BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.3 Vena-vena rektum dilihat dari anterior (Sumber: Netter FH. Atlas of
Human Anatomy 6th edition, 2014)
Hemoroid diklasifikasikan berdasarkan letaknya dalam kanalis ani dan
linea dentate yang merupakan batas anatomi dan histologi. Hemoroid externa
berada di sebelah distal linea dentata, di atasnya dapat diklasifikasikan sebagai
hemoroid interna (Odze RD, 2009)
Hemoroid interna adalah pelebaran pleksus hemoroidalis internus dan
diliputi oleh mukosa. Cabang-cabang vena ini terletak pada kolum analis pada
posisi jam 3, 7, dan 11 bila dilihat pada pasien dalam posisi litotomi (Riwanto Ign,
2010).
Hemoroid externa adalah pelebaran plexus hemoroidalis eksterna yang
terletak pada pinggir anus. Hemoroid ini diliputi kulit dan sering dikaitkan dengan
hemoroid interna yang sudah ada. Penting pada klinis terjadi ruptur cabangcabang vena rectalis inferior, disertai bekuan kecil darah pada jaringan submukosa
dekat anus. Pembengkakan ini disebut trombosis hemoroid externa/hematoma
perianal. Bentuk ini sering sangat nyeri dan gatal karena ujung saraf pada kulit
merupakan reseptor nyeri (Riwanto Ign, 2010).
Rektum dipersarafi oleh saraf simpatik dan parasimpatik. Otot spincter
eksterna dan levator ani dipersarafi oleh cabang rectalis inferior dari nervus
pudenda interna (S2, S3, S4). Ada 2 tipe saraf pada kanalis ani, yaitu saraf
visceral yang terletak superior dari linea dentata dan saraf somatic yang terletak
inferior dari linea dentata. Inferior dari linea dentate serta sensasi kutaneus
terhadap rasa panas, dingin, nyeri dan perabaan dipersarafi oleh serabut aferens
nervus rectum inferior. Superior dari linea dentate serta senasi tumpul yang
lemah, dirasakan saat mukosa ditekan atau saat hemoroid interna dilegasi. Hal ini
karena adanya rangsangan pada sebut saraf parasimpatik. Oleh karena itu,
hemoroid interna yang berada superior dari linea dentate biasanya tanpa rasa sakit
(Lindseth G, 2006; Lowry, 2005). Sistem inervasi dari anorektum dapat dilihat
pada gambar di bawah ini:
Gambar 2.4 Inervasi anorektum dilihat dari anterior (Sumber: Grants Atlas of
Anatomy 12th Edition, 2009).
Proses defekasi diawali dengan adanya mass movement dari usus besar
desenden yang mendorong tinja ke dalam rektum. Mass movement timbul 15
menit setelah makan dan hanya terjadi beberapa kali dalam sehari. Adanya tinja
dalam rektum menyebabkan peregangan rektum yang menimbulkan rangsangan
sensoris pada dinding usus dan pelvis, sehingga menimbulkan gelombang
peristaltik pada usus besar desenden, sigmoid, dan rektum, mendorong tinja
yang menyebabkan susahnya buang air besar juga dapat digolongkan sebagai
faktor predisposisi seperti makanan yang kurang serat yang dapat mengakibatkan
feses keras sehingga sulit dikeluarkan (Simadibrata M, 2006).
10
garis mukokutan ( linea dentate ) di dalam jaringan di bawah epitel anus. Plexus
hemorroidalis eksterna mengalirkan darah dari daerah perineum dan lipatan paha
ke peredaran darah sistemik melalui vena illiaka.
Primer
o Keturunan, karena dinding pembuluh darah yang lemah dan tipis.
o Anatomik dan fisiologi. Vena daerah anorektal tidak mempunyai
katup dan pleksus hemoroidalis kurang mendapat sokongan otot
dan vasa sekitarnya sehingga memudahkan timbulnya timbunan
darah.
o Kelemahan dari tonus sphincter ani
Sekunder
o Pekerjaan. Orang yang harus berdiri atau duduk lama, atau harus
mengangkat
barang
berat,
mempunyai
predisposisi
untuk
hemoroid.
o Umur. Pada umur tua timbul degenerasi dari seluruh jaringan
tubuh, juga otot sfingter menjadi tipis dan atonis.
o Endokrin, misalnya pada wanita hamil ada dilatasi vena
ekstremitas dan anus (sekresi hormon relaksin) yang dapat
melemahkan dinding vena di bagian anus.
o Mekanis. Semua keadaan yang mengakibatkan timbulnya tekanan
yang meninggi dalam rongga perut, misalnya penderita hipertrofi
prostat.
o Pola makan. Diet tinggi serat, seperti buah dan sayur, cukup
minum air putih, hindari makanan pedas akan menurunkan angka
kejadian hemoroid.
o Pola defekasi. Kebiasaan mengejan saat defekasi, kebiasaan
defekasi dengan berlama lama sambil membaca, sering diare,
sering konstipasi akan meningkatkan angka kejadian hemoroid.
11
Derajat I :
-
12
Derajat II :
-
Derajat III :
-
Terjadi prolaps hemoroid yang tidak dapat masuk sendiri jadi harus
didorong dengan jari ( reposisi manual )
Derajat IV :
-
Tabel 2.1 Derajat Hemoroid Interna (Sumber: Buku Ajar Ilmu Bedah Ed 3, 2010)
Derajat
Berdarah
Prolaps
Reposisi
II
Spontan
III
Manual
IV
Tetap
irreponibel
13
disertai penyulit seperti infeksi, abses perianal. Sedangkan pada penderita bentuk
skin tags tidak mempunyai keluhan, kecuali kalau ada ulcerasi dan infeksi.
2.5.3 Gabungan hemoroid interna dan eksterna
Berasal dari pelebaran plexus hemorroidalis interna dan plexus
hemorroidalis eksterna. Gabungan hemoroid interna dan eksterna ini biasanya
terletak di atas dan di bawah linea dentate. Hemoroid ini sering ditemukan saat
pemeriksaan colok dubur. Perbedaan gambaran hemoroid interna dan eksterna
dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
14
2.6 Manifestasi Klinis Hemoroid (Riwanto Ign, 2010; Thornton, SC, 2013)
-
15
ini perlu didorong kembali setelah defekasi agar masuk kembali ke dalam
anus. Pada akhirnya hemoroid dapat berlanjut menjadi bentuk yang
mengalami prolaps menetap dan tidak bisa didorong masuk lagi.
Keluarnya mukus dan terdapatnya faeces pada pakaian dalam merupakan
ciri hemoroid yang mengalami prolaps menetap. Harus dapat dibedakan
dengan thrombosis perianal, skin tag yang edema, hipertrofi papilla anus
dan polip rektum.
-
Gejala iritasi. Iritasi kulit perianal dapat menimbulkan rasa gatal yang
dikenal sebagai pruritus anus dan ini disebabkan oleh kelembaban yang
terus menerus dan rangsangan mukus. Sekresi dari mukosa anus disertai
perdarahan merupakan tanda hemoroid interna, yang sering mengotori
pakaian dalam, bahkan dapat menimbulkan maserasi kulit. Skin tags
merupakan tanda pernah terjadinya episode komplikasi thrombosis
hemoroid interna. Pruritus ani sebenarnya bukan akibat dari wasir. Rasa
gatal bisa terjadi karena sulit untuk menjaga kebersihan di daerah yang
terasa nyeri. Pruritus ani yang timbul bisa juga disebabkan karena iritasi
kulit perianal oleh karena kelembaban yang terus menerus dan rangsangan
anus. (itching and pruritus)
Nyeri. Nyeri dan rasa tidak nyaman timbul bila ada komplikasi berupa
prolaps, thrombosis, atau akibat penyakit lain yang menyertai seperti fisura
ani, abses dan keganasan. Puncak nyeri biasanya timbul setelah defekasi.
16
Anamnesis
Hemoroid
interna
yang
terus
menerus
akibat
17
rangsangan mucous.
Hemoroid
eksterna
2.7.2
18
Kelainan anorectal lainnya, misalnya fisura ani, fistel ani dan lain
lain
Pemeriksaan colok dubur sulit untuk dapat meraba adanya hemoroid
19
2.7.3
20
21
pemeriksaan, tidak ada kelainan yang dapat ditunjukkan dan hanya tampak
apabila penderita mengejan pada posisi duduk seperti pada waktu defekasi.
Didapatkan permukaan mukosa dengan rugae. Didapatkan pula discharge
mucous dan inkontinensia. Bentuknya sirkumferensial (Elliot M, 2013).
22
Berupa perbaikan pola hidup perbaikan pola makan dan minum, perbaiki
pola atau cara defekasi. Memperbaiki defekasi merupakan pengobatan
yang harus selalu ada dalam setiap bentuk derajat hemoroid. Perbaikan
defekasi disebut Bowel Managemet Program (BMP) yang terdiri dari diit,
cairan serat tambahan, pelicin feses, dan perubahan perilaku perubahan air
besar. Untuk memperbaiki defekasi dianjurkan menggunakan posisi
jongkok (squatting) sewaktu defekasi. Mengedan dan konstipasi akan
23
Bertujuan memperbaiki
24
Operatif
25
Infeksi. Apabila hemoroid keluar, dan tidak dapat masuk lagi ( inkarserata
/ terjepit ) akan mudah terjadi infeksi yang dapat menyebabkan sepsis
Laserasi yang terjadi pada plexus hemorroidalis tersebut dapat terinfeksi
oleh kuman kuman yang banyak terdapat dalam kanalis analis tersebut.
Infeksi yang berat dapat menyebabkan sepsis perianal dan bisa
mengakibatkan kematian.
26
27
BAB 3
TINJAUAN KASUS
1. Identitas
a. Nama
: Anwar Latif
b. Umur
: 28 Tahun
c. Jenis kelamin
: laki laki
d. Pekerjaan
e. Alamat
RT/RW : 5/3
No : 24
Kec
f.
Pendidikan
: Benjeng
: Sarjana
g. Suku
: Jawa
h. No. Telefon
: 082131380396
i.
: 7 Juni 2014
Tggl Pem
Kab : Gresik
2. Anamnesis
a. Keluhan Utama
Berak bercampur darah segar dirasakan sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit.
feses berkonsistensi lunak (tidak cair) disertai darah segar yang dirasakan
menyembur keluar dari dalam anus dengan volume sekitar 5 CC setiap kali buang
air besar. Darah keluar dari anus tanpa di sertai rasa nyeri. Pada anus didapatkan
masa yang keuar dari dalam anus namun dapat masuk kembali ke dalam anus
apabila mendapat dorongan menggunakan jari.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
berada di anus. Terkadang keluar darah dari benjolan tersebut saat di gunakan
untuk duduk. Telah coba diobati, namun lupa dengan nama obat, dan keluhan
28
dan jarang makanan berserat sehingga sering kesulitan saat buang air besar.
Pekerjaan pasien di Rumah Sakit cenderung menuntut pasien untuk lebih banyak
berdiri.
3. Status Generalis
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran/GCS : Composmentis/456
c. TTV
i. TD : 120/80 mmHg
ii. N : 74 x/menit
iii. RR : 20 x/menit
iv. T
: 36,3 C
d. Kepala/Leher
: A/I/C/D : -/-/-/-
e. Thorax:
i. Pulmo :
I : Flat, Meterorismus
P : gerak dada simetris, stem fremitus N
P : Sonor
A : Vesikuler Rh-, Whii. Cor:
I : Ictus Cordis tidak tampak
P : Ictus Cordis tidak teraba
29
Abdomen:
I : cembung, undistended
A : Bisisng Usus + Normal
P : tymphani
P : nyeri tekan (-), H/L : tidak teraba
g. Ekstremitas :
Akral hangat +|+
+|+
4. Status lokalis
a. Regio
: Perianal
b. Inspeksi
c. Palpasi
d. Perkusi
:-
e. Auskultasi
:-
f.
Rectal Toucher : Tonus sphincter ani (+) N, mukosa licin, ampula recti tidak
kolaps, hemorhoid interna (+)
5. Assesment
Hemmorhoid Interna Grade III
6. Planing Diagnosis
Anoscopy
7. Planing Therapy
Pro Operasi Hemmoroidectomy
8. Planing Monitoring
a. Keluhan Pasien
b. Tanda- tanda vital
30
c. Perdarahan Post Op
9. Planing Education
Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit, terapi, dan komplikasi yang akan timbul.
Serta memberi saran kepada pasien agar Memperbanyak serat dalam diet, mengurangi
waktu yang dibutuhkan untuk buang air besar, sehingga mengurangi lama waktu
mengejan dalam posisi jongkok dengan tujuan mencegah kekambuhan hemoroid.
31
DAFTAR PUSTAKA
SC,
2013,
Hemorrhoids,
In:
Geibel
J,
eds,
Medscape,
http://emedicine.medscape.com/article/775407-overview#showall,
diakses pada tanggal 30 Mei 2014.
32