M.askep Bedah Jantung
M.askep Bedah Jantung
Dosen Pembimbing:
Disusun Oleh :
Kelompok B
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
2010-21-104
2010-21-112
2010-21-122
2010-21-108
2010-21-106
2010-21-110
2010-21-120
2010-21-096
2010-21-098
2010-21-100
2010-21-114
2010-21-102
2010-21-092
2010-21-118
2010-21-094
LAMPIRAN
Daftar Nama Kelompok B Beserta Tugasnya
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
NAMA
Yoga Prasetio
Asari
Nesia faternasa
Nurjanto
Deli yulia
Feni royani
Nano subowo
Widian anggranita
Sri kurnia ningsih
Tari syfrida
Rini utari
Rina gusniarti
Agus rully kurniadi
Hamdi
Aras
TUGAS
Koordinator
Cari Bahan
Bendahara
Cari Bahan
Cari bahan
Cari Bahan
Cari Bahan
Meringkas
Meringkas
Cari Bahan
Mengeprint
Mengeprint
Cari Bahan
Fotocopy
Cari bahan
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulilah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadiran ALLAH
SWT, atas berkat rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah SISTEM KARDIVASKULER yang berjudul askep bedah jantung .
Penulisan makalah ini mendapatkan bimbingan , bantuan, dan
dorongan dari Dosen pembimbing. untuk itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya.
Dengan segala kemampuan penulis makalah ini, namun masih terda[at
kekurangan-kekurangan dan masih jauh dari kesempatan, maka dari itu penulis
menerima segala saran dan kritik yang bersifat membangun untuk menunjang
kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini berguna dan memberikan manfaat yang sebesarbesarnya pada semua pihak dan penulis sendiri guna melanjutkan kejenjangan
penelitian yang lebih tinggi.
Akhir kata penulis ucapka wassalamualaikum Wr. Wb.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
LAMPIRAN................................................................................................
KATA PENGANTAR.................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................
i
ii
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ...........................................................................
1.2. Perumusan Masalah....................................................................
1.3. Tujuan ........................................................................................
1
5
5
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
BAB II
ASKEP BEDAH JANTUNG
2.1 DEFENISI
Bedah jantung adalah ; Usaha atau operasi yang dikerjakan untuk melakukan
koreksi kelainan anatomi atau fungsi jantung.
Macam macam Operasi Jantung :
1. Operasi jantung terbuka, yaitu operasi yang dijalankan dengan membuka
rongga jantung dengan memakai bantuan mesin jantung paru (mesin extra
corporal).
2. Operasi jantung tertutup, yaitu setiap operasi yang dijalankan tanpa
membuka rongga jantung misalnya ligasi PDA, Shunting aortopulmonal.
2.2. Tujuan Operasi Bedah Jantung
Operasi jantung dikerjakan dengan tujuan baermacam-macam antara lain :
1. Koreksi total dari kelainan anatomi yang ada, misalnya penutupan ASD,
Pateh VSD, Koreksi Tetralogi Fallot, Koreksi Transposition Of Great
Arteri (TGA). Umumnya tindakan ini dikerjakan terutama pada anak-anak
(pediatrik) yang mempunyai kelainan bawaan.
2. Operasi paliatif yaitu melakukan operasi sementara untuk tujuan
mempersiapkan operasi yang definitif/total koreksi karena operasi total
belum dapat dikerjakan saat itu, misalnya shunt aortopulmonal pada TOF,
Pulmonal atresia.
3. Repair yaitu operasi yang dikerjakan pada katub jantung yang mengalami
insufisiensi.
4. Replacement katup yaitu operasi penggantian katup yang mengalami
kerusakan.
5. Bypass koroner yaitu operasi yang dikerjakan untuk mengatasi
stenosis/sumbatan arteri koroner.
6. Pemasangan inplant seperti kawat pace maker permanen pada anak-anak
dengan blok total atrioventrikel.
7. Transplantasi jantung yaitu mengganti jantung seseorang yang tidak
mungkin diperbaiki lagi dengan jantung donor dari penderita yang
meninggal karena sebab lain.
2.3.
4.
Repair
katub
lebih
diutamakan/dianjurkan
dari
pada
replacement/penggantian katub yang rusak.
5. Hasil-hasil dari kasus-kasus yang sudah dikerjakan orang lain.
b. Sayatan Operasi
1. Mid Sternotomi
Posisi klien terlentang, kepala ekstensi dan daerah vertebra antara skapula kanan
dan kiri diganjal secukupnya sehingga insisi cukup leluasa. Harus diperhatikan
dalam setiap posisi :
a) Seluruh daerah yang mengalami tekananan harus dilindungi dengan bantal atau
karet busa misalnya kepala, daerah sakrum dan tumit.
Tidak boleh ada barang-barang logam yang keras, kontak langsung dengan
penderita sehingga dapat terjadi dekubitus.
b) Pemasangan lead EKG , kateter urin, slang infus tidak boleh kinking dan
melewati bawah kulit klien sehingga menimbulkan bekas.
c) Pemasangan plate kauterisasi pada otot pinggul dan hati-hati terhadap N.
ischiadicus yang berjalan di daerah sakrum dan penderita harus dihubungkan
dengan kabel yang ke bumi.
d) Posisi penderita harus difiksasi dengan stabil sehingga tidak mudah meluncur
kalau meja operasi diputar atau tidak bergerak kalu dilakukan shock listrik.
Insisi kulit pada daerah median mulai dari atas suprasternal notch vertikal sampai
3 cm di bawah prosesus xyphoideus dengan pisau No. 24 bila klien dewasa, untuk
bayi dan anak-anak dengan pisau No. 15.
Hemostasis dengan kauterisasi fasia sampai ligamen subra sternal dipotong,
begitu juga prosesus xyphoideus ibelah dengan gunting kasar. Hemostasis dari
vena yang melintang di atas prosesus xyphoideus harus baik.
Tulang sternum dibelah dengan gergaji listrik biasanya dari arah prosesus
xypoideus ke atas dan saat itu paru-paru dikolapskan beberapa detik untuk
menghindari terbukanya pleura.
Hemastasis pinggir sternum dengan kauter dan bila perlu gunakan bone wak.
Selanjutnya sisa-sisa kelenjar timus, didiseksi sampai vena inominata kelihatan
bebas. Perikardium dibuka di tengah atau agak ke kanan apabila akan digunakan
untuk patch dan dilebarkan sedikit kearah lateral dibagian proksimal dan
diafragma. Perikardium difixir ke pinggir luka sehingga jantung agak terangkat.
Apabila prosedur utama telah selesai dan dinding dada akan ditutup maka harus
diyakini benar bahwa hemostasis terhadap semua bekas insisi dan jahitan telah
aman, perikardium kalau perlu tidak usah ditutup rapat, dipasang drain untuk
mengeluarkan sisa darah, sternum diikat dengan kawat. Harus diingat saat
menutup sternum apakah ada pengaruh terhadap tekanan darah terutama kalau
tekanan darah turun. Jahitan kulit subkutikuler/kutikuler dengan dexon.
2. Torakotomi posterolateral
Sayatan ini biasanya untuk klien koarktasio aorta, PDA, shunt atau aneurisma
aorta desenden. Posisi klien miring ke kanan dengan syarat-syarat seperti di atas.
Insisi kulit mulai dari garis aksila tengah ke posterior kira-kira 2 cm di bawah
angulus inferior skapula dan prosesus spinosus vertebra. Kulit, subkutis, otot
latisimus dorsi dipotong dengan hemostasis yang baik dengan kauter dan otot
seratus anterios hanya dibelah dan dipotong pada insertionya.
Rongga toraks dibuka pada sela iga ke 4 dengan diseksi di bagian atas iga ke V
untuk menghindari pembuluh darah. Setelah selesai rongga toraks ditutup dengan
Biasanya dicari gigi berlobang atau tonsilitis kronis dan ini konsultasikan ke
bagian THT dan gigi. Kelainan kulit seperti dermatitis dan furunkolosis/bisul
harus diobati dan juga tidak dalam masa inkubasi/infeksi penyakit menular.
5. Fisioterapi dada.
Untuk melatih dan meningkatkan fungsi paru selama di ICU dan untuk
mengajarkan bagaimana caranya mengeluarkan sputum setelah operasi untuk
mencegah retensi sputum. Bila penderita diketahui menderita asthma dan penyakit
paru obstruktif menahun (PPOM) maka fisioterapi harus lebih intensif dikerjakan
dan kadang-kadang spirometri juga membantu untuk melihat kelainan yang
dihadapi. Bila perlu konsultasi ke dokter ahli paru untuk problem yang dihadapi.
6. Perawatan sebelum operasi.
Saat ini perawatan sebelum operasi dengan persiapan yang matang dari poliklinik
maka perawatan sebelum operasi dapat diperpendek misalnya 1 - 2 hari sebelum
operasi. Hal ini untuk mempersiapkan mental klien dan juga supaya tidak bosan di
Rumah Sakit.
2.7.
Perawatan pasca bedah
Perawatan pasca bedah dimulai sejak penderita masuk ke ICU. Untuk mengetahui
problem pasca bedah dianjurkan untuk mengetahui problem penderita pra bedah
sehingga dapat diantisipasi dengan baik.
Misalnya problem pernapasan, diabetes dan lain-lain.
Perawatan pasca bedah dibagi atas :
1. Perawatan di ICU.
a) Monitoring Hermodinamik.
Setelah penderita pindah di ICU maka timbang terima antara perawat yang
mengantar ke ICU dan petugas/perawat ICU yang bertanggung jawab terhadap
penderita tersebut : Dianjurkan setiap penderita satu perawat yang bertanggung
jawab menanganinya selama 24 jam. Pemantauan yang dikerjakan harus secara
sistematis dan mudah :
CVP, RAP, LAP,
Denyut jantung.
Wedge presure dan PAP.
Tekanan darah.
Curah jantung.
Obat-obat inotropik yang digunakan untuk support fungsi jantung dosisnya,
rutenya dan lain-lain.
Alat lain yang dipakai untuk membantu seperti IABP, pach jantung dll.
b) EKG
Pemantauan EKG setiap saat harus dikerjakan dan dilihat irama dasar jantung dan
adanya kelainan irama jantung seperti AF, VES, blok atrioventrikel dll.
Rekording/pencatatan EKG lengkap minimal 1 kali dalam sehari dan tergantung
dari problem yang dihadapi terutama bila ada perubahan irama dasar jantung yang
membahayakan.
c) Sistem pernapasan
Biasanya penderita dari kamar operasi masih belum sadar dan malahan diberikan
sedasi sebelum ditransper ke ICU. Sampai di ICU segera respirator dipasang dan
dilihat :
Tube dan ukuran yang diapakai, melalui mulut / hidung.
Ureum
Gula darah.
Thoraks foto
EKG 12 lead.
Hari ke 4 : lihat keadaan, pemeriksaan atas indikasi.
Hari ke 5 : Hematologi, LFT, Ureum dan bila perlu elektrolit, foto thoraks tegak.
Hari ke 6 - 10 pemerikasaan atas indikasi, misalnya thrombosis.
Obat - obatan : Biasanya diberikan analgetik karena rasa sakit daerah dada
waktu batuk akan mengganggu pernapasan klien. Obat-obat lain seperti anti
hipertensi, anti diabet, dan vitamin harus sudah dimulai, expectoransia,
bronchodilator, juga diperlukan untuk mengeluarkan sputum yang banyak
sampai hari ke 7 atau sampai klien pulang.
Perawatan luka, dapat tertutup atau terbuka. Bila ada tanda-tanda infeksi
seperti kemerahan dan bengkak pada luka apalagi dengan tanda-tanda panas,
lekositosis, maka luka harus dibuka jahitannya sehuingga nanah yang ada bisa
bebas keluar. Kadang-kadang perlu di kompres dengan antiseptik supaya
nanah cepat kering. Bila luka sembuh dengan baik jahitan sudah dapat di buka
pada hari ke delapan atau sembilan pasca bedah. Untuk klien yang gemuk,
diabet kadang-kadang jahitan dipertahankan lebih lama untuk mencegah luka
terbuka.
Fisioterapi, setelah klien exstubasi maka fisioterapi harus segera dikerjakan
untuk mencegah retensi sputum yang akan menyebabkan problem pernapasan.
Mobilisasi di ruangan mulai dengan duduk di tempat tidur, turun dari tempat
tidur, berjalan disekitar tempat tidur, berjalan ke kamar mandi, dan keluar dari
ruangan dengan dibimbing oleh fisioterapis atau oleh perawat
2.8. Askep pada klien bedah jantung
1.pengkajian
Aktivitas/istirahat
a. Gejala : Keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari,
insomnia, nyeri dada dengan aktivitas, dispnea pada saat istirahat.
b. Tanda : Gelisah, perubahan status mental mis : letargi, tanda vital
berubah pad aktivitas.
Sirkulasi
a. Gejala : Riwayat HT, IM baru/akut, episode GJK sebelumnya,
penyakit jantung , bedah jantung , endokarditis, anemia, syok septic,
bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen.
b. Tanda :
1) TD ; mungkin rendah (gagal pemompaan).
2) Tekanan Nadi ; mungkin sempit.
3) Irama Jantung ; Disritmia.
10
Pernapasan
a. Gejala : Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan
beberapa bantal, batuk dengn/tanpa pembentukan sputum, riwayat
penyakit kronis, penggunaan bantuan pernapasan.
b. Tanda
:
1) Pernapasan; takipnea, napas dangkal, penggunaan otot asesori
pernpasan.
2) Batuk : Kering/nyaring/non produktif atau mungkin batuk terus
menerus dengan/tanpa pemebentukan sputum.
3) Sputum ; Mungkin bersemu darah, merah muda/berbuih (edema
pulmonal)
4) Bunyi napas ; Mungkin tidak terdengar.
5) Fungsi mental; Mungkin menurun, kegelisahan, letargi.
6) Warna kulit ; Pucat dan sianosis.
Keamanan
Gejala : Perubahan dalam fungsi mental, kehilangankekuatan/tonus otot,
kulit lecet.
Interaksi sosial
Gejala: Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa
dilakukan.
Pembelajaran/pengajaran
a. Gejala : menggunakan/lupa menggunakan obat-obat jantung,
misalnya : penyekat saluran kalsium.
b. Tanda
: Bukti tentang ketidak berhasilan untuk meningkatkan.
2. Diagnosa Keperawatan
Pre Operatif
a. Nyeri dada b/d ketidak seimbangan suplai dan demand
b. Takut/cemas b/d ketidaktahuan akan tindakan operasi
c. Takut/cemas terhadap sakit
d. Takut/cemas terhadap perubahan gambaran diri
e. Takut/cemas terhadap kematian
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Post operatif
Resti terjadinya penurunan curah jantung
Gangguan pola nafas
Gangguan pertukaran gas
Jalan nafas tidak efektif
Nutrisi kurang dari kebutuhan
Kelebihan volume cairan
Koping tidak efektif
Resti terjadi infeksi
3. perencanaan.
11
12
Diagnosa 4 :
Takut atau cemas terhadap perubahan gambaran diri
Tujuan : cemas terhadap perubahan gambaran diri berkurang atau hilang
Intervensi :
1. iJinkan klien mengungkapkan rasa takutnya
2. diskusikan tentang anggapan klien salah
3. beri kesempatan klien untuk bicara dengan klien yang telah di operasi
4. yakinkan bahwa tim kesehatan akan menolong dalam proses enyembuhan
diagnosa 5 :
takut atau cemas berat terhadap kematian
intervensi :
1. ijinkan klien untuk mengekspresikan rasa takutnya
2. yakinkan bahwa rasa takutny norma
3. mengutamakan penjelasan post operasi agar tetap yakin akan keputusan
operasi
4. bicarakan dengan keluarga untuk mendatangkan ulama/ pendeta bila perlu
pre operasi
diagnosa 1 :
resiko tinggi terjadi penurunan curah jantung
tujuan : tidak terjadi penurunan curah jantung
intervensi :
1. obstruksi tanda vital
2. catat adanya aritmia dan obstruksi respon klien
3. obstruksi adanya perubahan status mental ( bingung, disorientasi,kurang
kooperatif)
4. obstruksi perfusi jaringan
5. obstruksi intake output
6. ajarkan tekhnik relaksasi,nafas dalam
7. program perkembangan aktifitas, respon dll
diagnosa 2 :
gangguan pola nafas
tujuan : gangguan pola nafas teratasi
intervensi :
1. obstruksi pernafasan : frekuensi,pola , kedalaman,sesak nafas, penggunaan
otot-otot cuping hidung
2. auskultasi bunyi nafas, area nafas yang hilang,ronchi.
3. Obstruksi, bentuk,pergerakan,pengembangan,kesimetrisan dada
4. Obstruksi batuk dan produksi sputum
5. Obstruksi sianosis pada kulit, mukosa
6. Atur posisi tidur yang nyaman (semi fowler)
7. Ajarkan klien nafas dalam 7 batuk efektif
8. Berikan analgetik sebelum fisioterapi sesuai program
9. Pemeriksaan X-ray,lab,(AGDA, Hb)
10. Berikan oksigen sesuai kolaborasi
13
Diagnosa 3 :
Gangguan pertukaran gas
Tujuan : gangguan pertukaran gas teratasi
Intervensi :
1. Obstruksi pernafasan : frekuensi, kedalaman, sesak nafas, penggunaan
otot-otot tambahan, perubahan warna kulit, pucat
2. Auskultasi bunyi nafas dan pergerakan dada
3. Obstruksi adanya kelainan ,status mental dan tingkat kesadaran
4. Pertahankan kelancaran jalan nafas bila di perlu
5. Ajarkan klien menarik nafas dalam melalui hidung dan mengeluarkan dari
mulut
6. Catat jumlah dan jenis cairan drain sera perubahannya
7. Kaji respon terhadap aktivitas: kooperatif a tidak
8. Pemeriksaan X-ray,lab (AGDA,Hb)
9. Berikan oksigen sesuai kolaborasi
Diagnosa 4 :
Jalan nafas tidak efektif
Tujuan : jalan nafas menjadi efektif
Intervensi :
1. Anjurkan klien untuk batuk efektif
2. Tarik nafas dalam, tahan selama 3-5 detik dan batukkan dengan kuat ,
lakukan beberapa kali
3. Support daerah dada dengan bantal dan tangan saat batuk
4. Pertahankan hidrasi adekuat
5. Buat rencana dan anjurkan klien istirahat
6. Beri pendidikan kesehatan dan reinforcement positif
Diagnosa 5 :
Nutrisi kurang dari kebutuhan
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Intervensi :
1. Timbang BB dengan indikasi
2. Beriksn makanan sesuai dengan program diet
3. Auskultasi bising usus, catat dan kolaborasi bila ada mual ,muntah,nyeri
4. Pertahankan nutrisi per oral
5. Berikan makanan porsi kecil dan sering
6. Pertahankan kebersihan mulut
7. Monitor dan catat intake output
8. Ciptakan suasana makan yang nyaman
9. Obstruksi adanya tanda-tanda hipoglikemia
10. Periksa gula darah,konsul gizi
Diagnosa 6 :
Kelebihan volume cairan
Tujuan : kelebihan cairan tidak terjadi
Intervensi :
1. Monitor intake output cairan
14
15
DAFTAR PUSTAKA
1.Smeltzer, Suzanne C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth, ; alih bahasa, Agung Waluyo; editor Monica Ester, Edisi 8, EGC;
Jakarta.
2.Carolin, Elizabeth J, Buku Saku Patofisiologi, EGC, Jakarta, 2002.
3.Doenges, Marilynn E, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, ; alih bahasa, I Made
Kariasa ; editor, Monica Ester, Edisi 3, EGC ; Jakarta.
4.Tucker, Susan Martin, 1998, Standar Perawatan Pasien; Proses Keperawatan,
Diagnosis dan Evaluasi, Edisi 5, EGC, Jakarta.
5.Soeparman, Sarwono Waspadji, 1998, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Penerbit
16
FKUI, Jakarta.
6.Long, Barbara C, 1998, Perawatan Medikal Bedah, 1998, EGC, Jakarta.
7.PRICE, Sylvia Anderson, 1994, Patofisiologi; Konsep Klinis Proses Proses
Penyakit, EGC, Jakarta.
8.Keliat, Budi Anna, Proses Keperawatan
17