Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
Atas petunjuknya sehingga Buku / materi Perkuliahan ini dapat tersusun
menjadi bahan bacaan / Referensi untuk Taruna / Taruni Politeknik Ilmu
Pelayaran Makassar.
Buku ini disusun untuk memenuhi sebahagian Materi Perkuliahan
Semester III yang mana isinya masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
kepada rekan-rekan Dosen PIP Makassar kiranya dapat memberikan
masukan-masukan agar bacaan/buku ini bisa lebih sempurna, dan mudahmudahan bacaan/buku ini dapat memenuhi sebahagian kebutuhan para
Taruna - taruni Politeknik Ilmu Pelayaran Makassar.
Makassar,
September 2011
Penyusun,
DAFTAR ISI
Hal.
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
K.
L.
M.
N.
: NAUTIKA
: TEKNIS PROFESI KEPELAUTAN
TINGKAT III
SERTIFIKAT KEPELAUTAN : AHLI NAUTIKA TINGKAT III
KELOMPOK MATA KULIAH : PROFESI
MATA KULIAH
: HUKUM MARITIM
BOBOT
: 32 JAM ( T = 32 JAM )
I.
II.
III.
MATERI PEMBAHASAN
PERTE
MUAN
I
MATERI
Jumlah
Jam
Paraf
Dosen
II-IV
V-XVIII Safety
a. LL1966
b. SOLAS I
c. Solas Chapter II a
d. Solas Chapter II b
e. Solas Chapter III
f. Solas Chapter IV
g. Solas chapter V
h. Solas Chapter Vi
i. Solas Chapter IX
j. STCW1935
k. Radio regulation
I. STP1971
m. PAL 1974
XIX
Ujian akhir semester
IV.
TAGIHAN
Selain mengikuti Perkuliahan Peserta wajib membuat tugas-tugas mandiri dan
kelompok untuk dibahas.
V.
PENILAIAN
Penilaian dapat diambil dan hasil Mid Test dan Final Test serta tugas yang
diberikan. Adapun .bobot penilaian adalah sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
:
:
:
:
:
30%
40%
10%
20%
100%
VI.
SUMBER
1. IMO Model Course 7.03
VII.
CATATAN
Rincian materi secara lebih terperinci untuk dapat mencapai kemampuan yang
dipersyaratkan (required performance) lihat dan menyesuaikan pada IMO
Model Course 7.01 halaman 210 s/d 240
A. PENGERTIAN HUKUM
Hukum itu adalah himpunan peraturan-peraturan yang bersifat memaksa yang
mengurus tata tertib suatu lingkungan masyarakat. Dalam suatu lingkungan
masyarakat semua orang menjadi pendukung dari kepentingan-kepentingan yang
akan mereka amankan sebaik mungkin. Pengamanan kepentingan ini akan terpenuhi
dengan pembuatan peraturan-peraturan yang dapat menjamin keseimbangan dalam
hubungan antara anggota masyarakat.
Hukum hanyalah berlaku dalam suatu pergaulan masyarakat. Hanya dilingkungan
inilah kepentingan-kepentingan dapat bertubrukan satu sama lainnya. Peraturanperaturan hukum memiliki ciri memaksa, yaitu : adanya perintah atau larangan dan
ditegakkannya dengan cara paksa, apabila tidak ditaati maka hakim dapat
mengenakan cara-cara paksa tertentu (sanksi), kadang-kadang hukum atau (dalam
hukum perdata) ganti kerugian.
B. SUMBER HUKUM
Adapun yang dimaksud dengan sumber hukum ialah : segala sesuatu dimana
orang dapat mengenal bermacam-macam peraturan yang berlaku didalam masyarakat
dan oleh umum dianggap sebagai hukum, yang pada hakekatnya merupakan
peraturan-peraturan yang mempenyai kekuatan hukum.
Sumber hukum dapat terdiri dari segala tulisan-tulisan, dokumen-dokumen,
naskah-naskah dimana dapat diketahui hukum yang berlaku dikalangan suatu bangsa
dalam masa yang tertentu, sumber hukum yang paling utama adalah undang-undang.
Pengertian Undang-undang disini adalah dalam arti yang luas meliputi setiap
keputusan pemerintah yang menentukan peraturan-peraturan yang mengikat.
C. PEMBIDANGAN HUKUM
Hukum itu luas sehingga sulit untuk membuat definisi singkat yang meliputi
segala-galanya, namun dapat dibagi dalam beberapa golongan hukum menurut
beberapa azaz pembagian.
1. Menurut Ketentuan Bekerjanya
Undang-undang dasar
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Undang-undang
Peraturan Pemerintah
Keputusan Presiden
Keputusan Menteri
Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut
2. Hukum Privat (sipil)
Hukum yang mengatur Hubungan-hubungan antara orang yang satu serta
dengan orang lain, dengan menitikberatkan kepentingan perseorangan.
Hukum Sipil terdiri dari :
Hukum sipil dalam arti luas yang meliputi : Hukum Perdata dan Hukum,
Dagang,
Hukum sipil dalam arti sempit: Hukum Perdata saja
Pada hakekatnya antara hukum Dagang dan Hukum Perdata tidak terdapat
suatu perbedaan yang pokok, keduanya mengandung prinsip-prinsip dan pengertianpengertian yang sama. Terkaitnya kedua hukum tersebut terbukti dari isi Pasal 1
KUHD yang menyatakan bahwa untuk msegala peristiwa dan perbuiatan dalam
lapangan perniagaan itu diliputi oleh peraturan-peraturan yang termuat baik KUHD.
Dengan demikian kekurangan pada KUHD (peraturan khusus) akan dilengkapi oleh
peraturan umum dari KUHPER.
Hukum Publik (Negara)
Hukum yang mengatur hubungan antara Negara dengan alat-alat
kelengkapannya, Negara dengan perseorangan dan Negara dengan Negara.
Hukum publik terdiri dari :
Hukum Tata Negara
Hukum Administrasi Negara
Hukum Pidana (hukuman), hukum yang mengatur perbuatanperbuatan apa yang dilarang dan hukumannya serta mengatur caracara mengajukan perkara-perkara.
HUKUM MARITIM
Adalah hukum yang mengatur Pelayaran dalam arti pengangkutan barang dan atau
orang melalui laut, kegiatan kenavigasian dan perkapalan sebagai sarana/modal
transportasi laut termasuk aspek keselamatan maupun kegiatan-kegiatan yang terkait
langsung dengan perdagangan melalui laut yang diatur dalam hukum Perdata/Dagang
maupun Publik.
I.
8. Perbuatan Pencemaran
9. Penangkapan Ikan
10. Kegiatan Penelitian
11. Perbuatan yang bertujuan mengganggu sistim komunikasi atau fasilitas atau
instalasi lainnya
12. Setiap kegiatan lainnya yang tidak ada hubungannya dengan lintas itu sendiri.
HAK LINTAS TRANSIT
Menurut artikel 38 pasal grup (2) UNCLOS 1982 lintas transit adalah pelaksanaan
kebebasan pelayaran dan penerbangan untuk tujuan transit yang terus menerus
langsung dan secepat mungkin antara satu bagian laut lepas atau Zona Ekonomi
Eksklusif (2 EE) dengan bagian laut Zona Ekonomi Eksklusif wilayah pelayaran atau
penerbangan demikian dilakukan dalam suatu selat Internasional yang
menghubungkan satu laut lepas atau Zona Ekonomi Eksklusif lainnya.
HAK LINTAS ALUR KEPULAUAN
1. Bahwa hak lintas alur kepulauan adalah hak pelayaran dan penerangan
pada/lintas alur secara terus menerus, langsung, secepat mungkin tanpa boleh
dihalangi dari satu bagian laut lepas atau Zona Ekonomi Eksklusif dengan
bagian laut lepas atau Zona Ekonomi Eksklusif lainnya melalui alur
kepulauan.
2. Bahwa alur kepulauan itu ditetapkan dengan suatu rangkaian garis sumbu
dimana kapal boleh menyimpang 25 mil ke sisi kanan atau kiri dengan garis
sumbu tetapi tidak boleh berlayar dekat pantai kurang dari 10% dari jarak
antara titik yang terdekat di pantai dengan alur kepulauan itu.
3. Bahwa untuk menentukan atau mengganti alur kepulauan Negara pantai harus
mendapat persetujuan dari Organisasi Internasional yang berwenang untuk itu.
Materi baru dalam UNCLOS 1982 yaitu tentang hak perikanan Tradisional
tetapi Undang-undang No. 9/1985 masih relevan yaitu :
II.
BEBERAPA KETENTUAN YANG HARUS DIPATUHI OLEH KAPALKAPAL ASING SESUAI KONVENSI 1982 SEBAGAI BERIKUT
1. Tidak memasuki perairan pedalaman atau singgah di pelabuhan-pelabuhan
Negara yang dilalui.
3. Apabila telah diminta bantuan pengusaha setempat oleh Nakhoda kapal atau
oleh wakil Diplomatik atau pejabat Konsuler Negara Bendera
4. Apabila tindakan demikian diperlakukan untuk menumpas perdagangan gelap
Narkotika atau bahan Peychdtropis.
Terusan dan Sungai, yaitu melakukan usaha angkutan di alur pelayaran ini
di tangani oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Darat namun mengenai
kapal dan personilnya diatur oleh Dirjen Perhubungan Laut
5. Pelayaran Penundaan Laut
Yaitu perusahaan nusantara dengan menggunakan tongkang-tongkang
yang ditarik oleh kapal-kapal tunda
6. Pelayaran Samudra Dekat
Yaitu pelayaran yang dilakukan ke Pelabuhan negara tetangga yang
jaraknya tidak lebih dari 3000 mil laut dari pelabuhan terluar Indonesia ke
Jurusan manapun misalnya : Ke India, Jepang, Australia.
7. Pelayaran Samudera
Yaitu pelayaran ke, dan, dari Luar negeri yang bukan merupakan
pelayaran samudera dekat.
8. Pelayaran Khusus
Yaitu pelayaran dalam, pengangkutan muatan-muatan khusus yang pada
umumnya hasil dari industri/tambang dan biasanya dimuat curah (BULK)
tanpa pembatasan daerah pelayaran misalnya : Minyak Bumi, Biji-biji
Best, Kayu Gelondongan, Timah dll
4. PER-VEEM-AN
Veem Yaitu penampungan atau pemupukan barang-barang (Ware Housing)
Dalam usahanya meliputi:
Penumpukan
Penyimpanan
Persiapan muatan
Penyerahan
Pengukuran
Pemerkahan
Expedisi dll
Dalam usaha ini dibutuhkan sarana :
Gudang
Lapangan bongkar muat (General Assembly Area) Peralatan
pengepakan dll
d.
e.
f.
g.
Pemimpin kapal
Pemegang kewibawaan umum diatas kapal
Pegawai kepolisian
Pegawai Pencatatan Sipil
Notaris
a. Membuat akte kelahiran dan mencatat dalam buku harian kapal dalam waktu
24 jam dengan 2 orang saksi
b. Membuat akte kematian dalam jangka 24 jam bila ada yang meninggal di
kapal
c. Selaku Notaris Kapal
d. Membuat akte wasiat seseorang diatas kapal dengan disaksikan 2 orang saksi.
Surat wasiat tersebut hanya berlaku selama 6 bulan
e. Membuat akte perjanjian antara pelajar yang berada di kapal juga dengan 2
orang saksi
Kewajiban-kewajiban Nakhoda
1. Kewajiban sebelum berlayaar Nakhoda haras meyakinkan bahwa kapal berada
dalam keadaan laik laut
2. Kewajiban umum Nakhoda wajib mentaati peraturan-peraturan
3. Kewajiban selama pelayaran, Nakhoda harus selalu berada diatas kapal
selama pelayaran
4. Kewajiban memberi bantuan terhadap orang-orang yang dalam bahaya di laut
5. Kewajiban mengikuti haluan
6. Kewajiban menyimpan surat-surat kapal
7. Kewajiban menyelenggarakan buku harian kapal
8. Kewajiban memperhatikan kepentingan pihak-pihak yang berhak atas kapal
9. Kewajiban mentaati perintah penguasa
10. Kewajiban melaksanakan rergister hukum
Kewenangan lain dari Nakhoda
1. Dalam keadaan darurat berhak memakai bahan makanan milik pelayar
2. Ditempat tidak ada perwakilan dapat mengadakan perlengkapan kapal
3. Dalam keadaan mendesak diluar wilayah Indonesia berwenang menjual kapal
4. Mempekerjakan atau menurunkan penumpang gelap
5. Apabila dalam musyawarah dengan Perwira diminta sumbangan
pikiran Nakhoda bebas untuk menerima atau mengabaikan saran tersebut
6. Ditempat yang tidak ada perwakilan perusahaan Nakhoda berhak
menandatangani konosemen
7. Menjatuhkan hukuman disipliner terhadap ABK berupa peringatan sampai
pemotongan upah maximum 10 hari kerja
8. Sebagai wakil dari pengusaha kapal
4. Surat kuasa dari ayah/walinya apabila awak kapal tersebut masih dibawah
umur
Akibat apabila kapal tidak membuat sijil awak kapal adalah:
a. Nakhoda tidak boleh berlayar
b. Tidak boleh melakukan tugas bila namaanya tidak tercantum dalam sijil awak
kapal
Sijil awak kapal diadakan perubahan apabila :
a. Nama kapal diganti
b. Berganti Pengusaha
c. Pergantian Nakhoda
d. Perubahan dalam susunan awak kapal
Dokumen-dokumen dan Sertifikat-sertifikat yang harus ada di Kapal :
1. Surat tanda kebangsaan (Surat laut/Pas Tahunan / Pas kecil)
2. Surat Ukur
3. Buku Sijil
4. Sertifikat-sertifikat
a. Sertifikat keselamatan konstruksi kapal barang
b. Sertifikat keselamatan perlengkapan kapal barang
c. Sertifikat keselamatan Radio kapal barang
d. Sertifikat keselamatan kapal penumpang
e. DOC dan SMC (berdasarkan ISM Code)
f. Sertifikat pencegahan pencemaran oleh Minyak (IOPP)
g. Buku catatan minyak dan SOPEP
h. Minimum safe Manning Certificate
i. Sertifikat dari Perwira dan ABK
j. Load Line Certificate
k. Surat izin berlayar dari pelabuhan terakhir
l. Crew List
m. Cargo Manifest
n. Buku Kesehatan
Pengawasan Keselamatan Kapal
Pengawasan terhadap keselamatan kapal dilaksanakan oleh :
1. Pemerintah Negara Bendera (Flag state) yang dibebani tanggung jawab atas
keselamatan kapal-kapal yang menggunakan bendera Negara
Hal Pengukuran kapal disusun dalam daftar ukur untuk menetapkan ukuran
dan tonase kapal. Terhadap kapal yang berdasarkan perhitungan diperoleh isi kotor
20 meter kubik yang setara dengan GT 7 atau lebih diterbitkan Surat Ukur.
1. Surat ukur berlaku jangka waktu tidak terbatas
2. Surat ukur tidak berlaku apabila kapal tidak digunakan lagi antara lain karena :
a. Kapal discrap
b. Kapal Tenggelam
c. Kapal Musnah
d. Kapal Terbakar
e. Kapal dinyatakan Hilang
Surat Ukur dinyatakan batal apabila :
1. Pengukuran dilakukan tidak sesuai ketentuan
2. Diperoleh secara tidak syah atau digunakan tidak sesuai untuk peruntukannya.
Surat ukur baru sebagai pengganti surat ukur lama dapat diterbitkan apabila :
a. Nama kapal dirubah
b. Surat ukur rusak, hilang atau musnah
c. Kapal diukur ulang karena surat ukur dinyatakan batal
d. Kapal diukur ulang karena adanya perubahan bangunan yang menyebabkan
berubahnya rincian yang dicantumkan dalam surat ukur
e. Apabila kapal diberikan surat ukur sementara dan masa berlakunya telah
habis.
3. Kapal yang telah diukur dipasang tanda selar yang biasanya dipasang pada
dinding depan anjungan. Pemilik atau operator kapal wajib melaporkan kepada
pemerintah apabila terjadi perombakan terhadap bangunan kapal yang
menyebabkan berubahnya ukuran kapal.
4. Isi dari Surat ukur
a. Panjang Kapal
b. Lebar Kapal
c. Dalam (depth)
d. Isi Kotor
e. Isi Bersih
Baku Harian Kapal
1. Menurut KUHD pasal 348 Nakhoda harus menyelenggarakan Buku Harian kapal.
Nakhoda boleh mengerjakan sendiri atau menugaskan salah seorang Perwira
(biasanya Mualim. I). Tertapi Naakhoda harus mengawasi agar Buku harian diisi
dengan benar. Nakhoda yang tidak menyelenggarakan Buku Harian secara benar
5. Penghapusan (kalau ada kesalahan tidak boleh dihapus / tip ex tapi dicoret dan
diparaf)
Sebelum digunakan Buku Harian harus dilegalisir oleh pejabat pemerintah
yang ditunjuk dimana setiap halaman diparaf dan sebulan sekali Buku Harian
diekshibitum (diperlihatkan kepada pejabat pemerintah yang ditunjuk)
Kisah Kapal
Kisah kapal adalah suatu akte otentik yang dibuat dihadapan Syahbandar atau
Notaris mengenai kejadian-kejadian selama pelayaran yang digunakan sebagai bahan
pembuktian pada kejadian-kejadian penting yang mungkin menimbulkan kerusakan
kapal kadang -kadang kisah kapal disebut juga Marine Note of Protest kekuatan
pembuktiannya sama dengan Buku Harian Kapal. Kisah kapal memuat keterangan
lebih rinci yang tidak dapat ditulis dalam Buku Harian karena keterbatasan tempat.
1. Kisah kapal harus dibuat dalam waktu 3 kali 24 jam setibanya kapal di
Pelabuhan, setidak-tidaknya kisdah kapal sementara yang harus disusul
dengan yang lengkap dalam waktu 30 hari. Pembuatan kisah kapal sementara
biasanya kalau ada kerusakan dibawah air yang belum kelihtan sebelum kapal
naik dok. Selain Nakhoda awak kapal yang mengetahui kejadian itu juga ikut
menandatangani Kisah Kapal. Isi dari kisah kapal antara lain kapal mengalami
cuaca buruk sehingga dikhawatirkan akan menimbulkan kerusakan terhadap
kapal atau muatan, kecelakan-kecalakaan yang terjadi, serta tindakan yang
diambil oleh Nakhoda untuk mencegah atau mengurangi kerusakan kisah
kapal merupakan suatu perikatan sepihak dan karenanya siapa yang membuat
kisah kapal hanya mengikat dirinya sendiri.
2. Kejahatan dan pelanggaran pelayaran
3. Didalam undang-undang hukum pidana (KUHP). Kitab Undang-undang
Hukum Dagang (KUHD) serta Undang-undang No.21 tahun 1992 ttg
pelayaran diatur tindakan-tindakan yang dikategorikan sebagai kejahatan atau
pelanggaran pelayaran untuk perbuatan yang dianggap kejahatan ancaman
hukumannya adalah. Hukuman kurungan (penjara) sedangkan untuk
pelanggaran ancaman hukuman penjara atau boleh diganti denga denda.
4. Contoh Kejahatan Pelayaran Menurut KUHP :
a. Pembajakan di Laut
Nakhoda yang kapalnya digunakan untuk pembajakan diancam penjara
paling lama 15 tahun
Awak kapal lainnya diancam
PENDAFTARAN KAPAL
Prosedur Pendaftaran Kapal
Pemilik harus mengajukan permohonan kepada pejabat pendaftaran dengan dilampiri
a. Bukti Pemilikan
b. Identitas Pemilik
c. Surat Ukur
d. Bagi kapal yang dibeli dari Luar Negeri harus dilampirkan surat pernyataan
bahwa telah dicoret dari pendaftaran negara terdahulu (Deletion Certificate)
e. Bukti kepemilikan dapat berupa surat kontrak dan Bukti penyerahan dari
Galangan pembuatan atau untuk kapal yang dibuat secara tradisional surat
tukang yang diketahui Camat, bagi kapal yang dibeli dari luar negeri berupa
Bill of Sale Protocol of Delivery dari pemilik lama
f. Kapal yang sudah didaftar harus memasang tanda pendaftaran berupa
rangkaian dari angka dan huruf yang menunjukkan tahun pendaftaran, kode
pengukuran dari tempat kapal didaftar dan nomor akte pendaftaran ini
biasanya dipasang di dinding depan anjungan
Kapal yang sudah didaftar diberi surat tanda Kebangsaan yang di Indonesia
dapat berupa Surat Laut untuk kapal GT 175 atau lebih b), Pas tahunan untuk kapal
antara GT 7 dan GT 175, dan c) Pas kecil untuk kapal kurang dari IGT 7.
Sebagai bukti hak milik bagi kapal yang sudah didaftar diberikan Groose
Akte, Sedangkan akte disimpan oleh Pegawai Pendaftar Kapal
Isi dari Akte pendaftaran memuat hal-hal sebagai berikut;
a. Nomor dan tanggal akte
b. Nama dan tempat kedudukan pejabat pendaftaran kapal
c. Nama dan domisili kapal
d. Data kapal
e. Uraian singkat pemilik kapal
Tujuan Pendaftaran Kapal
Kalau terjadi perubahan pemilik atas kapal yang sudah didaftar pemilik yang baru
harus mengajukan permohonan pembuatan akte dan pencatatan balik nama kapal
kepada pejabat pendaftar tempat dimana kapal didaftar paling lama 3 tahun semenjak
peralihan pemilik Permohonan harus dilengkapi dengan dokumen-dokumen :
a. Bukti pemilikan
b. Identitas pemilik
c. Groose akte pendaftaran atau balik nama
d. Surat ukur baru, dalam hal terjadi perubahan dari surat ukur yang lalu
Pendaftaran kapal dicatat dalam buku daftar kapal Indonesia yang terdiri dari:
1. Daftar harian
2. Daftar Induk, yang keduanya diselenggarakan disetiap tempat pendaftaran
3. Daftar pusat yang diselenggarakan dikantor pusat Dit Jen Perla
Pencoretan dari daftar Pendaftaran
Kapal dicoret dari daftar kapal apabila :
a. Ada permintaan tertulis dari pemilik dengan alasan sebagai berikut:
1. Kapal tenggelam
2. Kapal dirampas oleh Bajak Laut, hak miliknya kepada Asuransi
3. Dalam hal pemilik melepaskan hak miliknya kepada asuransi jika kapal
dianggap hilang
4. Kapal discrap
5. Kapal beralih kepemilikan kepada warga negara asing
b. Berdasarkan putusan pengadilan atas kepemilikan kapal yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap
Pencoretan dilakukan oleh pejabat Pendaftar dan pencatat Balik nama kapal ditempat
kapal didaftar. Pencoretan kapal dari daftar kapal tidak menghilangkan hak
kepemilikan atas kapal
Maritime Lines
Klaim-klaim berikut dapat diamankan dengan maritime lines.
1. Gaji dan pendapatan lain dari Nakhoda, Perwira dan Abk sehubungan dengan
penugasan mereka dikapal
2. Biaya pelabuhan, kanal, alur, pelayaran dan pandu
3. Klaim terhadap pemilik kapal sehubungan dengan meninggalnya atau lukanya
seseorang yang ada hubungannya secara langsung dengan pengoperasian
kapal
4. Klaim terhadap pemilik kapal berdasarkan perbuatan tidak jujur dan tidak bisa
memenuhi perjanjian sehubungan dengan hilangnya atau rusaknya harta
benda baik di darat atau dikapal yang berhubungan langsung dengan
pengoprasian kapal
5. Klaim terhadap salvage, pemindahan kerangka dan kontribusi general
Average
6. Urutan kepentingannya sesuai dengan urutan diatas
Ketentuan-ketentuan menurut KTJHD
1. Kapal yang didaftarkan dianggap benda tak bergerak dan dapat diletakkan
hipotik
2. Hipotik tetap hidup walaupun kapalnya dijual atau dibagi (ps.315e)
3. Kalau kapal dilelang maka urutan yang di istimewakan untuk dibayar adalah:
a. Biaya lelang (sita)
b. Piutang yang terbit dari persetujuan perburuhan dari Nakhoda dan anak
buah kapal selama waktumana mereka berada di kapal
c. Upah penolongan, upah pandu laut uang petunjuk dan uang biaya
pelabuhan
d. Utang karena penubrukan
e. Beban hipotik
Konvensi yang berhubungan dengan bidang publik
1. Aspek keselamatan
a. International Convention for Safety of Life at Sea (SOLAS) 1974
b. International Convention on Load Line 1966
c. International Convention on Tonnage
d. Measurement of ship 1969
e. Convention on the International Regulations
f. For Preventing Collision at sea 1972
g. International Convention on standards of training Certification and
Watchkeping for Seafers 1978
h. International Maritime Dangerous Goods Codes
2. Aspek Kesejahteraan awak kapal
a. ILO Maritime Convention Number 147
b. Concerning Minimum Standards in Merchant
c. Ships 1976
Referensi:
1. KUHD Buku kedua Bab kelima A
2. The Hague / Visby Rules 1924/1968
3. York Antwerp Rule 1924
4. United Nation Convention on the Carriage of Goods by Sea
5. Convention on Limitation Liability for Maritime Claims 1976 / Protocol 1079
6. United Nation Convention on the Liability of Operator of Transport Terminal
in International Trade 1991
Definisi:
Carrier adalah termasuk Owner atau Charterer yang melakukan kontrak
pengangkutan dengan Shipper (Hague Rules)
Pengangkut adalah barang siapa yang baik dengan persetujuan charter menurut waktu
charter menurut perjalanan, baik dengan suatu persetujuan lain, mengikutkan diri
untuk menyelenggarakan pengangkutan barang, yang seluruhnya atau sebagian
melalui laut (KUHD ps. 466)
Goods (barang) termasuk barang-barang, barang dagangan dan barang-barang
apapun kecuali binatang hidup dan muatan menurut kontrak pengangkutan
dinyatakan sebagai muatan geladak dan diangkut demikian.
Kontrak pengangkutan berlaku hanya untuk kontrak-kontrak pengangkutan
yang dilindungi oleh konosemen atau dokumen yang sama untuk pengangkutan di
laut termasuk setiap konosemen yang dikeluarkan dibawah charter party.
Kewajiban Pengangkut
Sebelum pelayaran pengangkut harus melaksanakan due diligence
1. Membuat kapal laik laut
2. Melengkapi kapal dengan awak kapal, perlengkapan dan perbekalan yang
cukup
3. Mempersiapkan ruang muatan, kamar pendingin dan ruang buku dan semua
ruangan yang digunakan untuk muatan dan keadaan siap untuk menerima dan
mengangkut muatan
4. Pengangkut akan melaksanakan pemuatan-pemuatan, penanganan,
penyusunan, menyimpan dan memelihara dan membongkar muatan dengan
baik dan hati-hati
5. Pengangkut diwajibkan menjaga keselamatan barang yang diangkutnya mulai
dari saat diterimanya sampai saat diserahkan (Tapi dalam Hague Rule
tanggung jawab pengangkut ditentukan From shackle to shackle
Penyerahan Barang
1. Pemegang konosemen (Consignee) berhak atas barang sebagaimana tercatat
dalam konosemen untuk dapat menerima barang tersebut Consignee harus
menyerahkan konosemen asli dalam hal barang yang diangkut telah tiba di
pelabuhan tetapi konoseman asli belum diterima oleh comnsignee maka
pengangkut
bersedia menyerahkan barang jika dari pihak consignee
memberikan jaminan berupa :
a. Garansi Bank (Bank guarantee) sebagai pengganti order B/L atau
b. Garansi Pribadi (personal guarantee) untuk straight B/L terserah
pihak pengangkut mau menerima atau tidak jaminan tersebut tetapi untuk
memperkuat pihak Bank mau ikut menanda tangani sehingga kalau terjadi
sesuatu Bank dapat dituntut. Delivery Order (DO) diberikan kepada
Consignee untuk mengambil barang dari gudang apabila segala biaya
telah diselesaikan
2. Keterikataan pemilik barang
3. Walaupun ada tiga pihak yang terkait, konosemen tergolong dalam
peerjanjian Unilateral karena hanya pengangkutan yang menentukan syarat
pengangkutan tetapi mengikat pihak lain. Didalam konosemen tercantum :
Clause Cassatoria yang berbunyi sebagai berikut : dengan menerima
konosemen ini pihak pengirim dan pihak penerima barang menyatakan tunduk
kepada syarat pengecualian, dan ketentuan yang ditulis dicetak aatau dicap
dihalaman muka atau halaman belakang konosemen
4. Menurut kepentingan :
a. Konosemen yang diperdagangkan (Negotable B/L) konosemen
dikeluarkan dalam 2 lembar yang dapat diperdagangkan. Tapi berlaku
rinsip "Satu untuk semua dan semua untuk satu" yang artinya apabila satu
sudah digunakan maka yang lain tidak berlaku lagi (KUHD pasal.507)
b. Konosemen yang tidak diperdagangkan (Non Negotiable B/L) jenis
konosemen ini hanya untuk Administratif saja dan ditandai misalnya
Captain's Copy Not Negotiable)
c. DO forma B/L dikeluarkan untuk barang-barang yang sebelumnya sudah
memiliki lembaran yang dapat diperdagangkan atau untuk barang yang
tidak untuk diperdagangkan. Contoh pengiriman barang yang tertinggal
dengan kapal lain atau barang yang dibongkar dipelabuhan yang lain
dikembalikan ke Pelabuhan tujuan semula
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
:
:
:
:
:
:
:
Definisi
Penerapan
Equivalents
Survey and Inspeksi
Pemberian Sertifikat
Pemberian sertifikat oleh pemerintah lain
Format sertifikat
Aturan 8
: Pengontrolan
operasional
Pelabuhan
Negara
terhadap
persyaratan
Aturan 22
Aturan 23
Aturan 24
Aturan 25
Bab IV
Appendict
Aturan 26
Appendix I
Appendix II
Appendix III
Aturan 1
Aturan 2
Aturan 3
Aturan 4
Aturan 5
:
:
:
:
:
Definisi
Penerapan
Pengelompokan dan pendaftaran zat kimia cair berbahaya
Bahan kimia cair lainnya
Pembongkaran bahan kimia cair lainnya
Aturan 6
Aturan 7
Aturan 8
Aturan 9
Aturan 10
Aturan 11
Aturan 12
Aturan 12A
Aturan 13
Aturan 14
Aturan 15
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Pengecualian
Fasilitas penampungan dan pembongkaran muatan
Ukuran pengawasan
Buku catatan muatan
Pemeriksaan
Penerbitan sertifikat
Masa berlakunya sertifikat
Pemeriksaan dan sertifikasi dari chemical tanker
Persyaratan untuk meminimalkan polusi yang tidak disengaja
Pembawaan dan pembongkaran minyak seperti bahan kimia
Pengawasan bagian pelabuhan atas persyaratan-persyaratan
operasional
Aturan 2
Aturan 3
Aturan 4
Aturan 5
Aturan 6
Aturan 7
Aturan 8
ANNEX IV
:
:
:
:
:
:
:
:
Kemasan
Merkah dan Label
Dokumentasi
Penyimpanan
Batas kuantitas
Pengecualian
Pengawasan pelabuhan terhadap kebutuhan operasional
PERATURAN UNTUK PENCEGAHAN PENCEMARAN
OLEH KOTORAN BUANGAN DARI KAPAL (Berlaku
tanggal 27 September 2003)
Aturan 1
Aturan 2
Aturan 3
Aturan 4
Aturan 5
Aturan 6
Aturan 7
Aturan 8
Aturan 9
Aturan 10
Aturan 11
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Definisi
Penerapan
Survey
Pengeluaran sertifikat
Pengeluaran sertfikat yang dilakukan oleh pemerintah lain
Bentuk sertifikat
Duration of certificate
Pembuangan kotoran
Pengecualian
Fasilitas penerimaan
Standar hubungan pembuangan
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Definisi
Penerapan
Pembuangan sampah diluar special areas
Ketentuan khusus untuk pembuangan sampah
Membuang sampah di special area
Exception
Fasilitas penerimaan
Port state control on operation requirement
Placards, perencanaan manajemen sampah dan penyimpanan
garbage record book
and Control System atau dilengkapi dengan Oil Filtering Equipment yang
dapat mengatur buangan campuran minyak ke laut tidak lebih dari 15 PPm
(alaram akan berbunyi bila melebihi ukuran tersebut)
Kontrol Pembuangan Minyak dari Ruang Muatan Semua Kapal
Lokasi di laut
Kriteria Pembuangan
Batas 50 Nautical miles dari Tidak boleh dibuang kecuali
daratan
1. clean ballast atau dari SBT
Diluar area khusus lebih dari 50 mil Tidak boleh dibuang kecuali :
dari pantai
a. Clean atau SBT atau
b. Apabila
Tanker berlayar
Minyak yang terbuang tidak
lebih dari 30 liter permil dan
Total minyak yang terbuang
tidak lebih dari 1/30.000 dari
jumlah muatan yang diangkut
sebelumnya
Tanker mengoperasikan ODM
dan control system serta skop
tank
Di dalam area Khusus
Tidak boleh ada buangan kecuali clean
ballast atau dari SBT
Clean Ballast: Air Ballast yang bersih dan tidak terlihat cerminan minyak diatas
Permukaan Pengumpulan sisa Minyak
Dalam melakukan usaha mencegah sekecil mungkin minyak mencemari laut maka
sesuai MARPOL 73/78 sisa-sisa dari campuran minyak diatas kapal terutama
dikamar mesin agar tidak mungkin untuk diatasi seperti halnya hasil purifikasi
minyak pelumas dan bocoran dari sistim bahan bakar minyak. Dikumpulkan dalam
tangki penampungan seperti slop tangks yang daya tampungnya mencukupi,
kemudian dibuang ke tangki darat peraturan ini berlaku untuk kapal ukuran 400 GRT
atau lebih
2. Peraturan untuk menanggulangi pencemaran
3. Peraturan untuk melaksanakan ketentuan tersebut
Tipe Kapal
Antartic
Kriteria Pembuangan
Tidak ada buangan kecuali
1. Kapal berlayar
2. Kandungan minyak tidak
lebih dari 100 PPM
3. Gunakan OWS
1. Tidak
ada
buaangan
kecuali kapal berlayar
2. Kandungan minyak tidak
lebih 15 PPM
3. Menggunakan
ODM
control system OWS atau
filtering equipment
4. Untuk tanker bukan air
bilge kamar pompa atau
campuran residu muatan
Area Khusus
Devisi II
Devisi III
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Sea Area A3
Sea Area A4
Definisi-definisi
Alerting
: Pengiriman berita bahaya dari suatu kapal yang menerima
musibah di laut (keadaan darurat) kepada kapal-kapal lain atau
RCC kemudian mengkoordinasikan dan memimpin operasi
pertolongan (SAR)
Alerting dapat dilakukan dengan :
- VHP pada channel 70 (Freq 156,525 MHz)
- MF pada Freq 2187,5 KHz
- HF pada frequency-frequency tertentu misalnya 8414,5 KHz
Distress Communication :
Komunikasi marabahaya dengan radio antara kapal dengan keadaan darurat dengan
station-station radio lain yang terlibat dalam operasi SAR
Frequency-frequency yang digunakan untuk "DISTRESS COMMUNICATION"
antara lain
Kapal dengan kapal
MF = 2182 KHz
VHP = Channel 16 (freq. 156,8 MHz)
Kapal dengan pesawat
MF = 3023KHz
HF = 4125 KHz dan 5680 KHZ
Di Negara-negara tertentu dibolehkan mensyaratkan helicopter dan pesawat terbang
menggunakan VHP Ch, 16 dan MF 2182 KHz untuk komunikasi darurat ini
(misalnya Norwegia) Ship in Distress :
Kapal-kapal atau orang-orang dalam keadaan bahaya / darurat sehingga Safety
Massage to Ship :
Berita tentang keselamatan pelayaran yang disampaikan ke kapal-kapal
biasanya dilakukan oleh stasiun pantai (Coast Station) yang termasuk Safety Massage
ini adalah : Navigational warning, Meteorological Warning, Wheatear Forecast dan
berita umum lainnya yang dapat dianggap penting. Berita-berita maritime safety
information (MSI) di sampaikan melalui NAVTEX atau HF-TEIFX
Communication in General:
Atau komunikasi umum yaitu komunikasi antara kapal dengan station pantai
baik dengan menggunakan VHF, MF, HF maupun Inmarsat yang dilakukan melalui
Teleponi, Telex atau Transmisi Data Persyaratan minimum alat-alat di sea area Al
harus memiliki :
- Kapal-kapal yang berlayar di sea area A1 HARUS MEMILIKI :
1. Vhf Transceiver
2. VHF DSC Controller receiver
3. Watch keeping recover Ch. (Freq. 156,825 MHZ) dan Freq.2182 KHZ
(hanya sampai 1 Januari 1999)
4. Pesawat penerima NAVFTEX (Freq.518 KHZ)
5. EPIRB Cospas sarsat atau Inmarsat
6. Portable VHF untuk kapal dengan GRT 500 m3 atau lebih = 3 buah untuk
kapal dengan GRT antara 300 m3 = 2 buah
7. Sart untuk kapal dengan GRT 500 m3 atau lebih = 2 buah untuk kapal
dengan GRT antara 300-500 m3 = 1 bulan
- Kapal-kapal yang berlayar di sea area Al dan A2 harus memiliki:
Semua peralatan yang dimiliki pada sea area Al ditambah dengan
1. MF Transceiver
2. DSC Controller receiver frequency 2187,5 KHZ
3. Watch keeping receiver frequency
-
MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA
Mengingat
MEMUTUSKAN :
Menetapkan
: KEPUTUSAN
MENTERI
PERHUBUNGAN
TENTANG PENGAWAKAN KAPAL NIAGA.
BABI
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Utara dan bujur 94 Timur, titik lintang 630' Utara dan bujur 94 Timur
sampai dengan titik lintang 10 Utara di Pantai Barat Malaysia;
29. Daerah pelayaran lokal adalah daerah pelayaran yang meliputi jarak dengan
radius 500 mil laut dari suatu pelabuhan tertunjuk dan tidak memasuki
wilayah perairan negara lain.
BAB II
SUSUNAN AWAK KAPAL NIAGA
Pasal 2
(1) Pada setiap kapal niaga yang berlayar, harus diawaki dengan susunan terdiri
dari:
a. seorang Nakhoda;
b. sejumlah perwira;
c. sejumlah rating;
(2) Susunan awak kapal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), didasarkan pada:
a. daerah pelayaran
b. tonase kotor kapal (gross tonnage/GT)
c. ukuran tenaga penggerak kapal (kilowatt/KW)
BAB III
PERSYARATAN AWAK KAPAL NIAGA DAN
JENIS SERTIFIKAT KEPELAUTAN YANG HARUS DIMILIKI
OLEH AWAK KAPAL NIAGA
Pasal 3
Setiap awak kapal harus memiliki sertifikat keahlian pelaut (certificate of
competency/COC)
dan
sertifikat
keterampilan pelaut
(certificate of
proficiency/COP).
Pasal 4
Jenis-jenis sertifikat keahlian pelaut (certificate of competency/COC) sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 terdiri dari:
Pasal 5
(1) Sertifikat keahlian pelaut nautika sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf
a, terdiri dari:
a. sertifikat ahli nautika tingkat I (ANT.I);
b. sertifikat ahli nautika tingkat II (ANT. II);
c. sertifikat ahli nautika tingkat III (ANT.III);
d. sertifikat ahli nautika tingkat IV (ANT.IV);
e. sertifikat ahli nautika tingkat V (ANT.V);
f. sertifikat ahli nautika tingkat dasar.
(2) Sertifikat keahlian pelaut tehnik permesinan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 huruf b, terdiri dari:
a. sertifikat ahli tehnika tingkat I (ATT.I);
b. sertifikat ahli tehnika tingkat II (ATT.II);
c. sertifikat ahli tehnika tingkat III (ATT.III);
d. sertifikat ahli tehnika tingkat IV (ATT.IV);
e. sertifikat ahli tehnika tingkat V (ATT.V);
f. sertifikat ahli tehnika tingkat dasar.
(3) Sertifikat keahlian pelaut radio elektronika sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 huruf c, terdiri dari:
a. sertifikat radio elektronika I (REK.I);
b. sertifikat radio elektronika II (REK.II);
c. sertifikat operator radio umum (ORU);
d. sertifikat operator radio terbatas (ORT).
Pasal 6
Jenis-jenis sertifikat keterampilan pelaut (certificate
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, terdiri dari:
a. sertifikat keterampilan dasar pelaut;
b. sertifikat keterampilan khusus
of
proficiency/COP)
Pasal 7
(1) Sertifikat keterampilan dasar pelaut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
huruf a, adalah sertifikat keterampilan dasar keselamatan (basic safety
training/BST).
(2) Sertifikat keterampilan khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b,
terdiri dari:
a. Sertifikat keterampilan keselamatan kapal tangki yang terdiri dari:
1) familiarisasi kapal tangki (tanker familiarization);
2) program pelatihan tingkat lanjut tentang pengoperasian kapal tangki
minyak (advance training program on oil tanker operation)
3) program
pelatihan
tingkat
lanjut
tentang pengoperasian,
kapal tangki bahan kimia (advance training program on chemical
tanker operation)
4) program pelatihan tingkat lanjut tentang pengoperasian kapal tangki
gas cair (advance training program on liquefied gas tanker operation).
b. sertifikat keterampilan keselamatan kapal penumpang Ro-ro, (Ro-ro
passenger), yang terdiri dari :
1) pelatihan manajemen pengendalian massa (crowd management
training);
2) pelatihan familiarisasi kapal penumpang Ro-ro (familiarization
training)
3) pelatihan keselamatan untuk personil yang memberikan pelayanan
langsung kepada penumpang pada ruang-ruang penumpang (safety
training for personnel providing direct service to passengers in
passengers spaces);
4) pelatihan keselamatan penumpang, muatan dan kekedapan lambung
(passenger safety, cargo safety and hull integrity , training);
5) pelatihan pengendalian krisis dan perilaku manusia (crisis
management and human behavior training).
c. sertifikat keterampilan penggunaan pesawat luput maut dan sekoci
penyelamat (survival craft and rescue boats);
d. sertifikat keterampilan sekoci penyelamat cepat (fast rescue boats);
e. sertifikat keterampilan pemadaman kebakaran tingkat lanjut (advance fire
fighting);
f. sertifikat keterampilan pertolongan pertama (medical first aid);
g. sertifikat keterampilan perawatan medis di atas kapal (medical care on
board);
BAB V
PERSYARATAN JUMLAH JABATAN, SERTIFIKAT KEPELAUTAN
DAN JUMLAH AWAK KAPAL
Pasal 11
Persyaratan minimal jumlah jabatan, sertifikat kepelautan, dan jumlah awak kapal
bagian dek dan pelayanan di kapal niaga untuk daerah pelayaran semua lautan
ditentukan sebagai berikut:
a. Untuk kapal tonase kotor GT 10.000 atau lebih, jumlah awak kapal 12 (dua
belas) orang dengan jumlah jabatan dan sertifikat sebagai berikut:
1) 1 (satu) qrang Nakhoda (Master) yang memiliki sertifikat ahli nautika
tingkat I (ANT. I), dan telah memperoleh pengukuhan sebagai Nakhoda
dan memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a.2 s/d
8);
2) 1 (satu) orang Mualim I (Chief Mate) yang memiliki sertifikat ahli nautika
tingkat I (ANT. I), dan memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 huruf a.2 s/d 8);
3) 2 (dua) orang Mualim yang memiliki sertifikat ahli nautika tingkat III
(ANT. Ill) dan memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
huruf d. 2) s/d 7);
4) 1 (satu) orang operator radio yang memiliki sekurang-kurangnya sertifikat
REK II atau 2 (dua) orang yang dirangkap oleh Nakhoda dan Mualim
yang memiliki sekurang-kurangnya sertifikat ORU atau 2 (dua) orang
yang dirangkap oleh Mualim yang memiliki sekurang-kurangnya sertifikat
ORU;
5) 1 (satu) orang serang yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 huruf f;
6) 3 (tiga) orang juru mudi yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 huruf f;
7) 2 (dua) orang kelasi yang memiliki sertifikat scbagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 huruf g;
8) 1 (satu) orang koki yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 huruf g;
9) 1 (satu) orang pelayan yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 huruf g;
b. Untuk kapal tonase kotor GT 3.000 s.d kurang dari GT 10.000, jumlah awak
kapal 12 (dua belas) orang dengan jumlah jabatan dan sertifikat sebagai
berikut:
1) 1 (satu) orang Nakhoda (Master) yang memiliki sertifikat ahli nautika
tingkat I (ANT.I), yang telah memperoleh pengukuhan sebagai Nakhoda
dan memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a.2)
s/d 8);
2) 1 (satu) orang Mualim I (Chief Mate) yang memiliki sertifikat ahli
nautika tingkat I (ANT. I), dan memiliki sertifikat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 huruf a.2) s/d 8);
3) 1 (satu) orang Mualim yang memiliki sertifikat ahli nautika tingkat II
(ANT.II) dan memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
huruf d.2) s/d 7);
4) 1 (satu) orang operator radio yang memiliki sekurang-kurangnya sertifikat
REK II atau 2 (dua) orang yang dirangkap oleh Nakhoda dan Mualim
yang memiliki sekurang-kurangnya sertifikat ORU atau 2 (dua) orang
yang dirangka'p oleh Mualim yang memiliki sekurang-kurangnya
sertifikat ORU;
5) 1 (satu) orang serang yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 huruf f;
6) 3 (tiga) orang juru mudi yang memiliki sertifikat sebagaimana;
dimaksud dalam Pasal 9 huruf f;
7) 2 (dua) orang kelasi yang memiliki sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
huruf g;
8) 1 (satu) orang koki yang memiliki sertifikat keterampilan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 huruf g;
9) 1 (satu) orang pelayan yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 huruf g.
c. Untuk kapal tonase kotor GT 1.500 s.d kurang dari GT 3.000, jumlah awak
kapal 10 (sepuluh) orang dengan jumlah jabatan dan sertifikat sebagai berikut:
1) 1 (satu) orang Nakhoda yang memiliki sertifikat alili nautika tingkat II
(ANT. II), yang telah memperoleh pengukuhan sebagai Nakhoda dan
memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalarn Pasal 9 huruf b.2) s/d 8);
2) 1 (satu) orang Mualim I (Chief Mate) yang memiliki sertifikat ahli nautika
tingkat II (ANT.II), dan memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 huruf b.2) s/d 8);
3) 1 (satu) orang Mualim yang memiliki sertifikat ahli nautika tingkat III
(ANT.Ill) dan memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
huruf d.2) s/d 7);
4) 1 (satu) orang operator radio yang memiliki sekurang-kurangnya sertifikat
REK II atau 2 (dua) orang yang dirangkap oleh Nakhoda dan Mualim
yang memiliki sekurang-kurangnya sertifikat ORU atau 2 (dua) orang
yang dirangkap oleh Mualim yang memiliki sekurang-kurangnya sertifikat
ORU;
5) 1 (satu) orang serang yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 huruf f;
6) 3 (tiga) orang juru mudi yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 huruf f;
7) 1 (satu) orang kelasi yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 huruf g;
8) 1 (satu) orang koki yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 huruf g;
9) 1 (satu) orang pelayan yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 huruf g.
d. Untuk kapal tonase kotor GT 500 s.d kurang dari GT 1.500, jumlah awak
kapal 7 (tujuh) orang dengan jumlah jabatan dan sertifikat sebagai berikut:
1)
1 (satu) orang Nakhoda yang memiliki sertifikat ahli nautika tingkat II
(ANT.II), yang telah memperoleh pengukuhan sebagai Nakhoda dan
memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b.2) s/d
8);
2)
1 (satu) orang Mualim I yang memiliki sertifikat ahli nautika tingkat II
(ANT.II), dan memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
huruf b.2) s/d 8);
3)
1 (satu) orang Mualim yang memiliki sertifikat ahli nautika tingkat III
(ANT.Ill) dan memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
huruf d.2) s/d 7);
4)
1 (satu) orang operator radio yang memiliki sekurang-kurangnya
sertifikat REK II atau 2 (dua) orang yang dirangkap oleh Nakhoda
dan Mualim yang memiliki sekurang-kurangnya sertifikat ORU
atau 2 (dua) orang yang dirangkap oleh Mualim yang memiliki
sekurang-kurangnya sertifikat ORU;
5)
6)
7)
Pasal 12
Persyaratan minimal jumlah jabatan, sertifikat kepelautan, dan jumlah awak
kapal bagian mesin di kapal niaga untuk daerah pelayaran semua lautan ditentukan
sebagai berikut:
a. Untuk kapal dengan tenaga penggerak 7.500 KW atau lebih, jumlah awak
kapal 9 (sembilan) orang dengan jumlah jabatan dan sertifikat sebagai berikut:
1) 1 (satu) orang Kepala Kamar Mesin yang memiliki sertifikat ahli tehnika
tingkat I (ATT.I), dan memiliki sertifikat '? sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 huruf a. 2) s/d 5);
2) 1 (satu)-orang Masinis II yang memiliki sertifikat ahli tehnika tingkat II
(ATT. II) dan memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
huruf a.2) s/d 5);
3) 2 (dua) orang Masinis yang memiliki sertifikat ahli tehnika tingkat II
(ATT.II) dan memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
huruf c.2) s/d 5);
4) 1 (satu) orang mandor mesin yang memiliki sertifikat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 huruf d;
5) 3 (tiga) orang juru minyak (Oiler) yang memiliki sertifikat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 huruf d;
6) 1 (satu) orang pembantu di kamar mesin (wiper) yang memiliki sertifikat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf e.
b. Untuk kapal dengan tenaga penggerak 3.000 KW s.d kurang dari 7.500 KW,
jumlah awak kapal 8 (delapan) orang dengan jumlah jabatan dan sertifikat
sebagai berikut:
1) 1 (satu) orang Kepala Kamar Mesin (Chief Engineer) yang memiliki
sertifikat ahli tehnika tingkat I (ATT.I), dan memiliki sertifikat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf a. 2) s/d 5);
Pasal 13
Persyaratan minimal jumlah jabatan, sertifikat kepelautan, dan jumlah awak kapal
bagian dek dan pelayanan di kapal niaga untuk daerah pelayaran kawasan Indonesia
ditentukan sebagai berikut:
a. Untuk kapal tonase kotor GT 10.000 atau lebih, jumlah awak kapal 12 (dua
belas) orang dengan jumlah jabatan dan sertifikat sebagai berikut:
1) 1 (satu) orang Nakhoda yang memiliki sertifikat ahli nautika tingkat I
(ANT.I), yang telah memperoleh pengukuhan sebagai Nakhoda dan
memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a.2) s/d 8);
2) 1 (satu) orang Mualim I yang memiliki sertifikat ahli nautika tingkat 1
(ANT.I) dan memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
huruf a.2) s/d 8);
3) 2 (dua) orang Mualim yang memiliki sertifikat ahli nautika tingkat III
(ANT.Ill) dan memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
huruf d.2) s/d 7);
4) 1 (satu) orang operator radio yang memiliki sertifikat operator radio
umum (ORU) bagi kapal yang dilengkapi dengan stasiun radio telephony
atau 1 (satu) orang operator yang
memiliki
sekurang-kurangnya
sertifikat radio elektronika klas II (REK-II) bagi kapal yang dilengkapi
dengan stasiun radio telegraphy yang semata-mata melakukan
pelayaran dalam negeri, ntau 1 (satu) orang operator radio yang
memiliki sekurang-kurangnya sertifikat REK II atau 2 (dua) orang yang
dirangkap oleh Nakhoda dan Mualim yang rncmiliki sekurang-kurangnya
sertifikat ORU atau 2 (dua) orang yang dirangkap oleh Mualim yang
memiliki sekurang-kurangnya sertifikat ORU bagi kapal yang dilengkapi
dengan GMDSS;
5) 1 (satu) orang serang yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 huruf f;
6) 3 (tiga) orang juru mudi yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 huruf f;
7) 1 (satu) orang kelasi yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 huruf g;
8) 1 (satu) orang koki yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 huruf g;
9) 1 (satu) orang pelayan yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 huruf g.
b. Untuk kapal tonase kotor GT 3.000 s.d kurang dari GT 10.000, jumlah awak
kapal 12 (dua belas) orang dengan jumlah jabatan dan sertifikat sebagai
berikut:
3) 1 (satu) orang Mualim yang memiliki sertifikat ahli nautika tingkat III
(ANT.III) dan memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
huruf d.2) s/d 7);
4) 1 (satu) orang operator radio yang memiliki sertifikat operator radio
umum (ORU) bagi kapal yang dilengkapi dengan stasiun radio telephony
atau 1 (satu) orang operator yang memiliki sekurang-kurangnya sertifikat
radio elektronika klas II (REK-II) bagi kapal yang dilengkapi dengan
stasiun radio telegraphy yang semata-mata melakukan pelayaran dalam
negeri, atau 1 (satu) orang operator radio yang memiliki sekurangkurangnya sertifikat REK II atau 2 (dua) orang yang dirangkap oleh
Nakhoda dan Mualim yang memiliki sekurang-kurangnya sertifikat ORU
atau 2 (dua) orang yang dirangkap oleh Mualim yang memiliki sekurangkurangnya sertifikat ORU bagi kapal yang dilengkapi dengan GMDSS;
5) 1 (satu) orang serang yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 huruf f;
6) 3 (tiga) orang juru mudi yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 huruf f;
7) 1 (satu) orang kelasi yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 huruf g;
8) 1 (satu) orang koki yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 huruf c;
9) 1 (satu) orang pelayan yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 huruf g.
e. Untuk kapal tonase kotor GT 500 s.d kurang dari GT. 1.500 jumlah awak
kapal 9 (sembilan) orang dengan jumlah jabatan dan sertifikat sebagai berikut:
1) 1 (satu) orang Nakhoda yang memiliki sertifikat ahli nautika tingkat II
(ANT.II), yang telah memperoleh pengukuhan sebagai Nakhoda dan
memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b.2) s/d 8);
2) 1 (satu) orang Mualim I yang memiliki sertifikat ahli nautika tingkat II
(ANT II) dan memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
huruf b.2) s/d 8);
3) 1 (satu) orang Mualim yang memiliki sertifikat ahli nautika tingkat III
(ANT.Ill) dan memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
huruf d.2) s/d 7);
4) 1 (satu) orang operator radio yang memiliki sertifikat operator radio
umum (ORU) bagi kapal yang dilengkapi dengan stasiun radio telephony
Pasal 14
Persyaratan minimal jumlah jabatan, sertifikat kepelautan, dan jumlah awak kapal
bagian mesin di kapal niaga untuk daerah pelayaran kawasan Indonesia ditentukan
sebagai berikut:
a. Untuk kapal dengan tenaga penggerak 7.500 KW atau lebih, jumlah awak
kapal 9 (sembiian) orang dengan jumlah jabatan dan sertifikat sebagai berikut:
1) 1 (satu) orang Kepala Kamar Mesin yang memiliki sertifikat ahli tehnika
tingkat I (ATT.I), dan memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10 huruf a.2) s/d 5)
2) 1 (satu) orang Masinis II yang memiliki sertifikat ahli tehnika tingkat II
(ATT.II) dan memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
huruf a.2) s/d 5);
3) 2 (dua) orang Masinis yang memiliki sertifikat ahli tehnika tingkat III
(ATT. Ill) dan memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
huruf c.2) s/d 5);
4) 1 (satu) orang tnandor inesin yang memiliki sertifikat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 huruf d;
5) 3 (tiga) orang juru minyak (oiler) yang memiliki sertifikat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 huruf d;
Pasal 15
Persyaratan minimal jumlah jabatan, sertifikat kepelautan, dan jumlah awak kapal
bagian dek dan pelayanan di kapal niaga untuk daerah pclayaran lokal ditentukan
sebagai berikut:
a. Untuk kapal tonase kotor GT 10.000 atau lebih, jumlah awak kapal 10
(sepuluh) orang dengan jumlah jabatan dan sertifikat sebagai berikut:
1) 1 (satu) orang Nakhoda yang memiliki sertifikat ahli nautika tingkat II
(ANT.II), yang telah memperoleh pengukuhan sebagai Nakhoda dan
memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a.2) s/d 8);
2) 1 (satu) orang Mualim I yang memiliki sertifikat ahli nautika tingkat III
(ANT.Ill), yang telah memperoleh pengukuhan sebagai Mualim I dan
memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a.2) s/d 8);
3) 1 (satu) orang Mualim yang memiliki sertifikat ahli nautika tingkat III
(ANT. Ill) dan memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
huruf d.2) s/d 7);
4) 1 (satu) orang operator radio yang memiliki sertifikat operator radio
umum (ORU) bagi kapal yang dilengkapi dengan stasiun radio telephony
atau 1 (satu) orang operator yang memiliki sekurang-kurangnya sertifikat
radio elektronika klas II (REK-II) bagi kapal yang dilengkapi dengan
stasiun radio telegraphy yang semata-mata melakukan pelayaran dalam
negeri, atau 1 (satu) orang operator radio yang memiliki sekurangkurangnya sertifikat REK II atau 2 (dua) orang yang dirangkap oleh
Nakhoda dan Mualim yang memiliki sekurang-kurangnya sertifikat ORU
atau 2 (dua) orang yang dirangkap oleh Mualim yang memiliki sekurangkurangnya sertifikat ORU bagi kapal yang dilengkapi dengan GMDSS;
5) 1 (satu) orang serang yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 huruf f;
6) 3 (tiga) orang juni mudi yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 huruf f;
7) 1 (satu) orang kelasi yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 huruf g;
8) 1 (satu) orang koki yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 huruf g.
b. Untuk kapal tonase kotor GT 3.000 s.d kurang dari GT 10.000, jumlah awak
kapal 10 (sepuluh)-orang dengan jumlah jabatan dan sertifikat sebagai berikut:
1) 1 (satu) orang Nakhoda yang memiliki sertifikat ahli nautika tingkat III
(ANT.Ill), yang telah memperoleh pengukuhan sebagai Nakhoda dan
memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a.2) s/d 8);
2) 1 (satu) orang Mualim I yang memiliki sertifikat ahli nautika tingkat III
(ANT.Ill), yang telah memperoleh pengukuran sebagai Mualim I dan
memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a.2) s/d
8);
3) 1 (satu) orang Mualim yang memiliki sertifikat ahli nautika tingkat IV
(ANT.IV) dan memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
huruf d.2) s/d 7);
4) 1 (satu) orang operator radio yang memiliki sertifikat operator radio
umum (ORU) bagi kapal yang dilengkapi dengan stasjun radio telephony
atau 1 (satu) orang operator yang memiliki sekurang-Jcurangnya sertifikat
5)
6)
7)
8)
c. Untuk kapal tonase kotor GT 1.500 s.d kurang dari GT 3.000, jumlah awak
kapal 9 (sembilan) orang dengan jumlah jabatan dan sertifikat sebagai berikut:
1) 1 (satu) orang Nakhoda yang memiliki sertifikat ahli nautika tingkat III
(ANT.Ill), yang telah memperoleh pengukuhan sebagai Nakhoda dan
memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b.2) s/d 8);
2) 1 (satu) orang Mualim I yang memiliki sertifikat ahli nautika tingkat IV
(ANT. IV), yang telah memperoleh pengukuhan sebagai Mualim I dan
memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b.2) s/d 8)
3) 1 (satu) orang Mualim yang memiliki sertifikat ahli nautika tingkat IV
(ANT IV) dan memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
huruf d.2) s/d 7);
4) 1 (satu) orang operator radio yang memiliki sertifikat operator radio
umum (ORU) bagi kapal yang dilengkapi dengan stasiun radio telephony
atau I (satu) orang operator yang memiliki sekurang-kurangnya sertifikat
radio elektronika klas II (REK-II) bagi kapal yang dilengkapi dengan
stasiun radio telegraphy yang semata-mata melakukan pelayaran dalam
negeri, atau 1 (satu) orang opera-tor radio yang memiliki sekurangkurangnya sertifikat REK II atau 2 (dua) orang yang dirangkap oleh
Nakhoda dan Mualim yang memiliki sekurang-kurangnya sertifikat ORU
atau 2 (dua) orang yang dirangkap oleh Mualim yang memiliki sekurangkurangnya sertifikat ORU bagi kapal yang dilengkapi dengan GMDSS;
e. Untuk kapal tonase kotor kurang dari GT 500, jumlah awak kapal 6 (enam)
orang dengan jumlah jabatan dan sertifikat sebagai berikut:
1) 1 (satu) orang Nakhoda yang memiliki sertifikat ahli nautika tingkat IV
(ANT.IV) dan memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf
c.2) b) s/d h);
2) 2 (dua) orang Mualim yang memiliki sertifikat ahli nautika tingkat V
(ANT.V) dan memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf
e. 2) s/d 7);
3) 1 (satu) orang operator radio yang memiliki sertifikat sekurang-kurangnya
ORU yang dapat dirangkap oleh Nakhoda dan Mualim;
4) 1 (satu) orang juru mudi yang memiliki sertifikat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 huruf f;
5) 1 (satu) orang koki yang memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 huruf g.
Pasal 16
Persyaratan minimal jumlah jabatan, sertifikat kepelautan, dan jumlah awak kapal
bagian mesin di kapal niaga untuk daerah pelayaran lokal ditentukan sebagai berikut:
a. Untuk kapal dengan tenaga penggerak 7.500 KW atau lebih, jumlah awak
kapal 8 (delapan) orang dengan jumlah jabatan dan sertifikat sebagai berikut:
1) 1 (satu) orang Kepala Karnar Mesin yang memiliki sertifikat ahli tehnika
tingkat II (ATT.II), yang telah memperoleh pengukuhan sebagai Kepala
Kamar Mesin dan memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam Pasal
10 huruf a. 2 s/d 5);
2) 1 (satu) orang Masinis II yang memiliki sertifikat ahli tehnika tingkat III
(ATT. Ill) yang telah memperoleh pengukuhan sebagai Masinis II dan
memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf a. 2) s/d
5);
3) 1 (satu) orang Masinis yang memiliki sertifikat ahli tehnika tingkat III
(ATT.Ill) dan memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
huruf c.2) s/d 5);
4) 1 (satu) orang mandor mesin yang memiliki sertifikat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 huruf d;
5) 3 (tiga) orang juru minyak (oiler) yang memiliki sertifikat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 huruf d;
Pasal 17
Terhadap kapal-kapal yang telah memenuhi persyaratan minimal jumlah jabatan,
sertifikat kepelautan, dan jumlah awak kapal sebagaimana dimaksud dalam
Pasal-11, Pasal 12, Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15 dan Pasal 16 diberikan sertifikat
pengawakan (Safe Manning Certificate) oleh Direktur Jenderal Perhubungan Laut
atau pejabat yang ditunjuk.
BAB VI
KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB - PIHAK-PIHAK YANG
BERKAITAN DENGAN PENGAWAKAN KAPAL
Pasal 18
Setiap perusahaan wajib
a. memiliki dokumentasi dan data mengenai para pelaut yang dipekerjakan di
kapal dan siap untuk digunakan yang meliputi dokumentasi dan data
mengenai pengalaman kerja, pelatihan, kesehatan dan kecakapan dalam
melaksanakan tugas.
b. menjamin setiap pelaut yang disijil di atas kapal memiliki sertifikat
kepelautan yang memenuhi ketentuan nasional maupun internasional.
c. menjamin setiap pelaut yang dipekerjakan di atas kapal memiliki dokumendokumen yang berkaitan dengan pengalaman kerja dan pengujian kesehatan.
d. menjamin setiap pelaut yang disijil di atas kapal telah diberikan familiarisasi
sehubungan dengan tata susunan kapal, instalasi kapal, perlengkapan dan
prosedur yang berkaitan dengan tugas-tugas serta prosedur keadaan darurat.
e. melengkapi secara rinci uraian tugas setiap awak kapal dalarn keadaan rutin
maupun darurat yang terkait dengan keselamatan, pencegahan dan
penanggulangan pencemaran yang dilaksanakan secara terkoordinasi.
Pasal 19
(1) Perusahaan, Nakhoda, Kepala Kamar Mesin dan semua petugas jaga wajib
memperhatikan persyaratan-persyaratan, prinsip-prinsip dan panduan yang
diatur dalam Bab VIII Standard of Training Certification and Watchkeeping
for Seafarers Code (Koda STCW) guna menjamin tugas jaga yang aman,
berkesinambungan selama jangka waktu pelayaran sesuai dengan situasi dan
kondisi pelayaran.
(2) Untuk menjamin agar tugas jaga dapat berjalan dengan aman dan
berkesinambungan selama jangka waktu pelayaran sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), Nakhoda wajib memperhatikan cara pengaturan tugas sebagai
berikut:
a. para perwira yang melaksanakan tugas jaga navigasi bertanggung
jawab untuk melayarkan kapal secara aman, dan selama jangka waktu
tugas jaganya harus benar-benar berada di anjungan atau di ruangan lain
(1)
(2)
(3)
(4)
Pasal 20
Setiap awak kapal yang ditugasi jaga harus diberikan waktu istirahat tidak
kurang dari 10 jam dalam jangka waktu 2.4 jam.
Waktu istirahat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dibagi 2 yang
salah satu diantaranya tidak kurang dari 6 jam, kecuali dalam keadaan darurat.
Jumlah waktu istirahat dalam kondisi khusus dapat dikurangi menjadi 6 jam
setiap 24 jam, dengan ketentuan tidak boleh lebih dari 2 hari secara berturutturut.
Jumlah waktu istirahat dalam 7 hari tidak boleh kurang dari 70 jam.
Pasal 21
(1) Setiap perusahaan yang memiliki dan/atau mengoperasikan kapal niaga
Indonesia, wajib menerima dan menampung serta menyediakan akomodasi
para Taruna/calon perwira paling sedikit untuk 2 (dua) orang bagian dek dan
atau mesin, yang akan melaksanakan praktek berlayar (proyek laut).
(2) Nakhoda dan Kepala Kamar Mesin wajib memberikan pengalaman praktek
dan kehidupan di kapal kepada taruna/calon perwira dalam melengkapi
praktek berlayarnya.
Pasal 22
(1) Pemilik atau operator kapal yang mempekerjakan awak kapal tanpa disijil dan
tanpa memiliki kemampuan serta dokumen pelaut yang dipersyaratkan dapat
dikenakan sanksi pidana sebagaimana diatur dalam UU Nomor 21 Tahun
1992 tentang Pelayaran.
(2) Nakhoda atau pemimpin kapal yang mempekerjakan awak kapal tanpa disijil
dan tanpa memiliki kemampuan sena dokumen pelaut yang dipersyaratkan
dapat dikenakan sanksi pidana sebagaimana diatur dalam UU Nomor 21
Tahun 1992 tentang Pelayaran.
BAB VII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 23
(1) Ketentuan yang mengatur mengenai pengawakan kapal niaga dalam
Keputusan ini tidak berlaku untuk:
a. kapal layar motor;
b. kapal layar;
c. kapal motor dengan tonase kotor kurang dari GT 35;
d. kapal yang tergabung dalam kegiatan olahraga perairan;
e. kapal-kapal yang dioperasikan dalam batas-batas perairan pelabuhan atau
berlayar tidak melebihi 30 mil dari pantai;
f. kapal khusus;
g. kapal yang melakukan pelayaran tetap jarak pendek
h. kapal yang sedang dalam pelayaran percobaan.
(2) Ketentuan mengenai pengawakan kapal sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), diatur tersendiri.
Pasal 24
(1) Dalam keadaan luar biasa atau force majeure dan atas permohonan
perusahaan, Direktur Jenderal Perhubungan Laut dapat memberitakan
dispensasi pengawakan kapal.
(2) Permohonan dispensasi oleh perusahaan hams menyebutkan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
nama kapal dan nomor registrasi yang diterbitkan IMO (IMO Number);
pelabuhan pendaftaran;
pelabuhan tolak;
rencana pelayaran selama jangka waktu dispensasi;
rencana muatan selama jangka waktu dispensasi;
nama Nakhoda kapal beserta nomor sertifikat yang dimilikinya.
Pasal 25
Dispensasi pengawakan kapal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 tidak
dibenarkan untuk jabatan Nakhoda atau Kepala Kamar Mesin, kecuali dalam keadaan
darurat dan hanya untuk 1 (satu) kali pelayaran dan pelabuhan pemberangkatan ke
pelabuhan terdekat yang memungkinkan penggantian nakhoda atau kepala kamar
mesin.
Pasal 26
Direktur
Jenderal
Perhubungan Lain
pelaksanaan Keputusan ini.
melakukan
pengawasan terhadap