104,375
84,207
75,312
20,220
Negara
Perancis
Inggris
Jerman
Belanda
Italia
2006
4,577
7,533
7,408
2,858
4,071
2007
5,562
8,501
8,067
3,701
4,586
2008
6,846
9,893
9,684
4,564
4,712
2009
9,922
11,148
8,842
5,209
4,667
2010
9,550
12,525
9,970
5,272
4,853
Negara
Perancis
Inggris
Jerman
Belanda
Italia
2006
170
279
274
106
151
2007
206
315
299
137
170
2008
254
366
359
169
175
2009
367
413
327
193
173
2010
354
464
369
195
180
Negara
Perancis
Inggris
Jerman
Belanda
Italia
2006
14
23
23
9
13
2007
17
26
25
11
14
2008
21
31
30
14
15
2009
31
34
27
16
14
2010
29
39
31
16
15
Lampiran 1 - Lanjutan
Jumlah Kunjungan Wisatawan Langsung ke Bali
Untuk 5 Pasar Utama Pasar Eropa
Tahun 2006 - 2010
No
1
Negara
Perancis
(y)
X
x2
Xy
Inggris
(y)
X
x2
Xy
Jerman
(y)
X
x2
Xy
Belanda
(y)
X
x2
Xy
Italia (y)
X
x2
Xy
2006
2007
2008
2009
2010
Total
50,858
(2)
4
(101,716)
61,805
(1)
1
(61,805)
76,062
-
110,244
1
1
110,244
106,113
2
4
212,226
405,082
10
158,949
62,772
(2)
4
(125,544)
70,841
(1)
1
(70,841)
82,440
-
92,898
1
1
92,898
104,375
2
4
208,750
413,326
10
105,263
62,568
(2)
4
(125,136)
68,135
(1)
1
(68,135)
81,790
-
74,678
1
1
74,678
84,207
2
4
168,414
371,378
10
49,821
40,833
(2)
4
(81,666)
16,961
(2)
4
(33,922)
52,870
(1)
1
(52,870)
19,110
(1)
1
(19,110)
65,203
19,632
-
74,409
1
1
74,409
19,446
1
1
19,446
75,312
2
4
150,624
20,220
2
4
40,440
308,627
10
90,497
95,369
10
6,854
Perancis
405.082
a=
= 81.016
5
158.949
b=
= 15.895
10
Lampiran 1 - Lanjutan
Inggris
413.326
a=
= 82.665
5
105.263
b=
= 10.526
10
Jerman
371.378
a=
= 74.276
5
49.821
b=
= 4.982
10
= 61.725
5
90.497
b=
= 9.049
10
Lampiran 1 - Lanjutan
y2011 = 61.725 + 9.049 (3) = 88.875
y2012 = 61.725 + 9.049 (4) = 97.924
y2013 = 61.725 + 9.049 (5) = 106.974
y2014 = 61.725 + 9.049 (6) = 116.024
y2015 = 61.725 + 9.049 (7) = 125.073
Italia
95.369
a=
= 19.074
5
6854
b=
= 685
10
Negara
2011
2012
2013
2014
2015
Perancis
128,701
144,596
160,491
176,386
192,281
Inggris
114,244
124,770
135,297
145,823
156,349
Jerman
89,222
94,204
99,186
104,168
109,150
Belanda
88,875
97,924
106,974
116,024
125,073
Italia
21,130
21,815
22,501
23,186
23,872
Negara
2011
2012
2013
2014
2015
Perancis
11,583
13,014
14,444
15,875
17,305
Inggris
13,709
14,972
16,236
17,499
18,762
3
4
5
Jerman
Belanda
Italia
10,564
6,221
5,071
11,154
6,855
5,236
11,744
7,488
5,400
12,334
8,122
5,565
12,923
8,755
5,729
Negara
2011
2012
2013
2014
2015
Perancis
429
449
466
481
494
Inggris
508
516
524
530
536
Jerman
391
385
379
374
369
Belanda
230
236
242
246
250
Italia
188
181
174
169
164
1,767
1,784
1,800
Total
1,746
1,814
Negara
Perancis
Inggris
Jerman
Belanda
Italia
Total
2011
36
42
33
19
16
146
2012
37
43
32
20
15
147
2013
39
44
32
20
15
149
2014
40
44
31
21
14
150
2015
41
45
31
21
14
151
Lampiran 1 - Lanjutan
Proyeksi segmentasi pasar berdasarkan Jenis Kelamin
No
1
Negara
Perancis
Laki-laki
Perempuan
Inggris
Laki-laki
Perempuan
Jerman
Laki-laki
Perempuan
Belanda
Laki-laki
Perempuan
Italia
Laki-laki
Perempuan
2011
2012
2013
2014
2015
Rata-rata
74,801
53,900
84,039
60,557
93,277
67,214
102,515
73,870
111,754
80,527
58.12%
41.88%
66102
48142
72192
52578
78283
57014
84373
61450
90464
65886
57.86%
42.14%
51651
37571
54535
39669
57419
41767
60303
43865
63187
45963
57.89%
42.11%
41824
47050
46083
51841
50342
56632
54601
61423
58859
66214
47.06%
52.94%
11649
9481
12027
9789
12405
10096
12783
10404
13160
10711
55.13%
44.87%
No
1
2
3
4
5
No
1
2
3
4
5
Negara
Perancis
Inggris
Jerman
Belanda
Italia
Negara
Perancis
Inggris
Jerman
Belanda
Italia
2011
15,496
15,503
13,499
13,447
2,979
2011
49,859
42,430
32,869
25,391
5,961
2012
17,409
16,931
14,253
14,816
3,076
2012
56,016
46,340
34,705
27,977
6,154
15-24 tahun
2013
19,323
18,360
15,007
16,185
3,173
25-34 tahun
2013
62,174
50,249
36,540
30,562
6,347
2014
2015
21,237
23,151
19,788
21,217
15,761
16,514
17,554
18,924
3,269
3,366
Rata-rata semua
negara
Rata-rata
12.04%
13.57%
15.13%
15.13%
14.10%
2014
68,332
54,159
38,376
33,148
6,541
Rata-rata
38.74%
37.14%
36.84%
28.57%
28.21%
2015
74,490
58,068
40,211
35,733
6,734
Rata-rata semua
negara
13.99%
33.90%
No
1
2
3
4
5
No
1
2
3
4
5
No
1
2
3
4
5
No
1
2
3
4
5
Negara
Perancis
Inggris
Jerman
Belanda
Italia
Negara
Perancis
Inggris
Jerman
Belanda
Italia
Negara
Perancis
Inggris
Jerman
Belanda
Italia
Negara
Perancis
Inggris
Jerman
Belanda
Italia
2011
2012
35-44 tahun
2013
26,950
20,404
16,435
17,179
4,063
30,278
22,284
17,352
18,929
4,195
33,607
24,164
18,270
20,678
4,327
2011
21,557
22,038
14,677
17,179
5,961
2011
10,103
10,613
8,217
11,207
1,625
2011
4,710
3,267
3,524
4,470
541
2012
24,220
24,068
15,497
18,929
6,154
2012
11,351
11,591
8,676
12,348
1,678
2012
5,292
3,568
3,721
4,926
558
45-54 tahun
2013
26,882
26,099
16,316
20,678
6,347
2014
2015
36,935
40,264
26,044
27,924
19,188
20,105
22,427
24,177
4,459
4,591
Rata-rata semua
negara
20.94%
17.86%
18.42%
19.33%
19.23%
2014
2015
29,545
32,207
28,129
30,160
17,136
17,955
22,427
24,177
6,541
6,734
Rata-rata semua
negara
Rata-rata
16.75%
19.29%
16.45%
19.33%
28.21%
55-64 tahun
2013
2014
2015
12,599
13,846
15,094
12,569
13,547
14,525
9,135
9,594
10,053
13,489
14,631
15,772
1,730
1,783
1,836
Rata-rata semua
negara
> 64 tahun
2013
5,874
3,869
3,918
5,381
576
Rata-rata
2014
2015
6,456
7,037
4,171
4,472
4,115
4,311
5,836
6,291
594
611
Rata-rata semua
negara
19.16%
20.01%
Rata-rata
7.85%
9.29%
9.21%
12.61%
7.69%
9.33%
Rata-rata
3.66%
2.86%
3.95%
5.03%
2.56%
3.61%