Anda di halaman 1dari 90

ANALISA DAN SIMULASI STATIC SYNCHRONOUS

COMPENSATOR (STATCOM) SEBAGAI


KOMPENSATOR DAYA REAKTIF
PADA INDUSTRI BAJA
SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan


mendapatkan gelar Sarjana Teknik

Disusun oleh:
Ahmad Faiz Adnan
3332051032

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
CILEGON
2010

PDF processed with CutePDF evaluation edition www.CutePDF.com

CARI ALLAH DULU SEBELUM


MENCARI PERTOLONGAN MANUSIA
HADIRKAN ALLAH SWT DALAM
SETIAP AKTIVITAS KITA :
DIAWAL, DITENGAH
DAN
DIAKHIR IKHTIAR KITA
(UST. YUSUF MANSYUR)

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul:

ANALISA DAN SIMULASI STATIC SYNCHRONOUS COMPENSATOR


(STATCOM) SEBAGAI KOMPENSATOR DAYA REAKTIF PADA
INDUSTRI BAJA

yang dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana Teknik pada
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa,
sejauh yang saya ketahui bukan merupakan tiruan atau duplikasi dari skripsi yang
sudah dipublikasikan dan atau pernah dipakai untuk mendapatkan gelar
kesarjanaan di lingkungan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa maupun di
Perguruan Tinggi atau instansi manapun, kecuali bagian yang sumber
informasinya dicantumkan sebagaimana mestinya.

Cilegon, 7 Mei 2010

Ahmad Faiz Adnan


NPM. 3332051032

ii

PENGESAHAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul :

ANALISA DAN SIMULASI STATIC SYNCHRONOUS COMPENSATOR


(STATCOM) SEBAGAI KOMPENSATOR DAYA REAKTIF PADA
INDUSTRI BAJA

dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana Teknik pada


Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dan
disetujui untuk diajukan dalam sidang ujian skripsi.

Cilegon, 7 Mei 2010

Pembimbing I

Pembimbing II

Wahyuni Martiningsih, Ir., MT.


NIP. 196303132001122001

Muhammad Otong, ST
NIP. 197203192005011001

Mengetahui
Ketua Jurusan Teknik Elektro

Ri Munarto, Ir., M.Eng


NIP. 195911202003121001

iii

PENGESAHAN PENGUJIAN

Skripsi dengan judul :

ANALISA DAN SIMULASI STATIC SYNCHRONOUS COMPENSATOR


(STATCOM) SEBAGAI KOMPENSATOR DAYA REAKTIF PADA
INDUSTRI BAJA

Telah di uji dan dinyatakan lulus, pada tanggal 7 Mei 2010.

Penguji I

Penguji II

Penguji III

Ri Munarto, Ir., M.Eng.

M. Sadikin, ST., MT.

Supriyanto, ST.,M.Sc.

NIP. 195911202003121001

NIP. 132282205

NIP. 197605082003121002

iv

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum. Wr. Wb.


Alhamdulillahi robbil alamin, penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT,
karena rahmat, hidayah, izin serta ridho-Nya lah sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Solawat serta salam tercurah kepada kudwah
hasanah umat manusia - Rasululloh SAW, keluarga, sahabat serta pengikutnya
hingga akhir zaman.
Skripsi ini dibuat sebagai persyaratan untuk menempuh Ujian S-1 Teknik
Elektro, Jurusan Teknik Elektro, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Serta
menjadi bagian dalam melengkapi mata kuliah yang ada dalam Jurusan Teknik
Elektro.
Penyelesaian penelitian skripsi ini tak lepas karena berkat dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Kepada Orang Tua Tercinta yang telah memberikan dukungan baik moril
maupun materil serta doa tiada henti, dan juga buat adik-adikku tercinta,
Ratna Ardiyanti, Ahmad Faujan Rezeki, Ahmad Fauzi Hardiansyah dan
Ahmad Farhan Ramadhan.
2. Ibu Wahyuni Martiningsih, Ir., MT. selaku Dosen Pembimbing I yang
telah banyak memberikan pengarahan dalam penulisan laporan skripsi ini
ditengah kesibukan beliau menyelesaikan study S3 nya.
3. Bapak M. Otong, ST. selaku Dosen pembimbing II yang juga telah
bersedia membimbing ditengah banyaknya mahasiswa yang menjadi
bimbingan beliau.
4. Bapak Ri Munarto, Ir., M.Eng. selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro
Untirta.
5. Ibu Irma Saraswati, S.Si., MT. yang selalu menyemangati dan membantu
administrasi penulis selama penyusunan skripsi.
6. Seluruh dosen teknik elektro Untirta.

7. Teh Yunita yang selalu memberikan semangat, motivasi dan tempat curhat
selama pengerjaan skripsi. Teh Tika yang selalu menanyakan kapan
lulus.
8. Sahabat yang selalu menemani, Whisnu B, Jawa (Akhmad Zaeni M), Fikri
(yang selalu menanyakan progress skripsi di setiap pagi), Mamat, Agi W,
Eko S, Aziz E, Erpin S.
9. Kawan-kawan seperjuangan Teknik Elektro angkatan 2005 yang selalu
kompak,.
10. Ukhti Nismah Maulida, akh Khoirul, akh Rusli, akh Waluyo dan semua
sahabat ETOS ITS yang telah banyak membantu selama berada di ITS.
11. Didin, Ukhti Zakiah Nurul Fauzi (Aulia qq), Riya Safariyah, Maya
Anggraeni, Laili Puspitasari, Halida Windhya Setiawan, Lailatul
Masyrifah yang selalu menyemangati untuk segera lulus.

Penulis menyadari penelitian skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik berbagai pihak demi
kesempurnaan skripsi ini.
Terima kasih.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Cilegon, 7 Mei 2010


Penulis,

Ahmad Faiz Adnan

vi

ABSTRAK

Energi listrik yang digunakan dalam Electric Arc Furnace ( EAF) industri
peleburan biji besi baja dan scrap relatif besar, dan tidak stabil sesuai dengan
kondisi sentuhan elektroda-elektroda dengan bahan (biji besi dan scrap),
sehingga sering menyebabkan terganggunya sistem kelistrikan.
Dalam mengatasi permasalahan yang ditimbulkan dari busur listrik yang
terjadi, perkembangan dibidang elektronika daya telah melahirkan teknologi
Flexible AC Transmission System (FACTS), dimana FACTS dapat meningkatkan
kemampuan kontrol dan menaikkan kapasitas penyaluran daya pada sistem
transmisi daya AC dan salah satu peralatan dari FACTS adalah Static
Synchronous Compensator (STATCOM). Dengan memanfaatkan teori aliran daya
kompleks dimana dengan mengatur nilai tegangan untuk mengatur daya reaktif
maka STATCOM mengontrol nilai tegangan sistem sehingga dapat menyuplai
atau menyerap daya reaktif untuk mengurangi gangguan yang terjadi pada
sistem.
Dengan STATCOM yang dipasang secara paralel terhadap sistem akan
menghasilkan tegangan AC untuk mensuplai sistem. Pada kondisi tanpa
kompensasi, daya reaktif yang mengalir di sistem adalah sebesar 43 Mvar
kapasitif dan tegangan sistem mengalami penurunan menjadi 29.004 kV (0.9668
pu) dari nilai referensi sebesar 30 kV, dan pada kondisi kompensator STATCOM
diaktifkan, daya reaktif yang mengalir disistem adalah sebesar 18 Mvar kapasitif,
dengan besar daya reaktif yang dibangkitkan oleh STATCOM adalah 25 Mvar,
dan tegangan sistem menjadi 29.232 kV (0.9744 pu).
Kemampuan STATCOM dalam mengkompensasi didapat dari pengontrolan
yang terus menerus terhadap tegangan sistem, sehingga memungkinkan
STATCOM bekerja pada kondisi induktif (menyerap daya reaktif) dan kapasitif
(membangkitkan daya reaktif).
Kata Kunci : EAF, FACTS, Static Synchronous Compensator (STATCOM),
Daya Reaktif

vii

ABSTRACT

Electrical energy used in Electric Arc Furnace (EAF) steel iron ore
smelting industry and the scrap is relatively large, and unstable in accordance
with the conditions of the electrodes touch with the material (iron ore and scrap),
thus often causing disturbance in the electrical system.
In overcoming problems caused by electrical arc occurred, developments
in the field of power electronics technology has spawned the Flexible AC
Transmission System (FACTS), where the FACTS can improve control and
increase power supply capacity of the AC transmission systems and equipment
from one of the FACTS is Static Synchronous Compensator (STATCOM). By
utilizing the theory of complex power flow where the set value of voltage to
regulate the STATCOM reactive power control voltage value so that the system
can supply or absorb reactive power to reduce the disruption that occurred in the
system.
With STATCOM installed in parallel to the system produces an AC
voltage for supplying the system. In conditions without compensation, reactive
power flow in the system amounted to 43 MVar capacitive and voltage system
decreased to 29 004 kV (0.9668 pu) from the reference value of 30 kV, and the
condition of STATCOM compensator is activated, the reactive power that flows in
system amounted to 18 MVar capacitive, with a large reactive power generated
by the STATCOM is MVar 25, and 29 232 kV system voltage becomes (0.9744
pu).
STATCOM in compensating ability is obtained from the continuous
control of system voltage, enabling the STATCOM in inductive conditions
(absorbing reactive power) and capacitive (generating reactive power).
Key word : EAF, FACTS, Static Synchronous Compensator (STATCOM),
Daya Reaktif

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................. i


PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ........................................ iii
LEMBAR PENGUJIAN ....................................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................. vii
ABSTRACT .......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xii
DAFTAR TABEL ................................................................................ xiv

BAB I. PENDAHULUAN .................................................................... 1


1.1. Latar Belakang ................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................. 2
1.3. Batasan Masalah ................................................................. 2
1.4. Tujuan Skripsi .................................................................... 3
1.5. Metodologi Penelitian ......................................................... 3
1.6. Sistematika Penulisan ......................................................... 4

BAB II. LANDASAN TEORI ............................................................... 6


2.1. Kompensasi Daya Reaktif .................................................... 6
2.2. Aliran Daya Komplek .......................................................... 8
2.3. Static Synchronous Compensator (Statcom) ......................... 10
2.3.1. Prinsip Kerja STATCOM ............................................ 10
2.3.2. Voltage Source-Converter (VSC) ................................. 15
2.3.3. Daya Reaktif Yang Dialirkan ....................................... 22
2.3.4. STATCOM 48 Pulsa .................................................... 22
2.3.4.1.Konverter 12 Pulsa ........................................... 24

ix

2.3.4.2. Analisa Sinyal Arus AC .................................. 28


2.3.4.3. Arus Kapasitor ................................................ 31
2.3.4.4.Tegangan DC Kapasitor ................................... 34
2.3.5. Tegangan Voltage Source Converter GTO 48 Pulsa ..... 35
2.3.5.1. Arus Kapasitor ................................................ 37
2.3.5.2. Tegangan Kapasitor ........................................ 37
2.3.6. Karakteristik V-I STATCOM ...................................... 38
2.3.7. Sistem Kontrol STATCOM ......................................... 39
2.3.8. Jatuh Tegangan ............................................................ 41
2.4. Transformasi abc to dq0 ....................................................... 42
2.5. Electric Arc Furnace (EAF) ................................................. 42

BAB III. PEMODELAN SISTEM STATIC


SYNCHRONOUS COMPENSATOR .................................. 44
3.1. Pemodelan Static Synchronous Compensator
(STATCOM) ........................................................................ 44
3.1.1. Sistem Pengukuran ...................................................... 46
3.1.2. Regulator Tegangan ..................................................... 47
3.1.3. Regulator Arus ............................................................ 47
3.1.4. Rangkaian Sinkronisasi ................................................ 48
3.1.5. Rangkaian Pembangkitan Sinyal Penyalaan ................. 49
3.2. Pemodelan Beban ................................................................ 49
3.3. Pemodelan Sumber Tegangan dan Sistem Transmisi ............ 50

BAB IV. ANALISA DAN PERHITUNGAN ........................................ 53


4.1. Analisa dan Simulasi Program Matlab ................................. 53
4.1.1. Perhitungan Daya Reaktif .......................................... 54
4.2. Jatuh Tegangan .................................................................... 65

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 66


5.1. Kesimpulan .......................................................................... 66
5.2. Saran ................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 68


LAMPIRAN
Single line Diagram Sistem Static Var Compensator MTS III ................. 70
Data Trafo EAF & LF BSP, SSP I, SSP II ............................................... 71
Data Standar Mutu Produk Listrik PT. KDL ........................................... 74
Appendix 1 ............................................................................................. 75
Appendix 2 ............................................................................................. 76
Bagian-bagian EAF dan Tahapan ............................................................ 78
Sistem Stabilitas Tegangan ..................................................................... 84

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Segitiga Daya ........................................................................... 7


Gambar 2.2. Single Line Diagram Penyaluran Daya ..................................... 8
Gambar 2.3. Interkoneksi Dua Sumber Tegangan ......................................... 9
Gambar 2.4. Operasi STATCOM: (a) Operasi Induktif
Dan (b) Operasi Kapasitif ....................................................... 11
Gambar 2.5. Prinsip Kerja STATCOM ........................................................ 12
Gambar 2.6. One Line Diagram STATCOM ................................................ 14
Gambar 2.7. VSI 6 Pulsa Dengan Beban Resistif ......................................... 16
Gambar 2.8. Kontrol Sinyal Penyalaan ......................................................... 17
Gambar 2.9. Bentuk Gelombang Tegangan Line-To-Line ............................. 18
Gambar 2.10. Rangkaian Ekivalen Urutan 1-5-6 .......................................... 18
Gambar 2.11. Rangkaian Ekivalen Urutan 1-2-6 .......................................... 18
Gambar 2.12. Rangkaian Ekivalen Urutan 1-2-3 .......................................... 19
Gambar 2.13. Bentuk Gelombang Tegangan Line-To-Neutral ...................... 21
Gambar 2.14. STATCOM 48 Pulsa .............................................................. 23
Gambar 2.15. (a). vab(t)12 dan vabY(t)2 ; (b). Tegangan 12 Pulsa ..................... 26
Gambar 2.16. Tegangan Line to Neutral STATCOM 12 Pulsa ..................... 27
Gambar 2.17. Diagram Fasor ........................................................................ 28
Gambar 2.18. Tegangan Sistem AC dan Tegangan Fundamental
Kompensator van(t) ................................................................ 29
Gambar 2.19. Arus Kapasitor Konverter Pertama
(a) Membangkitkan Daya Reaktif .......................................... 33
(b) Menyerap Daya Reaktif .................................................... 33
Gambar 2.20. Arus Kapasitor Konverter Kedua
(a) Membangkitkan Daya Reaktif .......................................... 33
(b) Menyerap Daya Reaktif .................................................... 33

xii

Gambar 2.21 Tegangan 48-Pulsa Line-to-Line (Biru)


Dan Line-To-Neutral (Merah) .................................................. 36
Gambar 2.22. Karakteristik V-I STATCOM ................................................. 38
Gambar 2.23. Sistem Kontrol STATCOM .................................................... 40
Gambar 3.1. Rangkaian STATCOM Untuk Analisa Dinamik ....................... 44
Gambar 3.2. Sistem Kontrol STATCOM ..................................................... 45
Gambar 3.3. Blok Sistem Pengukuran .......................................................... 46
Gambar 3.4. Simulink Blok Regulator Tegangan ......................................... 47
Gambar 3.5. Simulink Blok Regulator Arus ................................................. 48
Gambar 3.6. Simulink Blok Sinkronisasi ...................................................... 48
Gambar 3.7. Simulink Blok Pembangkitan Sinyal Penyalaan ....................... 49
Gambar 3.8. Simulink blok diagram beban induktif ..................................... 50
Gambar 3.9. Simulink Blok Diagram (a) Sumber Tegangan Terkontrol
(b) Sumber Impedansi R Dan L ............................................... 51
Gambar 3.10. Simulink Blok Diagram Transformator .................................. 51
Gambar 4.1. Grafik Hasil Simulasi Sistem Tanpa Static Var
Compensator (SVC) ................................................................ 57
Gambar 4.2. Grafik Hasil Simulasi Sistem Terhubung Dengan Static Var
Compensator (SVC) ................................................................ 58
Gambar 4.3. Grafik Hasil Simulasi Sistem Tanpa Static Synchronous
Compensator (STATCOM) ..................................................... 59
Gambar 4.4. Grafik Hasil Simulasi Sistem dengan Static Synchronous
Compensator (STATCOM) ..................................................... 60

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Parameter parameter Blok Simulink


Rangkaian Pengukuran ................................................................. 46
Tabel 3.2 Parameter-parameter Blok Simulink
Rangkaian Regulator Tegangan .................................................... 47
Tabel 3.3 Parameter-parameter Blok Simulink
Rangkaian Regulator Arus ........................................................... 48
Tabel 3.4 Parameter parameter Blok Simulink
Rangkaian Sinkronisasi ................................................................ 49
Tabel 3.5 Parameter-parameter Simulasi Sistem Tenaga
dan STATCOM ........................................................................... 52
Tabel 4.1 Nilai Transformasi Tegangan abc ke dq ........................................ 54
Tabel 4.2 Nilai Transformasi Arus abc ke dq ............................................... 55
Tabel 4.3. Nilai Daya Reaktif Yang dibangkitkan ........................................ 55
Tabel 4.4. Data-data Hasil Simulasi Program Menggunakan
Matlab Simulink .......................................................................... 61
Tabel 4.5. Perubahan Nilai KI Pada Voltage Regulator Dan
Nilai KP Pada Iq Regulator .......................................................... 63
Tabel 4.6. Perubahan Nilai KP Pada Voltage Regulator Dan
Nilai KI Pada Iq Regulator ........................................................... 64

xiv

Waktu,
merupakan sumber daya cuma-cuma, namun sangat berharga.
Anda tidak dapat memilikinya, namun dapat menggunakannya.
Tidak bisa menyimpannya, namun dapat menghabiskannya.
Sekali membuangnya sia-sia, Anda tidak bisa mendapatkannya
kembali

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Energi listrik yang digunakan dalam industri peleburan biji besi baja dan
scrap relatif besar dan tidak stabil sesuai dengan kondisi sentuhan elektrodaelektroda dengan bahan (biji besi dan scrap), sehingga sering menyebabkan
terganggunya sistem kelistrikan.
Gangguan kelistrikan ini dapat terjadi pada dapur busur listrik (Electric
Arc Furnace EAF). Dimana jenis dapur busur listrik ini adalah jenis dapur busur
listrik arus bolak-balik tiga fasa (three phase alternating current electric arc
furnace). Busur listrik terjadi karena adanya arus listrik yang lewat melalui gasgas perantara yang telah terionisasi dari elektroda-elektroda ke bahan baku yang
bersifat konduktor, pada saat elektroda dan bahan baku tersebut dipisahkan pada
jarak tertentu.
Pada busur listrik yang timbul, akan terjadi tegangan jatuh (drop voltage)
atau yang lebih dikenal dengan sebutan tegangan busur (arc voltage). Tegangan
busur merupakan tegangan yang timbul oleh arus listrik yang mengalir melalui
tahanan busur listrik (arc resistance). Hal ini disebabkan karena terjadinya
gerakan-gerakan material atau gejolak bahan baku di dalam dapur pada saat
proses peleburan yang mengakibatkan tahanan busur listrik juga berubah - ubah
(variable). Akibat tahanan busur yang berubah ubah maka akan mengakibatkan
fluktuasi beban pada dapur busur listrik sehingga dapat menimbulkan terjadinya
gangguan gangguan seperti harmonisa, kerlip tegangan (voltage flickers), jatuh
tegangan, dan fluktuasi tegangan yang menyebabkan kualitas daya yang ada
menurun[5].
Perkembangan dibidang elektronika daya, telah melahirkan teknologi
Flexible AC Transmission System (FACTS), dimana FACTS dapat meningkatkan
kemampuan kontrol dan menaikkan kapasitas penyaluran daya pada system
transmisi daya AC. Teknologi FACTS menggunakan prinsip peralatan elektronika
1

daya untuk mengontrol aliran tegangan. Dan salah satu peralatan dari FACTS
adalah

Static

Synchronous

Compensator

(STATCOM),

yang

dalam

perkembangannya banyak digunakan sebagai kompensator daya reaktif di electric


arc furnace (EAF). Maka dengan penggunaan STATCOM sebagai kompensator
daya rekatif ini diharapkan dapat mengurangi gangguan-gangguan yang
ditimbulkan karena tidak stabilnya kondisi sentuhan elektroda-elektroda dengan
bahan (biji besi dan scrap) dari dapur busur listrik.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang ada, maka perumusan masalah pada
skripsi yang akan dilakukan antara lain :
1. Bagaimanakah hubungan antara daya reaktif yang dibangkitkan oleh Static
Synchronous Compensator (STATCOM) dalam mengkompensasi daya
reaktif beban terhadap parameter-parameter tegangan sistem, jatuh
tegangan dan daya reaktif sistem?
2. Seberapa besar daya reaktif yang dibangkitkan oleh Static Synchronous
Compensator (STATCOM) dalam mengkompensasi daya reaktif beban
dibandingkan dengan Static Var Compensator (SVC)?

1.3. Batasan Masalah


Batasan masalah yang diambil antara lain :
1. Beban yang dibahas adalah dapur busur listrik (electric arc furnace/ EAF)
di SSP II (Slab Steel Plant) PT. Krakatau Steel.
2. Dalam simulasi beban, EAF dimodelkan sebagai sumber daya reaktif
induktif statik.
3. Pembahasan daya dalam simulasi ini hanya pada daya reaktifnya dan tidak
membahas rugi-rugi yang terjadi.
4. Efek harmonisa yang terjadi akan diabaikan dalam perhitungan dan
simulasi, sehingga penggunaan Phase Shift Transformer (PST) tidak
dibahas.
5. Tidak membahas mengenai sistem dari Voltage Source Converter (VSC).

6. Upaya untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat beroperasinya


STATCOM dan dapur busur listrik terhadap sistem tenaga.

1.4. Tujuan Skripsi


Tujuan dari skripsi ini yang pertama adalah untuk menganalisa pengaruh
penggunaan Static Synchronous Compensator (STATCOM) sebagai kompensator
daya reaktif beban dapur busur listrik (electric arc furnace/EAF) dan keterkaitan
antar daya reaktif yang dibangkitkan STATCOM terhadap tegangan sistem, jatuh
tegangan dan daya reaktif sistem. Kedua adalah untuk mengetahui seberapa besar
daya

reaktif

yang

dapat

di

kompensasi

oleh

STATCOM

terhadap

pengkompensasian menggunakan SVC yang digunakan di PT. Krakatau Steel.

1.5. Metodologi Penelitian


Adapun metodologi yang akan penulis gunakan untuk menyelesaikan
skripsi ini diantaranya adalah:
1. Studi lapangan, pengambilan data spesifikasi sistem transmisi, serta
spesifikasi beban pada feeder (penyulang) yang akan di analisa.
2. Studi literatur, yaitu buku-buku yang berhubungan dengan sistem
transmisi, elektronika daya, sistem kompensasi dan kontrol serta masalah
- masalah yang berkaitan dengan kualitas daya.
3. Perancangan atau simulasi sistem dengan menggunakan program matlab
simulink 7.9.0.529 (R2009b).
4. Pengujian program simulasi.
5. Menganalisa hasil perhitungan serta hasil simulasi.
6. Membuat kesimpulan dari hasil analisa yang telah dilakukan.

1.6. Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan tugas akhir ini dibuat dengan maksud memberi
gambaran secara garis besar dari setiap bab dalam laporan tugas akhir ini.
BAB I

PENDAHULUAN

Berisi mengenai pendahuluan, latar belakang permasalahan, perumusan


masalah, pembatasan masalah, tujuan penulisan, metodologi penelitian
dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI


Bab ini membahas mengenai teori dasar kompensasi daya reaktif,
STATCOM, dan pengenalan mengenai beban dapur busur listrik (electric
arc furnace/EAF) serta teori teori pendukung yang berkaitan dengan
analisa kinerja STATCOM.

BAB III PEMODELAN


Meliputi rumusan

penentuan

jatuh tegangan

yang diakibatkan

beroperasinya beban dapur busur listrik (electric arc furnace/EAF), daya


reaktif yang dibangkitkan atau diserap oleh STATCOM, serta
pemodelan STATCOM dengan menggunakan program matlab simulink
7.9.0.529 (R2009b).

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA


Berisi mengenai perhitungan jatuh tegangan pada bus 30 kV akibat
perubahan daya reaktif beban dapur busur listrik (electric arc
furnace/EAF), Simulasi STATCOM dalam mengkompensasi daya
reaktif dan analisa sistem berdasarkan dari hasil perhitungan dan
simulasi daya reaktif yang dibangkitkan atau diserap oleh STATCOM,
serta perbandingan performa antara STATCOM dengan Static Var
Compensator (SVC) .

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


Memberikan kesimpulan berdasarkan teori yang ada dengan hasil
perhitungan dan simulasi yang telah dilakukan serta saran perbaikan
yang harus dilakukan supaya kualitas daya berada dalam batas batas
yang telah ditentukan.

Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan


kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut
kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang
Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di
tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa
atas segala sesuatu.
Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke
dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau
keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezki siapa yang
Engkau kehendaki tanpa hisab (batas).

(QS. Ali Imran: 26-27)

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Kompensasi Daya Reaktif


Dalam sistem tenaga listrik AC dikenal daya aktif, daya reaktif dan daya
semu. Daya aktif adalah daya yang harus dibangkitkan di sisi pembangkit dan
disalurkan melalui saluran transmisi dan distribusi menuju konsumen, dan
akhirnya dipakai untuk menjalankan peralatan industri dan komputer di banyak
bangunan modern. Satuan dari daya aktif biasanya adalah watt (W), kilowatt
(kW), atau tenaga kuda (HP). Daya reaktif adalah suatu besaran yang
menunjukkan adanya fluktuasi daya di saluran transmisi dan distribusi akibat
digunakannya peralatan listrik yang bersifat induktif (misal : motor listrik, trafo,
dan las listrik) dan bersifat kapasitif. Walaupun namanya adalah daya, daya reaktif
ini tidak nyata. Akan tetapi adanya daya reaktif menyebabkan aliran daya aktif
tidak bisa dilakukan secara efisien dan memerlukan peralatan listrik yang
kapasitasnya lebih besar dari daya aktif yang diperlukan. Satuan dari daya reaktif
adalah VAR (volt-ampere-reaktif). Sedangkan daya semu dinyatakan dengan
satuan Volt-Ampere (disingkat, VA), menyatakan kapasitas peralatan listrik,
seperti yang tertera pada peralatan generatordan transformator.
Untuk menunjukkan seberapa efisien daya aktif disalurkan, dalam teknik
tenaga listrik dikenal suatu besaran yang disebut faktor-daya. Nilai maksimum
faktor-daya adalah satu dan nilai minimumnya adalah nol. Semakin tinggi faktordaya maka semakin efisien penyaluran dayanya. Semakin kecil faktor-daya maka
semakin besar daya reaktifnya[10].
Ketiga jenis daya diatas biasanya direpresentasikan kedalam sebuah
segitiga daya, seperti pada gambar 2.1.

S
Q

Gambar 2.1. Segitiga Daya [2]

dengan :
S

: Daya semu

: Daya aktif

: Daya reaktif

Dari segitiga daya diatas, secara matematis ketiga daya (daya aktif, daya
reaktif dan daya semu) dapat dituliskan kedalam bentuk matematis sebagai
berikut :

S = P + jQ = VI

(VA)

(2.1)

Q = VI Sin

(Var)

(2.2)

P = VI Cos

(Watt)

(2.3)

Sedangkan faktor daya (Pf/ Power factor) adalah perbandingan antara


daya aktif (kW) dengan daya semu ( kVA), atau kosinus sudut antara daya aktif
dan total.

 


 

 

  


  

Faktor daya ini selalu lebih kecil atau sama dengan satu.

(2.4)

2.2. Aliran Daya Komplek[8]


Dalam saluran transmisi seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.2
dibawah ini, dimana aliran daya adalah dari terminal 1 (sisi kirim) menuju ke
terminal 2 (sisi terima) dan mengetahui besaran dan sudut fasa tegangan-tegangan
terminal sisi kirim dan sisi terima (VS dan VR) serta impedansi saluran transmisi,
aliran daya aktif dan reaktif dari satu terminal ke terminal yang lain dapat
dihitung.

C
Load

Generator

Step Up
Transformer

Step Down
Transformer

Gambar 2.2. Single Line Diagram Penyaluran Daya

Atau dalam bentuk rangkaian listriknya seperti pada gambar 2.3 dimana
dua sumber tegangan dianggap ideal dan terhubung dengan saluran impedansi
     , maka tegangan phasa masing-masing sumber tegangan atau
terminal adalah :

      ||
I12
V1

Gambar 2.3. Interkoneksi Dua Sumber Tegangan

V2

Tegangan phasa !  |! |"! dan #  |# |"#. Karena arah arus, I12,
diasumsikan dari V1 ke V2 :

!# 

|$% |&%' |$( |&(


|)|*

|$% |
|)|

"! + 

|$(|
|)|

"# + 

(2. 5)

Dan daya komplek yang mengalir S12 diberikan pada persamaan :


|$ |

,!#  ! -!#  |!|"! . |)|%  + "! +


|$%|(

|)|

 +

|$% ||$( |
|)|

|$( |
|)|

 + "# /

  "! + "#

(2. 6)

Dengan begitu, daya aktif dan daya reaktif pada akhir pengiriman
adalah :

!# 

|$% |(
|)|

cos  +

|$% ||$( |

cos3   "! + "# 4

(2. 7)

5!# 

|$% |(

|)|

|)|

sin  +

|$% ||$( |
|)|

sin3   "! + "# 4

(2. 8)

Saluran transmisi sistem tenaga memiliki resistansi yang kecil


dibandingkan dengan reaktansi. Mengasumsikan   0 39. ;. ,   90 4, maka
persamaan diatas menjadi :

!# 
5!# 

|$% ||$( |
>

|$% |
>

sin3 "! + "#4

?|! | + |# | cos3 "! + "# 4@

(2.9)
(2.10)

Karena R = 0, maka tidak ada rugi-rugi pada saluran transmisi dan daya
aktif yang terkirim sama dengan daya aktif yang diterima.
Dari hasil diatas, untuk sebuah tipe sistem daya dengan rasio R/X yang
kecil, maka :

10

Dari persamaan 2.9 terlihat bahwa dengan perubahan kecil pada nilai
"! atau "# akan mendapatkan suatu efek yang signifikan pada aliran
daya aktif, akan tetapi perubahan kecil pada nilai magnitud tegangan
tidak akan mengakibatkan efek perubahan pada aliran daya aktif.
Oleh karena itu, aliran daya aktif pada saluran transmisi sebagian
besar dibangkitkan oleh perbedaan sudut phasa pada tegangan
terminal (yaitu !# A sin "), dimana "  "! + "# .

Jika V1

mendahului V2, " adalah positif dan aliran daya aktif dari titik 1 ke
titik 2. Jika V1 tertinggal dari V2, " adalah negatif dan aliran daya
aktif dari titik 2 ke titik 1.
-

Dari persamaan 2.10, aliran daya reaktif adalah ditentukan oleh


perbedaan magnitud dari tegangan sisi kirim V1 dan tegangan sisi
terima V2, (yaitu, 5 A |! | + |# |)

2.3. Static Synchronous Compensator (STATCOM)


2.3.1. Prinsip Kerja STATCOM
Static Synchronous Compensator (STATCOM) adalah salah satu peralatan
paralel dari Flexible AC Transmission Systems (FACTS) yang menggunakan
komponen elektronika daya untuk mengontrol aliran daya dan memperbaiki
stabilitas transien pada sistem distribusi[4].
Prinsip kerja dari STATCOM dapat di jelaskan sebagai berikut. Voltage
source converter (VSC) yang digunakan dalam simulasi ini dibangun oleh empat
Three Level Inverter GTO 12 pulsa. VSC ini membangkitkan sumber tegangan
AC yang dapat dikontrol. Kemudian tegangan yang dihasilkan dari VSC
dibandingkan dengan tegangan AC yang ada di sistem. Jika tegangan AC pada
sistem lebih besar dari tegangan VSC, diperlihatkan pada gambar 2.4.a, maka
STATCOM bekerja seperti induktor didalam sistem dan menyerap daya reaktif
dari sistem. Sebaliknya, jika tegangan VSC lebih besar dari tegangan AC sistem,
diperlihatkan pada gambar 2.4.b, maka STATCOM bekerja seperti kapasitor
didalam sistem dan akan membangkitkan daya reaktif. Jika tegangan VSC dan
tegangan AC sistem sama, maka pertukaran daya reaktif adalah nol. Daya reaktif

11

yang diserap atau dibangkitkan adalah sebanding dengan perbedaan kedua


tegangan. [6]

XT

(a)

+
VB

IS

VS
+
VS

VB

VB - VS

IS
XT

(b)

+
VB

IS
+
VS

IS
VB

VS

VB - VS

Gambar. 2.4. Operasi STATCOM: (a) Operasi Induktif


Dan (b) Operasi Kapasitif [3]
Dengan memperhatikan gambar 2.5, maka variasi dari daya reaktif yang
dihasilkan oleh STATCOM diatur oleh VSC. VSC sendiri terdiri dari forced
commutated electronic devices, seperti; gate-turn-off thyristor (GTO), insulatedgate- bipolar transistor (IGBT) atau IGCT, untuk menghasilkan tegangan V2 dari
sumber tegangan DC. Dalam gambar 2.5, terlihat daya aktif-reaktif mengalir
antara V1 (tegangan sistem yang dikontrol) dan V2 (tegangan yang dibangkitkan
oleh VSC)[4].

12

Power
System

V1

VSC

P, Q

V1

Vdc

V2

V2

VSC

Gambar 2.5. Prinsip Kerja STATCOM

Saat operasi steady state, tegangan V2 dibangkitkan oleh VSC yang sefase
dengan V1, sehingga hanya daya reaktif saja yang mengalir (P=0). Jika V2 adalah
lebih rendah dari V1, daya reaktif (Q) mengalir dari V1 ke V2 (STATCOM
menyerap daya reaktif). Sebaliknya, jika V2 adalah lebih tinggi dari V1, daya
reaktif (Q) mengalir dari V2 ke V1 (STATCOM membangkitkan daya reaktif).
Besarnya daya reaktif dihitung dalam bentuk dq0 (akan dijelaskan pada sub bab
2.4) , yang diberikan oleh :

Q = (Vq*Id) (Vd*Iq)

dengan :
Vq

: Tegangan dalam quadratur axis

Vd

: Tegangan dalam direct axis

Iq

: Arus dalam quadratur axis

Id

: Arus dalam direct axis

(2.11)

13

Jika STATCOM memiliki sumber DC atau penyimpan energi (energy


storage) pada sisi DC, maka STATCOM dapat juga mensuplai daya aktif ke
sistem. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengatur sudut fasa dari STATCOM
dan sudut fasa dari sistem AC. Jika sudut fasa sistem AC mendahului sudut fasa
VSC, STATCOM akan menyerap daya aktif dari sistem AC. Jika sudut fasa dari
sistem tenaga AC tertinggal dari sudut fasa VSC, STATCOM mensuplai daya
aktif ke sistem AC[6].
Selain untuk mengkompensasi daya reaktif, ada aplikasi lain yang dapat
dilakukan oleh STATCOM, yaitu :[6]
Regulasi dan kontrol tegangan
Mereduksi/ mengurangi temporary overvoltage
Perbaikan penyaluran daya pada keadaan-tunak
Perbaikan stabilitas transien
Mengontrol flicker
Perbaikan kualitas daya
Aplikasi sistem distribusi

14

System bus

VAC
Coupling
Transformer
I

Vs
DC-AC
Switching
Converter
C

VDC

Gambar 2.6. One Line Diagram STATCOM[6]

Dalam gambar 2.6, diperlihatkan one line diagram dari STATCOM,


dimana penempatan STATCOM ini adalah ditempatkan secara paralel terhadap
sistem[6].
Kapasitor yang dihubungkan pada sisi DC dari VSC bertindak sebagai
sumber tegangan DC. Dalam keadaan steady state fasa tegangan V2 harus digeser
sedikit dibelakang V1 untuk mengkompensasi transformator dan rugi-rugi VSC
dan menjaga kapasitor tetap terisi (charged). Dua teknologi VSC yang dapat
digunakan untuk VSC[4] :

VSC berdasarkan penggunaan square-wave inverters GTO dan


hubungan transformator spesial. Pada umumnya three-level inverter
empat tingkat digunakan untuk membangun suatu bentuk gelombang
tegangan 48-step. Interkoneksi special transformator digunakan untuk
menetralkan harmonic yang terdapat didalam gelombang persegi yang
dibangkitkan oleh individu inverter. Pada VSC jenis ini, komponen
fundamental

tegangan

V2

adalah

proporsional

terhadap

VDC.

Olehkarena itu tegangan VDC harus bervariasi untuk mengontrol daya


reaktif.

15

VSC berdasarkan penggunaan PWM inverter IGBT. Inverter jenis ini


menggunakan

teknik

Pulse-Width

Modulation

(PWM)

untuk

menghasilkan bentuk gelombang sinusoidal dari sebuah sumber


tegangan DC. Tegangan V2 divariasikan dengan mengubah indeks
modulasi dari PWM modulator.

VSC adalah bangunan utama dari sebuah STATCOM dan peralatan


FACTS lainnya. Suatu VSC yang sangat sederhana menghasilkan suatu bentuk
gelombang tegangan persegi karena men-switch langsung on dan off sumber
tegangan. Tujuan utama dari VSC adalah untuk menghasilkan tegangan sinusoidal
AC.
2.3.2. Voltage Source Converter (VSC)[1]
Tujuan utama dari VSC adalah untuk membangkitkan tegangan AC dari
tegangan DC, sehingga VSC jenis ini adalah disebut sebagai converter DC-AC
atau inverter. VSC harus mampu membangkitkan suatu tegangan AC dengan
suatu magnitudo dan frekuensi yang diinginkan. Magnitudo dan frekuensi bisa
ditetapkan atau bervariasi (sesuai dengan aplikasi yang diinginkan).
Konfigurasi dasar tiga fasa disebut VSC 6 pulsa terdiri dari 6 peralatan
turn off seperti GTO atau IGBT dengan diode reverse-parallel dihubungkan
sebagai jembatan Graetz 6 pulsa. VSC 6 pulsa diperlihatkan dalam gambar 2.7.

16

g1

Q1

D1

g3

Q3

D3

g5

Q5

D5

VDC

ia
g4

Q4

D4

g6

Q6

D6

g2

Q2

D2

R
n
R

ib

ic

Gambar 2.7. Rangkaian VSC 6 Pulsa Dengan Beban Resistif

Sinyal kontrol penyalaan gi yang diberikan ke transistor dikontrol agar tiap


transistor konduksi selama 180 0 ketika VSC dihubungkan ke beban resistif.
Gambar 2.8, memperlihatkan sinyal control penyalaan untuk masing-masing
transistor. VSC bisa dilihat sebagai kombinasi tiga VSC satu fasa dimana masingmasing kaki fasa menghasilkan sebuah keluaran yang fasanya digeser 1200
dengan keluaran dari dua kaki yang lainnya. Sinyal kontrol penyalaan digeser 600
satu sama lainnya.

17

g1
0

0
g2
0
0
g3

0
0
g4

0
0
g5
4

0
0
g6
4

0
0

B
3

2B
3

Gambar 2.8. Kontrol Sinyal Penyalaan

Urutan penyalaan (switching) yang ditunjukkan oleh gambar 2.8


membangkitkan tegangan line-to-line vab(t), vbc(t), dan vca(t) yang diilustrasikan
pada gambar 2.9. Dalam gambar diperoleh bahwa tegangan line-to-line memiliki
lebar pulsa 120 0 dengan magnitude tegangan puncak VDC. Untuk masing-masing
interval 600 terdapat tiga mode operasi yang berbeda; dalam setengah siklus
pertama urutan operasi adalah 1-5-6 (gambar 2.10), 1-2-6 (gambar 2.11) dan 1-2-3
(gambar 2.12).

18

Vab
VDC
0
-VDC
t
Vbc
VDC
0
-VDC
t
Vca
VDC
0
-VDC
2B
3

t
2

Gambar 2.9. Bentuk Gelombang Tegangan Line-to-Line

i1
R
VDC

R
b
Gambar 2.10. Rangkaian Ekivalen VSC 6 Pulsa Untuk Urutan
Penyalaan Thyristor 1-5-6 Yang ON

19

R
n

VDC
i2

R
a

Gambar 2.11. Rangkaian Ekivalen VSC 6 Pulsa Untuk Urutan


Penyalaan Thyristor 1-2-6 Yang ON

i3
R
b

VDC

R
c
Gambar 2.12. Rangkaian Ekivalen VSC 6 Pulsa Untuk Urutan
Penyalaan Thyristor 1-2-3 Yang ON

Berikut ini tegangan line to neutral dari rangkaian ekivalen urutan 1-5-6
I

untuk E F GH F
L

K    
9! 

$NO
LPQ

ML

#$NO

RS  RTS 

, pada gambar 2.10.

(2.13)

ML

% L
#

(2.12)

 U
#

RVS  +9!   + U


M

(2.14)
(2.15)

20

dengan :
R

: Hambatan (ohm)

Req

: Hambatan total (ohm)

i1

: Arus pada rangkaian (A)

van

: Tegangan fasa a ke netral ( V)

vbn

: Tegangan fasa b ke netral (V)

vcn

: Tegangan fasa c ke netral (V)

VDC

: Tegangan sumber DC (V)

Berikut ini tegangan line to neutral dari rangkaian ekivalen urutan 1-2-6
untuk

I
J

F GH F

WI

K    
9# 

$NO
LPQ

, pada gambar 2.11.

ML

(2.16)

#$NO

(2.17)

ML
#

RS  9#  U


M

' (L

RVS  RTS 

(2.18)
!

 + U
M

(2.19)

Berikut ini tegangan line to neutral dari rangkaian ekivalen urutan 1-2-3
untuk

WI
J

F GH F I , pada gambar 2.12.


L

K    
9M 

$NO
LPQ

ML

#$NO

(2.21)

ML

RS  RVS 

X L
#

(2.20)

 U
#

RTS  +9M   + U


M

(2.22)
(2.23)

21

Gambar 2.13 menggambarkan tegangan line-to-neutral van(t), vbn(t) dan


vcn(t). Nilai tegangan puncak yang dihasilkan bergantung pada tegangan DC.

Gambar 2.13. Bentuk Gelombang Tegangan Line-to-Neutral

Tegangan sesaat (instantaneous) line-to-line, vab dari gambar 2.9


(tegangan sesaat VSC 6 pulsa) bisa dituliskan kedalam deret fourier, dengan vab
digeser sebesar /6, [6] yaitu :
_

RV 3Y4  b
Sc! V[ sin \]^Y  ]a

(2.24)

Tegangan vbc(t) dan vca(t) dapat dilihat pada persamaan dibawah ini
dengan menggeser fasa vab sebesar 1200 dan 2400, berturut-turut, dari vab (t)[6].
d

RV 3Y 4  _ U b
S S e \ ` ]a 9] \]^Y  ` ]a
d

RVT 3Y4  U b


S cos \ ]a sin \]^Y + ]a
_

(2.25)

(2.26)

22

d

_ U

RT 3Y4 

b
S cos \ ]a 9] \]^Y +
S

]  6h i 1; h  0, 1, 2,

f_
`

]a

(2.27)

Nilai tegangan rms line to line didapat dengan persamaan[1] :


#

m  .#_ n

#_ M

!#

 # o 3^Y 4/

 qM U  0.8165 U

(2.28)

Dan nilai tegangan line-to-neutral rms diberikan oleh persamaan[1] :

t 

$u

#$NO
M

 0.4714 U (Volt)

(2.29)

2.3.3. Daya Reaktif Yang Dialirkan


Daya reaktif yang dialirkan antara sistem AC dengan kompensator
dikontrol dengan cara mengatur harga komponen fundamental dari VSC diatas
atau dibawah dari sistem AC.
Kontrol dari kompensator dilakukan dengan perubahan kecil pada sudut
penyalaan dari peralatan semikonduktor, sehingga harga fundamental komponen
dari tegangan yang dihasilkan dari VSC dipaksa untuk tertinggal atau mendahului
tegangan sistem AC beberapa derajat. Hal ini menyebabkan daya reaktif mengalir
keluar atau kedalam VSC, mengubah tegangan dari kapasitor, dan tegangan
minimal dari VSC sehingga resultan dari daya reaktif juga berubah.

2.3.4. STATCOM 48 Pulsa


Konverter 48 pulsa didapat dengan menggabungkan empat buah VSC 12
pulsa, dengan pergeseran fasa tertentu seperti pada Gambar 2.14. Untuk
penggunaan pada sistem tenaga berkapasitas besar konverter 48 pulsa adalah
pilihan terbaik karena memiliki performa yang cukup baik. Konverter 48 pulsa
menggunakan empat buah konverter 12 pulsa yang masing-masing dari
keluarannya dihubungkan dengan transformator 12 pulsa dengan pergeseran fasa
tertentu.

23

4
A

A+

5
B

a3

B+

C+

A-

Demux

1
VdcP

A
N

b3

c3

Bn

C-

A+

Three-Level Bridge
1Y

a3

B+

C+

N
b3

AB-

B
C

N
-

c3

C-

Three-Level Bridge
1D

A+
B+

a3

b3

c3

C+
A-

Bn

C-

A+
B+

Three-Level Bridge
2Y

g
A

C+

N
b3

AB-

B
C

C-

a3

c3

Three-Level Bridge
2D

Gambar 2.14. STATCOM 48 Pulsa [4]

1
Pulses

3
VdcM

24

2.3.4.1. Konverter 12 Pulsa[6]


Untuk konverter enam pulsa keluarannya adalah tegangan line-to-line,
vab(t), vbc(t), vca(t). vab(t) didapat dari persamaan (2.24), dalam deret fourier :
RV 3Y4  V% 9]3^Y  30 4  Vy 9]35^Y  150 4

 Vz 9]37^Y  210 4  V%% 9]311^Y  330 4

V%X 9]313^Y  30 4  V%z 9]317^Y  330 4 

(2.30)

terhubung dengan trafo Y-Y dengan perbandingan lilitan 1:1, tegangan


line to neutral van(t) adalah :
RS 3Y4 

{V% 9]3^Y|  Vy 9] 35^Y4

 Vz 9]37^Y4  V%% 9]311^Y4  V%X 9]313^Y4


V%z 9] 317^Y4  )

(2.31)

Dari persamaan (2.30) dan (2.31) dapat dilihat bahwa amplitudo


tegangan line to line adalah 3 kali amplitudo tegangan line to neutral.
Pada konverter enam pulsa yang kedua menghasilkan tegangan line to
line yang tertinggal 300 dengan konverter yang pertama dengan magnitudo yang
sama, yaitu :
RV 3Y4#  V% 9]3^Y4  Vy 9]35^Y4  Vz 9]37^Y4
 V%% 9]311^Y4  V%z 9]317^Y4

V%} 9] 319^Y4  V(X 9]323^Y4  ~

(2.32)

25

Jika kompensator ini terhubung dengan trafo -Y dengan turn ratio 1:3,
tegangan line to neutral pada sisi Y adalah :
RS 3Y4# 

3V% 9]3^Y4  Vy 9]35^Y4  Vz 9]37^Y4

 V%% 9]311^Y4  V%z 9]317^Y4

RS 3Y4# 

V%} 9]319^Y4  V(X 9]323^Y4  ~ )

b
Sc! V[ 9]3]^Y 4

(2.33)
(2.34)

]  6h i 1, h  0,1,2,

Maka tegangan line to line pada sisi Y adalah :


RV 3Y4#  V% 9]3^Y  30 4 + Vy 9]35^Y  150 4

+ Vz 9]37^Y  210 4  V%% 9]311^Y  330 4

V%X 9]313^Y  30 4 + V%z 9]317^Y  330 4  (2.35)


RV 3Y4#  b
Sc!

$ [

3'!4

9] \]^Y  ]a

]  6h i 1, h  0,1,2,

(2.36)

Atau juga dapat ditulis kedalam bentuk :


_

RV 3Y4#  3 b
Sc! S[ 9] \]^Y  ` ]a

(2.37)

]  6h i 1, h  0,1,2,

Dua bentuk persamaan (2.24) dan (2.36) ditambahkan dengan


menggunakan transformer summing untuk menghasilkan bentuk ketiga vab (t)12
yang hampir mendekati bentuk gelombang sinus, yang dinamakan tegangan
duabelas pulsa.

26

(2.38)

(2.39)

Maka, vab(t)12 adalah tegangan line to line dari konverter duabelas pulsa.
Bentuk gelombang ini ditunjukkan pada gambar 2.15. Dengan penggabungan dua
konverter enam pulsa yang dihubungkan secara paralel pada bus DC yang sama,
yang bekerja bersama sebagai VSC-STATCOM duabelas pulsa.

vab(t)
vabY(t)2

Gambar 2.15. (a). vab(t)12 dan vabY(t)2 ; (b). Tegangan 12 Pulsa

27

Gambar 2.16. Tegangan Line to Neutral STATCOM 12 Pulsa

Tegangan line to neutral ditunjukkan pada gambar 2.16. Tegangan


duabelas pulsa yang diberikan oleh persamaan (2.39) dalam deret fourier adalah:
_

RV 3Y4!#  b
Sc! sin3]^Y  ]4

]  12h i 1, h  0,1,2,
Dimana :
V!#[  V[  3S[
V!#[  3

4

]B U

]  12h i 1, h  0,1,2,

(2.40)

28

2.3.4.2. Analisa Sinyal Arus AC[6]


Misalkan tegangan AC merupakan sinus murni ean= Vm sin (t), dan
magnitudo dari arus fundamental persamaan (2.42) dan dimana van1(t) = 1.2732
VDC sin (t), maka :
9 3Y4!  +

$ '!.#fM# $NO
m

cos3^Y4

(2.41)

Maka ,
9! 

$ '!.#fM# $NO

(2.42)

Arus fundamental akan bertindak bila Vm < 1.2732 VDC; oleh karena itu
kompensator akan bertindak sebagai kapasitor pada sistem dan arus akan mengalir
dari kompensator ke sistem. Arus fundamental akan tertinggal saat Vm > 1.2732
VDC, maka kompensator akan bertindak sebagai induktor pada sistem dan arus
akan mengalir dari sistem AC ke kompensator. Hal ini dapat digambarkan pada
diagram fasor diantara induktor dan arus AC pada gambar 2.17.

Ian

Ia1

Lagging

Leading

Vm > 1.2732 VDC

Vm < 1.2732 VDC

Ia1

VL

Gambar 2.17. Diagram Fasor

Untuk mendapatkan perhitungan arus AC, prosedur yang dilakukan sama


seperti pada rangkaian untuk enam pulsa, dimana lama periode konduksi adalah
30 0. Analisa dilakukan pada gambar 2.18.

29

Gambar 2.18. Tegangan Sistem AC dan Tegangan Fundamental


Kompensator van(t)
1. Interval 0 F ^Y B/6
!

Rm 3Y 4   9] 3^Y 4 + U 

9 3 Y 4  +

3e3^Y 4 + 14 +

9 3Y4

!
 Y
Mm U



(2.43)

Dimana I0 adalah kondisi awal pada Y  0; 9 304  


2. Interval /6 F t B/3

Rm 3Y4   9]3^Y4 + 0.9107U 


$

\e3^Y4 +
9 3Y 4  + m

Dimana: !  9 \`a

M
a
#

+\

9 3Y4

.! f
m

Y+

.! f

`m

a U  !

(2.44)

30

3. Interval B/3 F ^Y B/2

Rm 3Y 4   9] 3^Y 4 + 1.2440U 


9 3Y4
$

!.#dd

3e3^Y 4 + 0.54 + \
9 3Y 4  + m

Y+

!.#dd _
Mm

a U  #

(2.45)

Dimana: #  9 \ a
M

Pada saat kondisi steady state 9 \

a  0, maka pada keadaan steady

state I0 dihitung dengan:


_

!.#dd

3+0.54 + \
9 \#a  + m

!.#dd _

#  + #m


`m

#  9 \ a  +
M

!  +3

#m

U

m #
`m

!.#dd _
Mm

a U  #  0
(2.46)

.!f

\ + a+ \

#.!df_

. # +

U

.!f _
`m

a U  !  0
(2.47)

\ + 1a + . U  
!  9 \`a  + m
Mm `
#


  + m

f.d`d!_
!m

U

(2.48)

Substitusi persamaan (2.48) kedalam persamaan (2.43) persamaan pada


keadaan tunak.
$

9 3Y 4  + m
e3^Y4 + \Mm Y +

0 F ^Y B/6
9 3 Y 4  +

e3^Y4 + \

B/6 F ^Y B/3

.! f
m

f.d`d!_
!m

Y+

a U

M. `d_
`m

a U

(2.49)

(2.50)

31

!.#dd

9 3Y 4  + m
e3^Y4 + \

B/3 F ^Y 2B/3
9 3 Y 4  +

e3^Y4 + \

.! f
m

2B/3 F ^Y 5B/3
$

Y+

M.fM# _

a U

(2.51)

Y+

#.M_

a U

(2.52)

9 3Y 4  + m
e3^Y4 + \Mm Y +

5B/6 F ^Y B

`m

`m

!.d`d!_
!m

a U

(2.53)

Pada interval B F ^Y 2B bentuk gelombang arus AC adalah negatif


dari persamaan diatas.
2.3.4.3. Arus Kapasitor[6]
Arus kapasitor terdiri dari arus-arus DC yang diberikan oleh masingmasing konverter enam pulsa; arus kapasitor diberikan oleh:
9U 3Y4!#  9U 3Y4!  9U 3Y4#

(2.54)

Dengan:
9U 3Y4!# adalah arus kapasitor 12 pulsa

9U 3Y4! adalah arus kapasitor kompensator pertama


9U 3Y4# adalah arus kapasitor kompensator kedua

Untuk mendapatkan perhitungan arus pada sisi DC, prosedur yang


dilakukan sama seperti pada rangkaian untuk enam pulsa, dimana lama periode
konduksi adalah 300. Arus pada kompensator 6 pulsa yang pertama pada sisi DC
9U 3Y4! , selama 600 pertama dihitung sebagai berikut. Untuk semua waktu t,
9U 3Y4! diberikan oleh,

9U 3Y4!  9% 3Y4  9T% 3Y4

(2.55)

32

Mempertimbangkan bahwa interval konduksi adalah 300 menghasilkan,


$

9U 3Y4!  + m
e \^Y  M a +

!.#dd
m

+ \Y + ` a U

(2.56)

0 F ^Y B/3

Oleh karena itu, persamaan (2.56) memberikan arus kompensator 6 pulsa


pertama pada sisi DC selama interval 600 pertama. Arus kompensator kedua
9U 3Y4# memperlihatkan perilaku yang sama tertinggal 300. Gambar 2.19 dan 2.20
menggambarkan bentuk gelombang untuk dua kasus yaitu tertinggal dan
mendahului.
$

9U 3Y4#  + m
e \^Y  ` a +

!.#dd
m

+ \Y + M a U

(2.57)

B/6 F ^Y B/2

Substitusi persamaan (2.56) dan (2.57) kedalam persamaan (2.55)


menghasilkan,
$

9U 3Y4!#  +1.9319 m


e \^Y  !# a +

0 F ^Y B/6

#.d
m

+ \Y + !# a U (2.58)

33

Gambar 2.19. Arus Kapasitor Konverter Pertama


(a) Membangkitkan Daya Reaktif
(b) Menyerap Daya Reaktif

Gambar 2.20. Arus Kapasitor Konverter Kedua


(a) Membangkitkan Daya Reaktif
(b) Menyerap Daya Reaktif

34

2.3.4.4. Tegangan DC Kapasitor[6]


Tegangan kapasitor pada interval konduksi 30 0 pertama adalah :
$

RUt3Y4!#  +1.9312 (mU 9] \^Y  !# a  1.8681 (mU +




!.#dd _
` (mU

U Y  

!.#dd
mU

U Y #
(2.59)

Dimana V0 adalah kondisi awal pada t = 0;   R Ut 304. Kondisi awal

dihitung menggunakan komponen rata-rata U pada persamaan (2.59) dengan


 B/6^; oleh karena itu,
`

U  + _( mU  

!.`!$
( mU

.d!df_ (

f# (mU

U  

(2.60)

Menyederhanakan
  0.0418

!

(mU 

+ 0.0568

!

(mU U

 U

(2.61)

Tegangan puncak kapasitor diberikan oleh:


t  +0.0220

!

( mU 

 0.0284

!

( mU U

 U

(2.62)

35

2.3.5. Tegangan Voltage Source Converter GTO 48 Pulsa[6]


Konverter 48 pulsa dapat digunakan pada daya berkapasitas besar tanpa
menggunakan filter AC dikarenakan keandalan dan harmonisa yang rendah pada
sisi AC. Keempat output tegangan AC 12 pulsa dari 4 konverter 12 pulsa,
ditambahkan terhubung secara seri pada lilitan sekunder dari transformator.
Tegangan keluaran AC 12 pulsa adalah :
RV 3Y4  V%( 3Y4!  V%( 3Y4#  V%( 3Y4M  V%( 3Y4d

RV 3Y 4  8?V% sin3^Y  30 4  Vz sin347^Y  150 4

 V} sin349^Y  210 4  V}y sin395^Y  330 4

{V}z sin397^Y  30 |  @

(2.63)

secara umum dapat dituliskan sebagai berikut :


RV%( 3Y 4  2 Sc! RV[ sin3]^Y  30 ]4

(2.64)

]  12h i 1, h  0, 1, 2,

Tegangan line-to-line dihubungkan dengan converter 48-pulsa diberikan


oleh persamaan berikut ini :
RV 3Y 4  8 Sc! RV[ 9]3]^Y  18,75 ]  11,25 9 4

(2.65)

]  48h i 1, h  0, 1, 2,
Tegangan line-to-neutral adalah :
RS 3Y4 

?V% sin3^Y4 + Vz sin347^Y4

 V} sin349^Y4  V}y sin395^Y4


{V}z sin397^Y|  @

(2.66)

36

Atau dapat ditulis :


RS 3Y4 

Sc! V[ sin3]^Y  18,75 ] + 18,75 94

(2.67)

]  48h i 1, h  0, 1, 2,

Tegangan R VS 3Y4 dan RTS 3Y4 memiliki pola yang sama, kecuali

berbeda fasa 120 0 dan 2400 dari RS 3Y4. Gambar 2.21 merupakan tegangan 48pulsa line-to-line dan harmonisa yang dikandungnya.

Gambar 2.21 Tegangan 48-Pulsa Line-to-Line (Biru)


Dan Line-To-Neutral (Merah)

37

2.3.5.1. Arus Kapasitor[6]


Arus kapasitor terdiri dari arus-arus DC yang diberikan oleh masingmasing konverter duabelas yang membentuk STATCOM 48 pulsa; arus kapasitor
diberikan oleh:
9U 3Y4!#  9U 3Y4!  9U 3Y4# 9U 3Y4M  9U 3Y4d9U 3Y4  9U 3Y4`
9U 3Y4f 9U 3Y4

(2.68)

Arus untuk tiap VSC 6 pulsa mengikuti;


9U 3Y4!   e3^Y    60 4;

11.25 F ^Y 71.25

9U 3Y4M   e3^Y    60 4;

0 F ^Y 56.25

9U 3Y4#   e3^Y    90 4;


9U 3Y4d   e3^Y    90 4;
9U 3Y4   e3^Y    60 4;
9U 3Y4`   e3^Y    60 4;
9U 3Y4f   e3^Y    60 4;
9U 3Y4   e3^Y    60 4;

11.25 F ^Y 41.25
0 F ^Y 26.25

3.75 F ^Y 63.75
0 F ^Y 33.75
0 F ^Y 48.75
0 F ^Y 18.75

Arus kapasitor 48 pulsa diberikan oleh persamaan (2.69),


9U 3Y4  7.7276 e3^Y    75 4

(2.69)

11.25 F ^Y 18.75

2.3.5.2. Tegangan Kapasitor[6]


Tegangan kapasitor interval konduksi 7.50 diberikan oleh persamaan
(2.70),
RUt 3Y4 

f.f#f`
U

 ?9]3^Y    75 4 + 9]386.25  4@


11.25 F 5 ^Y 18.75

Dengan:   R Ut 3Y4; Y 

!!.#_
!

(2.70)

38

Inisial kondisi  pada Y  0  diberikan oleh persamaan (2.73),

U  n
RUt3Y 4oY
_

Dengan:  #d ; Y 
  U 


!.d`#d
_U

f.f#f`
U

; Y 

!.f_
!

 ?e393.75  4 + e386.25  4@

(2.72)

 9]386.25  4
!_

  RUt3Y 4; Y  !
 

!!.#_

(2.71)

f.f#f`
U

 ?9]390   4 + 9]386.25   4@  

(2.73)

2.3.6. Karakteristik V-I STATCOM[4]


STATCOM dapat bekerja pada dua mode yang berbeda :
-

Voltage regulation mode (tegangan diregulasikan sesuai batasan tertentu)

VAR Control mode (daya reaktif output STATCOM dianggap konstan)


Saat STATCOM bekerja pada voltage regulation mode, karakteristik V-I

nya adalah sebagai berikut :


V
Slope Xs

-Imax
Capacitive

Vref

Reactive
Current

-Imax
Inductive

Gambar 2.22. Karakteristik V-I STATCOM

39

Selama arus reaktif berada pada kondisi minimum dan nilai arus
minimum (-Imax, Imax) dipengaruhi rating converter, regulasi tegangan berada
pada tegangan referensi (Vref). Drop tegangan yang digunakan antara 1% - 4%
pada daya reaktif output maksimum. Kurva karakteristik V-I mengalami
penurunan (slope) seperti pada gambar 2.22, berikut ini adalah persamaan yang
menggambarkan karakteristik V-I pada mode voltage regulation :
  .

(2.74)

Dengan :
V

= tegangan urutan positif (pu)

Vref

= tegangan referensi

= arus reaktif (pu/Pnom) (I>0 : arus induktif)

Xs

= slope/ reaktansi drop (pu/Pnom)

Pnom

= daya nominal 3 fase converter

2.3.7. Sistem Kontrol STATCOM


Sistem kontrol yang digunakan pada STATCOM berfungsi untuk
menaikkan atau menurunkan tegangan DC kapasitor, sehingga tegangan AC yang
dibangkitkan mempunyai amplitudo yang sesuai untuk membangkitkan atau
menyerap daya reaktif yang diperlukan. Sistem kontrol juga menjaga tegangan
AC yang dibangitkan VSC, sefasa dengan tegangan sistem untuk membangkitkan
atau menyerap daya reaktif yang diperlukan. Sistem kontrol yang digunakan
adalah decoupled current control system yang didasarkan pada direct axis dan
quadratur axis dari komponen arus STATCOM, dalam gambar 2.23 diperlihatkan
sistem kontrolnya. Daya reaktif yang diinjeksikan ke dalam sistem, diperoleh dari
perhitungan transformasi abc ke dalam dq0. Dan untuk mensinkronkan jalur
kontrol ke sumber AC sehingga dapat beroperasi pada referensi abc ke dq0, maka
digunakanlah Phase Locked Loop (PLL). [7]

40

Vdref

-2<D<2
DC Volatge
Measurement

Vdc

Rate Detector
(t)
Vdc>K

Kp + Ki /S
D

Regulator Slope

Limiter

Limiter

Voltage Regulator
Vref

+
Vref

Current Regulator

Kp + Ki /S

Kp + Ki /S

Iref

Converter
Gain
Patern
Logic

Iq

Vt

STATCOM Current

dq
Transformation

PLL
Base Voltage
Vt

Gambar 2.23. Sistem Kontrol STATCOM [3]

Rangkaian kontrol diatas terdiri dari :


-

Phase-locked loop (PLL) yang mensinkronkan komponen urutan


positif dari tegangan primer 3-fase (Vt). Keluaran dari PLL (sudut =
t)

digunakan

untuk

perhitungan

komponen

direct-axis

dan

quadrature-axis dari arus dan tegangan AC 3 fase (pada diagram diberi


label Vd, Vq atau Id, Iq).
-

Sistem pengukuran yang mengukur komponen d dan q arus dan


tegangan AC urutan positif yang akan dikontrol sebagaimana tegangan
DC, Vdc

Regulasi tegangan dilakukan oleh dua regulator PI


Bagian loop terluar terdiri dari AC Voltage regulator, output dari AC
voltage regulator adalah arus reaktif referensi )Iqref) yang didapat dari

Vs

41

tegangan yang terukur (Vmeas) dan tegangan referensi (Vref). Iqref ini
kemudian digunakan oleh regulator arus (loop bagian dalam). Output
dari regulator arus adalah sudut yang merupakan fasa pergeseran
(phase shift) dari tegangan inverter dengan tegangan system. Sudut ini
besarnya hampir mendekati nol.
(Iq = arus dalam quadrature yang tugasnya mengatur aliran daya
reaktif)
-

Pembangkit sudut penyalaan (firing pulse generator) membangkitkan


pulsa untuk empat inverter dari output PLL (.t) dan output regulator
arus (sudut ).

2.3.8. Jatuh Tegangan


Dengan beroperasinya

beban dapur busur listrik (electric

arc

furnace/EAF) kualitas tegangan bus bar 30kV menjadi menurun. Penurunan


kualitas dari profil tegangan ini diakibatkan adanya jatuh tegangan yang bervariasi
yang disebabkan tidak stabilnya kondisi sentuhan elektroda elektroda dengan
bahan (biji besi dan scrap) dari dapur busur listrik (electric arc furnace/EAF).
Besarnya jatuh tegangan yang terjadi akibat beroperasinya beban dapur busur
listrik dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :

 

dengan :
V = jatuh tegangan yang disebakan daya reaktif
Sk = Kapasitas daya hubung singkat bus EAF
Q = Perubahan daya reaktif EAF

(2.75)

42

2.4. Transformasi Tiga Fasa abc to dq0


Transformasi ini digunakan untuk menghitung direct axis dan quadrature
axis, dan komponen urutan nol dari sinyal (arus/ tegangan) tiga phasa. Bentuk
persamaan transformasi ini dapat dilihat pada persamaan dibawah ini.

 
K 
 

#
M

#
M

!
M

. ,9] 3^Y4  V ,9] \^Y +

#_

.  3^Y4  V  \^Y +

3  V  T 4

a  T ,9] \^Y 

#_
M

a  T  \^Y 

#_
M

a/

(2.76)

a/

(2.77)

#_
M

(2.78)

Persamaan transformasi diatas berlaku juga pada arus tiga fasa, yaitu
dengan mengganti variabel Va, Vb, Vc, Vd, Vq, V0 dengan variabel Ia, Ib, Ic, Id, Iq
dan I0[4].

2.5. Electric Arc Furnace (EAF)


Sesuai dengan namanya, EAF memanfaatkan energi listrik sebagai sumber
panas untuk melebur bahan baku pembuatan baja. Pada pabrik SSP, jenis EAF
yang digunakan adalah EAF arus bolak balik 3 fasa. Tiap fasa arus terhubung
dengan satu elektroda, yang akan menghasilkan busur listrik (arc) sebagai sumber
energi listrik untuk peleburan. Busur listrik terjadi karena adanya arus listrik yang
lewat melalui gas-gas perantara yang telah terionisasi dari elektroda-elektroda ke
bahan baku yang bersifat konduktor, pada saat elektroda dan bahan baku tersebut
dipisahkan pada jarak tertentu. Penentuan jarak ini dilakukan melalui sistem
kontrol elektroda yang menggerakkan elektroda naik dan turun secara otomatis
sesuai dengan impedansi acuan yang ditentukan. Busur yang dihasilkan melalui
proses ionisasi tersebut akan mengubah daya listrik aktif dalam jumlah besar
menjadi panas yang dapat mencapai suhu sekitar 4000 0C, sehingga bahan baku
pembuat baja tersebut dapat dilebur untuk kemudian di proses lebih lanjut untuk
menghasilkan baja yang diinginkan[5].
Dalam proses pembuatan baja slab pada pabrik Slab Steel Plant (SSP) II
secara umum dapat dibagi menjadi 3 tahapan proses, yaitu proses peleburan,

43

proses secondary metalurgy, dan proses pencetakan. Proses peleburan terjadi pada
Electric Arc Furnace (EAF). Mula-mula EAF diisi dengan bahan baku pembuatan
baja yang terdiri dari besi tua (scrap), besi spons (spons iron), batu kapur
(limestone), dan beberapa material lainnya. Dengan menggunakan energi listrik,
seluruh bahan baku tersebut dilebur menjadi baja cair dan kemudian dituang ke
dalam tempat pnampungan baja cair yang disebut dengan ladle.
Selanjutnya, dengan menggunakan crane, ladle dibawa ke ladle furnace
dan vaccuum degassing untuk dilakukan proses secondary metalurgy. Proses ini
adalah proses menaikkan temperatur

dan pengaturan komposisi kimia agar

dihasilkan baja yang sesuai dengan grade dan kualitas yang diinginkan. Dari ladle
furnace cairan baja tersebut dibawa ke mesin cor kontinyu untuk dicetak menjadi
baja slab yang sesuai dengan ukuran yang diminta.

KEPUTUSASAAN KADANG MEMBUAT


MANUSIA MENJADI GAMANG DAN
MEMBUAT SEAKAN HIDUP TANPA RUH,
TANPA JIWA. HILANG SEMANGAT HIDUP,
HILANG SEMANGAT SEGALA-GALANYA..
JANGAN PERNAH PUTUS ASA!!!

BAB III
PEMODELAN SISTEM
STATIC SYNCHRONOUS COMPENSATOR (STATCOM)

3.1. Pemodelan Static Synchronous Compensator (STATCOM)


Sistem kontrol STATCOM merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari suatu sistem daya AC. Dengan melakukan

perubahan kecil pada sudut

penyalaan dari peralatan semikonduktor, maka tegangan yang dihasilkan dari


konverter dipaksa untuk tertinggal atau mendahului tegangan sistem AC beberapa
derajat, sehingga daya reaktif akan diserap atau dibangkitkan oleh STATCOM.
Pada gambar 3.1 dibawah direpresentasikan sebuah rangkaian yang digunakan
dalam analisa dinamik STATCOM. Ada tiga bagian utama dari rangkaian pada
gambar 3.1, yaitu :
1. Sistem tenaga yang dimodelkan dengan sebuah sumber tegangan
terkontrol. Impedansi konstan yang menyatakan resistansi dari daya
hubung singkat dan induktansi saluran transmisi
2. Impedansi konstan merepresentasikan beban induktif
3. Static Synchronous Compensator (STATCOM) dengan sistem
kontrolnya.
aA
bB
cC

A
B
C

Source Impedance Primary


7702.29MVA
(150 kV)
Short Circuit Level

a
b
c

aA
bB
cC

A
B
C

Secondary
(30kV)

150/30 kV
100 MVA

A
B
C

Source Impedance
1606.99MVA
Short Circuit Level1

Q
<------

Cp

Puls e s V dcP
aA

bB

cC

B1
Va,VaI a
Q (Mv ar)
Vm es Vref (pu)
Vdc

Signals and
Scopes

VaSec, Va IaPrim (pu)

Load

N
VdcM

Cm

STATCOM1

Q (Mv ar)

V abc

Vabc_B1

Iabc

Iabc_B1

Vmeas Vref (pu)

Puls e s
Vdc

V dcPN
ST ATCOM

STATCOM
Controller

Discrete,
T s = 2.5e-005 s.

Multim eter

Gambar 3.1. Rangkaian STATCOM Untuk Analisa Dinamik

44

Source Voltage
(150 kV)

A
B
C

A
B
C

A
B
C

45

Karena

data

perhitungan

yang

digunakan

untuk

perhitungan

pengkompensasian menggunakan SVC dilapangan adalah data yang terukur di


penyulang 30 kV dimana SVC dipasang, sehingga daya reaktif sisi trafo EAF dan
terukurnya di sisi 30 kV adalah sama. Maka pemodelan untuk pengkompensasian
dalam simulasi yang dilakukan menggunakan rangkaian seperti pada gambar 3.1
diatas.
Dan untuk rangkaian kontrol dari STATCOM diperlihatkan pada gambar
3.2. dibawah ini.

VmeasVref

Vref

Vm eas

Vref
Iqref

1
Vabc

1/z

Vabc

2
Iabc

1/z

Iabc

Vm eas

Qref1
Iqref

Voltage
Regulator

Iq
Freq

-Qref1

PQ

PQ

Iqref1

Iqref1

OpMode

OpMode

Iq_avg

wt

IqIqref

Iqref(Auto)

Vm eas

Id

Id

Iq_Ref

Iq Limit Computation
and Iqref Selection

Measurement
System

Alpha
Iq

Current
Regulator

Display

al pha

Freq
Vabc (pu)
wt

wt

Sigma (deg)
180-7.5

Alpha
Sigm a

1/z

Pulses

PLL

Iq_avg
D_Alpha

3
VdcPN

1/z

+/-Vdc/2
Vdc

wt

1
Pulses

D_Alpha

Firing Pulses
Generator

DC Balance
Regulator

Gambar 3.2. Sistem Kontrol STATCOM

Dari rangkaian sistem kontrol pada gambar 3.2, rangkaian utama dari
sistem kontrol STATCOM terdiri dari :
a. Sistem pengukuran (Measurement System)
b. Regulator tegangan (Voltage Regulator)
c. Regulator arus (Current Regulator)
d. Rangkaian sinkronisasi (PLL)

46

e. Rangkaian pembangkitan sinyal penyalaan (Firing Pulses Generator)


f. Regulator DC (DC Balance Regulator)

3.1.1. Sistem Pengukuran


Dari measurement system, didapatkan magnitud tegangan input VSC, V.
selanjutnya V dibandingkan dengan tegangan referensi (Vref) yang besarnya 1 pu.
Selisih yang didapatkan kemudian diproses melalui regulator tegangan sehingga
didapatkan output Iqref (arus referensi) yang digunakan untuk mengatur aliran
daya reaktif.

Vabc

Iabc

Vm eas
PQ
Iq

Freq

wt

Iq_avg
Id

Measurement
System

Gambar 3.3. Blok Sistem Pengukuran

Tabel 3.1. Parameter parameter Blok Simulink Rangkaian Pengukuran


Tegangan nominal

150 kV

Inisial Frekuensi

50 Hz

47

3.1.2.

Regulator Tegangan
Fungsi dari regulator tegangan adalah meregulasi hasil selisih

perbandingan tegangan yang didapat dari measurement system. Tegangan yang


diregulasi adalah tegangan yang terukur (Vmeas) dan tegangan referensi (Vref), dan
hasilnya adalah berupa arus reaktif referensi (Iqref).

Kp

2
Vmeas

Err

1
Vref

Ki

K Ts

Iq_Ref

1
Iqref

z-1

1/z

Droop

Gambar 3.4. Simulink Blok Regulator Tegangan

Tabel 3.2. Parameter-parameter Blok Simulink Rangkaian Regulator Tegangan


Proportional gain Kp

Kp = 12

Integral gain Ki

Ki = 3000

Droop (Xs)

Xs = 0,03 pu

Vref

Vref = 1 pu

3.1.3. Regulator Arus


Fungsi dari regulator arus ini adalah membandingkan Iqref dengan Iq (arus
dalam quadrature). Keluaran dari regulator arus adalah sudut yang merupakan
fasa pergeseran (phase shift) dari tegangan inverter dengan tegangan system.
Sudut ini besarnya hampir mendekati nol, yang digunakan untuk membangkitkan
atau menyerap daya reaktif.

48

1
Iq_Ref

Kp

2
Iq

Err

K Ts

Ki

1
Alpha

z-1

Gambar 3.5. Simulink Blok Regulator Arus

Tabel 3.3. Parameter-parameter Blok Simulink Rangkaian Regulator Arus

3.1.4.

Proportional gain Kp

Kp = 5

Integral gain Ki

Ki = 40

Droop (Xs)

Xs = 0,03 pu

Rangkaian Sinkronisasi
Fungsi dari rangkaian ini adalah mensinkronkan komponen urutan positif

dari tegangan primer 3-fase (Vt). Keluaran dari rangkaian ini adalah (sudut = t)
digunakan untuk perhitungan komponen direct-axis dan quadrature-axis dari arus
dan tegangan AC 3 fase.

Freq
Vabc (pu)
wt

Gambar 3.6. Simulink Blok Sinkronisasi

49

Tabel 3.4. Parameter parameter Blok Simulink Rangkaian Sinkronisasi

3.1.5.

Inisial Input

Frekuensi = 50 Hz

Proportional gain Kp

Kp = 60

Integral gain Ki

Ki = 1400

Rangkaian Pembangkitan Sinyal Penyalaan


Fungsi dari blok rangkaian ini adalah untuk menghasilkan pulsa yang

digunakan untuk mengontrol sudut penyalaan dari komponen elktronika daya


(GTO).

Alpha
Sigm a
Pulses
wt
D_Alpha

Gambar 3.7. Simulink Blok Pembangkitan Sinyal Penyalaan

3.2. Pemodelan Beban


Dalam melakukan pemodelan beban EAF digunakan simulink blok
diagram beban induktif paralel yang bersifat statik. Yaitu pemodelan dengan
beban induktif 45 MVAR, pemodelan ini diambil dengan alasan bahwa pada
kondisi daya optimum pada tap trafo dalam proses EAF besar daya reaktif ratarata adalah 45 MVAR. Simulasi dilakukan dengan memasukkan besarnya
perubahan daya reaktif EAF perdetik secara manual melalui perubahan amplitudo
tegangan sistem.

50

Gambar 3.8. Simulink Blok Diagram Beban Induktif

3.3. Pemodelan Sumber Tegangan dan Sistem Transmisi


Sebagai sumber tegangan digunakan suatu sumber tegangan terkontrol
dimana nilai magnitud dari tegangannya dapat diatur sesuai dengan keperluan
simulasi. Untuk impedansi dari sistem transmisi yang terdiri dari elemen R dan L
digunakan sumber impedansi seri dengan nilai R dan
perhitungan sebagai berikut[5] :



  

  

 
2 
  

dengan :
R

= Resistansi saluran

(ohm)

= Induktansi saluran (H)

= Tegangan sistem

SSC

= Daya hubung singkat sistem (MVA)

XL

= Reaktansi

(kV)

L diperoleh melalui

51

A
B
C

A
B
C

Source Voltage
(150 kV)

A
B
C

Source Impedance
7702.29MVA
Short C ircuit Level

(a)

(b)

Gambar 3.9. Simulink Blok Diagram (a) Sumber Tegangan Terkontrol


(b) Sumber Impedansi R Dan L

Dan untuk pemodelan trafo penurun tegangan digunakan simulink blok


diagram transformator dengan dua belitan (primer dan sekunder).

A
B
C

a
b
c

150/30 kV
100 MVA

Gambar 3.10. Simulink Blok Diagram Transformator

52

Tabel 3.5. Parameter-parameter Simulasi Sistem Tenaga dan STATCOM


Tegangan transmisi
150 kV
Daya hubung singkat sistem 150kV
7702,29 MVA
(interkoneksi PLN, PT KDL operasi dua
unit pembangkit/160 MVA)
Trafo penurun tegangan (step-down)
150/30 kV
X = 10,4 %
2 x 100 MVA
STATCOM :
- Tegangan Primer
150 kV
- Tegangan Sekunder
15 kV
- Daya Nominal
100 MVar
- Frekuensi
50 Hz
- Kapasitansi Total
2600 F
GTO :
- Tahanan Snubber
- Kapasitansi Snubber
- Tahanan Internal
- Jumlah Lengan

0.1 M
Inf
10 m
3

KUUN FAYAKUUN
SELALU ADA HARAPAN DITENGAH
KESULITAN
(UST. YUSUF MANSYUR)

BAB IV
ANALISA DAN PERHITUNGAN

4.1. Analisa dan Simulasi Program Matlab


Dari hasil simulasi program yang dilakukan, dapat terlihat adanya
perbedaan antara simulasi program pada saat kondisi STATCOM non-aktif
dengan kondisi saat STATCOM di aktifkan. Kondisi dari hasil simulasi ini selain
di bandingkan antara kondisi STATCOM saat diaktifkan dan dinon-aktifkan juga
akan dibandingkan dengan pengkompensasian pada sistem simulasi kompensasi
daya reaktif pada sistem jaringan listrik yang sama dengan menggunakan
kompensator static var compensator (SVC) yang telah dilakukan oleh Praditya
Adi Nugroho dalam skripsi yang dibuatnya dengan judul Analisa Dan Simulasi
Static Var Compensator (SVC) Sebagai Kompensator Daya Reaktif Di Industri
Baja PT. Krakatau Steel.
Sistem jaringan listrik yang disimulasikan terdiri dari sumber tegangan
terkontrol dengan daya hubung singkat sebesar 7702,29 MVA pada saluran
transmisi 150 kV (sistem ter-interkoneksi dengan jaringan PLN dan PT. KDL
beroperasi dengan dua unit / 160 MVA), dan daya hubung singkat sebesar
1606,99 MVA pada saluran transmisi 30 kV dengan menggunakan dua trafo
150/30 kV x = 10,4 % pada sistem jaringan listrik. Beban dapur busur listrik di
modelkan sebagai sumber beban induktif yang dalam simulasi ini besarnya daya
reaktif induktif yang diberikan adalah ketika daya reaktif induktif EAF sebesar 45
MVar. Dan kompensator STATCOM dibangun dari 4 inverter 3 phasa-12 pulsa
pada masing-masing inverternya.

4.1.1. Perhitungan Daya Reaktif


Perhitungan daya reaktif secara manual dilakukan dengan menggunakan
persamaan (2.11), (2.50), dan (2.51) , yaitu dengan melakukan perhitungan
kedalam bentuk tegangan dq.
Persamaan untuk Transformasi abc ke dq adalah sebagai berikut :

2
2
2

  
     
   
3
3
3
2
2
2
                  
3
3
3
 

Berikut ini adalah tabel data hasil perhitungan dengan menggunakan


program excel :

Tabel 4.1. Nilai Transformasi Tegangan abc ke dq


Time
(s)

Va
(pu)

Vb
(pu)

Vc
(pu)

t
(radian)

Vd
(pu)

Vq
(pu)

0.10

-0.007022

-0.8644

0.8664

6.283 0.999279

-0.00516

0.20

-7.49e-3

-0.8232

0.8307

6.283 0.954881

-0.00732

0.30

-0.003168

-0.8941

0.8972

6.283 1.034208

-0.00295

0.40

0.0002706

-0.8673

0.867

6.283 1.001299 0.000466

0.50

0.0003086

-0.8639

0.8636

6.283 0.997373 0.000491

0.60

0.0001439

-0.8628

0.8627

6.283 0.996218 0.000314

0.70

0.0001583

-0.8631

0.8629

6.283 0.996507 0.000357

0.80

0.0003101

-0.863

0.8627

6.283 0.996333 0.000491

0.90

3.19e-4

-0.8635

0.8631

6.283 0.996853 0.000531

1.00

-0.001064

-0.8624

0.8634

6.283 0.996391

-0.00086

Tabel 4.2. Nilai Transformasi Arus abc ke dq


Time
(s)
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70
0.80
0.90
1.00

Ia
(pu)
-8.00e-7
2.48e-5
-0.6518
0.3008
0.2653
0.2265
0.206
0.215
0.217
0.1834

Ib
(pu)
-2.11e-6
-2.71e-5
0.5861
-0.2186
-0.1497
-0.1538
-0.1381
-0.1682
-0.1522
-0.1271

Ic
(pu)
1.55e-6
2.41e-6
0.06565
-0.08215
-0.1156
-0.07263
-0.06786
-0.04683
-0.06476
-0.05632

t
(radian)
6.28
6.28
6.283
6.283
6.283
6.283
6.283
6.283
6.283
6.283

Id
(pu)
2.11e-6
1.7e-5
-0.30036
0.078724
0.019638
0.046822
0.040515
0.070033
0.050443
0.040831

Iq
(pu)
-3.5e-7
2.48 e-5
-0.65184
0.300798
0.265304
0.226485
0.205994
0.215023
0.216996
0.183414

Setelah didapat nilai tegangan dan arus dalam bentuk dq, maka dengan
memasukkan nilai-nilai tersebut kedalam persamaan (2.14) maka akan didapatkan
nilai Q (daya reaktif) yang mengalir di sistem, berikut ini adalah hasil
komputasinya menggunakan excel:

Q = (Vq*Id) (Vd*Iq)

Tabel 4.3. Nilai Daya Reaktif Yang dibangkitkan


Time
(s)
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70
0.80
0.90
1.00

Vd
(pu)
0.99928
0.95488
1.03421
1.00130
0.99737
0.99622
0.99651
0.99633
0.99685
0.99639

Vq)
(pu)
-0.00516
-0.00732
-0.00295
0.00047
0.00049
0.00031
0.00036
0.00049
0.00053
-0.00086

Id
(pu)
0.00000
0.00002
-0.30036
0.07872
0.01964
0.04682
0.04051
0.07003
0.05044
0.04083

Iq
(pu)
-0.00000
0.00002
-0.65184
0.30080
0.26530
0.22649
0.20599
0.21502
0.21700
0.18341

Q
Q
(pu)
(Mvar)
0.0000
0.00
-0.0000
0.00
0.6750
67.50
-0.3012 -30.12
-0.2646 -26.46
-0.2256 -22.56
-0.2053 -20.53
-0.2142 -21.42
-0.2163 -21.63
-0.1828 -18.28

Jika dilihat dari hasil perhitungan secara manual dengan hasil yang
diperlihatkan pada gambar 4.4. terdapat perbedaan nilai, dimana hasil secara
simulasi menunjukkan adanya perbaikan dari nilai secara manual, ini disebabkan
karena pengaturan dalam rangkaian kontrol yang memungkinkan untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik.
Berikut ini adalah gambar grafik hasil simulasi yang dilakukan dengan
menggunakan program matlab simulink 7.9.0.529 (2009b). untuk hasil simulasi
saat sistem tidak dihubungkan dengan kompensator STATCOM ditunjukkan pada
gambar 4.3 dan hasil simulasi saat sistem dihubungkan dengan kompensator
STATCOM ditunjukkan pada gambar 4.4.

Gambar 4.1. Grafik Hasil Simulasi Sistem Tanpa Static Var Compensator (SVC)

Gambar 4.2. Grafik Hasil Simulasi Sistem Terhubung Dengan Static Var Compensator (SVC)

Gambar 4.3. Grafik Hasil Simulasi Sistem Tanpa Static Synchronous Compensator (STATCOM)

Gambar 4.4. Grafik Hasil Simulasi Sistem dengan Static Synchronous Compensator (STATCOM)

Berikut ini data-data dari hasil simulasi program yang telah dilakukan
diperlihatkan pada tabel 4.1.

Tabel 4.4. Data-data Hasil Simulasi Program Menggunakan Matlab Simulink


Simulasi Program
Parameter

SVC

SVC

STATCOM

STATCOM

non-aktif [5]

Aktif [5]

non-aktif

aktif

29,159 /

30,591 /

29.004 kV/

29.232 kV/

0,9717

1.0197

0.9668 pu

0.9744

149,13 kV /

150,51 kV /

148,38 kV/

149.25 kV/

0.9942 pu

1,0034 pu

0.9892 pu

0.995 pu

VaStat (Pu)

1 pu

Ia Prim (Pu)

0.5964 pu

0.339 pu

0.6 pu

0.34 pu

Q (MVar)

15 Mvar

25 Mvar

43 Mvar

28 Mvar

43 Mvar

18 Mvar

Vmeas

0.9944 pu

1.0036 pu

0.99 pu

0.9961 pu

Vref (pu)

1 pu

1 pu

1 pu

1 pu

Vdc

9.6 x 10 4 Vdc

satunya

adalah

V (kV/pu)

Va Prim (Pu)

Q (MVar)
System

Karena

tujuan

dari

skripsi

ini

salah

untuk

membandingkan dua sistem kompensasi untuk mengkompensasi daya reaktif di


pabrik SSP II PT. Krakatau Steel, yaitu kompensasi menggunakan SVC yang
telah di analisa oleh Praditya Adi Nugroho dalam skripsinya dengan kompensasi
menggunakan STATCOM, maka tegangan sistem diatur sedemikian sehingga
mendapatkan kondisi nilai daya reaktif sebelum dikompensasi yang sama nilainya
yaitu sebesar 43 Mvar kapasitif.

Dari data yang terdapat pada tabel 4.1 diatas yang didapat dari hasil
simulasi menunjukkan bahwa pada saat kondisi sistem tidak terhubung pada
STATCOM daya reaktif yang mengalir pada sistem adalah sebesar 43 Mvar
kapasitif pada saat sistem terhubung dengan beban induktif sebesar 45 Mvar.
Sehigga menyebabkan tegangan sistem mengalami penurunan menjadi 29.004 kV
(0.9668 pu) dari nilai referensi sebesar 30 kV pada sisi tegangan sekunder dan
sebesar 148,38 kV (0.9892 pu) dari nilai referensi 150 kV pada sisi tegangan
primer. Dan arus yang mengalir pada sisi primer saat sistem beroperasi pada
beban 45 Mvar adalah sebesar (0,6 pu) atau sebesar 230.9 A dan bersifat lagging.
Sedangkan untuk parameter yang berhubungan dengan kompensator bernilai nol,
dan jika dibandingkan dengan hasil simulasi dengan sistem terhubung pada beban
45 Mvar dengan kompensator SVC non-aktif, hasil yang didapat relatif sama. Hal
ini jika dilihat dari nilai yang didapat, dimungkinkan terjadi karena tingkat
keakuratan dalam mengambil data hasil simulasi atau perbedaan letak titik pada
scope keluaran simulasi yang dijadikan dasar pengambilan data.
Sedangkan untuk data yang dihasilkan dari simulasi yang kedua, dimana
kondisi sistem pada beban induktif sebesar 45 Mvar terhubung dengan
kompensator STATCOM diperoleh data-data dimana adanya perubahan besarnya
daya reaktif yang mengalir pada sistem yang semula 43 Mvar kapasitif menjadi
sebesar 18 Mvar kapasitif, hal ini menunjukkan adanya kompensasi yang
diberikan oleh STATCOM yaitu sebesar 25 Mvar induktif. Hal ini terjadi karena
kompensator (STATCOM) bekerja dengan menyuplai daya reaktif sejumlah 25
Mvar induktif, bersifat induktif karena jika dilihat dari grafik sebelum
pengkompensasian nilai daya reaktif berada pada posisi kapasitif sehingga untuk
menjadikan daya reaktif yang mengalir pada sistem menjadi bernilai nol (0 Mvar),
STATCOM harus bekerja pada mode induktif. Dimana mode induktif ini adalah
mode disaat nilai tegangan sistem lebih kecil dari nilai tegangan STATCOM. Dan
ini dapat dilihat dari nilai tegangan sistem yang bernilai 0,995 pu dan tegangan
STATCOM bernilai 1 pu.
Jika dibandingkan dengan pengkompensasian menggunakan SVC,
besarnya daya reaktif yang masih mengalir pada sistem lebih besar yaitu menjadi

28 Mvar kapasitif, seperti tercantum pada analisa dari skripsi Praditia Adi
Nugroho dalam Bab IV halaman 54. Pengkompensasian menggunakan
STATCOM lebih baik karena nilai kompensasi STATCOM menjadikan besar
daya reaktif yang mengalir pada sistem menjadi 18 Mvar kapasitif, selisih 10
Mvar. Hal ini bisa terjadi karena respon STATCOM lebih cepat terhadap
perubahan tegangan sistem, STATCOM mengatur tegangan sistem secara terusmenerus, karena kerjanya tidak bergantung pada suatu pensaklaran, seperti hasil
yang terdapat pada beberapa hasil penelitian.
Nilai daya reaktif pada sistem yang ditunjukkan oleh tabel 4.1 adalah
nilai daya reaktif dengan menggunakan nilai (pengontrolan kontrol proporional,
KP dan kontrol integrator, KI) yang disediakan oleh Matlab Simulink.
Pada tabel dibawah ini dilakukan perubahan nilai KP dan KI dengan cara
trial and error. Untuk melihat perubahan daya reaktif yang tersisa di sistem.

Tabel 4.5. Perubahan Nilai KI Pada Voltage Regulator Dan


Nilai KP Pada Iq Regulator
Voltage Regulator
Gains

Iq Regulator Gains

Daya Reaktif Di
Sistem

KP

KI

KP

KI

MVAR

12

3000

40

18

12

4000

40

17.5

12

5000

40

17.61

12

6000

40

17.23

12

7000

40

17.46

Tabel 4.6. Perubahan Nilai KP Pada Voltage Regulator Dan


Nilai KI Pada Iq Regulator
Voltage Regulator
Gains

Iq Regulator Gains

Daya Reaktif Di
Sistem

KP

KI

KP

KI

MVAR

12

3000

40

18

13

3000

50

18.39

14

3000

60

18.43

15

3000

70

18.16

16

3000

80

17.89

Pada tabel 4.5 terlihat pada saat nilai KI pada voltage regulator dan nilai
KP pada Iq regulator dirubah dari nilai kondisi awal yang ada pada matlab
simulink, daya reaktif yang ada disistem menunjukkan pengurangan, sedangkan
pada saat nilai KP pada voltage regulator dan nilai KI pada Iq regulator dirubah
dari nilai kondisi awal yang ada pada matlab simulink seperti diperlihatkan pada
tabel 4.6, daya reaktif yang ada disistem menunjukkan suatu peningkatan.
Sehingga dengan merubah nilai KI pada voltage regulator dan nilai KP
pada Iq regulator menggunakan metode tertentu dan bukan dengan trial and error
maka akan didapatkan suatu nilai daya reaktif yang optimum yang bisa dikurangi
oleh STATCOM. Hal ini dapat terjadi karena dengan pengoptimalan rangkaian
regulator yang berada dalam sistem kontrol kompensator yang bekerja dalam
meregulasi perbedaan tegangan pengukuran (Vmeas) dengan tegangan referensi
(Vref), maka arus referensi (Iqref) yang bertugas mengatur daya reaktif yang
dibangkitkan menjadi optimal. Nilai arus referensi (Iqref) ini berakibat pada nilai
(alpha) yang bekerja untuk mengubah tegangan DC, yang kemudian mengatur
aliran daya reaktif.

4.2. Jatuh Tegangan


Untuk jatuh tegangan yang terjadi pada sistem saat beban 45 Mvar, dapat
dihitung menggunakan persamaan 2.36, yaitu :

V =

Q
Sk

V =

45
= 0,028 pu
1606,99

V = 0.028 x 30 kV = 0,84 kV
V = 30 (30 x 0,028) = 29,1599 kV

Dan dari data yang didapat dari hasil simulasi saat STATCOM non-aktif
nilai tegangan yang dihasilkan adalah sebesar 29.004 kV/ 0.9668 pu atau jatuh
tegangannya sebesar :

V = (1 0,9668) pu x 30 kV = 0,996 kV

Sedangkan untuk data yang didapat dari hasil simulasi saat STATCOM
aktif nilai tegangan yang dihasilkan adalah sebesar 29.232 kV/ 0.9744 pu atau
jatuh tegangannya sebesar :
V = (1 0,9744) pu x 30 kV = 0.768 kV

Dari hasil perhitungan diatas terlihat bahwa setelah dilakukan


kompensasi (STATCOM diaktifkan) nilai jatuh tegangan yang terjadi dapat di
kurangi menjadi 0,768 kV. Meskipun STATCOM telah diaktifkan nilai jatuh
tegangan masih terjadi, hal ini disebabkan karena STATCOM belum secara
optimum mengkompensasi daya reaktif yang ada pada sistem, sehingga masih
terdapat daya reaktif yang mengalir di sistem yang menyebabkan jatuh tegangan
terjadi meskipun tidak terlalu besar.

TERUSLAH BERGERAK
BERHENTILAH MENGELUH
(THUFAIL AL GHIFARI)

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Dalam simulasi yang telah dilakukan, yaitu dengan menggunakan beban
induktif sebesar 45 Mvar dengan daya hubung singkat saluran 150 kV sebesar
7702,29 MVA dan daya hubung singkat bus 30 kV sebesar 1606,99 MVA,
dengan dua kondisi yang berbeda, kondisi pertama adalah kondisi simulasi tanpa
kompensasi dan kondisi kedua adalah kondisi simulasi dengan kompensasi. Dari
hasil simulasi tersebut didapat hasil bahwa :
1. Pada kondisi tanpa kompensasi, daya reaktif yang mengalir di sistem
adalah sebesar 43 Mvar kapasitif dan tegangan sistem mengalami
penurunan menjadi 29.004 kV (0.9668 pu) dari nilai referensi sebesar
30 kV.
2. Sedangkan pada kondisi kompensator STATCOM diaktifkan, daya
reaktif yang mengalir disistem adalah sebesar 18 Mvar kapasitif,
dengan besar daya reaktif yang dibangkitkan oleh STATCOM adalah
25 Mvar, dan tegangan sistem menjadi 29.232 kV (0.9744 pu).
3. Dari hasil simulasi pada saat STATCOM di aktifkan, nilai besar daya
reaktif yang mengalir disistem menjadi lebih kecil (18 Mvar
kapasitif)

jika

dibandingkan

dengan

pengkompensasian

menggunakan SVC yaitu sebesar 28 Mvar kapasitif, daya reaktif


yang masih mengalir disistem. Terdapat selisih sebesar 10 Mvar.
Sehingga pengkompensasian menggunakan STATCOM lebih baik
daripada pengkompensasian menggunakan SVC.

66

67

5.2. Saran
Untuk mendapatkan pengkompensasian daya reaktif yang diinginkan
yaitu menjadikan daya reaktif pada sistem mendekati 0 Mvar, perlu dilakukan
penentuan nilai tetapan integral atau proporsional yang lebih akurat lagi pada
sistem kontrolnya, yaitu dengan menggunakan metode yang lebih khusus,
sehingga akan menghasilkan output yang lebih baik.
Guna memaksimalkan kinerja dari STATCOM atau melihat respon dari
STATCOM yang dapat bekerja dengan membangkitkan atau menyerap daya
reaktif, pemodelan dari beban EAF harus dimodelkan sesuai dengan kondisi di
lapangan dengan pendekatan EAF yang bersifat fluktuatif.
Penggunaan STATCOM ini pada dasarnya tidak hanya terbatas pada
pengkompensasian daya rekatif, tetapi dapat pula untuk membangkitkan daya
aktif serta mengurangi rugi-rugi, sehingga penelitian ini bisa dikembangkan lagi
untuk menghasilkan kondisi sistem yang lebih baik.

SAAT ANDA TAK MAMPU LAGI MENAHAN BERATNYA


MASALAH YANG ANDA HADAPI, MAKA SEGERALAH
BERWUDHU LALU BERSUJUDLAH DAN
PASRAHKANLAH SEMUA MASALAH ANDA KEPADA
SANG PEMILIK KEMUDAHAN (ALLAH SWT)

DAFTAR PUSTAKA

[1] H. Rashid, Muhammad, Power Electronics Circiuts, Devices, and


Applications, Second Edition, Prentice Hall Inc., 1997
[2] Mismail, Budiono. Rangkaian Listrik. Jilid 1. Penerbit ITB Bandung.
Bandung. 1995.
[3] M.S.El-Moursi and A.M.Sharaf, Novel reactive power controllers for the
STATCOM and SSSC. IEEE Department of Electrical and Computer
Engineering, University of New Brunswick, P.O.Box4400-UNB, Fredericton,
NB, CanadaE3B5A3
[4] MATLAB 7.9/ Simulink/ Toolbox.
[5] Nugroho, Praditia Adi. Analisa dan Simulasi Static Var Compensator (SVC)
Sebagai Kompensator Daya Reaktif Pada Industri Baja PT. Krakatau
Steel. Skripsi. Jurusan Teknik Elektro. Fakultas Teknik. Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa. Cilegon. 2009
[6] Marn, Ricardo Dvalos, Detailed Analysis of a Multi-Pulse STATCOM.
[7] Sembiring, David. Sistem Kontrol PAda Voltage Source Converter
STATCOM (Static Synchronous Compensator ) 48 Pulsa Untuk Regulasi
Tegangan dan Kompensasi Daya Reaktif. Skripsi. Jurusan Teknik Elektro.
Fakultas Teknologi Industri. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya.
2008.
[8] Saadat, Hadi. Power System Analysis. McGraw Hill Company Singapore.
1999
[9] Tariq, MASOOD.CH, Abdel-Aty Edris, RK Aggarwal, Suhail A. Qureshi,
Abdul Jabber Khan, Yacob Y. Al-Mulla. Static Synchronous Compensator
(STATCOM) modeling and analysis Techniques by MATLAB & SAT/FAT
Acceptance tests in the light of commissioning& Installation scenarios. PSC
2006, 13-15 November 2006. Teheran-Iran.

68

69

[10] Dahono, Pekik Argo. Kapasitor: Bermanfaat sekaligus berbahaya.


Konversi.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai