Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PERITONITIS
et causa PERFORASI GASTER
Diajukan untuk memenuhi tugas Program Pendidikan Profesi Dokter SMF Neurologi
Pembimbing :
Dr. Adriansyah. Sp.B
Disusun Oleh :
Sakina J.H.Saleh
Tri Fitri Sari
KATA PENGANTAR
Penyusun
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS PASIEN
Nama
: NY. S
Jenis Kelamin
: Perempuan
Usia
: 65 tahun
Pekerjaan
:-
Agama
: Islam
Alamat
Tanggal MRS
Tanggal Pengkajian
: 11 Desember 2014
Dua hari kemudian, pasien datang diantar oleh keluarganya dengan keluhan yang
sama namun nyeri disarakan semakin memberat. Nyeri dirasakan diseluruh lapang
perut seperti ditikam pisau dan perut terasa seperti tegang. Nyeri dirasakan terus
menerus, memberat bila pasien bergerak, bernapas, batuk atau mengedan. Selain nyeri,
pasien juga mengeluh badan terasa lemas dan nafsu makan menurun, mual, muntah dan
pusing, demam. BAB dan BAK dalam batas normal.
Riwayat Pengobatan
- Pengobatan DM
- Pasien sering mengkonsumsis obat penghilang nyeri
Kesadaran
: Compos Mentis
GCS
: E4V5M6
Vital sign
Tekanan Darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 85 x/menit
Frekuensi napas
: 20 x/menit
Suhu
: 37,5 C
: Normocephal
: dalam batas normal
Mata
Leher
Thorax
Pulmo :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Cor :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Abdomen
Inspeksi
Kaput medusa (-), massa (-), darm contour (-), darm steifung (-).
Auskultasi
: BU (+) menurun
Perkusi
tak teraba, defans muscular (+) seluruh kuadran, nyeri tekan +, nyeri
lepas (+) Psoas sign (+). Obturator sign (+), Rovsing sign (+)
Inguinal
Inspeksi
Palpasi
Ekstremitas
Superior
Inferior
Edema -/-
Edema -/-
Sianosis -/-
Sianosis -/-
c. Status Lokalis
Regio
Abdomen
Inspeksi
Kulit keriput, distensi (-), pelebaran vena colateral (-), Kaput medusa (-), massa (-),
darm contour (-), darm steifung (-).
Auskultasi
BU (+) menurun
Perkusi
Timpani (+), pekak hepar menghilang, pemeriksaan undulasi (-), Shifting Dullness (-).
Palpasi
Abdomen distensi (-), massa (-), hepar tak teraba, lien tak teraba, defans muscular (+)
seluruh kuadran, nyeri tekan +, nyeri lepas (+) Psoas sign (+). Obturator sign (+),
Rovsing sign (+)
4. RESUME
Pasien perempuan, 65 tahun diantar oleh keluarganya dengan keluhan nyeri perut
diseluruh lapang perut seperti ditikam pisau dan perut terasa seperti tegang. Nyeri dirasakan
terus menerus, memberat bila pasien bergerak, bernapas, batuk atau mengedan. Selain nyeri,
pasien juga mengeluh badan terasa lemas dan nafsu makan menurun, mual, muntah dan
pusing, demam. 1 minggu SMRS pasien pernah dirawat dengan diagnosis apendisitis akut.
5. DIAGNOSIS :
Diagnosis Sementara : Peritonitis et causa susp. Appendisitis Perforasi + DM tipe II
6. DIAGNOSIS BANDING
1. Peritonitis et causa Peritonitis Generalisata et causa Perforasi Gaster
2. Pankreatitis Akut
7. RENCANA PEMERIKSAAN ;
a. Labolatorium: Cek Darah Lengkap, Liver Function Test, Amilase darah, GDS, BT, CT.
b. Foto abdomen tiga posisi
c. Foto Rotgen Thorax
8. HASIL PEMERIKSAAN
a. Hemotologi
Pemeriksaan
Hb
RBC
HCT
MCV
MCH
MCHC
WBC
PLT
08/12/2014
8.1
2.92
26
88
28
31
7.83
709
09/12/2014
10.7
3.69
32
87
29
33
18,91
442
Satuan
g/dL
106/ul
%
fL
Pg
g/dL
Ribu/ul
Ribu/ul
Rujukan
11.7-15.5
3.8-5.2
35-47
80-100
26-36
32-36
1.6-11
150-440
b. Kimia Klinik
Pemeriksaan
GDS
Keton darah
BT
08/12/2014
309
negatif
10/12/2014
224
3 menit ( 1-3 menit)
CT
c. Elektrolit
Pemeriksaan
Natrium Darah
Kalium Darah
Klorida (Cl)
08/12/2014
138 (135-147)
3.5 ( 3.5-5)
98 (94-111)
Satuan
mEq/L
mEq/L
mEq/L
bawah kanan.
Tulang dada normal.
Kesan : penebalan pelura kanan
9. RENCANA TERAPI
a. Terapi Simptomatik
Observasi keadaan umum dan vital sign
Pasang NGT, DC, Puasa
IVFD NaCl 0,9 % 20 tpm
Inj Ketorolac 1 ampul / 12 jam
Inj Ranitidin 1 ampul / 12 jam
Meropenem 3x1 gr
Metformin 500 mg 2x1
b. Terapi Definitif
Laparatomi Eksplorasi, dilakukan pada tanggal 10/12/2014
Laporan Operasi
-
Dilakukan insisi midline , kerika peritoneum dibuka keluar udara, dampak cairan
succus enterikus kemudian diambil sampel untuk specimen
Luka operasi dijait lapis demi lapis dengan meninggalkan satu buah drain.
10. PROGNOSIS
Ad vitam: Dubia ad bonam
Ad functionam: Dubia ad bonam
11. FOLLOW UP
Tanggal 11/12/2014
S : Pusing , demam - , nyeri LO +,
O : Edema wajah, tangan, kaki +
TD : 106/52 mmhg, N : 114 x/ menit
12/12/2014
S : Pusing , demam - , nyeri LO +,
O : Edema wajah, tangan, kaki +
TD : 106/52 mmhg, N : 114 x/ menit
R : 13 x/ menit, S : 36,7O
R : 13 x/ menit, S : 36,7O
LO : tertutup perban, nyeri tekan LO +
LO : tertutup perban, nyeri tekan LO +
A : post laparatomi eksplorasi a/i peritonitis et A : post laparatomi eksplorasi a/i peritonitis et
causa perforasi gaster POD I
P : puasa, NGT dialirkan
IVF aminofluid 1500 cc, NaCl 500cc
Meropenem 3x1 gr
Vit c 1x 100 mg
Vomizol 2x1
Koreksi albumin bila < 3 gr
Transfusi bila kadar Hb < 10 g/dL
ANALISA KASUS
Pada anamnesis ditemukan pasien mengeluh nyeri perut seperti ditikam pisau yang
dirasakan diseluruh lapang perut, mual, muntah, serta demam.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan auskultasi BU (+) menurun, perkusi timpani (+),
pekak hepar menghilang, Abdomen distensi (-), massa (-), hepar tak teraba, lien tak
teraba, defans muscular (+) seluruh kuadran, nyeri tekan +, nyeri lepas (+) Psoas
sign (+). Obturator sign (+), Rovsing sign (+).
Pada pemeriksaan radiologi yaitu pada foto abdomen 3 posisi, ditemukan kesan free
air subdigfragma kanan ec susp. Perforasi usus/apendiks
Posisi tiduran, didapatkan preperitonial fat menghilang, psoas line menghilang, dan
kekaburan pada cavum abdomen.
Posisi duduk atau berdiri, didapatkan free air subdiafragma berbentuk bulan sabit
(semilunair shadow).
Posisi LLD, didapatkan free air intra peritonial pada daerah perut yang paling tinggi.
Letaknya antara hati dengan dinding abdomen atau antara pelvis dengan dinding
abdomen.
Jadi gambaran radiologis pada peritonitis yaitu adanya kekaburan pada cavum
abdomen, preperitonial fat dan psoas line menghilang, dan adanya udara bebas
subdiafragma atau intra peritoneal.
Pada pemeriksaan radiologi yaitu pada foto abdomen 3 posisi, ditemukan kesan free
air subdigfragma kanan ec susp. Perforasi usus/apendiks.
Cedera tembus yang mengenai dada bagian bawah atau perut (contoh: trauma
tertusuk pisau)
Trauma tumpul perut yang mengenai lambung. Lebih sering ditemukan pada
appendicitis
akut,
perforasi usus pada pasien yang lebih tua dan berhubungan dengan hasil akhir
yang buruk.
Luka usus yang berhubungan dengan endoscopic : luka dapat terjadi oleh ERCP
dan colonoscopy.
Fungsi usus sebagai suatu komplikasi laparoscopic: faktor yang mungkin
mempredisposisikan pasien ini adalah obesitas, kehamilan, inflamasi usus akut
sering tidak terduga terjadi pada saat kondisi pasien mulai membaik.
Penyakit inflamasi usus : perforasi usus dapat muncul pada paien dengan colitis
ulceratif akut, dan perforasi ileum terminal dapat muncul pada pasien dengan
Crohns disease.
Perforasi sekunder dari iskemik usus (colitis iskemik) dapat timbul.
Perforasi usus dapat terjadi karena keganasan didalam perut atau limphoma
Radiotherapi dari keganasan cervik dan keganasan intra abdominal lainnya dapat
berhubungan dengan komplikasi lanjut, termasuk obstruksi usus dan perforasi
usus.
Benda asing ( misalnya tusuk gigi atau jarum pentul) dapat menyebabkan
perforasi oesophagus, gaster, atau usus kecil dengan infeksi intra abdomen,
peritonitis, dan sepsis.
Pada Kasus ini, risiko komplikasi postoperatif sering terjadi dan umumnya
dibagi menjadi komplikasi lokal dan sistemik. Infeksi pada luka dalam, abses residual
dan sepsis intraperitoneal, pembentukan fistula biasanya muncul pada akhir minggu
pertama postoperasi. Demam tinggi yang persisten, edema generalisata, peningkatan
distensi abdomen, apatis yang berkepanjangan merupakan indikator adanya infeksi
abdomen residual. Hal ini membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut misalnya CT-Scan
abdomen. Sepsis yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kegagalan organ yang
multipel yaitu organ respirasi, ginjal, hepar, perdarahan, dan sistem imun. (Doherty,
2006)
Prognosis Kasus
Prognosis untuk peritonitis lokal dan ringan adalah baik, sedangkan pada
peritonitis umum prognosisnya mematikan akibat organisme virulen.
Tingkat mortalitas dari peritonitis generalisata adalah sekitar 40%. Faktor-faktor
yang mempengaruhi tingginya tingkat mortalitas antara lain tipe penyakit primer dan
durasinya, keterlibatan kegagalan organ multipel sebelum pengobatan, serta usia dan
kondisi kesehatan awal pasien. Tingkat mortalitas sekitar 10% pada pasien dengan ulkus
perforata atau apendisitis, pada usia muda, pada pasien dengan sedikit kontaminasi
bakteri, dan pada pasien yang terdiagnosis lebih awal (Doherty, 2006).
DAFTAR PUSTAKA
Arief M, Suprohaita, Wahyu.I.K, Wieiek S, 2000, Bedah Digestif, dalam Kapita Selekta
Kedokteran, Ed:3; Jilid: 2; p 302-321, Media Aesculapius FKUI, Jakarta.
Brian, J. 2011, Peritonitis and Abdominal Sepsis. Diakses pada 12 Desember
2014 .http://emedicine.medscape.com/article/180234-overview#aw2aab6b2b4aa
Doherty, Gerard. 2006. Peritoneal Cavity in Current Surgical Diagnosis & Treatment
12ed. USA: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Fauci et al, 2008, Harrisons Principal Of Internal Medicine Volume 1, McGraw Hill,
Peritonitis halaman 808-810, 1916-1917
Pieter, John, editor : Sjamsuhidajat,R. dan De Jong, Wim, Bab 31 : Lambung dan
Duodenum,
Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, EGC : Jakarta, 2004. Hal. 541-59.