Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

Pendahuluan

1.1. Sejarah
Pohon Kelapa Sawit terdiri daripada dua spesies Arecaceae atau famili palma yang digunakan
untuk pertanian komersil dalam pengeluaran minyak kelapa sawit. Pohon Kelapa Sawit
Afrika, Elaeis guineensis, berasal dari Afrika barat di antara Angola dan Gambia, manakala
Pohon Kelapa Sawit Amerika, Elaeis oleifera, berasal dari Amerika Tengah dan Amerika
Selatan. Kelapa sawit termasuk tumbuhan pohon. Tingginya dapat mencapai 24 meter. Bunga
dan buahnya berupa tandan, serta bercabang banyak. Buahnya kecil dan apabila masak,
berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandungi
minyak. Minyaknya itu digunakan sebagai bahan minyak goreng, sabun, dan lilin.
Hampasnya dimanfaatkan untuk makanan ternak, khususnya sebagai salah satu bahan
pembuatan makanan ayam. Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar dan arang.
Urutan dari turunan Kelapa Sawit:

1.2. Ciri Ciri Fisiologi Kelapa Sawit


A. Daun
Daunnya merupakan daun majemuk. Daun berwarna hijau tua dan pelapah berwarna sedikit
lebih muda. Penampilannya sangat mirip dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri yang
tidak terlalu keras dan tajam.
B. Batang
Batang tanaman diselimuti bekas pelapah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun
pelapah yang mengering akan terlepas sehingga menjadi mirip dengan tanaman kelapa.
C. Akar
1

Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga terdapat
beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan tambahan
aerasi.
D. Bunga
Bunga jantan dan betina terpisah dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat
jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang
sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar.
E. Buah
Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit
yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah. Buah terdiri
dari tiga lapisan:
a) Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.
b) Mesoskarp, serabut buah
c) Endoskarp, cangkang pelindung inti
Inti sawit merupakan endosperm dan embrio dengan kandungan minyak inti berkualitas
tinggi.

1.3. Perkembangbiakan Kelapa Sawit


Kelapa sawit berkembang biak dengan cara generatif. Buah sawit matang pada kondisi
tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan bakal akar
(radikula). Kelapa sawit memiliki banyak jenis, berdasarkan ketebalan cangkangnya kelapa
sawit dibagi menjadi Dura, Pisifera, dan Tenera. Dura merupakan sawit yang buahnya
memiliki cangkang tebal sehingga dianggap memperpendek umur mesin pengolah namun
biasanya tandan buahnya besarbesar dan kandungan minyak pertandannya berkisar 18%.
Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang namun bunga betinanya steril sehingga sangat
jarang menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan Pisifera. Jenis ini
dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing masing induk dengan sifat
cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul persentase
daging perbuahnya dapat mencapai 90% dan kandungan minyak pertandannya dapat
mencapai 28%.

BAB II
Proses Produksi

2.1.

Hasil Kelapa Sawit

Bagian yang paling utama untuk diolah dari kelapa sawit adalah buahnya. Bagian daging buah
menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku minyak goreng.
Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah, rendah kolesterol, dan memiliki
kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga diolah menjadi bahan baku margarin. Minyak
inti menjadi bahan baku minyak alkohol dan industri kosmetika. Buah diproses dengan
membuat lunak bagian daging buah dengan temperatur 90C. Daging yang telah melunak
dipaksa untuk berpisah dengan bagian inti dan cangkang dengan pressing pada mesin silinder
berlubang. Daging inti dan cangkang dipisahkan dengan pemanasan dan teknik pressing.
Setelah itu dialirkan ke dalam lumpur sehingga sisa cangkang akan turun ke bagian bawah
lumpur. Sisa pengolahan buah sawit sangat potensial menjadi bahan campuran makanan
ternak dan difermentasikan menjadi kompos.

2.2.

Perkembangan Industri Kelapa Sawit

Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit merupakan salah satu
primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa non migas bagi
Indonesia. Cerahnya prospek komoditi minyak kelapa sawit dalam perdagangan minyak
nabati dunia telah mendorong pemerintah Indonesia untuk memacu pengembangan areal
perkebunan kelapa sawit. Berkembangnya subsektor perkebunan kelapa sawit di Indonesia
tidak lepas dari adanya kebijakan pemerintah yang memberikan berbagai insentif, terutama
kemudahan dalam hal perijinan dan bantuan subsidi investasi untuk pembangunan
perkebunan rakyat dengan pola PIRBun dan dalam pembukaan wilayah baru untuk areal
perkebunan besar swasta.

2.3.

Ketersediaan Lahan Produksi Kelapa Sawit


Gambar 1. Peta Wilayah Penyebaran

Sumber : BPKM

Gambar 2. Peta Persebaran Luas Lahan Dan Produksi Kelapa Sawit

Sumber : Pusat Data dan Informasi Departemen Perindustrian


4

Gambar 3. Pohon Industri Kelapa Sawit

2.4.

Minyak Kelapa Sawit

Produk minyak kelapa sawit sebagai bahan makanan mempunyai dua aspek kualitas. Aspek
pertama berhubungan dengan kadar dan kualitas asam lemak, kelembaban dan kadar kotoran.
Aspek kedua berhubungan dengan rasa, aroma dan kejernihan serta kemurnian produk.
Kelapa sawit bermutu prima (SQ, Special Quality) mengandung asam lemak (FFA, Free Fatty
Acid) tidak lebih dari 2 % pada saat pengapalan. Kualitas standar minyak kelapa sawit
mengandung tidak lebih dari 5 % FFA. Setelah pengolahan, kelapa sawit bermutu akan
menghasilkan rendemen minyak 22,1 % 22,2 % (tertinggi) dan kadar asam lemak bebas 1,7
% 2,1 % (terendah).

2.5.

Standar Mutu Minyak Kelapa Sawit

Mutu minyak kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua arti, pertama, benar benar murni
dan tidak bercampur dengan minyak nabati lain. Mutu minyak kelapa sawit tersebut dapat
ditentukan dengan menilai sifatsifat fisiknya, yaitu dengan mengukur titik lebur angka
penyabunan dan bilangan yodium. Kedua, pengertian mutu sawit berdasarkan ukuran. Dalam
hal ini syarat mutu diukur berdasarkan spesifikasi standar mutu internasional yang meliputi
kadar ALB, air, kotoran, logam besi, logam tembaga, peroksida, dan ukuran pemucatan.
Kebutuhan mutu minyak kelapa sawit yang digunakan sebagai bahan baku industri pangan
dan non pangan masingmasing berbeda. Oleh karena itu keaslian, kemurnian, kesegaran,
maupun aspek higienisnya harus lebih Diperhatikan. Rendahnya mutu minyak kelapa sawit
sangat ditentukan oleh banyak faktor. Faktorfaktor tersebut dapat langsung dari sifat induk
pohonnya, penanganan pascapanen, atau kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutan.
Dari beberapa faktor yang berkaitan dengan standar mutu minyak sawit tersebut, didapat hasil
dari pengolahan kelapa sawit, seperti di bawah ini :
a). Crude Palm Oil
b). Crude Palm Stearin
c). RBD Palm Oil
d). RBD Olein
e). RBD Stearin
f). Palm Kernel Oil
g). Palm Kernel Fatty Acid
h). Palm Kernel
i). Palm Kernel Expeller (PKE)
6

j). Palm Cooking Oil


k). Refined Palm Oil (RPO)
l). Refined Bleached Deodorised Olein (ROL)
m). Refined Bleached Deodorised Stearin (RPS)
n). Palm Kernel Pellet
o). Palm Kernel Shell Charcoal

Syarat mutu inti kelapa sawit adalah sebagai berikut:


a). Kadar minyak minimum (%): 48; cara pengujian SPSMP131975
b). Kadar air maksimum (%):8,5 ; cara pengujian SPSMP71975
c). Kontaminasi maksimum (%):4,0; cara pengujian SPSMP3119975
d). Kadar inti pecah maksimum (%):15; cara pengujian SPSMP311975

2.6.

Komposisi Kimia Minyak Kelapa Sawit

Minyak kelapa sawit dan inti minyak kelapa sawit merupakan susunan dari fatty acids,
esterified, serta glycerol yang masih banyak lemaknya. Didalam keduanya tinggi serta penuh
akan fatty acids, antara 50% dan 80% dari masingmasingnya. Minyak kelapa sawit
mempunyai 16 nama carbon yang penuh asam lemak palmitic acid berdasarkan dalam minyak
kelapa minyak kelapa sawit sebagian besar berisikan lauric acid. Minyak kelapa sawit
sebagian besarnya tumbuh berasal alamiah untuk tocotrienol, bagian dari vitamin E. Minyak
kelapa sawit didalamnya banyak mengandung vitamin K dan magnesium. Napalm namanya
berasal dari naphthenic acid, palmitic acid dan pyrotechnics atau hanya dari cara pemakaian
nafta dan minyak kelapa sawit.
Ukuran dari asam lemak (Fas) dalam minyak kelapa sawit sebagai acuan:

Tabel 1. Kadar Asam Lemak Dalam Minyak sawit

2.7.

Kegiatan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit

Tandan buah segar (TBS) yang telah di panen di kebun diangkut ke lokasi pabrik minyak
sawit dengan sebuah truk. Sebelum dimasukan kedalam loading Ramp, tandan buah segar
tersebut harus ditimbang terlebih dahulu pada jembatan penimbangan (Weighing Brigae).
Perlu diketahui bahwa kualitas hasil minyak CPO yang diperoleh sangat dipengaruhi oleh
kondisi buah (TBS) yang diolah dalam pabrik. Sedangkan proses pengolahan dalam pabrik
hanya berfugsi menekan kehilangan dibidang pengolahannya, sehingga kualitas hasil tidak
semata-mata tergantung dari TBS yang masuk kedalam pabrik. Secara garis besar diagram alir
dari proses pengolahan kepala sawit disajikan pada gambar 1 dan 2.

2.7.1.

Perebusan

Tandan buah segar setelah ditimbang kemudian dimasukkan kedalam lori rebusan yang
terbuat dari plat baja berlubang-lubang (cage) dan langsung dimasukkan ke dalam
sterilizer yaitu bejana perebusan yang menggunakan uap air yang bertekanan antara 2.2
sampai 3.0 Kg/cm2. Proses perebusan ini dimaksudkan untuk mematikan enzim-enzim
yang dapat menurunkan kualitas minyak.
Disamping itu, juga dimaksudkan agar buah mudah lepas dari tandannya dan memudahkan
pemisahan cangkang dan inti dengan keluarnya air dari biji. Proses ini biasanya
berlangsung selama 90 menit dengan menggunakan uap air yang berkekuatan antara 280
sampai 290 Kg/ton TBS. Dengan proses ini dapat dihasilkan kondensat yang mengandung
0.5% minyak ikutan pada temperatur tinggi. Kondensat ini kemudian dimasukkan ke
dalam Flat Pit. Tandan buah yang sudah direbus dimasukan ke dalam Threser dengan
menggunakan Hoisting Crane.

2.7.2.

Perontokan Buah Dari Tandan

Pada tahap ini, buah yang masih melekat pada tandannya akan dipisahkan dengan
menggunakan prinsip bantingan sehingga buah tersebut terlepas kemudian di tampung dan
dibawa oleh Fit Conveyor ke digester. Tujjuannya untuk memisahkan brondolan (fruilet)
dari tangkai tandan. Alat yang digunakan disebut thresher dengan drum berputar (rotari
drum thresher). Hasil stripping tidak selalu 100%, artinya masih ada brondolan yang
melekat pada tangkai tandan, hal ini yang disebut dengan USB (Unstripped Bunch). Untuk
mengatasi hal ini, maka dipakai sistem Double Treshing sistem ini bekerja dengan cara
janjang kosong/EFB (Empty Fruit Bunch) dan USB yang keluar dari thresher pertama,
tidak langsung, tetapi masuk ke threser kedua yang selanjutnya EFB dibawa ketempat
pembakaran (incierator) dan dimanfaatkan sebagai produk samping.
Gambar 4. Diagram Alir Proses Pengolahan Kelapa Sawit

2.7.3.

Pengolahan minyak dari daging buah

Brondolan buah (buah lepas) yang dibawa oleh Fruit Conveyor dimasukkan ke dalam
Digester atau peralatan pengaduk. Didalam alat ini dimaksudkan supaya buah terlepas dari
biji. Dalam proses pengadukan (Digester) ini digunakan uap air yang temperaturnya selalu
dijaga agar stabil antara 800-900C. Setelah massa buah dari proses pengadukan selesai
kemudian dimasukkan kedalam alat pengepresan (Scew Press) agar minyak keluar dari biji
9

dan fibre. Untuk proses pengepresan ini perlu tambahan panas sekitar 10% s/d 15%
terhadap kapasitas pengepresan. Dari pengepresan tersebut akan diperoleh minyak kasar
dan ampas serta biji.
Sebelum minyak kasar tersebut ditampung pada Crude Oil Tank, harus dilakukan
pemisahan kandungan pasirnya pada Sand Trap yang kemudian dilakukan penyaringan
(Vibrating Screen). Sedangkan ampas dan biji yang masih mengandung minyak (oil
sludge) dikirim ke pemisahan ampas dan biji (Depericarper).
Dalam proses penyaringan minyak kasar tersebut perlu ditambahkan air panas untuk
melancarkan penyaringan minyak tersebut. Minyak kasar (Crude Oil) kemudian
dipompakan ke dalam Decenter guna memisahkan Solid dan Liquid. Pada fase cair yang
berupa minyak, air dan masa janis ringan ditampung pada Countnuous Settling Tank,
minyak dialirkan ke oil tank dan fase berat (sludge) yang terdiri dari air dan padatan
terlarut ditampung ke dalam Sludge Tank yang kemudian dialirkan ke Sludge Separator
untuk memisahkan minyaknya.

2.7.4.

Proses Pemurnian Minyak

Minyak dari oil tank kemmudian dialirkan ke dalam Oil Purifer untuk memisahkan
kotoran / solid yang mengandung kadar air. Selanjutnya dialirkan ke Vacuum Drier untuk
memisahkan air sampai pada batas standard. Kemudian melalui Sarvo Balance, maka
minyak sawit dipompakan ke tangki timbun (Oil Storege Tank).

10

Gambar 5. Neraca Massa Proses Pengolahan Minyak Sawit

2.7.5.

Proses Pengolahan Inti Sawit

Ampas kempa yang terdiri dari biji dan serabut dimasukkan ke dalam Depericaper melalui
Cake Brake Conveyor yang dipanaskan dengan uap air agar sebagian kandungan air dapat
diperkecil, sehingga Press Cake terurai dan memudahkan proses pemisahan. Pada
Depericaper terjadi proses pemisahan fibre dan biji. Pemisahan terjadi akibat perbedaan
berat dan gaya isap blower. Biji tertampung pada Nut Silo yang dialiri dengan udara panas
antara 60-800C selama 18-24 jam agar kadar air turun dari sekitar 21 % menjadi 4%.
Sebelum biji masuk ke dalam Nut Craker terlebih dahulu diproses di dalam Nut Grading
Drum untuk dapat dipisahkan ukuran besar kecilnya bij yang disesuaikan dengan fraksi
yang telah ditentukan. Nut kemudian dialirkan ke Nut Craker sebagai alat pemecah. Masa
biji pecah dimasukkan dalam Dry Seperator (Proses pemisahan debu dan cangkang halus)
untuk memisahkan cangkang halus, biji utuh dengan cangkang/inti. Masa cangkang
bercampur inti dialirkan masuk kedalam Hydro Cyclone untuk memisahkan antara inti
dengan cangkang. Inti dialirkan masuk ke dalam Kernel Drier untuk proses pengeringan
sampai kadar airnya masuk ke dalam Kernel Drier untuk proses pengeringan sampai kadar
airnya mencapai 7% dengan tingakt pengeringan 500 C, 600 dan C700 C dalam waktu 1411

16 jam. Selanjutnya guna memisahkan kotoran, maka dialirkan melalui Winnowing Kernel
(Kernel Storage), sebelum diangkut dengan truk ke pabrik pempproses berikutnya.
Untuk mendapatkan mutu minyak CPO yang baik, maka mutu tandan yang diolah harus
berdasarkan kriteria kematangan yang optimal. Pad kondisi kandungan minyak dalam TBS
relatif tinggi dengan kadar garam asam lemak bebas (FFA) yang rendah. Pada tandan buah
yang masih mentah kandungan minyak CPO sangat rendah, sedang bila TBS terlalu
matang maka kualitas minyak menjadi rendah karena kadar asam lemak bebasnya tinggi.
Untuk mendapatkan jumlah dan kualitas minyak CPO yang baik, maka dibutuhkan
koordinasi yang baik antara permanen, pengawasan lapangan, bagian fraksi dan staf
pabrik. Tandan buah segar yang telah dipanen harus segera ditangani dan diusahakan
secepatnya diproses dalam pabrik.

12

BAB III
Limbah Kelapa Sawit

3.1. Jenis Dan Potensi Limbah Kelapa Sawit


Jenis limbah kelapa sawit pada generasi pertama adalah limbah padat yang terdiri dari Tandan
Kosong, pelepah, cangkang dan lain-lain.
Sedangkan limbah cair yang terjadi pada in house keeping. Limbah padat dan limbah cair
pada generasi berikutnya dapat dilihat pada gambar 6. Pada gambar tersebut terlihat bahwa
limbah yang terjadi pada generasi pertama dapat dimanfaatkan dan terjadi limbah berikutnya.
Pada gambar 7 tabel 2 terlihat potensi limbah yang dapat dimanfaatkan sehingga mempunyai
nilai ekonomi yang tidak sedikit. Salah satunya adalah potensi limbah dapat dimanfaatkan
sebagai sumber unsur hara yang mampu menggantikan pupuk sintetis (Ure, TPS dan lain-lain)

Tabel 2. Jenis, Potensi Dan Pemanfaatan Limbah Pabrik Kelapa Sawit

13

Gambar 6. Pohon Industri Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit

Gambar 7. Fraksionasi Hasil Pengolahan Tandan Buah Segar

Limbah padat tandan kosong (TKS) merupakan limbah padat yang jumlahnya cukup besar
yaitu sekitar 6 juta ton yang tercatat pada tahun 2004, namun pemanfaatannya masih terbatas.
Limbah tersebut selama ini dibakar dan sebagian ditebarkan di lapangan sebagai mulsa.
14

Persentase tankos terhadap TBS sekitar 20% dan setiap ton Tankos mengandung unsur hara
N, P, K, dan Mg berturut-turut setara dengan 3 Kg urea: 0,6 Kg CIRP; 12 Kg MOP; dan 2 Kg
kieserit. Dengan demikian dari satu unit PKS kapasitas olah 30 ton TBS/jam atau 600 ton
TBS/hari akan menghasilkan pupuk N, P, K, dan Mg berturut-turut setara dengan 360 Kg
Urea, 72 Kg CIRP; 1.440 Kg MOP; dan 240 Kg kiserit (Lubis dan Tobing, 1989). Potensi dan
pemanfaatan TKS dari limbah PKS sebagai hara dalam suatu luasan areal tertentu dapat kita
lihat pada tabel 2 di bawah ini :

Tabel 3. Potensi dan Pemanfaatan TKS dari Limbah PKS Sebagai


Hara dalam Suatau Luasan
Sedangkan limbah padat seperti cangkang dan serat sebesar 1,73 juta ton dan 3,74 juta ton.
Dari hasil perhitungan untuk setiap hektar tanaman memberikan gambaran dan informasi
untuk menentukan kelayakan daur ulang limbah sawit sebagai pupuk tanaman. Pada tabel 4
dibawah ini disajikan potensi limbah padat kelapa sawit sebagai hara.

Tabel 4. Potensi Limbah Padat Kelapa Sebagai Hara

15

Satu hektar tanaman kelapa sawit menghasilkan pelepah daun dengan bobot kering 14,47 ton
sekali dalam 30 tahun (peremajaan) dan 10,40 ton dari pangkasan setahun. Produksi TBS
setahun sekitar 20,08 ton dengan bobot kering 10,59 ton dan tandan kosong 22% dari jumlah
TBS yaitu 4,42 ton dengan bobot kering 1,55 ton.
Dalam upaya pemanfaatan limbah kelapa sawit secara optimal untuk setiap kasus, perlu dikaji
beberapa aspek teknis, ekonomis, sosial dan lingkungan seperti berikut :

Jumlah, waktu pengadaan dan lokasi limbah maupun fluktuasinya sepanjang tahun
atau musim.

Pemanfaatan dilapangan, jumlah biomasa, kebutuhan tenaga kerja, peralatan, kondisi


jalan bahaya, resiko kerusakan atau pelapukan.

Transportasi, volime limbah, jarak sampai di tujuan, kondisi jalan.

Struktur fisik dan komposisi kimia maupun kandungan energi (nilai kalor bakar)
bahan limbah.

Berbagai alternatif pemanfaatan limbah, teknologi yang tersedia, biaya dan nilai
produk yang dihasilkan.

Tingkat pencernaan lingkungan dan teknologi penanganan untuk kelestarian


lingkungan hidup.
Dengan mempertimbangan hal-hal tersebut di atas, maka pemanfaatan limbah dapat
dilakukan secara optimal.

3.2 . Karakteristik Limbah Kelapa Sawit


Hampir seluruh air buangan PKS mengandung bahan organik yang dapat mengalami
degradasi. Oleh karenanya dalam pengelolaan limbah perlu diketahui karakteristik limbah
tersebut, antara lain yaitu :
Dari balance sheet minyak kelapa sawit diketahui bahwa jumlah air limbah yang dihasilkan
dari 1 ton CPO yang di produksi adalah 2,50 ton disajikan pada tabel 5.

Tabel 5. Komposisi Jumlah Air Limbah dari 1 Ton CPO


16

Efisiensi pabrik kelapa sawit dapat ditingkatkan dengan pemakaian decanter yang hanya
menghasilkan limbah cair sekitar 0,3 - 0,4 ton untuk setiap 1 ton TBS yang diolah, sehingga
limbah cair yang dihasilkan dapat ditekan hanya 24 ton/jam atau 1,667 m3 per 1 ton CPO
yang dihasilkan. Limbah cair yang akan dihasilkan dari seluruh proses produksi minyak
kelapa sawit diperkirakan maksimal 60 % dari seluruh tandan buah segar diolah.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap beberapa PKS milik PTP (dianggap mewakili PKS pada
umumnya) oleh bank dunia diketahui bahwa kualitas limbah cair (inlet) yang dihasilkan
berpotensi mencemari badan air penerima limbah adalah seperti yang disajikan pada tabel 6
berikut.

Tabel 6. Kualitas Limbah Cair ( Inlet ) Pabrik Kelapa Sawit

Kandungan hara spesifik dari limbah kelapa sawit secara keseluruhan dapat kita lihat
pada tabel 7 dibawah ini.

Tabel 7. Kandungan Hara Limbah Kelapa Sawit

Kandungan hara dalam abu hasil pembakaran tandan kosong dan serat serta cangkang
dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini :
17

Tabel 8. Kandungan Tandan Kosong, Serat dan Cangkang

Dengan teknologi terkini, kayu sawit yang memiliki sifat dasar atau kualitas
penggunaannya yang rendah dibandingkan dengan kayu bisa ternyata dapat menjadi
bahan baku mebel yang potensial. Kepala badan litbang hutan pun mengatakan bahwa
produk tersebut selama ini banyak dicari pembeli dari luar negri, karena salain corak
kayunya unik juga memiliki kekuatan yang cukup bagus. Sehingga batang kelapa
sawit ini layak disejajarkan dengan kayu komersial lain yang harganya lebih mahal.
Beliau juga mengatakan bahwa penggunaan resin dalam pengolahan batang kayu
kelapa sawit sangat murah dan mudah digunakan dibandingkan dengan bahan impor
yang umum digunakan dalam modifikasi kayu

Diketahui dari uji panjang serat dan diameter serat metode franklin dan sifat fisik dan
morfologi serat, serat janjang kosong termasuk serat pendek < 1 mm. Kadar selulos
45,19 % menunjukkan bahwa janjang kosong cukup baik untuk dibuat pulp.
Rendemen 45% derajat putih 82%, derajat giling 33-430SR dengan kondisi optimum,
indeks retak, tarik, cukup tinggi, indeks sobek masih dalam batas yang diijinkan.

18

BAB IV
Kesimpulan

4.1. Kesimpulan
Industri minyak kelapa sawit merupakan salah satu industri strategis, karena berhubungan
dengan sektor pertanian (agrobased industry) yang banyak berkembang di negaranegara
tropis seperti Indonesia, Malaysia dan Thailand. Hasil industri minyak kelapa sawit bukan
hanya minyak goreng saja, tetapi juga bisa digunakan sebagai bahan dasar industri lainnya
seperti industri makanan, kosmetika dan industri sabun. Prospek perkembangan industri
minyak kelapa sawit saat ini sangat pesat, dimana terjadi peningkatan jumlah produksi kelapa
sawit seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat.
Dengan besarnya produksi yang mampu dihasilkan, tentunya hal ini berdampak positif bagi
perekenomian Indonesia, selain dampak positif tentunya menghasilkan dampak negative yaitu
banyak nya limbah yang dihasilkan yang harus sangat di perhatikan.
Limbah yang di hasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit tersebut antara lain, limbah
padat yang terdiri dari Tandan Kosong, pelepah, cangkang dan lain-lain sedangkan limbah
cair yang dihasilkan tersebut berasal dari proses perebusan, klarifikasi dan hidrosiklon.

19

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, 2006, Pedoman Pengolahan Limbah Industri Kelapa
Sawit, Jakarta.
Departemen Perindustrian, 2007, Gambaran Sekilas Industri Minyak Kelapa Sawit,
Sekertariat Jendral.
Nasution Yunus, Darwin, 2004, Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Yang Berasal
Dari Kolam Akhir (Final Pond) Dengan proses Koagulasi Melalui Elektrolisis,
Universitas Sumatra Utara.

20

Anda mungkin juga menyukai