SIFAT PROTEIN
Ishmah Atsilah
D24120103
P1/ 3
PENDAHULUAN
Latar belakang
Protein disusun oleh beberapa ikatan asam amino. Protein disebut juga
polypeptide karena beberapa asam amino saling berikatan dalam ikatan peptide.
Protein merupakan salah satu senyawa organik yang mengandung unsur karbon,
oksigen, dan hidrogen seperti karbohidrat dan lipid, protein juga mengandung unsur
nitrogen. Protein juga mengandung sulfur dan fosfor. Protein dalam tubuh hewan
hampir 50 % dari bobot kering tubuh. Protein juga banyak ditemukan di semua
bagian sel dan berfungsi sebagai struktur sel, antibodi, enzim, hormon dan protein
tubuh.
Protein adalah senyawa kompleks yang memiliki berat molekul tinggi, dan di
alam kisaran bobot molekul protein sangat luas dan dipengaruhi oleh struktur
molekul dan kompleksitas struktur molekul protein. Molekul protein merupakan
polimer dari beberapa asam amino yang digabungkan dengan ikatan peptida. Protein
memiliki sifat fisik yang beraneka ragam, seperti protein yang mudah larut yaitu
enzim, ada juga protein yang sulit larut seperti keratin. Struktur dan sifat protein
tergantung kepada rangkaian asam amino di dalam polipeptida. Kelarutan protein
dapat berubah, yaitu dengan penambahan formaldehyd yang menyebabkan
terbentuknya bahan yang agak keras seperti gumpalan. Hal ini digunakan untuk
melindungi protein pakan agar tidak didegradasi oleh mikroba atau mikroorganisme
lain dalam rumen, dan metode ini disebut dengan bypass protein. Di dalam
praktikum ini akan dipelajari beberapa sifat protein.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari sifat-sifat protein diantaranya
yaitu sifat koagulasi, sifat amfoter, dan sifat reversible protein.
TINJAUAN PUSTAKA
Protein
Nama protein berasal dari bahasa Yunani (Greek). Primary , holding first
place yang berarti menduduki tempat yang utama. Mulder, seorang ahli kimia
Belanda, mengisolasi susunan tubuh yang mengandung nitrogen dan menamakannya
protein yang disusun oleh asam-asam amino.
Protein disusun dari beberapa unsur-unsur organik diantaranya yaitu
karbohidrat dan lemak yang terdiri dari unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen
namun ditambah dengan unsur lain yaitu nitrogen. Beberapa protein juga
mengandung unsur mineral yaitu fosfor, sulfur dan zat besi.
Molekul-molekul protein terdiri dari susunan asam-asam amino yang saling
berhubungan dengan suatu ikatan yang disebut ikatan peptida (-CHON-). Satu
molekul protein terdiri dari 12 sampai 18 macam asam amino dan dapat mencapai
jumlah ratusan asam amino.
Sifat Amfoter
Protein merupakan molekul yang sangat besar, sehingga mudah sekali untuk
mengalami perubahan bentuk fisik maupun aktivitas biologis. Banyak faktor yang
menyebabkan perubahan sifat alamiah protein misalnya : panas, asam basa, pelarut
organik, pH, garam, logam berat, maupun sinar radioaktif. Perubahan sifat fisik yang
mudah diamati adalah terjadinya pemadatan.
Ada protein yang larut dalam air, ada pula yang tidak larut dalam air, tetapi
semua protein tidak larut dalam pelarut lemak seperti etil eter. Daya larut protein
akan berkurang jika ditambahkan garam, akibatnya protein akan terpisah sebagai
endapan. Apabila protein dipanaskan atau ditambahkan alkohol, maka protein akan
menggumpal. Hal ini menyebabkan alkohol akan menarik mantel air yang
melindungi molekul-molekul protein. Adanya gugus amino dan karboksil bebas pada
ujung ujung rantai molekul protein, menyebabkan protein mempunyai banyak
muatan dan bersifat amfoter artinya ialah bahwa molekul tersebut dapat bereaksi
dengan asam maupun basa. Dalam larutan asam, gugus amino bereaksi dengan H+,
sehingga protein bermuatan positif dan molekul protein akan bergerak ke arah
katoda. Sebaliknya jika dalam kondisi larutan basa maka molekul protein akan
bereaksi sebagai asam atau bermuatan negatif, sehingga molekul protein akan
bergerak menuju anoda (Winarno, 1992).
Sifat Koagulasi atau Denaturasi
Denaturai protein merupakan suatu perubahan atau modifikasi terhadap
struktur sekunder, tersier, dan kuartener molekul protein tanpa terjadinya pemecahan
ikatan-ikatan kovalen. Oleh karena itu denaturasi protein bisa diartikan suatu proses
terpecahnya ikatan hidrogen, interaksi hidrofibik, ikatan garam dan terbukanya
lipatan molekul protein.(Sumardjo, 2008)
Koagulasi itu juga menyebabkan hilangnya aktivitas biokimia yang terjadi didalam
senyawa protein itu sendiri. Namun denaturasi juga tidak mempengaruhi kandungan
Protein susu kedelai mempunyai susunan asam amino yang mirip dengan
susu sapi sehingga dapat dijadikan pengganti susu sapi bagi mereka yang alergi
(lactose intolerance) atau bagi mereka yang tidak menyukai susu sapi. Komposisi
asam amino di dalam sari kedelai diantaranya yaitu nitrogen, isoleusin, leusin, lisin,
metionin, sisitin dan asam-asam amino lainnya.berdasarkan ketersediannya dalam
tubuh asam amino dibagi menjadi dua yaitu, asam amino essensial dan non essensial
dan pada sari kedelai ini mengandung kedelapan asam amino essensial yaitu lisin,
trptopan, fenilalanin, leusin, isoleusin, treonin, metionin dan valin.
Keterangan
+ : sedikit kuat ; ++ : agak kuat ; +++: sangat kuat ; : tidak ada endapan
b. Setelah dipanaskan
Parameter
Susu Murni
Susu Kedelai
Putih telur
Kekuatan
+
+
+++
Warna
Putih
Putih tulang
Putih
Endapan
Terbentuk endapan
Keterangan
+ : sedikit kuat ; ++ : agak kuat ; +++: sangat kuat ; : tidak ada endapan
Tabel 2. Reaksi dengan Formaldehyde
Tabung
ke-
Susu Murni
Sari Kedelai
Putih Telur
Parameter
1
Gumpalan
++
+++
+++
+++
++
++
++++
Kekentalan
++
++
++
+++
++
+++ ++++
+++
++++
Endapan
++
+++
+++
+++
+++
+++
Gumpalan
++
+++
+++
+++
++
++
++++
Kekentalan
++
++
++
+++
++
+++ ++++
+++
++++
Endapan
++
+++
+++
+++
+++
++++
++
Gumpalan
++
+++
+++
+++
++
++
++++
Kekentalan
++
++
++
+++
++
+++ ++++
+++
++++
Endapan
++
+++
+++
Gumpalan
+++
++
++
++++
Kekentalan
++
++
+++
Endapan
++
Gumpalan
+++
++
Kekentalan
++
++
+++
++
Endapan
Keterangan:
++
++
+++ ++++
+++ ++++
+
+++
++++
++++ ++++
++
++++
+++
++++
++++ ++++
Tetes ke1
Terdapat gumpalan,
mengental
3-5
Putih Telur
Susu Murni
Perubahan
cairan
putih
telur
mulai
Terdapat gumpalan
8-9
10
1-3
Terdapat gumpalan
7-8
9-55
56
1-4
Sari Kedelai
14
12
10
8
NaOH
6
HCl
4
2
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
Pembahasan
Proses pemanasan dapat menyebabkan kerusakan pada ikatan hidrogen dan
interaksi hidrofobik non polar. Hal ini dapat terjadi dikarenakan suhu tinggi dapat
meningkatkan energi kinetik yang membuat molekul penyusun protein bergerak
sangat cepat sehingga mengacaukan ikatan molekul tersebut. Pada pengamatan ini
telur mengalami denaturasi atau terkoagulasi.
Pengamatan yang kedua yaitu reaksi dengan menggunakan larutan
formaldehyd. Protein dapat mengendap dikarenakan beberapa faktor diantaranya
yaitu dengan penambahan larutan formaldehyde. Pengendapan protein dapat terjadi
karena asam-asam amino mengalami denaturasi akibat terjadi pemecahan ikatan
hidrogen, interaksi hidrofibik, ikatan garam dan terbukanya lipatan molekul protein
(Sumardjo, 2008). Perbedaan yang terjadi antara yang ditambahkan formaldehyd
dengan yang tidak maupun dipanaskan sangat terlihat jelas karena pada putih telur
dan sari kedelai setelah penambahan formaldehyd memiliki endapan yang sangat
banyak kecuali pada susu murni. Sedangkan setelah pemanasan putih telur dan sari
kedelai semakin banyak mengandung endapan dan terdapat gumpalan-gumpalan
yang sangat banyak juga.
Pengamatan yang ke tiga yaitu pengendapan protein dengan logam berat yang
dalam hal ini menggunakan larutan HgCl2 . Larutan HgCl2 ini bisa memutuskan
ikatan yang terbentuk amat kuat dan akan memutuskan jembatan garam, sehingga
protein mengalami denaturasi Pada pengamatan yang dilakukan terlihat bahwa
proses pengendapan yang terjadi cukup lama yaitu pada sari kedelai hal ini
menunjukkan bahwa pada sari kedelai kandungan proteinnya sangat tinggi
dibandingkan dengan susu murni karena sari kedelai mempunyai ikatan asam-asam
amino yang lengkap seperti asam amino essensial maupun yang non essensial oleh
karena itu struktur proteinnya sulit untuk dipecah karena ada ikatan yang sangat kuat
antar asam-asam aminonya. Penambahan HgCl2 ini juga menyebabkan partikelpartikel protein tersebut bersifat netral dan membentuk endapan karena adanya gaya
grafitasi.Reaksi penggumpalan atau pengendapan protein bersifat reversible dan
irreversible yaitu dapat kembali ke bentuk semula atau tidak.
Pengamatan yang terakhir ialah sifat amfoter pada protein, sifat amfoter
merupakan kumpulan gugus amino dan karboksil bebas pada ujung-ujung rantai
molekul protein,menyebabkan protein mempunyai banyak muatan (polielektrolit)
dan bersifat amfoter (dapat bereaksi dengan asam maupun basa). Seperti asam
amino, protein yang larut dalam air akan membentuk ion yang mempunyai muatan
positif dan negatif. Dalam suasana asam molekul protein akan membentuk ion
positif,sedangkan dalam suasana basa akan membentuk ion negatif. Pada titik
isolistrik protein mempunyai muatan positif dan negatif yang sama, sehingga tidak
bergerak ke arah elektroda positif maupun negatif apabila ditempatkan di antara
kedua elektroda tersebut (Winarno 2002)
KESIMPULAN
Protein merupakan senyawa organik yang mengandung unsur karbon,
oksigen, dan hidrogen. Struktur penyusun protein dapat merubah sifat fisik maupun
kimiawi protein karena adanya pemanasan ataupun penambahan larutan-larutan asam
maupun basa dan pengendapan dengan menggunakan logam berat. Protein juga
memiliki bebrapa sifat diantaranya yaitu sifat koagulasi, sifat amfoter dan sifat
reversible. Dalam pengamatan ini dapat disimpulkan bahwa pemanasan akan
menyebabkan protein sukar larut dalam air dan penambahan logam berat akan
mengurangi daya larut protein. Dan penambahan larutan formaldehyd dapat merubah
keadaan fisik telur sehingga terjadi perubahan struktur dari protein.
DAFTAR PUSTAKA
Ratnasari. 2007. Perubahan Mutu Protein Putih Telur Ayam Ras yang Diakibatkan
Proses Pembuatan Minuman Effervescent. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Standar Nasional Indonesia. 1998. Susu Murni.SNI 01-3141-1998
Suhardjo. 2006. PRINSIP-PRINSIP ILMU GIZI :Yogyakarta; Kanisius
Sumardjo Damin. 2006. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Winarno, F. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Bogor : MBrio Press
Winarno, F. G., 2002. Kimia Pangan dan Gizi, Jakarta; Gramedia
Yuwanto, T. 2010. Pemanfaatan Kerabang Telur. Program Studi Ilmu dan Industri
Peternakan, Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada. Yogyakarta