Nama
: Rizky Anthoni
NIM
: 1111014000037
Kelas
: 7A
pedoman
penilaian
dalam
menentukan
kelulusan
peserta
didik.
tingkat
satuan
pendidikan,
dan
kalender
pendidikan.
meliputi
pendidik
pada
TK/RA,
SD/MI,
SMP/MTs,
SMA/MA,
teratur dan berkelanjutan. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang
meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang
tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit
produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah,
tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk
menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
6. Standar Pengelolaan
Standar Pengelolaan terdiri dari 3 (tiga) bagian, yakni standar pengelolaan oleh satuan
pendidikan, standar pengelolaan oleh Pemerintah Daerah dan standar pengelolaan
oleh
Pemerintah.
memfasilitasi
peserta didik
agar mampu
BK
di
sekolah/madrasah
diorientasikan
pada
upaya
memfasilitasi
perkembangan potensi konseli, yang meliputi aspek pribadi, sosial, belajar, dan karir.
Pelayanan bimbingan dan konseling bertujuan mengembangkan kemampuan dan
meningkatkan mutu kehidupan serta harkat dan martabat manusia Indonesia harus berakar
pada budaya bangsa Indonesia sendiri. Bimbingan dan konseling sebagai profesi bantuan
(helping profession) diabdikan bagi peningkatan harkat dan martabat kemanusiaan dengan
cara menfasilitasi perkembangan individu atau kelompok individu sesuai dengan kekuatan,
kemampuan potensional dan aktual serta peluang-peluang yang dimilikinya, dan membantu
mengatasi kelemahan dan hambatan serta kendala yang dihadapi dalam perkembangan
dirinya. Bimbingan dan konseling sebagai komponen pendidikan mempunyai peranan yang
besar dalam rangka memenuhi hak peserta didik untuk mendapatkan pelayanan pendidikan
sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya (Pasal 12 ayat (b) UU Sisdiknas).
Bimbingan konseling sangat erat kaitannya dengan pengembangan diri siswa. Kegiatan
pengembangan diri berupa pelayanan konseling difasilitasi/ dilaksanakan oleh konselor, dan
kegiatan ekstra kurikuler dapat dibina oleh konselor, guru dan atau tenaga kependidikan lain
sesuai dengan kemampuan dan kewenangnya. Pengembangan diri yang dilakukan dalam
bentuk kegiatan pelayanan konseling dan kegiatan ekstra kurikuler dapat mengembangkan
kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik.
Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat,
kondisi, dan perkembangan peserta didik, dengan memperhatikan kondisi sekolah atau
madrasah. Selain itu, pengembangan diri bertujuan menunjang pendidikan peserta didik
dalam mengembangkan, bakat, minat, kreativitas, kompetensi dan kebiasaan dalam
kehidupan, kemampuan kehidupan keagamaan, kemampuan sosial, kemampuan belajar,
wawasan dan perencanaan karir, kemampuan pemecahan masalah dan kemandirian.
Pengembangan diri meliputi kegiatan terprogram dan tidak terprogram. Kegiatan
terprogram direncanakan secara khusus dan diikuti oleh peserta didik sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi pribadinya. Kegiatan tidak terprogram dilaksanakan secara langsung
oleh pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah/madrasah yang diikuti oleh semua peserta
didik. Kegiatan terprogram terdiri atas dua komponen:
a. Pelayanan konseling, meliputi pengembangan:
1) Kehidupan pribadi
2) Kemampuan sosial
3) Kemampuan belajar
4) Wawasan dan perencanaan karir
b. Ekstra Kurikuler, meliputi kegiatan:
1) Kepramukaan
2) Latihan kepemimpinan, ilmiah remaja, palang merah remaja
3) Seni, olahraga, cinta alam, jurnalistik, teater, keagamaan
Pengembangan diri dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok pengembangan potensi.
Pertama, intelegensi, merupakan suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir
secara rasional. Oleh karena itu, intelegensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan
harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses
berpikir rasional itu. Intelegensi dipengaruhi oleh faktor bawaan, faktor lingkungan atau yang
lebih umum dipengaruhi oleh kualitas orang tua serta kondisi anak pada saat pembentukan
dalam kandungan, gizi selama masa-masa pertumbuhan, rangsangan-rangsangan intelektual
yang memberinya berbagai sumber daya pengalaman seperti pendidikan, latihan berbagai
ketrampilan berbagai ketrampilan dan lain-lain.
Kedua, bakat, yaitu kemampuan dasar seseorang untuk belajar dalam waktu yang relatif
pendek dibandingkan orang lain, namun hasilnya justru lebih baik. Contoh: seseorang yang
berbakat melukis akan lebih cepat mengerjakan pekerjaan lukisannya dibanding seseorang
yang kurang berbakat. Bakat juga merupakan potensi yang bakal diwujudkan di waktu yang
akan datang. Ini berarti bahwa bakat bukan hanya menunjukan peluang saja, yakni peluang
keberhasilan. Dengan kata lain bakat harus disemaikan, diwujudkan, dan dikembangkan.
Berdasarkan referensi, ada beberapa jenis bakat:
1) Bakat verbal, yaitu bakat tentang konsep-konsep yang diungkapkan dalam bentuk
kata-kata.
2) Bakat numerikal, yaitu bakat tentang konsep-konsep yang diungkapkan dalam bentuk
angka.
3) Bakat skolastik, yaitu bakat kombinasi kata-kata dan angka-angka.
4) Bakat abstrak yaitu, bakat yang bukan kata maupun angka, tetapi berbentuk pola,
rancangan, ukuran-ukuran, bentuk-bentuk dan posisi-posisinya.
5) Bakat mekanik, yaitu bakat tentang prinsip-prinsip umum IPA, tata kerja mesin,
perkakas dan alat-alat lain.
6) Bakat relasi ruang, yaitu bakat untuk mengamati, mencritakan pola dua dimensi atau
berpikir dalam 3 dimensi.
7) Bakat kecepatan ketelitian klerikal, yaitu bakat tentang tugas tulis menulis, ramumeramu untuk laboratorium, kantor dan lain-lain.
8) Bakat bahasa, yaitu bakat penalaran analisis bahasa, misalnya untuk jurnalistik,
stenografi, penyiaran, editing, hukum, pramuniaga dan lain-lain.
Ketiga, minat yang merupakan kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan
yang besar terhadap sesuatu. Minat ikut menentukan tinggi rendahnya kualitas pencapaian
hasil belajar siswa. Minat bukanlah suatu yang statis atau terhenti. Tetapi dinamis dan
mengalami pasang surut. Minat bersifat dapat dipelajari, maksudnya sesuatu yang semula
tidak disukai dapat berubah menjadi diminati karena masukan-masukan tertentu. Ini berarti
materi (mata pelajaran tertentu) yang semula tidak disukai bisa berubah menjadi mata
pelajaran yang disukai kalau ada perubahan masukan. Ada dua jenis minat:
1) Minat vokasional merujuk pada bidang-bidang pekerjaan. Minat vokasional terdiri
dari 3 kelompok, yaitu:
a. Minat profesional: minat keilmuan, seni dan kesejahteraan sosial.
b. Minat komersial: minat pada pekerjaan dunia usaha, jual beli, periklanan,
akuntasi, kesekretariatan dan lain-lain.
c. Minat kegiatan fisik: mekanik, kegiatan luar, aviasi atau penerbangan dan lainlain.
2) Minat avokasional, yaitu minat untuk memperoleh kepuasan atau hobi misalnya
petualangan, hiburan, apresiasi, artistik, ketelitian dan lain-lain.
Minat dapat membangkitkan kekuatan yang luar biasa. Sesuatu yang berat akan terasa ringan
kalau sudah timbul minat. Untuk menumbuhkan minat dalam kegiatan belajar akan sangat
menguntungkan.
Berdasarkan pemaparan diatas, kita dapat mengetahui bahwa BK dan pengembangan diri
siswa memiliki peranan penting dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Namun
pada kenyataannya, masih banyak orang yang tidak paham tentang pentingnya BK dan
pengembangan diri siswa. Beberapa orang berpendapat bahwa siswa yang berhubungan
dengan BK adalah siswa yang bermasalah. Padahal, BK selalu terbuka bukan hanya siswa
yang bermasalah, tetapi BK juga terbuka dan siap melayani siswa yang memiliki kemauan
yang kuat, potensi yang besar dan prestasi yang bagus.
Setiap sekolah idealnya wajib memiliki BK dan pengembangan diri siswa. Hal ini
berbeda dengan kenyataan yang terjadi di lapangan. Banyak sekolah yang tidak mengerti
konsep BK dan pengembangan diri siswa sehingga sekolah tersebut tidak memiliki fasilitas
BK. Masih banyak guru yang menganggap bahwa BK itu tidak penting. Seperti madrasah
yang saya amati. Di madrasah tersebut tidak ada layanan BK. Hasil wawancara dengan guru
di madrasah tersebut menyebutkan bahwa layanan BK akan ada jika ada siswa yang
bermasalah. Masalah siswa itu pun diselesaikan bukan dengan guru yang ahli di bidag BK
atau guru BK, tetapi diselesaikan oleh guru kelas yang tidak mengerti sepenuhnya tentang
BK dan pengembangan diri siswa.
pasal 50 (1) Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan
prinsip manajemen berbasis sekolah/madrasah MBS merupakan paradigma baru
pendidikan yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah dengan maksud agar
sekolah leluasa mengelola sumber daya dan sumber dana dengan mengalokasikannya
sesuai dengan prioritas kebutuhan sekolah. Dengan demikian tanggungjawab pengelolaan
pendidikan bukan hanya oleh pemerintah tapi juga oleh sekolah dan masyarakat dalam
rangka mendekatkan pengambilam keputusan ketingkat grassroots (yang paling dekat
dengan peserta didik) . Bagaimana Penerapannya di Indonesia? Ada tiga pilar MBS yang
dapat dijadikan patokan untuk menilai implementasi MBS yang dilaksanakan oleh sekolah
di Indonesia yaitu: Manajemen Sekolah, Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan, dan Peran Serta Masyarakat
Manajemen Sekolah
Penerapan manajemen sekolah pada umumnya sudah dapat diterapkan dengan baik
oleh sebagian sekolah terutama sekolah sekolah perkotaan yang sudah memiliki SDM
yang memadai baik secara kualifikasi maupun kompetensi. Namun pada sisi lain masih
banyak sekolah terutama kepala sekolah belum dapat mengelola sekolahnya dengan baik
misalnya dalam hal berkomunikasi dan berkoodinasi dengan semua warga sekolah dan
masyarakat. Indikasinya terlihat masih banyak warga sekolah dan masyarakat yang tidak
tahu program sekolah dan penggunaan dana sekolah baik yang bersumber dari BOS untuk
SD dan SMP maupun dari komite (masyarakat) untuk SMA/SMK. Program sekolah dan
penggunaan dana tidak disosialisakan dengan transparan dan akuntabel. Sehingga sering
menimbulkan kecurigaan diantara warga sekolah. Sebagai dampaknya guru dan staff serta
masyarakat kurang antusias untuk mendukung program sekolah.
Dalam hal peningkatan kualitas tenaga pendidik dan kependidikan misalnya masih banyak
kepala sekolah yang hanya menunggu bila ada program pelatihan dari pemerintah.
Semestinya peningkatan kualitas tenaga pendidik dan kependidikan ini dapat dilakukan
oleh sekolah secara mandiri misalnya dengan memberdayakan rekan sejawat (guru, kepala
sekolah,dan pengawas sekolah) untuk saling berbagi. Dengan sering diadakannya sharing
antar teman sejawat diharapkan akan timbul semangat untuk berinovasi dan
berimprovisasi yang akan melahirkan kreatifitas.
Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif & Menyenangkan
Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan kominikasi dewasa ini, warga
sekolah terutama guru dan siswa akan sangat terbantu dalam mengembangkan dan
mempunyai maksud yang sama untuk mencapai pendidikan yang berkualitas, maka MBS
ini dapat diterapkan dengan baik dan dihantarkan sampai ke tujuan. Semoga.