Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PERMATA FIRMAN
l. PENDAHULUAN
LOGO:
Visi :
Membangun PT. Permata Firman menjadi perusahaan yang unggul dalam mutu dan
berbasis inovatif yang sejalan dengan perkembangan sains dan teknologi dunia.
Misi:
Kantor
Gudang
Ruang produksi
3. Gedung bagian teknik dan pemeliharaan, kantin, mess karyawan dan instalasi
pengolohan air limbah (IPAL).
Plant Manager
Memberikan masukan ide, saran dan nasehat bagi para supervisor dalam
mencapai kinerja paling optimal.
Merekrut Karyawan .
Absensi.
Penanganan Cuti.
4. Marketing manager
5. Finance manager
Bertugas dalam :
Bagian Utility.
Memberikan
persetujuan
kerja
yang
terkait
dengan
produksi
dan
Memeriksa pemeliharaan
bangunan fasilitas
produksi.
pelatihan
awal
dan
berkesinambungan
bagi
personil
di
BAB ll
ll.1 Formulasi
Nama Produk
: Clinfir gel
Jumlah Produk
Tanggal Produksi
: 09 september 2009
No. Reg
: DKL 0902102928A1
No. Batch
: 909009
Clinfir gel
Kegunaan bahan
Dosis
Clindamycin phospat
Zat aktif
1,2 %
Tretinoin
Zat aktif
0,025 %
Carbopol
Gelling agent
1%
TEA
Penstabil pH
2%
Humektan
20 %
Gliserin
Propilenglikol
Peningkat penetrasi
Metil paraben
Aquadest
20 %
Pengawet
0,2 %
Pelarut
Ad 15 gram
Carbomer
Nama Lain
carboxyvinyl polymer;Karboksipolietilen.
BM
Kelarutan
Pemerian
Serbuk
putih,
sedikit
berbau
khas,
asam,
Higroskopik
Penyimpanan
pH
Incomp
kuat
dan
Elektrolit.
Carbomer
akan
panas
akan
meningkat
ketika
lainnya
Carbopol
memiliki
transition
100-1050C,
temperatur
dalam
glass
keasaman
Ketika
polimer
kering,
zat
aktif
akan
Adanya
air
kemudian
akan
menembus
gelatin
dan
zat
aktif
menjadi
mikrosfer
dari
polimer
dan
air
Pada
akhirnya,
air
memaksa
mikrogel
Kemudian zat
aktif
Trietanolamin
Nama Lain
Daltogen,Tealan, Triethanolamin,
trihydroxytriethylamine; tris (hydroxyethyl) amin
RM/BM
Kelarutan
C6H15NO3/ 149,19
Pelarut
Kelarutan pada
suhu 20oC
Aseton
Larut
Benzene
1: 24
Karbon tetraklorida
larut
Ethil eter
1 : 63
metanol
larut
air
larut
Fungsi
Incomp
garam logam
seperti
menggantikan
tionil
gugus
klorida
hidroksi
untuk
dengan
Dalam
sediaan
dengan
minyak
mineral
dan
pencampuran
sebelum
digunakan.
Glycerolum
Nama Lain
Croderol;
E422;
glycerine;
Glycon
G-100;
C3H8O3/92.10
Kelarutan
Pemerian
Penyimpanan
Kegunaan
Incomp
Gliserin
kemungkinan
pecah
jika
dicampur
Gliserin
membentuk
kompleks
klorat
atau
kalium
permanganat.
Gliserin
bersifat
higroskopik.Campuran
dari
Gliserin
bersifat
higroskopik.Campuran
dari
= 1,2-propanadiol
RM/BM
= C3H8O2/ 76,09
Kelarutan
gliserin, dan air, 1 bagian propilen glikol larut dalam 6 bagian eter, tidak campur
dengan minyak mineral atau fixed oils, tetapi dapat larut dalam minyak esensial.
Pemerian
Methylis Parabenum
Nama Lain
RM/BM
C8H8O3/152,15
Kelarutan
Pemerian
Kegunaan
Antimikroba/pengawet
Konsentrasi
0,065 % - 0,25 %
Stabilitas
Aqua Destillata
Nama Lain
RM/BM
H2O/ 18,02
Pemerian
Penyimpanan
Kegunaan
Carbopo
Carbopol 934, merupakan kelompok acrilic polimer cross-linked dengan polialkenil
ether. Digunakan konsentrasi sekitar 0,5%. Dapat larut dalam air dan gliserin.
Pemerian serbuk putih, higroskopik dan mempunyai bau khas. Fungsinya adalah :
suspending agent (Carter,1975).
Carbopol 940 akan mengembang jika didispersikan dalam air dengan adanya zatzat alkali seperti trietanolamin untuk membentuk suatu sediaan semipadat (Carter,
1975).
Pembuatan Carbomer diawali dengan mendispersikan carbomer ke dalam air
sampai membentuk larutan koloid yang bersifat asam dengan viskositas rendah,
dan akan terbentuk menjadi gel dalam viskositas yang tinggi setelah dinetralkan.
Awalnya serbuk carbomer didispersikan dalam air yang diaduk cepat untuk
mencegah terbentuknya aglomerat, kemudian dinetralkan dengan penambahan
basa. Bahan yang dapat digunakan untuk menetralkan carbomer antara lain asam
amino, borax, KOH, NaOH, amin organik polar seperti trietanolamin, lauryl dan
stearyl amine. Penggunaan mixer dengan tekanan yang sangat tinggi sebaiknya
dihindari karena dapat merusak rantai polimer dan menurunkan viskositas.
Kecepatan propeller yang digunakan adalah sekitar 800 1200 rpm. Propeller
sebaiknya diletakkan di dekat dasar mesin mixeruntuk meminimalkan terbentuknya
gelembung udara. Pada saat penyiapan gel, larutan sebaiknya diaduk pelan
dengan
pengaduk
paddle-like
yang
lebar
untuk
mencegah
terbentuknya
Gel basis hidrofilik biasanya terdiri dari air, gliserol atau propilen glikol dengan
bahan penjel yang cocok seperti tragakan, pati, sellulosa, derivatnya, magnesium
dan aluminium silikat (RPS20th : 745)
Untuk mengurangi kehilangan air dari gel, humektan seperti PG, Gliserol atau
sorbitol ditambahkan (RPS20th : 747).
6. Propilenglikol
propilenglikol Stabil dalam suhu ruang dan pada suhu tinggi akan teroksidasi
menghasilkan propionaldehida, asam laktat, asam piruvat dan asam asetat.
Propilen glikol stabil secara kimia apabila dicampur dengan etanol (95%), gliserin,
atau air, larutan dalam air dapat disterilkan dengan autoklaf. Propilen glikol bersifat
higroskopis, harus disimpan dalam wadah yang tertutup dengan baik, terlindung
dari cahaya di tempat sejuk & kering.
propilenglikol menghasilkan sediaan yang lembut dan penetrasinya bagus.
7. Metil paraben
Metil paraben digunakan sebagai antiseptik dan pengawet yang digunakan dalam
sediaan farmasi dalam konsentrasi bervariasi (Parrot,251).
Konsentrasi metil paraben yang digunakan dalam sediaan topikal adalah 0,05%0,25% (Eksipien,784).
8. Aquadest
Berfungsi sebagai fase luar atau medium dispersi.
Tretinoin
Carbopol
TEA
Gliserin
Propilenglikol
Metil paraben
Aquadest
ad
15 g
Dasar dasar proses pembuatan sediaan semi solid (termasuk gel) dapat dibagi:
1. Reduksi ukuran partikel, skrining partikel dan penyaringan.
Bahan padat dalam suatu sediaan diusahakan mempunyai ukuran yang
homogen. Skrining partikel dimaksudkan untuk menghilangkan partikel asing yang
dapat terjadi akibatadanya partikel yang terflokulasi dan aglomerisasi selama proses.
2. Pemanasan dan pendinginan
Proses pemanasan diperlukan pada saat melarutkan bahan berkhasiat,
pencampuran bahan- bahan semisolid pada proses pembuatan emulsi. Pembuatan
sediaan semi solid dibutuhkan pemanasan, sehingga pada proses homogenisasi
bahan- bahan yang digunakan tidak membutuhkan penanganan yang sulit, kecuali
apabila didalam sediaan tersebut ada bahan-bahan yang termolabil.
3. Pencampuran
Pencampuran terdiri tiga macam:
a. Pencampuran bahan padat.
Pada prinsipnya pencampuran bahan padat adalah menghancurkan aglomerat
yang terjadi menjadi partikel dengan ukuran yang serba sama.
b. Pencampuran untuk larutan.
Tujuan pencampuran larutan didasarkan pada dua tujuan yaitu: adanya
transfer panas dan homogenitas komponen sediaan.
c. Pencampuran semi solida.
Untuk pencampuran sediaan semi solid dapat digunakan alat pencampuran
dengan bentuk mixer planetary dan bentuk sigma blade. Alat dengan sigma blade
dapat membersihkan gel yang menempel pada dinding wadah dan menjamin
homogenitas produk serta proses transfer panas lebih baik.
cukup dan attitude, mempunyai knowledge, skill (keterampilan), capabilitas relevan to their
function, good menthal health, good physical health, the attitude of achieve the goals of
GMP.
Setiap orang yang terlibat dalam proses pembuatan hendaklah menerapkan prinsip
higiene perorangan yang meliputi :
1. Kesehatan
Setiap orang tidak diperkenankan bekerja atau berada di
daerah produksi
bila :
Mempunyai luka terbuka, bercak-bercak gatal, bisul atau penyakit kulit
Mengidap penyakit infeksi pada saluran pernapasan bagian atas, pilek,
batuk, alergi serbuk. Karyawan yang mengidap penyakit tersebut
hendaklah melapor kepada atasannya.
Mendapat pemeriksaaan kesehatan secara berkala.
Sesudah sembuh dari penyakit menular hendaklah diadakan
pemeriksaan kesehatan yang sesuai untuk menentukan kelayakan
bekerja. Pengawasan hendaklah tanggap terhadap gejala penyakit
menular pada karyawan yang bekerja di Bagian produksi.
2. Kebersihan Peroranga
Tiap orang hendaklah melaksanakan kebiasaan kebersihan perorangan seperti :
Cuci tangan secara teratur antara lain segera sesudah buang air kecil
maupun buang air besar.
3. Kebiasaan higienis
4. Pakaian bersih
Pakaian bersih digunakan baik untuk melindungi pelaksana produksi
terhadap produk maupun produk terhadap orang. Termasuk dalam hal ini adalah
pakaian dalam dan sepatu yang bersih.
Pakaian kerja bersih dan pelindung lain seperti topi, sarung tangan, pelindung
kumis dan janggut, sarung lengan hendaklah dikenakan sesuai petunjuk.
Pakaian kerja hendaklah tidak berkantong di atas pinggang, karena barangbarang yang ada di dalamnya dapat terjatuh ke dalam produk pada waktu
pengolahan.
5. Masker
Masker yang digunakan pada produksi gel jerawat harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
Bebas tirat/serat.
6. Sarung Tangan
Sarung tangan yang digunakan pada produksi gel jerawat harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut :
Bebas bedak/serbuk.
7.
Alas Kaki
Alas kaki yang digunakan personil dalam produksi gel jerawat memenuhi
ketentuan sebagai berikut :
Bebas tirat/serat
Ruangan steril hendaklah dilengkapi dengan manometer atau alat lain yang
menunjuk adanya perbedaan tekanan udara di dalam terhadap tekanan udara di
ruangan-ruangan lain yang bertetangga langsung dengan ruangan-ruangan lain.
b. Ruang Timbang dan Pengolahan Bahan Baku Secara Aseptis
Tekanan udara di dalam ruang pengolahan produk aseptis harus lebih tinggi
dibanding dengan ruang disebelahnya yang dibuktikan dengan perbedaan
tekanan yang ditunjukkan oleh alat magnehelic
Dilengkapi monometer
c. Peralatan
Setelah digunakan, peralatan hendaklah dibersihkan bagian luar maupun
bagian dalam sesuai prosedur yang telah ditetapkan, serta dijaga dan disimpan
dalam kondisi bersih. Sebelum dipakai, kebersihannya diperiksa lagi untuk
memastikan bahwa seluruh produk atau bahan dari batch sebelumnya telah
dihilangkan.
Bila mungkin peralatan yang digunakan untuk mengolah produk steril harus
dipilih yang dapat disterilisasi secara efektif dengan uap atau panas kering.
Sedapat mungkin, fiting dan peralatan layanan harus dirancang dan dipasang
sedemikian rupa sehingga pelaksanaan, pemeliharaan, dan perbaikan dapat
dilakukan di luar area bersih. Bila kemungkinan, peralatan yang harus dibawa keluar
untuk pemeliharaan harus disterilisasi ulang setelah selesai diletakkan kembali ke
tempatnya.
Bila pemeliharaan peralatan dilakukan di dalam suatu area bersih, instrumen
dan perkakas yang bersih harus digunakan, dan area tersebut harus dibersihkan dan
didesinfeksi lagi, bila sesuai, sebelum pengolahan dimulai kembali. Hal ini dilakukan
bila standar kebersihan dan / atau aseptis yang dipersyaratkan tidak dipelihara
selama pemeliharaan dikerjakan.
Semua peralatan, termasuk sterilisator, system penyaringan udara, dan
system pengolahan air, temasuk penyulingan, harus dibuat pemeliharaan, validasi
dan pemantauan yang berencana; pemakaian dan pelaksanaan pemeliharaan suatu
peralatan harus di dokumentasikan.
System penempatan pengolahan air dan distribusinya harus dirancang,
dibangun, dan dipelihara sedemikian rupa untuk memastikan sumber air yang
terpercaya dengan mutu yang sesuai.
suhu
dan
kelembaban
relatif
(RH)
udara
yang
akan
3. Filter
Udara terdiri dari nitrogen, argon, karbondioksida, kotoran seperti debu dan
gas yang bersifat korosif yang
Komponen kotoran yang ada dalam udara tergantung pada daerah, waktu dan
kondisi atmosfir serta lingkungan. Oleh karena itu diperlukan saringan untuk
mengeluarkan kotoran dari udara.
Fungsi :
Mengendalikan dan mengontrol jumlah partikel dan mikroorganisme yang
dapat mengkontaminasi udara yang masuk ke dalam ruang produksi.
Saringan udara atau filter yang digunakan terdiri dari
Pre Filter
Pre Filter atau Fresh Air Filter, merupakan filter yang bersentuhan
langsung dengan udara dari luar dengan efisiensi penyaringan 35%
Medium Filter
Medium filter, merupakan filter kedua setelah pre filter yang
ditujukan menyaring udara sebelum masuk HEPA Filter dengan
efisiensi penyaringan 95 % .Cek kondisi filter dilakukan dengan alat
Magnehelic selama 2-3 tahun sekali. Alat ini mengukur DP (Different
Pressure) yang dihasilkan dimana DP yang disyaratkan sebesar 150
HEPA Filter
HEPA Filter, merupakan final filter dimana udara yang telah
disaring akan langsung masuk ke dalam ruangan produksi dengan
efisiensi penyaringan 99,997 %.
Biasanya apabila saringan udara telah penuh debu atau buntu,
maka DP akan meningkat, sirkulasi udara tidak lancar, tahanan
alirannya semakin besar, sehingga kemampuan penyaringannya akan
berkurang dan dapat menyebabkan kontaminasi silang (antar ruang).
Untuk HEPA Filter hal ini ditegaskan dengan menggunakan
magnehelic dimana DP yang diijinkan untuk HEPA Filter adalah 350500 Pa. apabila DP di luar range tersebut maka HEPA Filter harus
diganti dan umumnya dilakukan 5 tahun sekali (sekali pakai).
4. Ducting
Berfungsi :
Saluran tertutup tempat mengalirnya udara yang menghubungkan
blower dengan ruangan produksi. Ducting terdiri dari saluran udara yang
masuk dan saluran udara yang keluar dari ruang produksi .Dilapisi insulator
untuk menahan penetrasi panas dari udara luar.
5. Dumper
Berfungsi :
Teknik sampling (metode pengambilan sampel) : Swab test, Rinse sampling atau
Placebo sampling
Jumlah titik sampling, lokasi sampling, contaminasi sampel, dll
Formulasi : Cairan, powder, aseptic, sterile, excipients, etc.
Metode Pengambilan Contoh (Sampling Plan)
1. Metode Apus (Swab Sampling Method)
Pengambilan contoh dengan cara apus, umumnya menggunakan bahan apus (swab
material) yang dibasahi dengan pelarut yg langsung dapat menyerap residu dari
permukaan alat.
Bahan yang digunakan untuk sampling (swab material) harus :
- Compatible dgn solvent dan metode analisanya
- Tidak ada sisa sisa serat yg mengganggu analisa
- Ukuran harus disesuaikan dengan area samplingnya
Solvent (pelarut) harus :
- Disesuaikan dengan spesifikasi bahan yang diperiksa
- Tidak mempengaruhi stabilitas bahan yang diuji
- Sebelum dilakukan validasi, harus dilakukan pemeriksaan/uji penemuan
kembali (recovery test) dengan larutan yang diketahui kadarnya
2. Metode Pembilasan Akhir (Rinse Sampling Method)
a. Umumnya dilakukan untuk alat.mesin yang sulit dijangkau dengan cara apus
(banyak pipa-pipa, lekukan, dll).
b. Pelarut (bilasan akhir) dapat digunakan pelarut organik (methanol, alkohol) atau
hanya aquademineralisata, pelarut kemudian ditampung dan dianalisa.
c. Kelebihan : jika dilakukan dengan benar, hasil pemeriksaan mencerminkan
kondisi seluruh permukaan alat.
d. Kekurangan : ada kemungkinan tidak seluruh sisa bahan (residu) larut dalam
bahan pelarut sehingga residu tidak bisa terdeteksi.
Dilakukan dengan cara pengolahan produk yang bersangkutan tanpa bahan aktif
dengan peralatan yang sudah dibersihkan kemudian dianalisa.
2.
pada
keadaan
yang
identik.
Bau dan warna untuk melihat terjadinya perubahan fasa. pH, pH berhubungan
dengan stabilitas zat aktif, efektifitas pengawet, keadaan kulit.
2. Pemeriksaan pH
Alat pH meter dikalibrasi menggunakan larutan dapar pH 7 dan pH 4. Satu
gram sediaan yang akan diperiksa diencerkan dengan air suling hingga 10 mL.
Elektroda pH meter dicelupkan ke dalam larutan yang diperiksa, jarum pH meter
dibiarkan bergerak sampai menunjukkan posisi tetap, pH yang ditunjukkan jarum
pH meter dicatat.
3. Viskositas
Pengujian viskositas ini dilakukan untuk mengetahui besarnya suatu
viskositas dari sediaan, dimana viskositas tersebut menyatakan besarnya
tahanansuatu cairan untuk mengalir. Makin tinggi viskositas maka makin besar
tahanannya.
4.
Daya Sebar
Pengujian ini ditujukan untuk mengetahui kecepatan penyebaran gel pada
kulit yang sedang diobati dan untuk mengetahui kelunakan dari sedian gel untuk
dioleskan pada kulit.
5. Daya Lekat
Pengujian terhadap daya lekat ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan
gel melekat pada kulit.
6. Uji Mikrobiologi
Uji ini digunakan untuk mengetahui besarnya pelepasan zat aktif untuk
menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara mengukur diameter hambatan
pertumbuhan bakteri.
DAFTAR PUSTAKA
1. Soetopo, Seno, dkk. 2001. Teori Ilmu Resep. Jakarta
2. Anief, Moh. 2000. Farmasetika. Gajah Mada University Press : Yogyakarta
3. Lahman. L, dkk.1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi III. UI Press : Jakarta
4. Anief, Moh. 1987. Ilmu Meracik Obat. Gajah Mada University Press: Yogyakarta.
5. Dirjen POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen kesehatan RI: Jakarta.
6. Howard. Ansel. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. UI Press: Jakarta.
7. Gennaro, Alfonso R. 2000. Remington: The Science and Practice of Pharmacy 20th
edition. Philadelphia : Philadelphia College of Pharmacy and Science.
8. Kibbe, Arthur H. 2000. Handbook of Pharmaceutical Excipients Third Edition. USA :
American Pharmaceutical Association Washington DC:.
9. Martin, W. 1971. Dispending of Medication 7th edition. USA: Marck Publishing Company.
10.
Parrot, Eugene L. 1968. Pharmaceutical Technology. Lowa: Burgess Publishing
Company.
Jenkins, Glenn L. 1957. Scovilles the Art of Compounding Ninethedition.USA: The
McGraw-Hill Book Company.
11.
12.
TUGAS INDIVIDU
FARMASI INDUSTRI
Oleh :
Firman Dawud
N21114721