Materi :
SPEKTROFOTOMETRI ANORGANIK
Oleh :
DWI PERMATA WISUDA
NIM : 21030113120068
KRISTIANINGTYAS FANNY
NIM : 21030113120024
ZAESAR PANDOYO.P
NIM : 21030112140036
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I
Materi :
SPEKTROFOTOMETRI ANORGANIK
Oleh :
DWI PERMATA WISUDA
NIM : 21030113120068
KRISTIANINGTYAS FANNY
NIM : 21030113120024
ZAESAR PANDOYO.P
NIM : 21030113130125
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul Praktikum
: spektrofotometri Anorganik
2. Kelompok
: I / Senin Siang
3. Anggota
Nama
NIM
Nama
NIM
Nama
NIM
: Zaesar Pandoyo
: 21030113130125
:
:
:
Agus Riyanto .P
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan resmi Praktikum
Dasar Teknik Kimia I dengan lancar dan sesuai dengan harapan kami.
Ucapan terima kasih juga kami ucapkan kepada :
1. Ibu Aji Prasetyaningrum, ST, MT selaku dosen penanggung jawab
Laboratorium Dasar Teknik Kimia I
2. Semua asisten yang telah membimbing sehingga tugas laporan
resmi ini dapat terselesaikan
3. Segenap laboran Praktikum Dasar Teknik Kimia I yang telah
membantu kelancaran pelaksanaan praktikum
4. Teman- teman yang telah membantu baik dalam segi waktu maupun
motivasi
5. Semua pihak yang telah mendukung tersusunnya laporan ini
Penyusun menyadari bahwa laporan resmi ini masih banyak kekurangan.Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun laporan resmi ini sangat penyusun
harapkan.Semoga laporan resmi Praktikum Dasar Teknik Kimia I materi
Spektrofotometri Anorganik ini dapat berguna bagi para pembaca.Sekian dan terima
kasih.
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
COVER .......................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii
PRAKATA ..................................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................. v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii
INTISARI....................................................................................................... viii
SUMMARY ................................................................................................... ix
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
METODE PERCOBAAN
BAB IV
BAB V PENUTUP
V.I. Kesimpulan ............................................................................................. 18
V.I. Saran ....................................................................................................... 19
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1.1. Larutan standart pada panjang gelombang 480 nm 11
Tabel 4.1.2. Larutan standart pada panjang gelombang 500 nm 11
Tabel 4.1.3. Larutan standart pada panjang gelombang 520 nm ....11
Tabel 4.1.4. Larutan sampel pada panjang gelombang 480 nm .....12
Tabel 4.1.5. Larutan sampel pada panjang gelombang 500 nm .....12
Tabel 4.1.6. Larutan sampel pada panjang gelombang 520 nm..12
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Skema komponen dalam spektrofotometer ..2
Gambar 2.2. kurva A vs c menurut hokum Lambert-Beer ....4
Gambar 3.2.1.2. Alat Utama (SPEKTROFOTOMETER SP-300)....7
Gambar 3.2.1.2. Peralatan dalam percobaan spektrofotometri anorganik..8
Grafik 4.2.1. Kurva Hubungan A vs C Larutan Induk CuSO pada =480 nm ...13
Grafik 4.2.1. Kurva Hubungan A vs C Larutan Induk CuSO pada =500 nm ..........13
Grafik 4.2.1. Kurva Hubungan A vs C Larutan Induk CuSO pada =520 nm ...13
viii
INTISARI
Proses analisa suatu bahan kimia diharapkan memberikan hasil analisa yang
akurat. Proses analisadengan instrumental lebih bisa menjamin keakurasiannya.
Salah satu analisa kuantitatif yang menggunakan instrument yang menggunakan
instrument adalah spektroftometri dimana analisa ini bertujuan juga untuk
menentukan konsentrasi ion SO42-memakai alat spektrofotometer, dalam larutan
secara turbidimetri dengan alat spektrofotometri.
Spektrofotometri adalah cara analisa kuantitatif berdasarkan transmtansi
atau absorban larutan terhadap cahaya pada panjang gelombang tertentu dengan
menggunakan instrument spektrofotometer. Dalam metode spektrofotometri terdapat
hokum Lambert-Beer, yaitu hokum yang merumuskan hubungan antara absorbansi
dan panjang gelombang yang ditempuh sinar dalam larutan.
Bahan yang digunakan dalam percobaan adalah induk CuSO4. HCl pekat,
BaCl2.2H2O, serta aquades. Alat yang digunakan adalah spektrofotometer OPTIMA
SP-300, cuvet, beaker glass, labu takar, pipet, dan Erlenmeyer. Langkah pertama
yang harus dilakukan adalah kalibrasi alat, lalu masukkan larutan CuSO4.5H2O
sebanyak 6 ml, 9 ml, 12 ml, dan 15 ml. Lalu ukur dalam = 480 nm, 500 nm, dan
520 nm. Kemudian buat persamaan least square. Langkah selanjutnya, mengukur
sampel dengan cara yang sama seperti pada larutan induk, kemudian dimasukkan
kedalam persamaan least square dan akhirnya akan didapatkan konsentrasi SO42-.
Hasil perobaan yang kami dapatkan, kadar SO42- yang ditemukan lebih kecil
dari kadar aslinya. Sampel I memiliki kadar 133,54 ppm ( % error = 17,435 % ),
sampel II memiliki kadar 88,965 ppm ( % error 23,76 % ), dan sampel III memiliki
kadar 129,445 ( % error 10,8% ). Kadar yang lebih kecil disebabkan oleh beberapa
factor seperti BaCl2.2H2O yang kurang, pengaruh sampel yang kurang homogen,
factor instrumental dalam percobaan, serta factor radiasi polikromatik. Pada
percobaan terhadap larutan induk CuSO4 panjang gelombang optimumnya adalah
500 nm.
Agar hasil percobaan yang diperoleh mampu optimal, saran kami adlah
pastikan untuk melakukan kalibrasi setiap akan mengganti panjang gwlombang atau
larutan sampel, perhatikan ketelitian dan kecepatan dalam meletakkan larutan
sampel kedalam spektrofotometer agar panjang gelombang yang diperoleh lebih
tepat, pastikan bagian luar cuvet dalam keadaan bersih agar tidak mengganggu
transmitansi cahaya, dan lakukan kalibrasi cuvet.
ix
SUMMARY
Spectrophotometry is the quantitative analysis by transmittance or
absorbance of the solution to light at specific wavelengths using a spectrophotometer
instrument. This experiment aims to determine the concentration of SO42 ions by
using SP OPTIMA-300 Spectrophotometer.
Materials that used in this experiment are the mother liquor CuSO4.5H2O
HCl, BaCl2.2H2O and aquadest. The tools that used are SP-300 Spectrophotometer,
cuvettes, beaker glass, volumetric flask 50 ml, pipette, measuring cylinder. Steps
taken : first calibration tool by using distilled liquid at a wavelength of 480 nm, 500
nm, and 520 nm. Then making a standard curve.
2
have content 133,54 ppm ( % error = 17,435 % ), sample II have content 88,965
ppm ( % error 23,76 % ), and sample III have content129,445 ( % error 10,8% ).The
councentration that had been found is smaller the original concentration, this is
because lack of additional BaCl2.2H2O, the solution is not homogeneous
instrumental factor, and factor of policromatic radiation.
whereas concentration were found to be grater than the original
concentration due to lack of surface net cuvettes. Advices, before cuvettes used
should be cleaned first, the addition of concentrated HCl in order to be precise and
exact pH obtained in transmittance readings should be careful.
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Pengertian Spektrofotometri
Spektrofotometri adalah cara analisa kuantitatif berdasarkan transmitansi atau
absorban larutan terhadap cahaya pada panjang gelombang tertentu dengan
menggunakan instrument spektrofotometer.
Apabila suatu cahaya mengandung seluruh spektrum dari panjang gelombang
melewati suatu medium, misal kaca berwarna atau larutan yang meneruskan cahaya
dengan panjang gelombang tertentu dan menyerap cahaya yang lainnya maka
medium seakan-akan berwarna. Warna ini sesuai dengan panjang gelombang yang
diteruskan dan disebut dengan warna komplementer.
II.2. Peralatan untuk Spektrofotometri
Komponen yang penting sekali dari suatu spektrofotometer, yang secara
skema ditunjukkan dalam gambar dibawah ini:
Sumber
Monokromator
Sampel
Detektor
Bagian listrik
Pengganda
Piranti Baca
Po
P
= .
Dimana Log
P
Po
P
= absorbansi.
Po
P
= k . c (2)
Bila k1 = f (c) dan k2 = f (b) Maka subsitusi dari persamaan (1) dan (2) adalah :
log
Po
P
= f (c) .b
log
Po
P
= f (b) .c
f (c) .b = f (b) .c
()
()
=
=
Maka log
Po
P
= f (c) .b = k.c.b
Po
P
= .b.c
Jika konsentrasi larutan dalam gram/liter maka k harus ditulis sebagai a dimana
a = absortivitas
log
Po
P
= a. b. c
3
A = a.b.c
Jika absorbansi (A) = log
A = Log
%T =
Po
P
Po
P
Po
P
= transmitansi (T)
= T = log T
100%
A = a.b.c dimana
a = absortifitas
b = tebal cuvet
Tetapi secara instrumental didapat grafik yang kurang memenuhi hubungan linier
antara absorbansi dan konsentrasi pada penentuan absorbansi larutan sehingga untuk
memenuhi hokum Beer kurva A vs dipakai metode Least Square.
y = mx + c
dimana:
y = absorbansi
sedangkan
xy xy
m = nX2(x)2
c =
X2 xxy
nX2(x)2
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1. Alat dan Bahan
III.1.1. Bahan
1.
2.
3.
4.
III.1.2. Alat
1. Spektrofotometer OPTIMA SP-300
2. Cuvet dan tempat cuvet
3. Labu takar 50 ml
4. Gelas ukur
5. Kertas pH
6. Beaker glass
7. Pipet
(a)
67 8
2.
5.
3.
6.
7.
2. Labu takar
3. Gelas ukur
4. Kertas pH
10
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil Percobaan
Tabel 4.1.1. Larutan standart pada panjang gelombang 480 nm
2
V (ml)
%T
A (y)
x.y
62,5
0,625
0,2041
71,884
14,6715
5167,3095
54,8
0,548
0,2612
107,827
28,144
11662,662
12
32,4
0,324
0,4895
143,764
70,3750
20669,525
15
31,2
0,312
0,5058
179,711
90,8979
32296,044
503,191
204,1088 69759,541
Total
1,4606
V (ml)
%T
A (y)
x.y
64,8
0,648
0,1884
71,884
13,5430
5167,3095
55,0
0,550
0,2596
107,827
27,9919
11625,662
12
33,2
0,332
0,4789
143,769
68,8510
20669,525
15
31,7
0,317
0,4989
179,711
89,6578
32296,044
503,191
200,0437 69759,541
Total
1,4606
V (ml)
%T
A (y)
x.y
67,0
0,670
0,1739
71,884
12,5006
5167,3095
58,0
0,580
0,2366
107,827
25,5119
11625,662
12
34,2
0,342
0,4660
143,769
66,994
20669,525
15
33,0
0,330
0,4815
179,711
86,5308
32296,044
1,358
503,191
191,5397 69259,541
Total
11
%T
A (y)
C (ppm)
93,7
0,937
0,0283
18,966
II
94,5
0,945
0,0246
17,793
III
89,1
0,891
0,050
25,887
Y= 0,00315x 0,0315
%T
A (y)
C (ppm)
94,7
0,947
0,0237
21,774
II
96,3
0,963
0,0164
19,494
III
89,5
0,895
0,0533
31,084
Y= 0,003201x 0,046
%T
A (y)
C (ppm)
95,1
0,951
0,0218
26,708
II
97,1
0,71
0,0128
23,91
III
89,5
0,895
0,0482
24,938
Y= 0,003205x 0,068
12
IV.2. Pembahasan
Kurva Hubungan ABsorbansi vs Konsentrasi larutan Induk CuSO4
0.6
Absorbansi
0.5
0.4895
0.4
0.3
0.2612
0.2041
0.2
0.1
0
71.884
107.827
143.769
179.711
Konsentrasi (ppm)
Absorbansi
0.5
0.4789
0.4989
y = 0.115x + 0.068
R = 0.908
0.4
0.3
0.2
0.2596
0.1884
0.1
0
71.884
107.827
143.769
179.711
Konsentrasi (ppm)
Absorbansi
0.5
0.466
0.4815
0.4
0.3
0.2
y = 0.115x + 0.051
R = 0.894
Kurva Standar pada
=520 nm
0.2366
0.1739
0.1
0
71.884
107.827
143.769
179.711
Konsentrasi (ppm)
13
4.
5.
Ambil 2 cuvet yang "matching" untuk percobaan, misalnya kuvet I dan kuvet II.
Dua kuvet ini akan digunakan selanjutnya.
(Anonim,2011)
14
16
BaSO4
Semakin tinggi kosentrasi sulfat maka larutan akan semakin keruh. Hal
inimenyebabkan cahaya yang diserap banyak sehingga nilai transmitansi
kecil dan absorbanis besar. Pada percobaan kami, larutan tidak terlalu keruh
karena suspensi BaSO4 sedikit. Hal ini dikarenakan juga penambahan HCl
pekat yang kurang tepat (belum mencapai pH 1) sehinggaa suspensi BaSO 4
yang terbentuk tak sempurna. Ini menyebabkan angka transmitansi yang
terbaca dalam spektrofotometer menjadi lebih besar karena cahaya yang
diserap sedikit.
4. Radiasi Polikromatik
Hukum Bouger-Beer menuntut radiasi monokromatik karena nilai
absortivitas tergantung pada panjang gelombang. Nilai absorbans yang
terukur mencerminkan distribusi dterdiri alam radiasi sebuah
soektrofotometri praktis tak pernah benar-benar monokromatis.
monokromatis sendiri adalah yang dari satu panjang gelombang saja.
Sementara itu, pada spektrofotometer panjang gelombang berada pada suatu
trayek 30 nm-40 nm.
17
BAB V
PENUTUP
V.I. Kesimpulan
1. Kadar yang ditemukan lebih kecil dari kadar aslinya. Hal ini disebabkan
oleh penambahan yang kurang, pengruh sampel yang kurang homogen,
factor cahaya luar yang masuk , dan radiasi polikromatik.
2. Sampel I memiliki kadar asli 165,7399 ppm. Kadar yang ditemukan pada
=480 nm adalah 94,83 ppm, pada = 500 nm kadar yang ditemukan
108,87 ppm dan pada = 520 nm kadar yang ditemukan 133,54 ppm ( %
error rata-rata sampel I = 17,435 % ).
3. Sampel II memiliki kadar asli 71,8844 ppm. Kadar yang ditemukan pada
=480 nm adalah 88,965 ppm, pada = 500 nm kadar yang ditemukan
97,47 ppm dan pada = 520 nm kadar yang ditemukan119,5 ppm ( %
error rata-rata sampel II = 23,76 % ).
4. Sampel III memiliki kadar asli 116,8121 ppm. Kadar yang ditemukan
pada =480 nm adalah 129,435 ppm, pada = 500 nm kadar yang
ditemukan 155,42 ppm dan pada = 520 nm kadar yang ditemukan
174,69 ppm ( % error rata-rata sampel III = 10,8 % ).
5. Panjang gelombang optimum pada larutan induk CuSO4 terdapat pada
=500 nm, yang ditunjukkan dengan nilai R2 mendekati 1 yaitu 0,9082.
6. Monokromator adalah piranti optis untuk mentransmisikan panjang
gelombang dari cahaya polikromatik menjadi cahaya monokromatikCara
kalibrasi cuvet yaitu dengan mengukur % T menggunakan larutan CoCl2
dari beberapa cuvet dimana cuvet yang matching akan mengasilkan % T
yang sama atau emndekati.
7. Jenis-jenis spektrofotometri yaitu spektrofotometri Visible, UV, UVVisv, dan Infra Red.
18
V.II. Saran
1. Perhatikan kecepatan dalam meletakkan sampel kedalam
spektrofotometer agar tidak ada cahaya luar yang masuk , agar nilai
absorbansi dan konsentrasi yang diperoleh optimal.
2. Lakukan kalibrasi cuvet.
3. Tambahkan BaCl2.2H2O yang cukup agar semua ion SO42- membentuk
endapan BaSO4 sehingga cahaya yang diserap lebih banyak dan
menghasilkan nilai transmitan lebih kecil sehingga nilai absorbansi dan
konsentrasi yang diperoleh lebih tepat.
4. Tambah variasi panjang gelombang agar hasil yang diperoleh lebih
akurat.
19
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2011.Pengenalan Alat Praktikum. Dikutip dari http : //
logku.blogspot.com/2011/01/ Praktikum- Pengenalan-Alat.html.12-11-2013,19:37
Anonim.2013.Spektrofotometri UV-Vis. Dikutip dari http
//woooro.wordpress.com/2013/03/04
04/ Spektrofotometri- UV-Vis.12-11-2013.19:45
Chasanah,Nimtoalni.2012.Instrumen Optic. Dikutip dari http :
//mimroati.wordpress.com
12-11-2013, 19:45
H,A.Flastika,EDTA Titrations. Pengaman press.inc.New York 1959
Limus,Isbani.2011.spektrofotometri. Dikutip dari http : //banianak
kampoengblogspot. com/2012/07/01/laporan-praktikum-panjanggelombang.html.17-11-2013,21:02
M,miller, Separation methods in Chemical Analysis John Wiley and sons. Inc,
New York.1957
Perry, John H.Chemical Engineers Handbook. 5th ed,Intemanol Standart edition.Ltd
Tokyo 1960
Riyadi,Wahyudi.2009.Macam Spektrofotometri dan Perbedaannya.html.12-112013, 20:15
Subhi , Fajar.2013. Uji Sulfat.Dikutip dari http://himkapolban.wordpress.com.17-112013, 23:05
Sundalia, Melvia.2012.Spektrofotometri. Dikutip dari http :
//syaifudin.wordpress.com
12-11-2013, 21:05
R.A.Day,Jr;A.L. Underwood, 1986, Analisis Kimia Kuantitatif, edisi 5, Erlangga :
Jakarta
W.Hinber.Titration in non Aqueus Solvents Academic Press, Inc. New York.1971
W.Wagrer and C.J.Hall.Organic Titrimetric Analysis, marcell peker, Inc. New
York.1971
Yulianti, Alfi.2013.Penetapan Kadar Sulfat dalam Natrium Sulfat, dikutip dari
http: //alfiyulianti/kadar-dalam-natrium-sulfat.17-11-2013, 23:21
20
M1 . V1 = M2 . V2
M2 . V3 = M2 . V3
2995,1832 . 6 = M2 .50
359,422. 10 = M2 .50
M2
17971 ,0092
50
= 359,422 ppm
9 ml
M3 =
3594 ,22
50
= 71,884 ppm
M1 . V1 = M2 . V2
M2 . V3 = M2 . V3
2995,1832 . 9 = M2 .50
539,133. 10 = M2 .50
M2
26956 ,1984
50
= 539,133 ppm
M3 =
5391 ,33
50
= 107,827 ppm
A-1
12 ml
M1 . V1 = M2 . V2
M2 . V3 = M2 . V3
2995,1832 . 12 = M2 .50
718,884. 10 = M2 .50
M2
35942 ,1984
50
= 718,884
M3 =
7188 ,84
50
= 143,769 ppm
ppm
15 ml
M1 . V1 = M2 . V2
M2 . V3 = M2 . V3
2995,1832 . 15 = M2 .50
898,555 . 10 = M2 .50
M2
44927 ,748
50
= 898,555
M3 =
8985 ,55
50
= 179,711 ppm
ppm
A-2
LEMBAR PERHITUNGAN
Larutan induk CuSO4
= 480 nm
a.
x
ppm
%T
A (y)
62,5
0,625
0,2041
71,884
14,6715
5167,3095
54,8
0,548
0,2612
107,827
28,144
11662,662
12
32,4
0,324
0,4895
143,764
70,3750
20669,525
15
31,2
0,312
0,5058
179,711
90,8979
32296,044
503,191
204,1088
69759,541
Total
1,4606
xy xy
m = nX2(x)2 =
c =
X2 xxy
nX2(x)2
x.y
x ppm
V (ml)
81,8744
814 ,926
y = mx+c
= 0,003153x 0,0315
b. = 500 nm
V (ml)
%T
A (y)
x
ppm
x.y
x ppm
64,8
0,648
0,1884
71,884
13,5430
5167,3095
55,0
0,550
0,2596
107,827
27,9919
11625,662
12
33,2
0,332
0,4789
143,769
68,8510
20669,525
15
31,7
0,317
0,4989
179,711
89,6578
32296,044
503,191
200,0437 69759,541
Total
xy xy
m = nX2(x)2 =
1,4606
4.200 ,0437 (503 ,191 .1,4258 )
4.69759 ,541 253201 ,1825
82,725
c =
X2 xxy
nX2(x)2
1197 ,036
y = mx+c
= 0,003201x 0,046
c. = 520 nm
2
V (ml)
%T
A (y)
67,0
0,670
0,1739
71,884
12,5006 5167,3095
58,0
0,580
0,2366
107,827
25,5119 11625,662
12
34,2
0,342
0,4660
143,769
66,994
15
33,0
0,330
0,4815
179,711
86,5308 32296,044
1,358
503,191
191,5397 69259,541
Total
xy xy
m = nX2(x)2 =
c =
X2 xxy
nX2(x)2
xppm
x pp
m
x.y
20669,525
82 ,875
1647 ,596
y = mx+c
= 0,003205x 0,0638
Sampel
a. = 480 nm
Sampel
%T
A (y)
C (ppm)
93,7
0,937
0,0283
18,966
II
94,5
0,945
0,0246
17,793
III
89,1
0,891
0,050
25,887
B-2
b. = 500 nm
Sampel
%T
A (y)
C (ppm)
94,7
0,947
0,0237
21,774
II
96,3
0,963
0,0164
19,494
III
89,5
0,895
0,0533
31,084
Sampel
%T
95,1
0,951
0,0218
26,708
II
97,1
0,71
0,0128
23,91
III
89,5
0,895
0,0482
24,938
c. = 520 nm
A (y)
C (ppm)
B-4
480 nm
SAMPEL I
500 nm
520 nm
Y=mx+c
Y=mx+c
Y=mx+c
0,0283 =0,003153x
0,0315
0,0237 =0,003201x
0,046
0,0218 =0,003205x
0,0638
m=
0,0283 +0,0315 .5
0,003153
=18,966 ppm
SAMPEL
II
m=
0,0237 +0,046 .5
0,003201
=21,774 ppm
480 nm
m=
0,0218 +0,0638 .5
0,003205
=26,708 ppm
500 nm
520 nm
Y=mx+c
Y=mx+c
Y=mx+c
0,0246 = 0,003153x
0,0315
0,0164 =0,003201x
0,046
0,0128 =0,003205x
0,0638
m=
0,0246 +0,0315 .5
0,003153
=25,887 ppm
m=
0,0164 +0,046 .5
0,003201
=19,494 ppm
m=
0,0128 +0,0638 .5
0,003205
=23,900 ppm
B-4
Sampel III
480 nm
500 nm
520 nm
Y=mx+c
Y=mx+c
Y=mx+c
0,0283 = 0,003153x
0,0315
0,0237 =0,003201x
0,046
0,0482 =0,003205x
0,0638
m=
0,0283 +0,0315 .5
0,003153
=18,966ppm
m=
0,0237+0,046 .5
0,003201
=21,774 ppm
m=
0,0482 +0,0638 .5
0,003205
=34,938 ppm
: 161,7399 ppm
: 17,43 %
Sampel II : 23,76 %
Sampel III : 10,8 %
C-1
= 480 nm
xy xy
m = nX2(x)2 =
X2 xxy
c =
nX2(x)2
81,8744
814 ,926
y = mx+c
= 0,003153x 0,0315
= 500 nm
xy xy
m = nX2(x)2 =
X2 xxy
c =
nX2(x)2
82,725
1197 ,036
y = mx+c
= 0,003201x 0,046
= 520 nm
xy xy
m = nX2(x)2 =
c =
X2 xxy
nX2(x)2
82 ,875
1647 ,596
y = mx+c
= 0,003205x 0,0638
C-1
2. Larutan Sampel
480 nm
SAMPEL I
Y=mx+c
Y=mx+c
0,0283 = 0,003153x
0,0315
0,0283 = 0,003153x
0,0315
0,0283 = 0,003153x
0,0315
0,0283 +0,0315
0,003153
m=
0,0283 +0,0315
0,003153
m=
0,0283 +0,0315
0,003153
=18,966ppm
=18,966ppm
=18,966ppm
Y=mx+c
Y=mx+c
Y=mx+c
0,0283 = 0,003153x
0,0315
0,0283 = 0,003153x
0,0315
0,0283 = 0,003153x
0,0315
m=
SAMPEL III
520 nm
Y=mx+c
m=
SAMPEL II
500 nm
0,0283 +0,0315
0,003153
m=
0,0283 +0,0315
0,003153
m=
0,0283 +0,0315
0,003153
=18,966ppm
=18,966ppm
=18,966ppm
Y=mx+c
Y=mx+c
Y=mx+c
0,0283 = 0,003153x
0,0315
0,0283 = 0,003153x
0,0315
0,0283 = 0,003153x
0,0315
m=
0,0283 +0,0315
0,003153
=18,966ppm
m=
0,0283 +0,0315
0,003153
=18,966ppm
m=
0,0283 +0,0315
0,003153
=18,966ppm
C-2
LAPORAN SEMENTARA
Materi :
SPEKTROFOTOMETRI ANORGANIK
NAMA
NIM : 210301131200
GROUP
: 1/SENIN SIANG
REKAN KERJA
D-1
I.
TUJUAN PERCOBAAN
PERCOBAAN
Kalibrasi alat
D-4
2.4.hasil Percobaan
Larutan induk CuSO4
= 480 nm
a.
x
ppm
V (ml)
%T
A (y)
62,5
0,625
0,2041
71,884
14,6715
5167,3095
54,8
0,548
0,2612
107,827
28,144
11662,662
12
32,4
0,324
0,4895
143,764
70,3750
20669,525
15
31,2
0,312
0,5058
179,711
90,8979
32296,044
503,191
204,1088
69759,541
Total
1,4606
xy xy
m = nX2(x)2 =
c =
X2 xxy
nX2(x)2
x.y
x ppm
81,8744
814 ,926
y = mx+c
= 0,003153x 0,0315
b. = 500 nm
V (ml)
%T
A (y)
x
ppm
x.y
x ppm
64,8
0,648
0,1884
71,884
13,5430
5167,3095
55,0
0,550
0,2596
107,827
27,9919
11625,662
12
33,2
0,332
0,4789
143,769
68,8510
20669,525
15
31,7
0,317
0,4989
179,711
89,6578
32296,044
503,191
200,0437 69759,541
Total
xy xy
m = nX2(x)2 =
1,4606
4.200 ,0437 (503 ,191 .1,4258 )
4.69759 ,541 253201 ,1825
82,725
D-4
c =
X2 xxy
nX2(x)2
1197 ,036
y = mx+c
= 0,003201x 0,046
c. = 520 nm
2
V (ml)
%T
A (y)
67,0
0,670
0,1739
71,884
12,5006 5167,3095
58,0
0,580
0,2366
107,827
25,5119 11625,662
12
34,2
0,342
0,4660
143,769
66,994
15
33,0
0,330
0,4815
179,711
86,5308 32296,044
1,358
503,191
191,5397 69259,541
Total
xy xy
m = nX2(x)2 =
c =
X2 xxy
nX2(x)2
xppm
x pp
m
x.y
20669,525
82 ,875
1647 ,596
y = mx+c
= 0,003205x 0,0638
Sampel
a. = 480 nm
Sampel
%T
A (y)
C (ppm)
93,7
0,937
0,0283
18,966
II
94,5
0,945
0,0246
17,793
III
89,1
0,891
0,050
25,887
D-4
b. = 500 nm
Sampel
%T
A (y)
C (ppm)
94,7
0,947
0,0237
21,774
II
96,3
0,963
0,0164
19,494
III
89,5
0,895
0,0533
31,084
Sampel
%T
95,1
0,951
0,0218
26,708
II
97,1
0,71
0,0128
23,91
III
89,5
0,895
0,0482
24,938
c. = 520 nm
A (y)
480 nm
SAMPEL
I
500 nm
520 nm
Y=mx+c
Y=mx+c
Y=mx+c
0,0283 =0,003153x
0,0315
0,0237 =0,003201x
0,046
0,0218 =0,003205x
0,0638
m=
SAMPEL
II
C (ppm)
0,0283 +0,0315 .5
0,003153
m=
0,0237 +0,046 .5
0,003201
m=
0,0218 +0,0638 .5
0,003205
=18,966 ppm
=21,774 ppm
=26,708 ppm
Y=mx+c
Y=mx+c
Y=mx+c
0,0246 = 0,003153x
0,0315
0,0164 =0,003201x
0,046
0,0128 =0,003205x
0,0638
m=
0,0246 +0,0315 .5
0,003153
=25,887 ppm
m=
0,0164 +0,046 .5
0,003201
=19,494 ppm
m=
0,0128 +0,0638 .5
0,003205
=23,900 ppm
D-4
Sampel
III
Y=mx+c
Y=mx+c
Y=mx+c
0,0283 = 0,003153x
0,0315
0,0237 =0,003201x
0,046
0,0482 =0,003205x
0,0638
m=
0,0283 +0,0315 .5
0,003153
=18,966ppm
m=
0,0237 +0,046 .5
0,003201
=21,774 ppm
m=
0,0482 +0,0638 .5
0,003205
=34,938 ppm
: 161,7399 ppm
: 17,43 %
Sampel II : 23,76 %
Sampel III : 10,8 %
D-4
: SPEKTROFOTOMETRI ANORGANIK
HARI/TANGGAL
KELOMPOK
: 1/SENIN SIANG
NAMA
ASISTEN
KUANTITAS REAGEN
NO JENIS REAGEN
KUANTITAS
1.
2.
BaCl2.2H2O
@ 200 mg
3.
HCl pekat
secukupnya
TUGAS TAMBAHAN :
CATATAN :
= 490 nm, 500 nm, 520 nm
BELLA AZARIA .S
F1
http://wocono.wordpress.com/2013/03/04/spektrofotometri-uv-vis/
F2
Instrumen Optik
(Nimroatul Chasanah , 2 Mei 2012)
Optical Device
Optical device adalah semua peralatan yang bisa merekam, membaca, maupun
menghasilkan cahaya. Di zaman yang serba modern ini, tak bisa dipungkiri bahwa
pentingnya kebutuhan peralatan optik ini mulai dari peralatan rumah tangga sampai
ke peralatan dalam sistem komunikasi. Beberapa contoh peralatan optik yang sering
dijumpai yaitu :
1.
2.
3.
4.
karakteristik dari suatu materi hanya dengan melihat spektrum warna yang
dihasilkannya.
Monokromator menggunakan salah satu fenomena optik, yaitu dispersi pada prisma.
Ketika cahaya polikromatis sudah terdispersi oleh prisma, cahaya-cahaya
monokromatis yang di hasilkan akan diarahkan. Sehingga hanya panjang gelombang
tertentu yang dapat keluar melalui lubang output.
Spektrum Cahaya Tampak
Cahaya (Spektrum optic, atau spektrum terlihat atau spektrum tampak)
adalah bagian dari spectrum elektromagnet yang tampak oleh mata manusia. Radiasi
elektromagnetik dalam rentang panjang gelombang ini disebut sebagai cahaya
tampak atau cahaya saja. Tidak ada batasan yang tepat dari spektrum optik; mata
normal manusia akan dapat menerima panjang gelombang dari 400 sampai 700 nm,
meskipun beberapa orang dapat menerima panjang gelombang dari 380 sampai
780 nm. Mata yang telah beradaptasi dengan cahaya biasanya memiliki sensitivitas
maksimum di sekitar 555 nm, di wilayah kuning dari spektrum optik.
(http://nimroatul.wordpress.com)
Spektrofotometri (UV-Vis)
(Melvia Sundalian, 11 Juni 2012)
1. prinsip
Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota teknis analisis spektroskopi
yang memakai sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dekat (190-380 nm)
dan sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai instrumen
spektrofotometer. Spektrofotometri UV-Vis melibatkan energi elektronik yang
cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri UV-Vis
lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan dengan analisis
kualitatif ( Mulja, 1995).
Spektrofotometri UV-Vis mengukur antaraksi yang terjadi antara radiasi
elektromagnetik dengan molekul atau atom suatu senyawa. Pada umumnya
serapan radiasi UV-Vis dihasilkan oleh eksitasi elektron ikatan, sehingga
panjang gelombang serapan maksimum suatu senyawa itu dapat digunakan
untuk penentuan kuantitatif senyawa yang mengandung gugus fungsi
penyerap radiasi (Clarkes,1986; DEPKES RI,1991;Mulja,1995; Skoog,1998;
Rohman, 2007 ).
A = log 1/T = . c. b
Keterangan:
T = persen transmitan
b = panjang lintasan
I0 = intensitas radiasi yang datang
It = intensitas radiasi yang diteruskan
= absorbansi molar (Lr.mol -1.cm-1)
c = konsentrasi (mol.Lt-1)
F5
a.
Sumber cahaya
Sumber energi cahaya yang digunakan pada daerah ultra lembayungsinar tampak adalah sebuah lampu pijar dan kawat yang terbuat dari wolfram.
Sumber lain yang biasa digunakan adalah lampu tabung hidrogen atau
deuterium yang dapat digunakan pada panjang gelombang 175-400 nm.
Dalam beberapa spektrofotometer dimungkinkan untuk saling menukar
sumber wolfram dan lampu deuterium agar daerah UV-Vis dapat dijangkau
sepanjang instrumen bekerja (Underwood, 2002).
b.
Monokromator
Monokromator adalah suatu alat optik yang digunakan untuk memilih
berkas radiasi dan panjang gelombang yang digunakan. Monokromator terdiri
dari 3 bagian utama yaitu celah masuk, elemen pendispersi dan celah keluar.
Komponen-komponen monokromator adalah (Underwood, 2002):
1.
2.
3.
F7
4.
c.
d.
Detektor
e.
Pencatat
Pencatat berfungsi untuk menerima dan merekam informasi yang
diberikan oleh detektor (Fessenden & Fessenden, 1999).
( http://msundalian.blogspot.com/2012/06/uv-vis-1.html)
Kalibrasi Cuvet
1.
2.
3.
4.
http://logku.blogspot.com/2011/01/praktikum-pengenalan-alat.html
protein terlarut (soluble protein). Protein terlarut dalam larutan tidak memiliki warna.
Oleh karena itu, larutan ini harus dibuat berwarna agar dapat dianalisa. Reagent yang
biasa digunakan adalah reagent Folin.Saat protein terlarut direaksikan dengan Folin
dalam suasana sedikit basa, ikatan peptide pada protein akan membentuk senyawa
kompleks yang berwarna biru yang dapat dideteksi pada panjang gelombang sekitar
578 nm. Semakin tinggi intensitas warna biru menandakan banyaknya senyawa
kompleks yang terbentuk yang berarti semakin besar konsentrasi protein terlarut
dalam sample.
2. Spektrofotometri UV (ultraviolet)
Berbeda dengan spektrofotometri visible, pada spektrofotometri UV berdasarkan
interaksi sample dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang gelombang 190-380
nm. Sebagai sumber sinar dapat digunakan lampu deuterium. Deuterium disebut juga
heavy hidrogen. Dia merupakan isotop hidrogen yang stabil yang terdapat berlimpah
di laut dan daratan. Inti atom deuterium mempunyai satu proton dan satu neutron,
sementara hidrogen hanya memiliki satu proton dan tidak memiliki neutron. Nama
deuterium diambil dari bahasa Yunani, deuteros, yang berarti dua, mengacu pada
intinya yang memiliki dua pertikel.Karena sinar UV tidak dapat dideteksi oleh mata
kita, maka senyawa yang dapat menyerap sinar ini terkadang merupakan senyawa
yang tidak memiliki warna. Bening dan transparan.. Oleh karena itu, sample tidak
berwarna tidak perlu dibuat berwarna dengan penambahan reagent tertentu. Bahkan
sample dapat langsung dianalisa meskipun tanpa preparasi. Namun perlu diingat,
sample keruh tetap harus dibuat jernih dengan filtrasi atau centrifugasi. Prinsip dasar
pada spektrofotometri adalah sample harus jernih dan larut sempurna. Tidak ada
partikel koloid apalagi suspensi. Sebagai contoh pada analisa protein terlarut (soluble
protein). Jika menggunakan spektrofotometri visible, sample terlebih dulu dibuat
berwarna dengan reagent Folin, maka bila menggunakan spektrofotometri UV,
sample dapat langsung dianalisa.
Ikatan peptide pada protein terlarut akan menyerap sinar UV pada panjang
gelombang sekitar 280 nm. Sehingga semakin banyak sinar yang diserap sample
(Absorbansi tinggi), maka konsentrasi protein terlarut semakin besar.
Spektrofotometri UV memang lebih simple dan mudah dibanding spektrofotometri
visible, terutama pada bagian preparasi sample. Namun harus hati-hati juga, karena
banyak kemungkinan terjadi interferensi dari senyawa lain selain analat yang juga
menyerap pada panjang gelombang UV. Hal ini berpotensi menimbulkan bias pada
hasil analisa.
3. Spektrofotometri UV-Vis
Spektrofotometri ini merupakan gabungan antara spektrofotometri UV dan Visible.
Menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda, sumber cahaya UV dan sumber
cahaya visible. Meskipun untuk alat yang lebih canggih sudah menggunakan hanya
satu sumber sinar sebagai sumber UV dan Vis, yaitu photodiode yang dilengkapi
F 10
Tipe kesalahan dalam pengukuran analitik dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Kesalahan serius (Gross error)
Tipe kesalahan ini sangat fatal, sehingga konsekuensinya pengukuran harus diulangi.
Contoh dari kesalahan ini adalah kontaminasi reagent yang digunakan, peralatan yang
memang rusak total, sampel yang terbuang, dan lain lain. Indikasi dari kesalahan ini
cukup jelas dari gambaran data yang sangat menyimpang, data tidak dapat
memberikan pola hasil yang jelas, tingkat reprodusibilitas yang sangat rendah dan
lain lain.
2. Kesalahan acak (Random error)
Golongan kesalahan ini merupakan bentuk kesalahan yang menyebabkan hasil dari
suatu perulangan menjadi relatif berbeda satu sama lain, dimana hasil secara
individual berada di sekitar harga rata-rata. Kesalahan ini memberi efek pada tingkat
akurasi dan kemampuan dapat terulang (reprodusibilitas). Kesalahan ini bersifat
wajar dan tidak dapat dihindari, hanya bisa direduksi dengan kehati-hatian dan
konsentrasi dalam bekerja. sebagai contohnya adalah kesalahan dalam
menghomogenkan bahan. Misalnya pada penetapan kadar SO4 dalam sampel. Hal ini
disebabkan pengocokan yang tidak sempurna ketika ditambah BaCl2.2H2O kelarutan
dalam labu takar. Hal itu menyebabkan persebaran BaSO4 tidak merata. Oleh karena
itu terdapat kemungkinan larutan yang dimasukan dalam cuvet adalah larutan yang
mengandung konsentrasi BaSO4 yang rendah. Apabila hal tersebut terjadi dapat
menyebabkan angka transmitansi yang terbaca pada spektrofotometer menjadi
besar. Kemungkinan lain yang dapat terjadi adalah larutan yang dimasukan ke dalam
cuvet merupakan larutan dengan konsentrasi BaSO4 yang terkumpul atau terpusat
pada bagian larutan tersebut. Kesalahan tersebut dapat membuat kesalahan
perhitungan dalam mencari kadar dari so4
3. Kesalahan sistematik (Systematic error)
Kesalaahn sistematik merupakan jenis kesalahan yang menyebabkan semua hasil data
salah dengan suatu kemiripan. Hal ini dapat diatasi dengan:
a. Standarisasi prosedur
b. Standarisasi bahan
c. Kalibrasi instrument
(Tahir, 2007).
Secara umum, faktor yang menjadi sumber kesalahan dalam pengukuran sehingga
menimbulkan variasi hasil, antara lain adalah:
1. Perbedaan yang terdapat pada obyek yang diukur.
Hal ini dapat diatasi dengan:
F 12
F 14
Oleh karena itu dalam praktek sangat dianjurkan untuk menyiapkan beberapa larutan
dengan konsentrasi yang berbeda biasanya disebut larutan standar, kemudian diukur
absorbansinya. Hasil pengukuran dibuat grafik kalibrasi absorbansi vs konsentrasi.
Selanjutnya konsentrasi larutan yang belum diketahui dapat ditentukan dari grafik
tersebut.
Dengan menggunakan grafik kalibrasi yang diperoleh dari beberapa standar
dibanding dengan menggunakan satu standar , ketidakpastian analisa dapat dikurangi
dan karenanya ketelitian akan sangat meningkat. Perlu dicatat bahwa garis lurus pada
grafik kalibrasi tidak akan diperoleh dengan cara mem-plot transmitans vs
konsentrasi. Karena absorbansi dan transmitans dihubungkan oleh persamaan :
A = log T
maka tidak ada hubungan linear antara transmitans dan konsentrasi.
Oleh karena itu jika hasil pengukuran berupa transmitans, makaharus diubah ke
bentuk absorbansi agar dapat membuat kurvakalibrasi. (Wiryawan, dkk., 2008).
Pemilihan Panjang Gelombang untuk Analisa Kuantitatif
Dalam spektrometri molekular kuantitatif, pengukuran absorbansi atau
transmitans dibuat berdasarkan satu seri (rangkaian) larutan pada panjang gelombang
yang telah ditetapkan. Panjang gelombang paling yang sesuai ditentukan dengan
membuat spektrum absorbsi dimana panjang gelombang yang paling sesuai adalah
yang menghasilkan absorbansi maksimum. Selanjutnya panjang gelombang ini
digunakan untuk pengukuran kuantitatif. Dengan menggunakan panjang gelombang
dari absorbansi 118 yang maksimum, maka jika terjadi penyimpangan (deviasi) kecil
panjang gelombang dari cahaya masuk hanya akan menyebabkan kesalahan yang
kecil dalam pengukuran tersebut. Jika panjang gelombang dipilih dari daerah
spektrum di mana ada suatu perubahan yang besar absorbansi dalam daerah (range)
panjang gelombang yang sempit, maka jika terjadi penyimpangan (deviasi) kecil
panjang gelombang dari cahaya masuk akan menyebabkan kesalahan yang besar
dalam pengukuran absorbansi tersebut.
Pengaruh radiasi polikromatik pada hubungan hukum Beer. Pita A menunjukkan
penyimpangan (deviasi) yang kecil selama tidak terjadi perubahan besar pada ?
sepanjang pita tersebut. Pita B menunjukkan penyimpangan yang jelas karena ?
mengalami perubahan yang berarti pada daerah tersebut. (Wiryawan, dkk., 2008).
Kesalahan dalam Analisis Spektrometri Kuantitatif
Ada tiga sumber kesalahan dalam pengukuran dengan spektrofotometer :
(a) pengaturan ke absorbabsi nol (100% T)
(b) pengaturan ke absorbansi (0% T)
F 15
(http://wanibesukwodpress.com/2011/07/04/pengertian-dasar-spektrofotometer-vis)
F 18
LEMBAR ASISTENSI
DIPERIKSA
NO
TANGGAL
KETERANGAN
TANDA TANGAN
F 19