Anda di halaman 1dari 18

ANESTESI LOKAL FARMAKOLOGI

I.PENDAHULUAN
Anestetik lokal ialah obat yang menghasilkan blokade konduksi atau blokade lorong natrium pada
dinding saraf secara sementara terhadap rangsang transmisi sepanjang saraf, jika digunakan pada saraf
sentral atau perifer. Anestetik lokal setelah keluar dari saraf diikuti oleh pulihnya konduksi saraf secara
spontan dan lengkap tanpa diikuti oleh kerusakan struktur saraf. (Sari, 2009)
Anestetik lokal menghilangkan penghantaran saraf ketika digunakan
secara lokal pada jaringan saraf dengan konsentrasi tepat. Bekerja pada sebagian Sistem Saraf Pusat
(SSP) dan setiap serabut saraf. Kerja anestetik lokal pada ujung saraf sensorik tidak spesifik. Hanya
kepekaan berbagai struktur yang dapat dirangsang berbeda. Serabut saraf motorik mempunyai
diameter yang lebih besar daripada serabut sensorik. Oleh karena itu, efek anestetika lokal menurun
dengan kenaikan diameter serabut saraf, maka mula-mula serabut saraf sensorik dihambat dan baru
pada dosis lebih besar serabut saraf motorik dihambat (Rochmawati dkk, 2009)

Sifat Anestetik Lokal yang Ideal

1. Poten dan bersifat sementara (reversibel)


2. Sebaiknya tidak mengiritasi dan tidak merusak jaringan saraf secara permanen
(kebanyakan anestetik lokal memenuhi syarat ini).
3. Batas keamanan harus lebar, sebab anestetik lokal akan diserap dari tempat
suntikan.
4. Mula kerja harus sesingkat mungkin.
5. Masa kerja harus cukup lama, sehingga cukup waktu untuk melakukan tindakan
operasi, tetapi tidak sedemikian lama sampai memperpanjang masa pemulihan.
6. Zat anestetik lokal juga harus larut dalam air, stabil dalam larutan, dan dapat
disterilkan tanpa mengalami perubahan.
7. Harganya murah
(Rochmawati dkk, 2009)

Anestetik lokal dibagi menjadi dua golongan


1. Golongan ester (-COOC-) Kokain, benzokain (amerikain), ametocaine, prokain (nevocaine),
tetrakain (pontocaine), kloroprokain (nesacaine).
2. Golongan amida (-NHCO-) Lidokain (xylocaine, lignocaine), mepivakain (carbocaine), prilokain
(citanest), bupivakain (marcaine), etidokain (duranest), dibukain (nupercaine), ropivakain (naropin),
levobupivacaine (chirocaine).
(Sari, 2009)

MEKANISME KERJA
Obat bekerja pada reseptor spesifik pada saluran natrium (sodium channel), mencegah peningkatan
permeabilitas sel saraf terhadap ion natrium dan kalium, sehingga terjadi depolarisasi pada selaput saraf
dan hasilnya tak terjadi konduksi saraf. Mekanisme utama aksi anestetik lokal adalah memblokade
voltage-gated sodium channels. Membrane akson saraf, membrane otot jantung, dan badan sel saraf
memiliki potensial istirahat -90 hingga -60 mV. Selama eksitasi, lorong sodium terbuka, dan secara cepat
berdepolarisasi hingga tercapai potensial equilibrium sodium (+40 mV). Akibat dari depolarisasi,, lorong
sodium menutup (inaktif) dan lorong potassium terbuka. Aliran sebelah luar dari repolarisasi potassium
mencapai potensial equilibrium potassium (kira-kira -95 mV). Repolarisasi mngembalikan lorong
sodium ke fase istirahat. Gradient ionic transmembran dipelihara oleh pompa sodium. Fluks ionic ini
sama halnya pada otot jantung, dan dan anestetik local memiliki efek yang sama di dalam jaringan
tersebut (Rochmawati dkk, 2009)
Fungsi sodium channel bisa diganggu oleh beberapa cara. Toksin biologi seperti batrachotoxin,
aconitine, veratridine, dan beberapa venom kalajengking berikatan pada reseptor diantara lorong dan
mencegah inaktivasi. Akibatnya terjadi pemanjangan influx sodium melalui lorong dan depolarisasi dari
potensial istirahat. Tetrodotoxin (TTX) dan saxitoxin memblok lorong sodium dengn berikatan kepada
chanel reseptor di dekat permukan extracellular. Serabut saraf secara signifikan berpengaruh terhadap
blockade obat anestesi local sesuai ukuran dan derajat mielinisasi saraf. Aplikasi langsung anestetik
local pada akar saraf, serat B dan C yang kecil diblok pertama, diikuti oleh sensasi lainnya, dan fungsi
motorik yang terakhir diblok (Rochmawati dkk, 2009)
Teknik Pemberian Anestetik Lokal
- Anestesi permukaan
Digunakan pada mukosa / permukaan luka Dari sana berdifusi ke organ akhir sensorik dan ke
percabangan saraf terminal. Pada epidermis yang utuh (tidak terluka), maka anestetik lokal hampir
tidak berkhasiat karena anestetik lokal hampir tidak menembus lapisan tanduk.

- Anestesi infiltrasi
Disuntikkan ke dalam jaringan, termasuk juga diisikan ke dalam jaringan. Dengan demikian selain organ
ujung sensorik, juga batang-bataang saraf kecil dihambat.
- Anestesi konduksi
Disuntikkan di sekitar saraf tertentuyang dituju dan hantarn rangsang pada tempat
ini diputuskan.
Contoh : anestesi spinal, anestesi peridural, anestesi paravertebral.
- Anestesi regional intravena dalam daerah anggota badan
Aliran darah ke dalam dan ke luar dihentikan dengan mengikat dengan bantuan pengukur tekanan darah
dan selanjutnya anestetik lokal yang disuntikkan berdifusi ke luar dari vena dan menuju ke jaringan di
sekitarnya dan dalam waktu 10-15 menit menimbulkan anestesi. Pengosongan darah harus
dipertahankan minimum 20-30 menit untuk menghindari aliran ke luar, sejumlah besar anestetik lokal
yang berpenetrasi, yang belum ke jaringan. Pada akhir pengosongan
darah, efek anestetik lokal menurun dalam waktu beberapa menit (Rochmawati dkk, 2009)

II.TUJUAN

Mengetahui efek obat anestesi lokal.

Mengetahui onset dan durasi obat anestesi lokal.

Mengetahui fungsi adrenalin dalam anestesi lokal.

III.ALAT DAN BAHAN

Hewan percobaan : marmut

Bahan :
1. Lidocain
2. Adrenalin

Alat :
1. Penggaris

2. Spidol
3. Gunting
4. Spuite 1 cc
5. Jarum pentul
6. Alat pengukur waktu

IV.CARA KERJA
1. Rambut marmut pada bagian punggung digunting, diameter 1 cm, dilingkari dengan spidol .
2. Awal respon marmut terhadap nyeri dievaluasi dengan cara jarum pentul ditusukkan pada
daerah yang sudah ditandai, sebanyak 5 kali, dengan intensitas yang sama.
3. Obat anestesi yang akan dicoba yaitu lidocain sebanyak 0,1 cc dan Adrenalin sebanyak 0,1 cc
diambil dengan spuite 1 cc.
4. Secara Intradermal disuntikan pada daerah yang sudah ditandai.
5. Respon marmut terhadap nyeri seperti pada evaluasi awal diamati, setiap lima menit, sampai 60
menit.
6. Jumlah tusukan yang tidak dirasakan oleh marmut dicatat pada tabel.

Sumber : http://smart-fresh.blogspot.com/2012/02/anestesi-lokal-farmakologi.html

ANESTESI LOKAL
10:02 |

Diposkan oleh bintang

Anestetika lokal atau zat-zat penghalang rasa setempat adalah obat yang pada penggunaan lokal
merintangi secara reversibel penerusan impuls-impuls syaraf ke SSP dan demikian menghilangkan atau
mengurangi rasa nyeri, gatal-gatal, rasa panas, atau dingin.
Persyaratan
Ada beberapa kriteria yang harus di penuhi untuk suatu jenis obat yang di gunakan sebagai anestetikum
lokal, antara lain:
a. Tidak merangsang jaringan.
b. Tidak menyebabkan kerusakan permanen terhadap susunan syaraf.
c. Toksisitas sistemik rendah.
d. Efektif dengan jalan injeksi atau penggunaan setempat pada selaput lendir.
e. Mulai kerjanya sesingkat mungkin dan bertahan untuk jangka waktu yang cukup lama.
f. Dapat larut dalam air dan menghasilkan larutan yang stabil, juga terhadap pemanasan (sterilisi).
Khasiat dan mekanisme kerjanya
Anestetika lokal mengakibatkan kehilangan rasa dengan jalan beberapa cara. Misalnya, dengan jalan
menghindarkan untuk semetara pembeak di membrannterleukan dan transmisi impuls melalui sel-sel
syaraf dan ujungnya.
Pusat mekanisme kerjanya terletak di membran sel. Seperti juga alkohol dan barbital, anestetika lokal

menghambat penerusan impuls dengan jalan menurunkan permeabilitas membran sel saraf untuk ionnatrium, yang perlu bagi fungsi syaraf yang layak. Hal ini disebabkan adanya persaingan dengan ion-ion
kalsium yang berada berdekatan dengan saluran-saluran natrium di membran sel syaraf.
Diperkirakan bahwa pada proses stabilisasi membran tersebut, ion-kalsium memegang peranan penting,
yakni molekul- molekul lipofil besar dan anestetika lokal mungkin mendesak sebagian ion kalsium di
dalam membran sel tanpa mengambil alih fungsinya. Dengan demikian membran sel menjadi semakin
padat dan stabil, serta lebih baik melawan segala sesuatu perubahan mengenai permeabilitasnya.
Di samping itu, anestetika lokal mengganggu fungsi semua organ di mana terjadi konduksi atau transmisi
dari beberapa impuls . Dengan demikian, anestetika lokal mempunyai efek yang penting bagi SSP,
ganglia otonom, cabang-cabang neuromuskular dan semua jaringan otot. Penghambatan penerusan
impuls dapat pula di capai dengan pendinginan kuat (etilklorida) atau melalui meracuni protoplasma sel
(fenol).
Efek-efek lain
Di samping khasiat anestetisnya, anestetika lokal masih memiliki sejumlah efek lain dan yang terpenting
di antaranya adalah:
1. Menekan SSP
Setelah reabsorbsi pertama timbul stimulasi, kemudian eksitasi, gemetar dan konvulsi. Stimulasi pusat
ini di susul oleh depresi dan terhambatnya pernapasan, yang dapat menyebabkan kematian.
2. Menekan sistem kardiovaskular
Pemberian sistemis anestesia lokal pada kadar tinggi terutama mempengaruhi otot jantung (myocard)
dan mengakibatkan antara lain penurunan kepekaan untuk rangsangan listrik, kecepatan penerusan
impuls, dan daya kontraksi jantung.

3. Vasodilatasi
Pada dosis agak besar, dimana anestetika mencapai peredaran darah, zat-zat ini menimbulkan
vasodilatasi umum sebagai akibat langsung dari blokade syaraf adrenegik.

Efek samping
Efek sampingnya adalah akibat efek depresi terhadap SSP dan efek kardiodepresifnya (menekan fungsi
jantung) dengan segala penghambatan pernafasan.
Anestetika lokal dapat pula mengakibatkan reaksi hipersensitasi, yang seringg kali berupa exantema,
urticaria, dan bronchosphasme alergis sampai adakalanya shock anafilaktis yang dapat mematikan.
Yang terkenal dalam hal ini adalah zat-zat tipe ester prokain dan tetrakain. Yang karena itu tidak di
gunakan lagi dalam anestesika lokal.

Reaksi hipersensitasi tersebut di akibatkan oleh PABA (para-amino-benzoid acid), yang terbentuk
melalui hidrolisa. PABA ini dapat meniadakan efek antibakteriil dari sulfon-amida, yang berdasarkan
antagonisme
Persaingan dengan PABA. Oleh karena itu, terapi dengan sulfa tidak boleh di kombinasi dengan
penggunaan ester-ester tersebut.

Penggunaan
Anestetika lokal sering kali di gunakan secara perenteral pada pembedahan (agak) kecil di mN anestesia
umum tidak perlu atau tidak diinginkan. Jenis anestesia lokal dalam bentuk parenteral yang sering di
gunakan adalah :
a. Anestesia infiltrasi
Beberapa injeksi diberikan pada atau sekitar jaringan yang akan di anestisir, sehingga mengakibatkan
hilangnya rasa di kulit dan jaringan yang terletak di dalam, misalnya pada daerah kecil di kulit atau gusi (
pada pencabutan gigi ).
b. Anestesia konduksi ( penyaluran saraf)
Injeksi di tulang belakang, yaitu pada suatu tempat berkumpulnya banyak syaraf, hingga tercapai
anestesia dari suatu daerah yang lebih luas, misalnya lengan atau kakii, juga di gunakan untuk
menghalau rasa nyeri hebat.
c. Anestesia spinal (intra tracheal)
Di sebut juga injeksi punggung (ruggenprik).
Obat disuntikkan di cpunggung yang berisi cairan otak; jadi, injeksi melewati duramater dan biasanya
antara ruas lumbal ketiga dan keempat, sehongga dapat di capai pembiusan dari kaki sampai tulang.
Kesadaran penderita tidak di hilangkan dan sesuai pembedahan tidak begitu mual.
d. Anestesi epidural
Obat di injeksikan di ruang epidural, yakni ruang antara kedua selaput keras ( dura mater) dari sum-sum
belakang.
Anestesia dicapai setelah ca setengah jam.
Tergantung pada efek yang di kehendaki, injeksi di berikan di lokasi yang berbeda, misalnya secara
lumbal untuk persalinan ( sectio caesarea, keizersnede), obstetri, dan pembedahan perut bagian
bawah. Secara cervical untuk mencapai hilang rasa di daerah tengkuk; secara torakal untuk pemotongan
di paru-paru dan perut bbagian atas,

e. Anestesia permukaan
Sebagai suntikan banyak di gunakan sebagai penghilang rasa oleh dokter gigi untuk mencabut geraham
atau dokter keluarga untuk pembedahan kecil, seperti menjahit luka di kulit.
Anestesia permukaan juga di gunakan sebagai persiapan untuk prosedur diagnostik seperti bronkoskopi,
gastroskopi, dan sitoskopi.
f. Anestesia lokal
Digunakan sebagai larutan untuk nyeri di mulut atau tablet isap (sakit tenggorok), tetes mata untuk
mengukur tekanan intra okuler atau mengeluarkan benda asing. Juga sebagai salep untuk gatal-gatal
atau nyeri luka bakar, dan dalam suppositoria anti-wasir.

Penggolongan
Anestetika lokal dapat di golongkan secara kimiawi dalam beberapa kelompok sebagai berikut:
a. Senyawa-ester (PABA):
Kokain, prokain, benzokain, oksibuprokain, dan tetrakain.
b. Senyawa-amida:
Lidokain dan prilokain. Mevikain dan buvipakaina, chinchokain, artikain, dan pramokain.
c. Lainnya.
Fenol,Benzilalkohol, cryofluoran, dan etilklorida.
Semua obat tersebut di atas adalah sintetis, kecuali kokain yang alamiah.
ZAT-ZAT TERSENDIRI
1. Kokain: benzoylmetilekgonin.
Derifat-tropan ini (1884) dengan struktur atropine terdapat secara alamiah di daun tumbuhan
Erytroxylon coca (Peru, Bolivia) dengan kadar 0,8-1,5%. Berbeda dengan anestetika lain, anestetikum
dari kelompok ester ini berkhasiat vasokontriksi dan bekerjanya lebih lama, mungkin karena merintangi
re-uptake noradrenalin di ujung neuron adrenergic sehingga kadarnya di daerah reseptor meningkat.
Selain itu , kokain juga memiliki efek simpatomimetik sentral dan perifer.
Daya kerja stimulasinya terhadap SSP (cortex) menimbulkan beberapa gejala, seperti gelisah,
ketegangan , konvulsi, eufori, dan meningkatnya kapasitas dan tenaga sehingga tahan lama untuk
bekerja lama karena hilangnya perasaan lelah.
Penggunaannya hanya untuk enestesia permukaan pada pembedahan di hidung, tenggorok, telinga atau
mata. Penggunaannya sebagai tetes mata sudah di tinggalkan berhubung resiko akan cacat kornea dan
sifat midriasisnya.
Penggunaannya yang terlalu sering dengan konsentrasi tinggi dapat mengakibatkan necrosis (mati
jaringan) akibat vasokontriksi setempat.

Kehamilan : kokain dapat meningkatkan resiko abortus dan cacat pada janin, terutama pada saluran
urinnya.
Dosis: kedokteran mata: larutan (HCL) 1-4 %, anesthesia hidung, telinga, dan tenggorok 1-10%.
2. Benzokain : anestesin, etileminobenzoat
Ester PABA ini (1900) merupakan derivate dari asam p-amino benzoate yang reabsorbsinya lambat.
Khasiat anestetik obat ini lemah, sehingga hanya digunakan pada anestesi permukaan untuk
menghilangkan nyeri dan gatal-gatal (pruritus).
Benzokain digunakan dalam suppositoria (250-500 mg untuk Rako) atau salep (2%) anti-wasir (untuk
Borraginol), juga dalam salep kulit, bedak tabor 5-20% dan lotion anti-sunburn (3%, Benzomid)
3. Prokain: Novocaine, etokain, *Gerovital (dr Aslan)
Derivat-benzoat ini yang disintesa pada tahun 1905 (Einhorn). Tidak begitu toksis dibandingkan kokain.
Anestetik local dari kelompok-ester ini bekerja singkat . dalam tubuh zat ini dengan cepat dan sempurna
dihidrolisa oleh kolinesterase menjadi dietilamino etanol dan PABA (asam para-aminobenzoat), yang
mengantagonir daya kerja sulfonamide.
Reabsorbsinya di kulit buruk, maka hanya digunakan sebagai injeksi dan sering kali bersamaan dengan
adrenalin untuk memperpanjang daya kerjanya.sebagai anestetik local, prokain sudah banyak di
gantikan oleh lidokain karena efek-efek sampingnya.
Efek sampingnya yang serius adalah:
1. Hipersensitasi
2. Kadang-kadang pada dosis rendahsudah dapat menyebabkan kematian dan kolaps dan kematian.
3. Reaksi terhadap preparat kombinasi proka penisilin. Berlainan dengan kokain, zat tidak
mengakibatkan adiksi
Dosis: Anestesia infiltrasi 0,25-0,5%, blok de saraf 1-2%.
Oksibuprokain (benoxinate, Novesin)
adalah derivate-oksibutil (1954) yang tidak bersifat merangsang, terutama digunakan pada kedokteran
THT dan mata. Tetapi pemakaiannya harus berhati-hati bila terdapat selaput lender yang rusak atau
adanya peradangan setempat. Mulai kerjanya cepat dan kuat (dalam 1 menit) dan bertahan lebih kurang
10 menit. Toksisitasnya ringan dan menurut laporan tidak menimbulkan reaksi alergi.
Tetrakain (ametokain) adalah derivate benzoat dengan gugus-metil pada atom(1941). Khasiatnya lebih
kurang 10 kali lebih kuat dari pada prokain, tetapi juga beberapa kali lebih toksis. Mulai kerjanya cepat
dan berlangsung lama, sedangkan resorpsinya dari mukosa jauh lebih baik daripada prokain
4. Lidokain : lignokain, Xylocaine
Derivate-asetanlida ini ( 1947) termasuk kelompok amida dan merupakan obat pilihan utama untuk
untuk anastesia permukaan ataupun filtrasi . zat ini digunakan pada selaput lender dan kulit untuk
nyeri,perasaan terbakar dan gatal .

Dibandingkan prokain ,khasiatnya lebih kuat dan lebih cepat kerjanya ( setelah beebrapa menit ) juga
bertahan lebih lama .
Penggunaan : lidokain banyak digunakan setelah infark jantung sebagai obat pencegah aritmia
ventricular( di bagian ICCU) dan pada bedah jantung .
Efek sampingnya adalah :
a. Mengantuk
b. Pusing
c. Sukar bicara
d. Hipotensi
e. Konvulsi
Semua efek SSP yang terutama timbulpada overdose. Pengunaanya harus hati hati pada gangguan
fungsi,decompensatio cordis,depresi pernafasan dan schok .

Prilokain (Citanest)
Adalah derivate yang mulai kerja dan kekuatannya sama dengan lidokain ( 1963) . toksisitasnya lebih
rendah daripada lidokain,karena efek vasodilatasinya lebih ringan sehingga reabsorbsinya juga lebih
lambat dan perombakannya lebih cepat . di dalam hati, zat ini dirombak menjadi o-toluidin dan
metabolit lain . ekskresinya melalui kemih ( kurang dari 1%) . obat ini digunakan pada anstesia
permukaan 4% dan secara parenteral 1-1,5% dengan atau tanpa adrenalin.
5. Mepivakain: Scandicaine, *Estradurin.
Derivate-piperidin ini termasuk kelompok-amida (1957) yang mulai kerja dan kekuatannya mirip lidokain
tetapi berthan sedikit lama . tidak berkhasiat vasodilatasi sehingga tidak perlu ditambahkan
vasokonstraktor. Obat ini terutama digunakan sebagai aastesia infiltrasi dan enis anastesia parenteral
lainnya sebagai larutan 1-2% . pada pembedahan dental , mata dan THT
Bupivakain (Marcaine)
Adalah derivate butyl (1967) yang ca 3 kali lebih kuat dan bersifat long acting 9 5-8 jam).obat ini
terutama digunakan untuk anastesi daerahluas (larutan 0,25-0,5%)dikombinasi dengan adrenalin
1:200.000. derajat relaksasinya terhadap otot tergantung pada kadarnya .
Kehamilan sama dengan mepivakain zat ini dapat digunakan selama kehamilan dengan kadar 2,5-5
mg/ml . dari semua tetika local,bupivakain adalah yang paling sedikit melintasi plasenta .
6. Cinchokain : dibukain, *Proctosedyl, *Scheriproct.
Derivate-kinolin ini dari tipe amida ( 1929 ) yang beberapa kali lebih kuat daripada lidokain tetapi juga
lebih toksis.kerjanya bertahan lebih lama dan juga bersifat vasodilatasi . obat ini banyak digunakan
sebagai anestetikum permukaan antara lain dalam suppositoria anti wasir atau dalam salep untuk nyeri
dan gatal gatal . tidak menimbulkan hipersensitasi.efeknya tampak setelah ca 15 menit dan berlangsung
24 jam.
7. Artikain : carticaine, *Ultracain

Derivate-tiofen ini merupakan zat anestetik local dari kelompok-amida dengan kerja panjang ( 1976 0
terikat pada protein plasma ca 95%. Efeknya timbul setelah 3 menit dan berlangsung agak lama, ca 4590 menit . obat ini digunakan untuk pembedahak kevil dan di kedokteran gigi . karena artikain memiliki
daya penetrasi tulang yang lebih baik dibandingkan lidokain .

Efek samping :
a. Pada orang yang alergi terhadap zat pengisi lubang gigi amalgam dan artukain dapat timbul keluhan
kesehatan serius
b. Dosis dewasa sekalinya 400mg.
8. Pramokain : Pramoxine, *Nestosyl
Merupakan zat anastesia permukaan (1953) tetapi merangsang bila digunakan pada selaput lender.
9. Fenol : asam karbol, acidum carbolicum *Calamine lotion.
Disamping khasiat Anastesi dan anti gatalnya fenol juga berdaya bakterisid dan fungsid pada
konstentrasi di atas masing masing 1% dan 1,3%.oleh karena itu fenol juga sering digunakan untuk gatalgatal misaknya biang keringat.
10. Benzilalkohol
Cairan ini melarut dalam air dan berkhasiat anastetis dan anti gatal lemah begitupula bakteriostatis
terhadap kuman .gram positif serta virustatif dan fungitis lemah . kerjanya optimal dalam lingkungan
asam.

Sumber : http://adibintangprana.blogspot.com/2011/01/anestetika-lokal-atau-zat-zat.html
SHIANNE, EVA, SISIKA, BUTET, KRISMAYA
Lebih tepat dan lebih baik untuk menganggap kematian anastesi sebagai " kematian yang terjadi
selama anastesi", sejak ada bagian yang menghitung jumlah kematian yang diakibatkan oleh anastesi;
tindakan pemberian anastesi dan teknik anastesi diatur kembali akibat dari meningkatnya kematian
akibat anastesi. Dari penelitian itu tidak sering berhubungan antara zat anastesi dengan tindakan yang
dilakukan oleh ahli anastesi sehingga hal ini tidak menjadi bagian dari penyebab kematian.
Penyelidikan ini adalah kompleks. Dengan mengabaikan fakta bahwa mayoritas terjadi di rumah sakit
harus tidak dilupakan bahwa beberapa terjadi pembedahan-walaupun mengenai gigi ahli patologi
rumah sakit berkompeten untuk melaksanakan bagiannya, otopsi seharusnya, dan secara normal
adalah, disebut suatu ahli patologi mandiri, yang terutama/lebih disukai suatu ahli patologi forensik
dengan pengalaman dari pengujian ini

Itu harus disadari bahwa penemuan phatologist's, walaupun suatu bagian integral penyelidikan, adalah
sering suatu penjelasan yang tidak cukup kematian. Penyebab mungkin telah dalam kaitan dengan
faktor, sifat alami yang menempatkan mereka di luar lingkup dari pengujian nya ( polson, 1955)
Tidak jarang pengujian pemeriksaan mayat menghasilkan penemuan negatif, dan phatologist tidaklah
kemudian sanggup untuk menyatakan suatu pendapat seperti pada obat bius, atau administrasi nya,
adalah suatu faktor di (dalam) kematian; ini telah ditetapkan oleh pengalaman berburu (
1958) dan harrison ( 1968). Mereka mengambil pandangan bahwa] peran patologi telah terbatas, secara
keseluruhan, kepada pendeteksian tentang penyakit alami, tanda kerusakan yang lebih jelas dengan]
prosedur obat bius atau kesalahan dalam prosedur berhub. dg pembedahan. Di dalam kealpaan dari
penemuan positif patologi telah dipaksa untuk menerima rumusan tersebut " tidak ada apapun untuk
menunjukkan bahwa obat bius tidaklah skifully diberi"
Bagaimanapun posisi saat ini, telah appreciably meningkatkan dengan mengakses ke toxicological
analisa, dan oleh karena itu ketika penemuan otopsi adalah negative negative patologi perlu
mengumpulkan material untuk tujuan ini, dan, mungkin perlu, memperoleh nasihat dari ahli racun yang
terkait dalam rangka memastikan bahwa material yang sesuai, di dalam kondisi dan jumlah cukup,
diminta pengujian ( blanke, 1960; campbell et.al, 1961; rieders, 1969)
Di mana itu ditinggalkan kepada phatologist sebagai tapak kaki bersaksi kepada penemuan yang medis
tersebut adalah sangat mendesak bahwa ia pasti mempunyai kesempatan tersebut untuk
mendiskusikan keadaan kasus dengan ahli bius dan clinician terkait. Pemeriksa mayat boleh baik dengan
bijaksana memutuskan untuk dengar bukti mereka sebagai tambahan terhadap phatologist nya, jika ia
adalah untuk menjangkau suatu penafsiran benar penyebab kematian tersebut. Ia juga mempunyai
informasi tentang segala relevan toxicological penemuan
Klasifikasi Kematian Yang Berhubungan dengan Anestesi
Beberapa klasifikasi pernah diumumkan, misalnya oleh Saphira dkk (1960) danHarisson
(1968).Pembagian sederhana kematian akibat anastesi :
a. Kematian dikarenakan oleh anestesi dan /atau cara pelaksanaannya.
b. Kematian dikarenakan oleh kecelakaan pembedahan selama anestesi.
c. Kematian dikarenakan oleh penyakit alami,lainnya yaitu terapi yang diberikan atau penyakit
yang sering terjadi sekarang ini.
Bahaya atau resiko dari anestesi merupakan pertimbangan secara terperinci oleh beberapa orang
penulis, termasuk Keating (1966).
A.. KEMATIAN DIKARENAKAN OLEH ANESTESI DAN ATAU CARA PELAKSANAANNYA
Harus diperhatikan bahwa kematian karena anestesi sangat luar biasa . Laporan umum berkata
bahwa kejadian kematian pada waktu atau segera setelah operasi rata-rata 0,2% -0,6 % dari operasi dan

kematian disebabkan oleh anestesi hanya 0,03%-0,1% dari seluruh anestesi yang diberikan. Kematian
yang terjadi pada waktu operasi atau segera setelah operasi, dari laporan kejadian karena anestesi
sangat bervariasi dari 5%-50%(Campbell,1960). Beberapa penulis memiliki daftar penyebab kematian
dikarenakan oleh anestesi, misalnya: Edward dkk(1956), Campbell (1960), Sphira dkk (1960)dan Dinnick
(1964), Love (1968). Harisson (1968). (Hasil laporan Eward dkk (1956) dan Dinnick (1964) berdasarkan
rangkaian mengadakan pemeriksaan dengan perkumpulan dokter anestesi, tentu saja panjang, tapi
hanya sedikit proporsi dari hal ini yang dapat diketahui dengan pemeriksaan patologi.

(i) Kurang pengalaman


Morton dan Wylie (1951) berpendapat bahwa sebagian besar kematian pada waktu anestesi
dikarenakan kurangnya pengalaman dan kegagalan dalam melakukan tindakan pencegahan ketika
intubasi. Hal ini mungkin saja benar. Hal ini meliputi kecelakaan dikarenakan intubasi (misalnya
Penggeluaran aspirasi, kekakuan tube dan bronkoskopi, masing-masing mungkin karena hambatan vagal
jika pernafasan dari anestesi tidak adekwar. Penyumbatan pernafasan setelah operasi dengan
tube/swab mungkin juga terjadi.

(ii) Obat-obatan
Penggunaan obat-obatan dalam bidang anestesi yang modern dapat memerankan arti penting untuk
sebuah insidens, contohnya overdosis barbiturat secara intravena atau kolaps setelah menggunakan
obat tersebut. Gagal jantung telah dihubungkan dengan penggunaan trichloroethylen. Penggunaan urea
secara intravena dapat menyebabkan hipertensi. Penggunaan halotan yang aman telah menjadi subjek
pada beberapa laporan dan terbukti bahwa obat ini dapat menyebabkan nekrosis hati dan akhir-akhir
ini, halotan dilaporkan dapat menyebabkan hiperpireksia malignan/ganas.Tygstrup (1963) menemukan
hubungan antara halotan dan nekrosis hati, tetapi berdasarkan pengalaman Muschin dkk
(1964) menunjukkan bahwa setelah penggunaan halotan dapat menyebabkan hepatitis, biasanya
setelah berulang kali terpapar dengan obat anestesi ini. Enam dari sebelas pasien meninggal antara hari
kedelapan sampai hari kedua puluh delapan setelah penggunaan halotan dan pada peneriksaan post
mortem tampak nekrosis hati yang masif dan tampak gambarab hepatitis akut. Penggunaan halotan
sendiri atau bersama dengan suxamethonium saat ini diketahui dapat menimbulkan komplikasi anestesi
yang mengkhawatirka seperti yang sudah diketahui yaitu hiperpireksia malignan.Karakteristik
hiperpereksia malignan ini tidak hanya berupa kenaikan suhu ke level yang berbahaya, meskipun
mencapai 110 derajat farenheit tapi juga takikardi, hiperpnoea, sianosis dan kaku pada otot (Barlow dan
isaacs, 1970). Kondisi ini yang menyebabkan tingginya angka kematian pada kebanyakan pasien. Yang
harus dipikirkan pertama kali adalah adalah reaksi dari suxamethonium tapi ternyata hanya
mengobservasi penggunaan halotan (Harrison, 1968a; Drury dan Gilbert, 1970). Hal ini tampaknya
terjadi secara genetik dan terjadi pada keluarga yang mempunyai subklinis penyakit miopati dan nilai
serum kreatinin fosfokinase yang tinggi (Isaac dan Barlow, 1970).

Anestesi dengan nitrat oksida jarang yang fatal dan bila terjadi kematian kemungkinan berhubungan
dengan penggunaan yang tidak berpengalaman atau tidak efisien. Contohnya adalah kematian saat
sedang dianestesi oleh ahli anestesi dan saat terapi pembedahan pada ovulsi kuku jari kaki (Polson,
1955).
Kematian seorang anak perempuan yang bekerja sebagai resepsionis dokter gigi, dia mengalami
overdosis yang fatal setelah mengadiksi nitrat oksida secara inhalasi (Enticknap, 1961).
Pada tahun 1966, merebaknya kasus keracunan akibat nitrat oksida menimbulkan kekhawatiran yang
berdampak buruk dan suatu saat menjadi kenyataan dan ini menjadi masalah pada obat-obatan yang
berbentu gas. Akibatnya pasien terinhalasi oleh nitratoksida (Brit. M.J, 1966).
Setelah tahun 1966, kematian pada 2 pasien diakibatkan oleh inhalasi nitrat oksida. Berdasarkan
penyelidikan bahwa nitrat oksida itu terkontaminasi oleh nitrit oksida. Ini merupakan akibat dari tidak
disiplinnya mengikuti pareturan yang aman di pabrik nitrat oksida. Ketika selindir nitrat oksida diteliti,
40.000 dites dan hasilnya sebanyak 65 ditemukan adanya kontaminasi nitrit oksida (Lancet, 1966a,
1966b; Brit. M.J, 1966; Brit. J. Anaesthesia, 1967 )
Penggunaan atropin dapat menyebabkan hiperpireksia oleh karena mekanisme regulasi
panas (Tettersall, 1953; Pask, 1964). Contohnya dilaporkan oleh Harris dan Hutton, 1956.
Adrenalin dan kokain : Makintosh (1948-9) memusatkan perhatian pada adrenalin dan kokain.
Kesalahan penggunaan adrenalin untuk kokain menyebabkan 2 kematian mendadak. Makintosh
mempertimbangkan kematian ini terhadap penggunaan kokain pada lokal anestesi bukan langkah
penting untuk produksi vasokostriksi dan kombinasi kedunya ini meningkatkan toksisitas adrenalin dan
kokain. Makintosh juga memusatkan perhatiannya untuk membedakan antara 2 % kokain dalam
adrenalin dan 2 % kokain dengan adrenalin. Makintosh meragukan eksistensi sensitivitas kokain,
menurut percobaannya kecelakaan- kecelakaan tersebut berhubungan dengan overdosis atau kombinasi
dengan adrenalin.

(iii) Faktor Klinik


Hal ini meliputi : ventilasi kurang, volume darah kurang, transfusi tidak adekwat dan anoksia.
Belakangan ini tidak hanya sering dikarenakan sebab yang tidak diketahui, bahaya ini disebabkan
kerusakan otak (Courville 1960, Brierley dan Miller 1966). Pada suatu peristiwa tahun 1959 anoksia
karena kerusakan otak besar telah menyebabkan kematian pada anak-anak. Pada peristiwa itu kematian
dikarenakan tidak efisiennya pelaksanaan dokter anestesi, yaitu dirinya sendiri pada waktu itu dibawah
pengaruh anestesi.
Tidak/kurang hati-hati pada hipotermia,hiperpireksia dan reaksi sensitivi dan alat-alat regulasi
pernafasan khususnya selama periode setelah operasi, mungkin yang lainnya kecelakaan.

Kemampuan perawat selama periode setelah operasi dengan pasien pada posisi yang aman merupakan
perlindungan yang penting dan mereka harus mengobservasi langsung pasian sampai ia sembuh kembali
dalam keadaan sadar. Meskipun jika ditinggalkan sendiri dalam beberapa menit penggeluaran
pernafasan fatal mungkin saja terjadi(mackintosh,1948-9).

(iv)

Kecelakaan Teknik

Pemberian darah yang tidak cocok sekarang jarang terjadi. Abduksi abnormal dari lengan selama
transfusi dapat menimbulkan brachial paralisis,seakan-akan normal hanya sementara. Kecelakaan ini
berhubungan dengan tindakan pengadilan pemerintah pada tahun 1953 ( Crawfordv. Charing Cross
Hospital Board). Infusi cairan yang salah juga luar biasa terjadi. Pasien meninggal ketika ia salah
menerima sodium sitrat seharusanya normal saline. Kesalahan ini sebagian besar dikarenakan
kenyataan warna dari kedua cairan yang terisi dalam botol yang mirip dengan label yang sama juga
dalam lemari penyimpanan yang sama. Kesalahan telah terjadi seslesai gagal untuk mengecek
label,telah salah menyuntikan untuk lokal anestesi. Dokter anestesi sendiri seharusnya mengecek udara
yang keluar atau swab yang digunakan berlebihan dan kurang hati-hati dalam pernafasan. Mereka
seharusnya mendisain dengan benar dan mengontrol selang atau alat-alat (Gamer v. Morrell,1955: Urry
dan Urry v. Bierer 1955). Pada masa lampau jarang terjadi ledakan diruang operasi selama anestesi.

B. KEMATIAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN SAAT PEMBEDAHAN


Kematian berdasarkan kategori ini biasanya dideteksi dari autopsi dan tidak dibutuhkan diskusi,mereka
mempertimbangkan kematian yang berhubungan dengan anestesi,seperti Harrison(1968) dan ada
dalam bentuk monograph, seperti BeecherTodd (1954) dan Boba (1965)
Berdasarkan pengalaman patologi forensik (Mant,1958) pada prinsipnya ditemukan perdarahan masif,
perforasi kandung kemih, emboli udara, contohnya terjadi pada pembedahan di regio aksila dan pada
pembedahan besar.
Kebanyakan komplikasi pada penatalaksanaan pembedahan seperti paska gastrotomy,pada
pankreastitis akut, yang terjadi pada beberapa jam setelah pembedahan atau diluar periode
pembedahan.
Pada kasus kematian selama periode ini,diseksi yang hati-hati pada pembedahan akan menimbulkan
kecelakaan saat pembedahan.

C. KEMATIAN YANG BERASAL DARI SEBUAH PENYAKIT

Pada kebanyakan kasus kematian yang berhubungan dengan anestesi,penyebab kematian adalah
penyakit. Sering akibat tindakan bedah dan pada pasien yang sakit akan meninggal dan tidak dapat
dihindari, contohnya hasil dengan ganggguan biokimia yang berat yang berhubungan dengan obstruksi
intestinal akut. jika memang kondisinya sangat dibutuhkan untuk dilakukan pembedahan tidak
menimbulkan hal fatal seperti penyakit jantung iskemik,pada beberapa kasus pembedahan memang
sangat beresiko. tetapi kematian ditemukan menjadi berhubungan dengan penyakit alami yang tidak
terduga, biasanya hasil otopsi pada kasus kematian paska pembedahan sangat bernilai.
pada laki-laki usia pertengahan, tampak sehat, dioperasi di atas tulang rawan pada lutut. pada
kesimpulan pembedahan secepatnya perban dilepas dari kakinya. pasien tiba-tiba kolaps, nadi tak
teraba dan meninggal.
Pada otopsi tampak emboli pulmoner yang masif dengan trombus pada vena kaki, perban yang terlepas
menyebabkan emboli masuk dalam sirkulasi. pada kondisi yang lain, kematian yang mendadak setelah
pembedahan ditemukan perdarahan pada perikardium yang timbul karena ruptur infark kardiak yang
diakibatkan trombosis koroner. pada pemeriksaan histologi menunjukkan kemungkinan terjadi
beberapa hari setelah operasi.
Penyakit yang tidak dicurigai dapat menimbulkan keadaan darurat yang tidak diinginkan selama anestesi
yang dapat menyebabkan kematian.
Griffitsh (1958) mengambarkan, kolaps yang terjadi secara itba-tiba yang berhubungan dengan
hipotensi disebabkan karena hipoplasia adrenal, hipertensi pulminan berhubungan dengan
pheochromositomas, tension pneumotorak, yang terjadi dari ruptur bula empisema dan trombosis
cerebral. Harisson (1968) perdarahan, penyakit jantung iskemik dan ruptur aneurisma aorta.

Fungsi Pemeriksaan Patologi Dalam Investigasi Kematian Akibat Anestesi


Hal ini akan jelas terlihat lebih detail bahwa banyak bahaya/resiko dokter anestesi yang sulit untuk
dideteksi dengan peeriksaan post mortem dan pemeriksaan patologi.Tidak ada satupun bagian yang
penting dalam investigasi ini.Ia dalam kesaksian yang idependent.Ia dapat mendeteksi/menyingkirkan
bukti-bukti,benda asing dalam pernafasan,kesalahan pembedahan dan penyakit alami.Meskipun Ia
mungkin tidak kompeten untuk menunjukan /mempunyai fasilitas untuk pemeriksaan toksikologi.Ia
harus bertanggung jawab untuk mengumpulkan materi yang sesuai untuk analisis.Hal ini mungkin bukan
cara yang tepat tapi dalam jumlah yang cukup.jika ada keraguan kita sebaiknya konsultasi dengan ahli
toksikologi sehingga suatu masalah dapat diatasi.
Dengan segala kemungkinan ia harus mengkonsultasikan dengan dokter anestesi atau dokter bedah
yang terlibat untuk penatalaksanaan autopsi pada korban.
Ahli patologi bertugas untuk menampilkan otopsi yang kompeten dan harus mencocokan antara barang
bukti dan penemuannya,ahli patologi juga bisa mengambil hasil-hasil yang faktual dari ahli toksikologi
jika dikemudian hari hasilnya tidak sesuai.

Dental Anestesi
Pada penggunaan anestesi umum dental mempunyai banyak resiko,ini terjadi didalam ruangan
operasi. Ada beberapa bahaya resiko yang spesifik adalah masuknya udara kedalam saluran pernafasan
bisa melalui darah,gigi atau penutup mulut.
Adapun penggunaan lignocain yqang disuntikan pada periodontal disuntikan dengan anestesi lokal
dalam posisi duduk,agar dapat dialirkan kedalam darah,supaya tidak terjadi hipotensi maupun
penurunan kesadaran.Dan biasanya jika dilakukan suntikan anestesi dibagian inferior syaraf dental
dapat menyebabkan kollaps yang terjadi secara mendadak. Keterangan dalam hal ini telah dituliskan
dalam suatu tulisan yang berjudul EMERGENCY DENTAL PARTIKEL {1971}. Yang isinya menerangkan
kriteria yang bagaimana yang dilakukan untuk tindakan anestesi dental, sehingga dapat menurunkan
bahaya resiko dari tindakan yang telah dilakukan profesi kesehatan. Meskipun demikian, seringkali
terjadi mendadak sehinng diperkenalkanlah alat - alat yang dapat menanggulangi aresiko tersebut.
Adapun didalam penerapannya ia menerangkan bahwa hal tersebut merupakan suatu pelajaran yang
dapat menghasilkan harapan yang diinginkan .
Penemuan adanya swab didalam bronkus merupakan kerangan yang didapat dan ini juga dapat menjadi
bukti yang kuat, atau dengan adanya swab didalam bronkus merupakan suatu keterangan sebab
terjadinya kematian.
Pada tahun 1961 ROBERTSON menerangkan bahwa untuk menemukan adanya swab didalam bronkus
pasien, ditentukan dengan jalan traceotomy. Ia juga membuktikan bahwa swab sangat menyokong
sebab terjadinya kematian.Dan juga menerangkan bahwa trakea adalah tempat terjadinya pertukaran
udara,tetapi disini@keadaan@kollaps bukan merupakan suatu bukti yang kuat telah terjadi obstruksi
pada paru-paru. Dia juga menerangkan bahwa tindakan percobaan respirasi tidak akan menghilangkan
swab didalam bronkus tersebut, dan dia juga menerangkan bahwa paru-paru dapat berfungsi normal
jika terjadi en bloc maka lakukan penarikan trakea dengan jalan menggunting sampai bagian belakang
dinding trakea terbuka, sehinngga udara dapat mengalir, tindakan ini dapat menyingkirkan swab melalui
tindakan trakeotomy dapat juga sebagai bukti sebab terjadinya kematian akibat tindakan kekerasan
pada bronkus. Oleh sebab itu dia merekommendasikan bahwa terjadinya pertukaran aliran udara en
bloc dimasukkan kedalam medicoillegal, tetapi jika hal ini dalam prakteknya menemukan banyak dugaan
maka dilakukan tindakan @pembedahan@tubuh mayat.
Dia juga diminta untuk meneliti@masalah@yang sama. Pada pasien ini penyebab kematian
akibat bronchitis dan pneumonia, lalu dia melakukan tindakan trakeotomy dimana kelainan pertama kali
ditemukan adanya perpindahan aliran udara paru-paru yang terhambat dengan prosedur umumnya. Dia
menemukan dengan menggunakan kapas swab pada bronchus bagian kanan. Yang terpenting adalah
terdapat partial kollaps pada paru-paru@yang menyebabkan tersumbatnya aliran udara ke paru-paru
antara lain adalah partikel-partikel yang masuk ke dalam pernapasan berupa swab yang menghalangi
udara
Alasan kedua tentang hal itu adalah dilakukan tindakan autopsy ini, adalah sering dilakukan

oleh seorang perawat ketika dia melakukan pembukaan trakeotomy akibat sumbatan dari kapas dan
plester terlalu kuat sehingga dapat menyebabkan kematian.
Keterangan yang dapat menyebabkan kelainan patologis bahwa tidak adanya indikasi yang dapat
dengan segera melakukan percobaan dengan memindahkan aliran udara yang masuk dengan jalan
menggunting. Meskipun didalam tes ini dapat membantu didalam tindakan autopsy lainnya tetapi
sebagian dari kapas swab dapat membuat perbaikan. Sebelum melakukan tindakan pembedahan mayat
terlebih dahulu melakukan tindakan trakeotomy karena hanya tindakan tersebut dapat menyingkirkan
swab pada bronchus dan kerasnya swab dapat dihilangkan agar aliran udara dapat masuk ke dalam
saluran pernapasan jika terlebih dahulu membukanya dengan gunting yang tajam dan balon udara akan
terbentuk jika menggunakan gunting yang tumpul dalam menyingkirkan swab didalam trakea.
Dia juga menemukan benda asing yang tersusun atas dua gabungan seperti benang wol yang
dilakukan secara terpisah dan gambarannya mirip alat yang digunakan untuk membersihkan trakea
bukannya yang digunakan untuk menutup pada tindakan trakeotomy setelah terjadi kematian.
@
Pemeriksaan histology dari swab pad lesi dan segmen bronchus yang normal sebagai control
menunjukkan bahwa pada dinding lesi bronchial diliputi oleh reaksi peradangan dimana peradangan
pada dinding bronchus control ditekan oleh permukaannya sendiri.@
Penelitian menunjukkan lesi perdangan bronchus setelah terjadi kematian tanda-tanda
peradangan akan hilang dengan mekanisme kompresi dan pengosongan pembuluh darah yang
berdilatasi pada dinding bronkioli.
Sumber : http://www.freewebs.com/nanelovefani/

Anda mungkin juga menyukai