Dulhadi
Guru SMP Plus Al-Aqsha
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertolak dari masih belum optimalnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA, hal
ini disinyalir bahan kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran IPA yang belum berorientasi
kepada siswa, salah satu penyebabnya adalah guru masih kurang memaksimalkan dalam
mengembangkan strategi pembelajaran, kondisi ini berpengaruh pada hasil belajar siswa, sehingga
masih ada siswa yang mengalami kesulitan dalam menguasai konsep, dikarenakan pembelajaran
yang tidak mendorong siswa termotivasi untuk belajar. Berdasarkan hal tersebut, melalui penelitian
dengan penerapan model Quantum Teaching ini diharapkan terjadi peningkatan kualitas proses
pembelajaran dan hasil belajar IPA siswa khususnya di SMP.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan aktivitas guru dan siswa dengan
penerapan model Quantum Teaching dan hasil belajarnya setelah menggunakan model Quantum
Teaching yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Metode peniltian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
melalui dua siklus tindakan dengan setiap siklus berorientasi pada tahapan model Quantum
Teaching yang dilakukan terhadap siswa kelas IXB SMP Plus Al-Aqsha tahun pelajaran 2012/2013
sebanyak 40 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) tes, (2) format
observasi, hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data peningkatan hasil belajar dan hasil
aktivitas melalui penerapan model Quantum Teaching dari tiap siklus.
Dari analisis data yang dilakukan, terdapat peningkatan hasil belajar dengan rata-rata aktivitas
siswa dari kedua siklus adalah sebagai berikut: siklus pertama aspek afektif berkategori cukup
dengan nilai 2,13 pada skala 4,00; psikomotor berkategori baik dengan nilai 3,00 pada skala 4,00.
Untuk siklus kedua pada aspek afektif berkategori baik dengan nilai 3,25 pada skala 4,00;
psikomotor berkategori baik dengan nilai 3,75 pada skala 4,00. Pada aspek kognitif juga terdapat
peningkatan dari tiap siklusnya, hal ini dibuktikan dengan makin baiknya nilai hasil tes siswa. Rata-
rata nilai pada tes akhir yang diperoleh dari siklus I sampai siklus II adalah masing-masing
sebesar 86.57 dan 90.54.
Kata kunci: Model Quantum Teaching, Hasil Belajar
Pendahuluan
Tujuan pembelajaran IPA adalah agar siswa dapat menjelaskan berbagai peristiwa
alam dan menyelesaikan masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif (Foster, 2004).
selain itu, siswa juga diharapkan dapat mengamati, memahami dan memanfaatkan gejalagejala alam yang melibatkan zat (materi) dan energi. Selain itu mata pelajaran IPA juga
berfungsi untuk memperluas wawasan, menumbuhkan sikap ilmiah dan kesadaran pada
produk teknologi melalui penerapan teori IPA yang sudah dikuasai sebelumnya, dan
secara teologis diharapkan dapat meningkatkan kesadaran terhadap kebesaran Allah
SWT.
Dalam implementasinya, mata pelajaran IPA di sekolah dianggap sebagai mata
pelajaran yang menjenuhkan dan menakutkan. Hal ini dilatarbelakangi oleh belum
optimalnya hasil belajar siswa; belum maksimalnya strategi pembelajaran yang
dikembangkan oleh guru; proses pembelajarn IPA yang belum banyak melibatkan siswa,
karena siswa masih dijadikan objek pembelajaran; dan kurangnya ruang perhatian dalam
menumbuhkan motivasi belajar IPA siswa yang akhirnya mata pelajaran IPA dianggap
sebagai beban, sehingga dalam proses belajarnya siswa menjadi bosan.
Dari hasil observasi awal yang dilakukan peneliti pada SMP Plus Al-Aqsha, hasil
belajar IPA pada semester I tahun ajaran 2011/2012 dengan KKM 70 sebelum dilakukan
remedial diperoleh data sebanyak 45% orang siswa yang belum tuntas, sebanyak 30%
orang siswa yang sudah tuntas. dan sebanyak 25% siswa yang lebih dari tuntas.
Banyak cara atau strategi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar
IPA siswa. Salah satu model pembelajaran yang ditawarkan untuk meningkatkan hasil
belajar IPA yang digunakan di sekolah adalah model Quantum Teaching. Hal ini
dikarenakan model Quantum Teaching lebih terfokus pada hubungan dinamis dalam
lingkungan kelas interaksi sehingga akan berpengaruh besar terhadap efektivitas dan
antusiasme belajar siswa.
Konsep IPA yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep Listrik Statis.
Didasarkan pada asumsi bahwa ketika siswa mempelajari konsep Listrik statis, maka
siswa dituntut untuk bisa memberikan alasan yang rasional terhadap pernyataan yang
disajikan serta mampu mengungkap fakta nyata atau soal-soal cerita ke dalam bahasa
IPA atau sebaliknya.
Bertolak dari latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa melalui
model Quantum Teaching pada konsep Listrik statis?; Bagaimana aktivitas siswa dalam
pelaksanaan belajar IPA dengan menerapkan model Quantum Teaching pada konsep
Listrik statis?; Bagaimana aktivitas guru dalam pelaksanaan belajar IPA dengan
menerapkan model Quantum Teaching pada konsep Listrik statis? Dengan tujuan untuk
menjawab segala masalah yang telah dirumuskan, yaitu: Mengetahui peningkatan hasil
belajar siswa melalui model Quantum Teaching pada konsep Listrik statis; Mengetahui
aktivitas siswa dalam pelaksanaan belajar IPA melalui model Quantum Teaching pada
konsep Listrik statis; dan
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas (classroom action research). Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam
penelitian ini, kegiatannya berbentuk siklus dengan mengacu pada model yang diadaptasi
dari Hopkins (Zainal Aqib, 2007) yang menyebutkan setiap siklus terdiri dari empat
komponen kegiatan pokok, yaitu: (a) perencanaan (planning), (b) tindakan (acting), (c)
pengamatan (observing), (d) refleksi (reflecting). Pada pelaksanaannya keempat
komponen kegiatan pokok ini berlangsung secara terus menerus dengan diselipkan
modifikasi pada komponen perencanaan berupa perbaikan perencanaan.
Hasil Penelitian
Dari analisis data yang dilakukan peniliti, terdapat peningkatan hasil belajar dengan ratarata aktivitas siswa dari kedua siklus adalah sebagai berikut: siklus pertama aspek afektif
berkategori cukup dengan nilai 2,13 pada skala 4,00; psikomotor berkategori baik dengan nilai 3,00
pada skala 4,00. Untuk siklus kedua pada aspek afektif berkategori baik dengan nilai 3,25 pada
skala 4,00; psikomotor berkategori baik dengan nilai 3,75 pada skala 4,00. Pada aspek kognitif juga
terdapat peningkatan dari tiap siklusnya, hal ini dibuktikan dengan makin baiknya nilai hasil tes
siswa. Rata-rata nilai pada tes akhir yang diperoleh dari siklus I sampai siklus II adalah
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Z. (2007) Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru. Bandung: Yirama Widya.
DePorter, B. dan Hernacki, M. (2000) Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman
dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa.
DePorter, B. Reardon, M. dan Singer N, S. (2003) Quantum Teaching Mempraktikkan
Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas. Bandung: Kaifa.
Foster, B. (2004) Terpadu IPA SMA Untuk Kleas X semester 2. Jakarta: Erlangga.
Purwanto, B. dan Nugroho, A. (2012) Eksplorasi Ilmu Alam 3 untuk kelas IX SMP dan
MTs. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Sudjana, N. (2002)
Algensindo.
______________ (1991) Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Sudjana. (1992) Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sukmara, Dian. (2007) Implementasi Life Skill dalam KTSP Melalui Model Manajemen
Potensi Qodrati. Bandung: Mughni Sejahtera.
Tilawati, E. (2006 ) Penerapan Pembelajaran Cooperative Lerning Strategis (CLS) yang
Berorientasi Life Skill untuk Meningkatkan Hasil Belajar. Skripsi IPA UIN SGD
Bandung: Tidak Diterbitkan.
Yunita. (2006) Metode dan Model Pembelajaran yang Relevan untuk Meningkatkan
Kualitas Pembelajaran Sains (IPA), Makalah yang disajikan pada Seminar
Nasional Gebyar IPA Eureka V: Tidak Diterbitkan.