Disusun oleh:
Ahmad Faiz Adnan
3332051032
yang dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana Teknik pada
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa,
sejauh yang saya ketahui bukan merupakan tiruan atau duplikasi dari skripsi yang
sudah dipublikasikan dan atau pernah dipakai untuk mendapatkan gelar
kesarjanaan di lingkungan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa maupun di
Perguruan Tinggi atau instansi manapun, kecuali bagian yang sumber
informasinya dicantumkan sebagaimana mestinya.
ii
PENGESAHAN PEMBIMBING
Pembimbing I
Pembimbing II
Muhammad Otong, ST
NIP. 197203192005011001
Mengetahui
Ketua Jurusan Teknik Elektro
iii
PENGESAHAN PENGUJIAN
Penguji I
Penguji II
Penguji III
Supriyanto, ST.,M.Sc.
NIP. 195911202003121001
NIP. 132282205
NIP. 197605082003121002
iv
KATA PENGANTAR
7. Teh Yunita yang selalu memberikan semangat, motivasi dan tempat curhat
selama pengerjaan skripsi. Teh Tika yang selalu menanyakan kapan
lulus.
8. Sahabat yang selalu menemani, Whisnu B, Jawa (Akhmad Zaeni M), Fikri
(yang selalu menanyakan progress skripsi di setiap pagi), Mamat, Agi W,
Eko S, Aziz E, Erpin S.
9. Kawan-kawan seperjuangan Teknik Elektro angkatan 2005 yang selalu
kompak,.
10. Ukhti Nismah Maulida, akh Khoirul, akh Rusli, akh Waluyo dan semua
sahabat ETOS ITS yang telah banyak membantu selama berada di ITS.
11. Didin, Ukhti Zakiah Nurul Fauzi (Aulia qq), Riya Safariyah, Maya
Anggraeni, Laili Puspitasari, Halida Windhya Setiawan, Lailatul
Masyrifah yang selalu menyemangati untuk segera lulus.
Penulis menyadari penelitian skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik berbagai pihak demi
kesempurnaan skripsi ini.
Terima kasih.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
vi
ABSTRAK
Energi listrik yang digunakan dalam Electric Arc Furnace ( EAF) industri
peleburan biji besi baja dan scrap relatif besar, dan tidak stabil sesuai dengan
kondisi sentuhan elektroda-elektroda dengan bahan (biji besi dan scrap),
sehingga sering menyebabkan terganggunya sistem kelistrikan.
Dalam mengatasi permasalahan yang ditimbulkan dari busur listrik yang
terjadi, perkembangan dibidang elektronika daya telah melahirkan teknologi
Flexible AC Transmission System (FACTS), dimana FACTS dapat meningkatkan
kemampuan kontrol dan menaikkan kapasitas penyaluran daya pada sistem
transmisi daya AC dan salah satu peralatan dari FACTS adalah Static
Synchronous Compensator (STATCOM). Dengan memanfaatkan teori aliran daya
kompleks dimana dengan mengatur nilai tegangan untuk mengatur daya reaktif
maka STATCOM mengontrol nilai tegangan sistem sehingga dapat menyuplai
atau menyerap daya reaktif untuk mengurangi gangguan yang terjadi pada
sistem.
Dengan STATCOM yang dipasang secara paralel terhadap sistem akan
menghasilkan tegangan AC untuk mensuplai sistem. Pada kondisi tanpa
kompensasi, daya reaktif yang mengalir di sistem adalah sebesar 43 Mvar
kapasitif dan tegangan sistem mengalami penurunan menjadi 29.004 kV (0.9668
pu) dari nilai referensi sebesar 30 kV, dan pada kondisi kompensator STATCOM
diaktifkan, daya reaktif yang mengalir disistem adalah sebesar 18 Mvar kapasitif,
dengan besar daya reaktif yang dibangkitkan oleh STATCOM adalah 25 Mvar,
dan tegangan sistem menjadi 29.232 kV (0.9744 pu).
Kemampuan STATCOM dalam mengkompensasi didapat dari pengontrolan
yang terus menerus terhadap tegangan sistem, sehingga memungkinkan
STATCOM bekerja pada kondisi induktif (menyerap daya reaktif) dan kapasitif
(membangkitkan daya reaktif).
Kata Kunci : EAF, FACTS, Static Synchronous Compensator (STATCOM),
Daya Reaktif
vii
ABSTRACT
Electrical energy used in Electric Arc Furnace (EAF) steel iron ore
smelting industry and the scrap is relatively large, and unstable in accordance
with the conditions of the electrodes touch with the material (iron ore and scrap),
thus often causing disturbance in the electrical system.
In overcoming problems caused by electrical arc occurred, developments
in the field of power electronics technology has spawned the Flexible AC
Transmission System (FACTS), where the FACTS can improve control and
increase power supply capacity of the AC transmission systems and equipment
from one of the FACTS is Static Synchronous Compensator (STATCOM). By
utilizing the theory of complex power flow where the set value of voltage to
regulate the STATCOM reactive power control voltage value so that the system
can supply or absorb reactive power to reduce the disruption that occurred in the
system.
With STATCOM installed in parallel to the system produces an AC
voltage for supplying the system. In conditions without compensation, reactive
power flow in the system amounted to 43 MVar capacitive and voltage system
decreased to 29 004 kV (0.9668 pu) from the reference value of 30 kV, and the
condition of STATCOM compensator is activated, the reactive power that flows in
system amounted to 18 MVar capacitive, with a large reactive power generated
by the STATCOM is MVar 25, and 29 232 kV system voltage becomes (0.9744
pu).
STATCOM in compensating ability is obtained from the continuous
control of system voltage, enabling the STATCOM in inductive conditions
(absorbing reactive power) and capacitive (generating reactive power).
Key word : EAF, FACTS, Static Synchronous Compensator (STATCOM),
Daya Reaktif
viii
DAFTAR ISI
ix
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
Waktu,
merupakan sumber daya cuma-cuma, namun sangat berharga.
Anda tidak dapat memilikinya, namun dapat menggunakannya.
Tidak bisa menyimpannya, namun dapat menghabiskannya.
Sekali membuangnya sia-sia, Anda tidak bisa mendapatkannya
kembali
BAB I
PENDAHULUAN
daya untuk mengontrol aliran tegangan. Dan salah satu peralatan dari FACTS
adalah
Static
Synchronous
Compensator
(STATCOM),
yang
dalam
reaktif
yang
dapat
di
kompensasi
oleh
STATCOM
terhadap
PENDAHULUAN
penentuan
jatuh tegangan
yang diakibatkan
BAB II
LANDASAN TEORI
S
Q
dengan :
S
: Daya semu
: Daya aktif
: Daya reaktif
Dari segitiga daya diatas, secara matematis ketiga daya (daya aktif, daya
reaktif dan daya semu) dapat dituliskan kedalam bentuk matematis sebagai
berikut :
S = P + jQ = VI
(VA)
(2.1)
Q = VI Sin
(Var)
(2.2)
P = VI Cos
(Watt)
(2.3)
Faktor daya ini selalu lebih kecil atau sama dengan satu.
(2.4)
C
Load
Generator
Step Up
Transformer
Step Down
Transformer
Atau dalam bentuk rangkaian listriknya seperti pada gambar 2.3 dimana
dua sumber tegangan dianggap ideal dan terhubung dengan saluran impedansi
, maka tegangan phasa masing-masing sumber tegangan atau
terminal adalah :
||
I12
V1
V2
Tegangan phasa ! |! |"! dan # |# |"#. Karena arah arus, I12,
diasumsikan dari V1 ke V2 :
!#
|$% |
|)|
"! +
|$(|
|)|
"# +
(2. 5)
|)|
+
|$% ||$( |
|)|
|$( |
|)|
+ "# /
"! + "#
(2. 6)
Dengan begitu, daya aktif dan daya reaktif pada akhir pengiriman
adalah :
!#
|$% |(
|)|
cos +
|$% ||$( |
(2. 7)
5!#
|$% |(
|)|
|)|
sin +
|$% ||$( |
|)|
(2. 8)
!#
5!#
|$% ||$( |
>
|$% |
>
(2.9)
(2.10)
Karena R = 0, maka tidak ada rugi-rugi pada saluran transmisi dan daya
aktif yang terkirim sama dengan daya aktif yang diterima.
Dari hasil diatas, untuk sebuah tipe sistem daya dengan rasio R/X yang
kecil, maka :
10
Dari persamaan 2.9 terlihat bahwa dengan perubahan kecil pada nilai
"! atau "# akan mendapatkan suatu efek yang signifikan pada aliran
daya aktif, akan tetapi perubahan kecil pada nilai magnitud tegangan
tidak akan mengakibatkan efek perubahan pada aliran daya aktif.
Oleh karena itu, aliran daya aktif pada saluran transmisi sebagian
besar dibangkitkan oleh perbedaan sudut phasa pada tegangan
terminal (yaitu !# A sin "), dimana " "! + "# .
Jika V1
mendahului V2, " adalah positif dan aliran daya aktif dari titik 1 ke
titik 2. Jika V1 tertinggal dari V2, " adalah negatif dan aliran daya
aktif dari titik 2 ke titik 1.
-
11
XT
(a)
+
VB
IS
VS
+
VS
VB
VB - VS
IS
XT
(b)
+
VB
IS
+
VS
IS
VB
VS
VB - VS
12
Power
System
V1
VSC
P, Q
V1
Vdc
V2
V2
VSC
Saat operasi steady state, tegangan V2 dibangkitkan oleh VSC yang sefase
dengan V1, sehingga hanya daya reaktif saja yang mengalir (P=0). Jika V2 adalah
lebih rendah dari V1, daya reaktif (Q) mengalir dari V1 ke V2 (STATCOM
menyerap daya reaktif). Sebaliknya, jika V2 adalah lebih tinggi dari V1, daya
reaktif (Q) mengalir dari V2 ke V1 (STATCOM membangkitkan daya reaktif).
Besarnya daya reaktif dihitung dalam bentuk dq0 (akan dijelaskan pada sub bab
2.4) , yang diberikan oleh :
Q = (Vq*Id) (Vd*Iq)
dengan :
Vq
Vd
Iq
Id
(2.11)
13
14
System bus
VAC
Coupling
Transformer
I
Vs
DC-AC
Switching
Converter
C
VDC
tegangan
V2
adalah
proporsional
terhadap
VDC.
15
teknik
Pulse-Width
Modulation
(PWM)
untuk
16
g1
Q1
D1
g3
Q3
D3
g5
Q5
D5
VDC
ia
g4
Q4
D4
g6
Q6
D6
g2
Q2
D2
R
n
R
ib
ic
17
g1
0
0
g2
0
0
g3
0
0
g4
0
0
g5
4
0
0
g6
4
0
0
B
3
2B
3
18
Vab
VDC
0
-VDC
t
Vbc
VDC
0
-VDC
t
Vca
VDC
0
-VDC
2B
3
t
2
i1
R
VDC
R
b
Gambar 2.10. Rangkaian Ekivalen VSC 6 Pulsa Untuk Urutan
Penyalaan Thyristor 1-5-6 Yang ON
19
R
n
VDC
i2
R
a
i3
R
b
VDC
R
c
Gambar 2.12. Rangkaian Ekivalen VSC 6 Pulsa Untuk Urutan
Penyalaan Thyristor 1-2-3 Yang ON
Berikut ini tegangan line to neutral dari rangkaian ekivalen urutan 1-5-6
I
untuk E F GH F
L
K
9!
$NO
LPQ
ML
#$NO
RS RTS
(2.13)
ML
% L
#
(2.12)
U
#
(2.14)
(2.15)
20
dengan :
R
: Hambatan (ohm)
Req
i1
van
vbn
vcn
VDC
Berikut ini tegangan line to neutral dari rangkaian ekivalen urutan 1-2-6
untuk
I
J
F GH F
WI
K
9#
$NO
LPQ
ML
(2.16)
#$NO
(2.17)
ML
#
'(L
RVS RTS
(2.18)
!
+ U
M
(2.19)
Berikut ini tegangan line to neutral dari rangkaian ekivalen urutan 1-2-3
untuk
WI
J
K
9M
$NO
LPQ
ML
#$NO
(2.21)
ML
RS RVS
X L
#
(2.20)
U
#
(2.22)
(2.23)
21
RV 3Y4 b
Sc! V[ sin \]^Y ]a
(2.24)
Tegangan vbc(t) dan vca(t) dapat dilihat pada persamaan dibawah ini
dengan menggeser fasa vab sebesar 1200 dan 2400, berturut-turut, dari vab (t)[6].
d
RV 3Y 4 _ U b
S S e \ ` ]a 9] \]^Y ` ]a
d
(2.25)
(2.26)
22
d
_ U
RT 3Y4
b
S cos \ ]a 9] \]^Y +
S
] 6h i 1; h 0, 1, 2,
f_
`
]a
(2.27)
m .#_ n
#_ M
!#
# o 3^Y 4/
(2.28)
t
$u
#$NO
M
(2.29)
23
4
A
A+
5
B
a3
B+
C+
A-
Demux
1
VdcP
A
N
b3
c3
Bn
C-
A+
Three-Level Bridge
1Y
a3
B+
C+
N
b3
AB-
B
C
N
-
c3
C-
Three-Level Bridge
1D
A+
B+
a3
b3
c3
C+
A-
Bn
C-
A+
B+
Three-Level Bridge
2Y
g
A
C+
N
b3
AB-
B
C
C-
a3
c3
Three-Level Bridge
2D
1
Pulses
3
VdcM
24
(2.30)
(2.31)
(2.32)
25
Jika kompensator ini terhubung dengan trafo -Y dengan turn ratio 1:3,
tegangan line to neutral pada sisi Y adalah :
RS 3Y4#
RS 3Y4#
b
Sc! V[ 9]3]^Y 4
(2.33)
(2.34)
] 6h i 1, h 0,1,2,
$ [
3'!4
9] \]^Y ]a
] 6h i 1, h 0,1,2,
(2.36)
RV 3Y4# 3 b
Sc! S[ 9] \]^Y ` ]a
(2.37)
] 6h i 1, h 0,1,2,
26
(2.38)
(2.39)
Maka, vab(t)12 adalah tegangan line to line dari konverter duabelas pulsa.
Bentuk gelombang ini ditunjukkan pada gambar 2.15. Dengan penggabungan dua
konverter enam pulsa yang dihubungkan secara paralel pada bus DC yang sama,
yang bekerja bersama sebagai VSC-STATCOM duabelas pulsa.
vab(t)
vabY(t)2
27
RV 3Y4!# b
Sc! sin3]^Y ]4
] 12h i 1, h 0,1,2,
Dimana :
V!#[ V[ 3S[
V!#[ 3
4
]B U
] 12h i 1, h 0,1,2,
(2.40)
28
$ '!.#fM# $NO
m
cos3^Y4
(2.41)
Maka ,
9!
$ '!.#fM# $NO
(2.42)
Arus fundamental akan bertindak bila Vm < 1.2732 VDC; oleh karena itu
kompensator akan bertindak sebagai kapasitor pada sistem dan arus akan mengalir
dari kompensator ke sistem. Arus fundamental akan tertinggal saat Vm > 1.2732
VDC, maka kompensator akan bertindak sebagai induktor pada sistem dan arus
akan mengalir dari sistem AC ke kompensator. Hal ini dapat digambarkan pada
diagram fasor diantara induktor dan arus AC pada gambar 2.17.
Ian
Ia1
Lagging
Leading
Ia1
VL
29
9 3 Y 4 +
3e3^Y 4 + 14 +
9 3Y4
!
Y
Mm U
(2.43)
\e3^Y4 +
9 3Y 4 + m
Dimana: ! 9 \`a
M
a
#
+\
9 3Y4
.! f
m
Y+
.! f
`m
a U !
(2.44)
30
!.#dd
3e3^Y 4 + 0.54 + \
9 3Y 4 + m
Y+
!.#dd _
Mm
a U #
(2.45)
Dimana: # 9 \ a
M
!.#dd
3+0.54 + \
9 \#a + m
!.#dd _
# + #m
`m
# 9 \ a +
M
! +3
#m
U
m #
`m
!.#dd _
Mm
a U # 0
(2.46)
.!f
\ + a+ \
#.!df_
. # +
U
.!f _
`m
a U ! 0
(2.47)
\ + 1a + . U
! 9 \`a + m
Mm `
#
+ m
f.d`d!_
!m
U
(2.48)
9 3Y 4 + m
e3^Y4 + \Mm Y +
0 F ^Y B/6
9 3 Y 4 +
e3^Y4 + \
B/6 F ^Y B/3
.! f
m
f.d`d!_
!m
Y+
a U
M. `d_
`m
a U
(2.49)
(2.50)
31
!.#dd
9 3Y 4 + m
e3^Y4 + \
B/3 F ^Y 2B/3
9 3 Y 4 +
e3^Y4 + \
.! f
m
2B/3 F ^Y 5B/3
$
Y+
M.fM# _
a U
(2.51)
Y+
#.M_
a U
(2.52)
9 3Y 4 + m
e3^Y4 + \Mm Y +
5B/6 F ^Y B
`m
`m
!.d`d!_
!m
a U
(2.53)
(2.54)
Dengan:
9U 3Y4!# adalah arus kapasitor 12 pulsa
(2.55)
32
9U 3Y4! + m
e \^Y M a +
!.#dd
m
+ \Y + ` a U
(2.56)
0 F ^Y B/3
9U 3Y4# + m
e \^Y ` a +
!.#dd
m
+ \Y + M a U
(2.57)
B/6 F ^Y B/2
0 F ^Y B/6
#.d
m
+ \Y + !# a U (2.58)
33
34
!.#dd _
` (mU
U Y
!.#dd
mU
U Y #
(2.59)
U + _( mU
!.`!$
( mU
.d!df_ (
f# (mU
U
(2.60)
Menyederhanakan
0.0418
!
(mU
+ 0.0568
!
(mU U
U
(2.61)
!
( mU
0.0284
!
( mU U
U
(2.62)
35
{V}z sin397^Y 30 | @
(2.63)
(2.64)
] 12h i 1, h 0, 1, 2,
(2.65)
] 48h i 1, h 0, 1, 2,
Tegangan line-to-neutral adalah :
RS 3Y4
(2.66)
36
(2.67)
] 48h i 1, h 0, 1, 2,
Tegangan R VS 3Y4 dan RTS 3Y4 memiliki pola yang sama, kecuali
berbeda fasa 120 0 dan 2400 dari RS 3Y4. Gambar 2.21 merupakan tegangan 48pulsa line-to-line dan harmonisa yang dikandungnya.
37
(2.68)
11.25 F ^Y 71.25
0 F ^Y 56.25
11.25 F ^Y 41.25
0 F ^Y 26.25
3.75 F ^Y 63.75
0 F ^Y 33.75
0 F ^Y 48.75
0 F ^Y 18.75
(2.69)
11.25 F ^Y 18.75
f.f#f`
U
!!.#_
!
(2.70)
38
U n
RUt3Y 4oY
_
Dengan: #d ; Y
U
!.d`#d
_U
f.f#f`
U
; Y
!.f_
!
(2.72)
9]386.25 4
!_
RUt3Y 4; Y !
!!.#_
(2.71)
f.f#f`
U
(2.73)
-Imax
Capacitive
Vref
Reactive
Current
-Imax
Inductive
39
Selama arus reaktif berada pada kondisi minimum dan nilai arus
minimum (-Imax, Imax) dipengaruhi rating converter, regulasi tegangan berada
pada tegangan referensi (Vref). Drop tegangan yang digunakan antara 1% - 4%
pada daya reaktif output maksimum. Kurva karakteristik V-I mengalami
penurunan (slope) seperti pada gambar 2.22, berikut ini adalah persamaan yang
menggambarkan karakteristik V-I pada mode voltage regulation :
.
(2.74)
Dengan :
V
Vref
= tegangan referensi
Xs
Pnom
40
Vdref
-2<D<2
DC Volatge
Measurement
Vdc
Rate Detector
(t)
Vdc>K
Kp + Ki /S
D
Regulator Slope
Limiter
Limiter
Voltage Regulator
Vref
+
Vref
Current Regulator
Kp + Ki /S
Kp + Ki /S
Iref
Converter
Gain
Patern
Logic
Iq
Vt
STATCOM Current
dq
Transformation
PLL
Base Voltage
Vt
digunakan
untuk
perhitungan
komponen
direct-axis
dan
Vs
41
tegangan yang terukur (Vmeas) dan tegangan referensi (Vref). Iqref ini
kemudian digunakan oleh regulator arus (loop bagian dalam). Output
dari regulator arus adalah sudut yang merupakan fasa pergeseran
(phase shift) dari tegangan inverter dengan tegangan system. Sudut ini
besarnya hampir mendekati nol.
(Iq = arus dalam quadrature yang tugasnya mengatur aliran daya
reaktif)
-
arc
dengan :
V = jatuh tegangan yang disebakan daya reaktif
Sk = Kapasitas daya hubung singkat bus EAF
Q = Perubahan daya reaktif EAF
(2.75)
42
K
#
M
#
M
!
M
#_
3 V T 4
a T ,9] \^Y
#_
M
a T \^Y
#_
M
a/
(2.76)
a/
(2.77)
#_
M
(2.78)
Persamaan transformasi diatas berlaku juga pada arus tiga fasa, yaitu
dengan mengganti variabel Va, Vb, Vc, Vd, Vq, V0 dengan variabel Ia, Ib, Ic, Id, Iq
dan I0[4].
43
proses secondary metalurgy, dan proses pencetakan. Proses peleburan terjadi pada
Electric Arc Furnace (EAF). Mula-mula EAF diisi dengan bahan baku pembuatan
baja yang terdiri dari besi tua (scrap), besi spons (spons iron), batu kapur
(limestone), dan beberapa material lainnya. Dengan menggunakan energi listrik,
seluruh bahan baku tersebut dilebur menjadi baja cair dan kemudian dituang ke
dalam tempat pnampungan baja cair yang disebut dengan ladle.
Selanjutnya, dengan menggunakan crane, ladle dibawa ke ladle furnace
dan vaccuum degassing untuk dilakukan proses secondary metalurgy. Proses ini
adalah proses menaikkan temperatur
dihasilkan baja yang sesuai dengan grade dan kualitas yang diinginkan. Dari ladle
furnace cairan baja tersebut dibawa ke mesin cor kontinyu untuk dicetak menjadi
baja slab yang sesuai dengan ukuran yang diminta.
BAB III
PEMODELAN SISTEM
STATIC SYNCHRONOUS COMPENSATOR (STATCOM)
A
B
C
a
b
c
aA
bB
cC
A
B
C
Secondary
(30kV)
150/30 kV
100 MVA
A
B
C
Source Impedance
1606.99MVA
Short Circuit Level1
Q
<------
Cp
Puls e s V dcP
aA
bB
cC
B1
Va,VaI a
Q (Mv ar)
Vm es Vref (pu)
Vdc
Signals and
Scopes
Load
N
VdcM
Cm
STATCOM1
Q (Mv ar)
V abc
Vabc_B1
Iabc
Iabc_B1
Puls e s
Vdc
V dcPN
ST ATCOM
STATCOM
Controller
Discrete,
T s = 2.5e-005 s.
Multim eter
44
Source Voltage
(150 kV)
A
B
C
A
B
C
A
B
C
45
Karena
data
perhitungan
yang
digunakan
untuk
perhitungan
VmeasVref
Vref
Vm eas
Vref
Iqref
1
Vabc
1/z
Vabc
2
Iabc
1/z
Iabc
Vm eas
Qref1
Iqref
Voltage
Regulator
Iq
Freq
-Qref1
PQ
PQ
Iqref1
Iqref1
OpMode
OpMode
Iq_avg
wt
IqIqref
Iqref(Auto)
Vm eas
Id
Id
Iq_Ref
Iq Limit Computation
and Iqref Selection
Measurement
System
Alpha
Iq
Current
Regulator
Display
al pha
Freq
Vabc (pu)
wt
wt
Sigma (deg)
180-7.5
Alpha
Sigm a
1/z
Pulses
PLL
Iq_avg
D_Alpha
3
VdcPN
1/z
+/-Vdc/2
Vdc
wt
1
Pulses
D_Alpha
Firing Pulses
Generator
DC Balance
Regulator
Dari rangkaian sistem kontrol pada gambar 3.2, rangkaian utama dari
sistem kontrol STATCOM terdiri dari :
a. Sistem pengukuran (Measurement System)
b. Regulator tegangan (Voltage Regulator)
c. Regulator arus (Current Regulator)
d. Rangkaian sinkronisasi (PLL)
46
Vabc
Iabc
Vm eas
PQ
Iq
Freq
wt
Iq_avg
Id
Measurement
System
150 kV
Inisial Frekuensi
50 Hz
47
3.1.2.
Regulator Tegangan
Fungsi dari regulator tegangan adalah meregulasi hasil selisih
Kp
2
Vmeas
Err
1
Vref
Ki
K Ts
Iq_Ref
1
Iqref
z-1
1/z
Droop
Kp = 12
Integral gain Ki
Ki = 3000
Droop (Xs)
Xs = 0,03 pu
Vref
Vref = 1 pu
48
1
Iq_Ref
Kp
2
Iq
Err
K Ts
Ki
1
Alpha
z-1
3.1.4.
Proportional gain Kp
Kp = 5
Integral gain Ki
Ki = 40
Droop (Xs)
Xs = 0,03 pu
Rangkaian Sinkronisasi
Fungsi dari rangkaian ini adalah mensinkronkan komponen urutan positif
dari tegangan primer 3-fase (Vt). Keluaran dari rangkaian ini adalah (sudut = t)
digunakan untuk perhitungan komponen direct-axis dan quadrature-axis dari arus
dan tegangan AC 3 fase.
Freq
Vabc (pu)
wt
49
3.1.5.
Inisial Input
Frekuensi = 50 Hz
Proportional gain Kp
Kp = 60
Integral gain Ki
Ki = 1400
Alpha
Sigm a
Pulses
wt
D_Alpha
50
2
dengan :
R
= Resistansi saluran
(ohm)
= Tegangan sistem
SSC
XL
= Reaktansi
(kV)
L diperoleh melalui
51
A
B
C
A
B
C
Source Voltage
(150 kV)
A
B
C
Source Impedance
7702.29MVA
Short C ircuit Level
(a)
(b)
A
B
C
a
b
c
150/30 kV
100 MVA
52
0.1 M
Inf
10 m
3
KUUN FAYAKUUN
SELALU ADA HARAPAN DITENGAH
KESULITAN
(UST. YUSUF MANSYUR)
BAB IV
ANALISA DAN PERHITUNGAN
2
2
2
3
3
3
2
2
2
3
3
3
Va
(pu)
Vb
(pu)
Vc
(pu)
t
(radian)
Vd
(pu)
Vq
(pu)
0.10
-0.007022
-0.8644
0.8664
6.283 0.999279
-0.00516
0.20
-7.49e-3
-0.8232
0.8307
6.283 0.954881
-0.00732
0.30
-0.003168
-0.8941
0.8972
6.283 1.034208
-0.00295
0.40
0.0002706
-0.8673
0.867
0.50
0.0003086
-0.8639
0.8636
0.60
0.0001439
-0.8628
0.8627
0.70
0.0001583
-0.8631
0.8629
0.80
0.0003101
-0.863
0.8627
0.90
3.19e-4
-0.8635
0.8631
1.00
-0.001064
-0.8624
0.8634
6.283 0.996391
-0.00086
Ia
(pu)
-8.00e-7
2.48e-5
-0.6518
0.3008
0.2653
0.2265
0.206
0.215
0.217
0.1834
Ib
(pu)
-2.11e-6
-2.71e-5
0.5861
-0.2186
-0.1497
-0.1538
-0.1381
-0.1682
-0.1522
-0.1271
Ic
(pu)
1.55e-6
2.41e-6
0.06565
-0.08215
-0.1156
-0.07263
-0.06786
-0.04683
-0.06476
-0.05632
t
(radian)
6.28
6.28
6.283
6.283
6.283
6.283
6.283
6.283
6.283
6.283
Id
(pu)
2.11e-6
1.7e-5
-0.30036
0.078724
0.019638
0.046822
0.040515
0.070033
0.050443
0.040831
Iq
(pu)
-3.5e-7
2.48 e-5
-0.65184
0.300798
0.265304
0.226485
0.205994
0.215023
0.216996
0.183414
Setelah didapat nilai tegangan dan arus dalam bentuk dq, maka dengan
memasukkan nilai-nilai tersebut kedalam persamaan (2.14) maka akan didapatkan
nilai Q (daya reaktif) yang mengalir di sistem, berikut ini adalah hasil
komputasinya menggunakan excel:
Q = (Vq*Id) (Vd*Iq)
Vd
(pu)
0.99928
0.95488
1.03421
1.00130
0.99737
0.99622
0.99651
0.99633
0.99685
0.99639
Vq)
(pu)
-0.00516
-0.00732
-0.00295
0.00047
0.00049
0.00031
0.00036
0.00049
0.00053
-0.00086
Id
(pu)
0.00000
0.00002
-0.30036
0.07872
0.01964
0.04682
0.04051
0.07003
0.05044
0.04083
Iq
(pu)
-0.00000
0.00002
-0.65184
0.30080
0.26530
0.22649
0.20599
0.21502
0.21700
0.18341
Q
Q
(pu)
(Mvar)
0.0000
0.00
-0.0000
0.00
0.6750
67.50
-0.3012 -30.12
-0.2646 -26.46
-0.2256 -22.56
-0.2053 -20.53
-0.2142 -21.42
-0.2163 -21.63
-0.1828 -18.28
Jika dilihat dari hasil perhitungan secara manual dengan hasil yang
diperlihatkan pada gambar 4.4. terdapat perbedaan nilai, dimana hasil secara
simulasi menunjukkan adanya perbaikan dari nilai secara manual, ini disebabkan
karena pengaturan dalam rangkaian kontrol yang memungkinkan untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik.
Berikut ini adalah gambar grafik hasil simulasi yang dilakukan dengan
menggunakan program matlab simulink 7.9.0.529 (2009b). untuk hasil simulasi
saat sistem tidak dihubungkan dengan kompensator STATCOM ditunjukkan pada
gambar 4.3 dan hasil simulasi saat sistem dihubungkan dengan kompensator
STATCOM ditunjukkan pada gambar 4.4.
Gambar 4.1. Grafik Hasil Simulasi Sistem Tanpa Static Var Compensator (SVC)
Gambar 4.2. Grafik Hasil Simulasi Sistem Terhubung Dengan Static Var Compensator (SVC)
Gambar 4.3. Grafik Hasil Simulasi Sistem Tanpa Static Synchronous Compensator (STATCOM)
Gambar 4.4. Grafik Hasil Simulasi Sistem dengan Static Synchronous Compensator (STATCOM)
Berikut ini data-data dari hasil simulasi program yang telah dilakukan
diperlihatkan pada tabel 4.1.
SVC
SVC
STATCOM
STATCOM
non-aktif [5]
Aktif [5]
non-aktif
aktif
29,159 /
30,591 /
29.004 kV/
29.232 kV/
0,9717
1.0197
0.9668 pu
0.9744
149,13 kV /
150,51 kV /
148,38 kV/
149.25 kV/
0.9942 pu
1,0034 pu
0.9892 pu
0.995 pu
VaStat (Pu)
1 pu
Ia Prim (Pu)
0.5964 pu
0.339 pu
0.6 pu
0.34 pu
Q (MVar)
15 Mvar
25 Mvar
43 Mvar
28 Mvar
43 Mvar
18 Mvar
Vmeas
0.9944 pu
1.0036 pu
0.99 pu
0.9961 pu
Vref (pu)
1 pu
1 pu
1 pu
1 pu
Vdc
9.6 x 10 4 Vdc
satunya
adalah
V (kV/pu)
Va Prim (Pu)
Q (MVar)
System
Karena
tujuan
dari
skripsi
ini
salah
untuk
Dari data yang terdapat pada tabel 4.1 diatas yang didapat dari hasil
simulasi menunjukkan bahwa pada saat kondisi sistem tidak terhubung pada
STATCOM daya reaktif yang mengalir pada sistem adalah sebesar 43 Mvar
kapasitif pada saat sistem terhubung dengan beban induktif sebesar 45 Mvar.
Sehigga menyebabkan tegangan sistem mengalami penurunan menjadi 29.004 kV
(0.9668 pu) dari nilai referensi sebesar 30 kV pada sisi tegangan sekunder dan
sebesar 148,38 kV (0.9892 pu) dari nilai referensi 150 kV pada sisi tegangan
primer. Dan arus yang mengalir pada sisi primer saat sistem beroperasi pada
beban 45 Mvar adalah sebesar (0,6 pu) atau sebesar 230.9 A dan bersifat lagging.
Sedangkan untuk parameter yang berhubungan dengan kompensator bernilai nol,
dan jika dibandingkan dengan hasil simulasi dengan sistem terhubung pada beban
45 Mvar dengan kompensator SVC non-aktif, hasil yang didapat relatif sama. Hal
ini jika dilihat dari nilai yang didapat, dimungkinkan terjadi karena tingkat
keakuratan dalam mengambil data hasil simulasi atau perbedaan letak titik pada
scope keluaran simulasi yang dijadikan dasar pengambilan data.
Sedangkan untuk data yang dihasilkan dari simulasi yang kedua, dimana
kondisi sistem pada beban induktif sebesar 45 Mvar terhubung dengan
kompensator STATCOM diperoleh data-data dimana adanya perubahan besarnya
daya reaktif yang mengalir pada sistem yang semula 43 Mvar kapasitif menjadi
sebesar 18 Mvar kapasitif, hal ini menunjukkan adanya kompensasi yang
diberikan oleh STATCOM yaitu sebesar 25 Mvar induktif. Hal ini terjadi karena
kompensator (STATCOM) bekerja dengan menyuplai daya reaktif sejumlah 25
Mvar induktif, bersifat induktif karena jika dilihat dari grafik sebelum
pengkompensasian nilai daya reaktif berada pada posisi kapasitif sehingga untuk
menjadikan daya reaktif yang mengalir pada sistem menjadi bernilai nol (0 Mvar),
STATCOM harus bekerja pada mode induktif. Dimana mode induktif ini adalah
mode disaat nilai tegangan sistem lebih kecil dari nilai tegangan STATCOM. Dan
ini dapat dilihat dari nilai tegangan sistem yang bernilai 0,995 pu dan tegangan
STATCOM bernilai 1 pu.
Jika dibandingkan dengan pengkompensasian menggunakan SVC,
besarnya daya reaktif yang masih mengalir pada sistem lebih besar yaitu menjadi
28 Mvar kapasitif, seperti tercantum pada analisa dari skripsi Praditia Adi
Nugroho dalam Bab IV halaman 54. Pengkompensasian menggunakan
STATCOM lebih baik karena nilai kompensasi STATCOM menjadikan besar
daya reaktif yang mengalir pada sistem menjadi 18 Mvar kapasitif, selisih 10
Mvar. Hal ini bisa terjadi karena respon STATCOM lebih cepat terhadap
perubahan tegangan sistem, STATCOM mengatur tegangan sistem secara terusmenerus, karena kerjanya tidak bergantung pada suatu pensaklaran, seperti hasil
yang terdapat pada beberapa hasil penelitian.
Nilai daya reaktif pada sistem yang ditunjukkan oleh tabel 4.1 adalah
nilai daya reaktif dengan menggunakan nilai (pengontrolan kontrol proporional,
KP dan kontrol integrator, KI) yang disediakan oleh Matlab Simulink.
Pada tabel dibawah ini dilakukan perubahan nilai KP dan KI dengan cara
trial and error. Untuk melihat perubahan daya reaktif yang tersisa di sistem.
Iq Regulator Gains
Daya Reaktif Di
Sistem
KP
KI
KP
KI
MVAR
12
3000
40
18
12
4000
40
17.5
12
5000
40
17.61
12
6000
40
17.23
12
7000
40
17.46
Iq Regulator Gains
Daya Reaktif Di
Sistem
KP
KI
KP
KI
MVAR
12
3000
40
18
13
3000
50
18.39
14
3000
60
18.43
15
3000
70
18.16
16
3000
80
17.89
Pada tabel 4.5 terlihat pada saat nilai KI pada voltage regulator dan nilai
KP pada Iq regulator dirubah dari nilai kondisi awal yang ada pada matlab
simulink, daya reaktif yang ada disistem menunjukkan pengurangan, sedangkan
pada saat nilai KP pada voltage regulator dan nilai KI pada Iq regulator dirubah
dari nilai kondisi awal yang ada pada matlab simulink seperti diperlihatkan pada
tabel 4.6, daya reaktif yang ada disistem menunjukkan suatu peningkatan.
Sehingga dengan merubah nilai KI pada voltage regulator dan nilai KP
pada Iq regulator menggunakan metode tertentu dan bukan dengan trial and error
maka akan didapatkan suatu nilai daya reaktif yang optimum yang bisa dikurangi
oleh STATCOM. Hal ini dapat terjadi karena dengan pengoptimalan rangkaian
regulator yang berada dalam sistem kontrol kompensator yang bekerja dalam
meregulasi perbedaan tegangan pengukuran (Vmeas) dengan tegangan referensi
(Vref), maka arus referensi (Iqref) yang bertugas mengatur daya reaktif yang
dibangkitkan menjadi optimal. Nilai arus referensi (Iqref) ini berakibat pada nilai
(alpha) yang bekerja untuk mengubah tegangan DC, yang kemudian mengatur
aliran daya reaktif.
V =
Q
Sk
V =
45
= 0,028 pu
1606,99
V = 0.028 x 30 kV = 0,84 kV
V = 30 (30 x 0,028) = 29,1599 kV
Dan dari data yang didapat dari hasil simulasi saat STATCOM non-aktif
nilai tegangan yang dihasilkan adalah sebesar 29.004 kV/ 0.9668 pu atau jatuh
tegangannya sebesar :
V = (1 0,9668) pu x 30 kV = 0,996 kV
Sedangkan untuk data yang didapat dari hasil simulasi saat STATCOM
aktif nilai tegangan yang dihasilkan adalah sebesar 29.232 kV/ 0.9744 pu atau
jatuh tegangannya sebesar :
V = (1 0,9744) pu x 30 kV = 0.768 kV
TERUSLAH BERGERAK
BERHENTILAH MENGELUH
(THUFAIL AL GHIFARI)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dalam simulasi yang telah dilakukan, yaitu dengan menggunakan beban
induktif sebesar 45 Mvar dengan daya hubung singkat saluran 150 kV sebesar
7702,29 MVA dan daya hubung singkat bus 30 kV sebesar 1606,99 MVA,
dengan dua kondisi yang berbeda, kondisi pertama adalah kondisi simulasi tanpa
kompensasi dan kondisi kedua adalah kondisi simulasi dengan kompensasi. Dari
hasil simulasi tersebut didapat hasil bahwa :
1. Pada kondisi tanpa kompensasi, daya reaktif yang mengalir di sistem
adalah sebesar 43 Mvar kapasitif dan tegangan sistem mengalami
penurunan menjadi 29.004 kV (0.9668 pu) dari nilai referensi sebesar
30 kV.
2. Sedangkan pada kondisi kompensator STATCOM diaktifkan, daya
reaktif yang mengalir disistem adalah sebesar 18 Mvar kapasitif,
dengan besar daya reaktif yang dibangkitkan oleh STATCOM adalah
25 Mvar, dan tegangan sistem menjadi 29.232 kV (0.9744 pu).
3. Dari hasil simulasi pada saat STATCOM di aktifkan, nilai besar daya
reaktif yang mengalir disistem menjadi lebih kecil (18 Mvar
kapasitif)
jika
dibandingkan
dengan
pengkompensasian
66
67
5.2. Saran
Untuk mendapatkan pengkompensasian daya reaktif yang diinginkan
yaitu menjadikan daya reaktif pada sistem mendekati 0 Mvar, perlu dilakukan
penentuan nilai tetapan integral atau proporsional yang lebih akurat lagi pada
sistem kontrolnya, yaitu dengan menggunakan metode yang lebih khusus,
sehingga akan menghasilkan output yang lebih baik.
Guna memaksimalkan kinerja dari STATCOM atau melihat respon dari
STATCOM yang dapat bekerja dengan membangkitkan atau menyerap daya
reaktif, pemodelan dari beban EAF harus dimodelkan sesuai dengan kondisi di
lapangan dengan pendekatan EAF yang bersifat fluktuatif.
Penggunaan STATCOM ini pada dasarnya tidak hanya terbatas pada
pengkompensasian daya rekatif, tetapi dapat pula untuk membangkitkan daya
aktif serta mengurangi rugi-rugi, sehingga penelitian ini bisa dikembangkan lagi
untuk menghasilkan kondisi sistem yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
68
69