Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ASKEP BEDAH JANTUNG

Dosen Pembimbing:
Disusun Oleh :
Kelompok B
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Agus rully kurniadi


Asari
Nano subowo
Nurjanto
Nesia faternasa
Deli yulia
Aras
Feni royani
Hamdi
Rina gusniarti
Rini utari
Tari syfrida
Sri kurnia ningsih
Widian anggranita
Yoga prasetio

2010-21-104
2010-21-112
2010-21-122
2010-21-108
2010-21-106
2010-21-110
2010-21-120
2010-21-096
2010-21-098
2010-21-100
2010-21-114
2010-21-102
2010-21-092
2010-21-118
2010-21-094

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM JAMBI


STIKBA
PRODI S1 KEPERAWATAN
2010-2011

LAMPIRAN
Daftar Nama Kelompok B Beserta Tugasnya
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

NAMA
Yoga Prasetio
Asari
Nesia faternasa
Nurjanto
Deli yulia
Feni royani
Nano subowo
Widian anggranita
Sri kurnia ningsih
Tari syfrida
Rini utari
Rina gusniarti
Agus rully kurniadi
Hamdi
Aras

TUGAS
Koordinator
Cari Bahan
Bendahara
Cari Bahan
Cari bahan
Cari Bahan
Cari Bahan
Meringkas
Meringkas
Cari Bahan
Mengeprint
Mengeprint
Cari Bahan
Fotocopy
Cari bahan

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulilah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadiran ALLAH
SWT, atas berkat rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah SISTEM KARDIVASKULER yang berjudul askep bedah jantung .
Penulisan makalah ini mendapatkan bimbingan , bantuan, dan
dorongan dari Dosen pembimbing. untuk itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya.
Dengan segala kemampuan penulis makalah ini, namun masih terda[at
kekurangan-kekurangan dan masih jauh dari kesempatan, maka dari itu penulis
menerima segala saran dan kritik yang bersifat membangun untuk menunjang
kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini berguna dan memberikan manfaat yang sebesarbesarnya pada semua pihak dan penulis sendiri guna melanjutkan kejenjangan
penelitian yang lebih tinggi.
Akhir kata penulis ucapka wassalamualaikum Wr. Wb.

Jambi, Mei 2011

Penulis

ii

DAFTAR ISI
LAMPIRAN................................................................................................
KATA PENGANTAR.................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................

i
ii
iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ...........................................................................
1.2. Perumusan Masalah....................................................................
1.3. Tujuan ........................................................................................

1
5
5

BAB II ASKEP KLIEN BEDAH JANTUNG


2.1.
BAB III PEMBAHASAN
3.1.
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan..................................................................................
4.2 Saran............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang

BAB II
ASKEP BEDAH JANTUNG
2.1 DEFENISI
Bedah jantung adalah ; Usaha atau operasi yang dikerjakan untuk melakukan
koreksi kelainan anatomi atau fungsi jantung.
Macam macam Operasi Jantung :
1. Operasi jantung terbuka, yaitu operasi yang dijalankan dengan membuka
rongga jantung dengan memakai bantuan mesin jantung paru (mesin extra
corporal).
2. Operasi jantung tertutup, yaitu setiap operasi yang dijalankan tanpa
membuka rongga jantung misalnya ligasi PDA, Shunting aortopulmonal.
2.2. Tujuan Operasi Bedah Jantung
Operasi jantung dikerjakan dengan tujuan baermacam-macam antara lain :
1. Koreksi total dari kelainan anatomi yang ada, misalnya penutupan ASD,
Pateh VSD, Koreksi Tetralogi Fallot, Koreksi Transposition Of Great
Arteri (TGA). Umumnya tindakan ini dikerjakan terutama pada anak-anak
(pediatrik) yang mempunyai kelainan bawaan.
2. Operasi paliatif yaitu melakukan operasi sementara untuk tujuan
mempersiapkan operasi yang definitif/total koreksi karena operasi total
belum dapat dikerjakan saat itu, misalnya shunt aortopulmonal pada TOF,
Pulmonal atresia.
3. Repair yaitu operasi yang dikerjakan pada katub jantung yang mengalami
insufisiensi.
4. Replacement katup yaitu operasi penggantian katup yang mengalami
kerusakan.
5. Bypass koroner yaitu operasi yang dikerjakan untuk mengatasi
stenosis/sumbatan arteri koroner.
6. Pemasangan inplant seperti kawat pace maker permanen pada anak-anak
dengan blok total atrioventrikel.
7. Transplantasi jantung yaitu mengganti jantung seseorang yang tidak
mungkin diperbaiki lagi dengan jantung donor dari penderita yang
meninggal karena sebab lain.
2.3.

Pemeriksaan Diagnostik Penderita Penyakit Jantung

Untuk menetapkan suatu penyakit jantung sampai kepada suatu diagnosis


maka diperlukan tindakan investigasi yang cukup. Mulai dari anamnesa,
pemeriksaan fisik/jasmani, laboratorium.. maka untuk jantung diperlukan
pemeriksaan tambahan sebagai berikut :

1. Elektrokardiografi (EKG) yaitu penyadapan hantaran listrik dari jantung


memakai alat elektrokardiografi.
2. Foto polos thorak PA dan kadang-kadang perlu foto oesophagogram untuk
melihat pembesaran atrium kiri (foto lateral).
3. Fonokardiografi
4. Ekhocardiografi yaitu pemeriksaan jantung dengan memakai gelombang
pendek dan pantulan dari bermacam-macam lapisan di tangkap kembali.
Pemeriksaan ini terdiri dari M. mode dan 2 Dimentional, sehingga terlihat
gambaran rongga jantung dan pergerakan katup jantung. Selain itu
sekarang ada lagi Dopler Echocardiografi dengan warna, dimana dari
gambaran warna yang terlihat bisa dilihat shunt, kebocoran katup atau
kolateral.
5. Nuklir kardiologi yaitu pemeriksaan jantung dengan memakai isotop intra
vena kemudian dengan scanner ditangkap pengumpulan isotop pada
jantung.
Dapat dibagi :
1. Perfusi myocardial dengan memakai Talium 201.
2. Melihat daerah infark dengan memakai Technetium pyrophospate 99.
3. Blood pool scanning.
6. Kateterisasi jantung yaitu pemeriksaan jantung dengan memakai kateter
yang dimasukan ke pembuluh darah dan didorong ke rongga jantung.
Kateterisasi jantung kanan melalui vena femoralis, kateterisasi jantung kiri
melalui arteri femoralis.
Pemeriksaan kateterisasi bertujuan :
a) Pemeriksaan tekanan dan saturasi oksigen rongga jantung,
sehingga diketahui adanya peningkatan saturasi pada rongga
jantung kanan akibat suatu shunt dan adanya hypoxamia pada
jantung bagian kiri.
b) Angiografi untuk melihat rongga jantung atau pembuluh darah
tertentu misalnya LV grafi, aortografi, angiografi koroner dll.
c) Pemeriksaan curah jantung pada keadaan tertentu.
7. Pemeriksaan enzym khusus, yaitu pemeriksaan enzym creati kinase dan
fraksi CKMB untuk penentuan adanya infark pada keadaan unstable
angin pectoris.
2.4.
Indikasi Operasi
1,5).Left to rigth shunt sama atau lebih dari 1,5 (aliran paru
dibandingkan aliran ke sistemik
Cyanotic heart disease .
Kelainan anatomi pembuluh darah besar dan koroner
Stenosis katub yang berat (symtomatik).
Regurgitasi katub yang berat (symtomatik)

Angina pektoris kelas III dan IV menurut Canadian Cardiology


Society (CCS).
Unstable angina pectoris.
Aneurisma dinding ventrikel kiri akibat suatu infark miokardium akut.
Komplikasi akibat infark miokardium akut seperti VSD dan mitral
regurgitasi yang berat karena ruptur otot papilaris.
Arrhytmia jantung misalnya WPW syndrom.
Endokarditis/infeksi katub jantung.
Tumor dalam rongga jantung yang menyebabkan obstruksi pada katub
misalnya myxoma.
Trauma jantung dengan tamponade atau perdarahan.

2.5. Toleransi dan perkiraan resiko operasi


Toleransi terhadap operasi diperkirakan berdasarkan keadaan umum penderita
yang biasanya ditentukan dengan klasifikasi fungsional dari New York Heart
Association.
Klas I : Keluhan dirasakan bila bekerja sangat berat misalnya berlari.
Klas II : Keluhan dirasakan bila aktifitas cukup berat misalnya berjalan cepat.
Klas III : Keluhan dirasakan bila aktifitas lebih berat dari pekerjaan sehari-hari.
Klas IV : Keluhan sudah dirasakan pada aktifitas primer seperti untuk makan dan
lain-lain sehingga penderita harus tetap berbaring ditempat tidur.
a. Waktu Terbaik (Timing) Untuk Operasi
Hal ini ditentukan berdasarkan resiko yang paling kecil. Misalnya umur yang
tepat untuk melakukan total koreksi Tetralogi Fallot adalah pada umur 3 - 4 tahun.
Hal ini yaitu berdasarkan klasifikasi fungsional di mana operasi katub aorta
karena suatu insufisiensi pada klas IV adalah lebih tinggi dibandingkan pada klas
III. Hal ini adalah saat operasi dilakukan. Operasi pintas koroner misalnya bila
dilakukan secara darurat resikonya 2 X lebih tinggi bila dilakukan elektif.
- Pembagian Waktu dibagi atas :
1. Emergensi yaitu operasi yang sifatnya sangat perlu untuk menyelamatkan jiwa
penderita. Untuk bypass coroner hal ini dilakukan kapan saja tergantung persiapan
yang diperlukan.
2. Semi Elektif yaitu operasi yang bisa ditunda 2 - 3 hari atau untuk koroner
dilakukan 3 X 24 jam setelah dilakukan kateterisasi jantung.
3. Elektif yaitu operasi yang direncanakan dengan matang atas indikasi tertentu,
waktunya lebih dari 3 hari.
- Pertimbangan yang perlu diperhatikan adalah :
1. Apakah bisa dilakukan koreksi total
2. Kalau tidak bisa dilakukan koreksi total karena keterbatasan umur dan
anatomi/kelainan yang didapat maka harus dipilih tehnik operasi untuk membantu
operasi definitif misalnya shunt pada Tetralogi Fallot.
3. Apabila tidak bisa dilakukan koreksi total atau operasi definitif dengan resiko
yang tinggi maka harus dipilih operasi untuk memperbaiki kwalitas hidup
penderita tersebut misalnya shunt saja.

4.
Repair
katub
lebih
diutamakan/dianjurkan
dari
pada
replacement/penggantian katub yang rusak.
5. Hasil-hasil dari kasus-kasus yang sudah dikerjakan orang lain.
b. Sayatan Operasi
1. Mid Sternotomi
Posisi klien terlentang, kepala ekstensi dan daerah vertebra antara skapula kanan
dan kiri diganjal secukupnya sehingga insisi cukup leluasa. Harus diperhatikan
dalam setiap posisi :
a) Seluruh daerah yang mengalami tekananan harus dilindungi dengan bantal atau
karet busa misalnya kepala, daerah sakrum dan tumit.
Tidak boleh ada barang-barang logam yang keras, kontak langsung dengan
penderita sehingga dapat terjadi dekubitus.
b) Pemasangan lead EKG , kateter urin, slang infus tidak boleh kinking dan
melewati bawah kulit klien sehingga menimbulkan bekas.
c) Pemasangan plate kauterisasi pada otot pinggul dan hati-hati terhadap N.
ischiadicus yang berjalan di daerah sakrum dan penderita harus dihubungkan
dengan kabel yang ke bumi.
d) Posisi penderita harus difiksasi dengan stabil sehingga tidak mudah meluncur
kalau meja operasi diputar atau tidak bergerak kalu dilakukan shock listrik.
Insisi kulit pada daerah median mulai dari atas suprasternal notch vertikal sampai
3 cm di bawah prosesus xyphoideus dengan pisau No. 24 bila klien dewasa, untuk
bayi dan anak-anak dengan pisau No. 15.
Hemostasis dengan kauterisasi fasia sampai ligamen subra sternal dipotong,
begitu juga prosesus xyphoideus ibelah dengan gunting kasar. Hemostasis dari
vena yang melintang di atas prosesus xyphoideus harus baik.
Tulang sternum dibelah dengan gergaji listrik biasanya dari arah prosesus
xypoideus ke atas dan saat itu paru-paru dikolapskan beberapa detik untuk
menghindari terbukanya pleura.
Hemastasis pinggir sternum dengan kauter dan bila perlu gunakan bone wak.
Selanjutnya sisa-sisa kelenjar timus, didiseksi sampai vena inominata kelihatan
bebas. Perikardium dibuka di tengah atau agak ke kanan apabila akan digunakan
untuk patch dan dilebarkan sedikit kearah lateral dibagian proksimal dan
diafragma. Perikardium difixir ke pinggir luka sehingga jantung agak terangkat.
Apabila prosedur utama telah selesai dan dinding dada akan ditutup maka harus
diyakini benar bahwa hemostasis terhadap semua bekas insisi dan jahitan telah
aman, perikardium kalau perlu tidak usah ditutup rapat, dipasang drain untuk
mengeluarkan sisa darah, sternum diikat dengan kawat. Harus diingat saat
menutup sternum apakah ada pengaruh terhadap tekanan darah terutama kalau
tekanan darah turun. Jahitan kulit subkutikuler/kutikuler dengan dexon.
2. Torakotomi posterolateral
Sayatan ini biasanya untuk klien koarktasio aorta, PDA, shunt atau aneurisma
aorta desenden. Posisi klien miring ke kanan dengan syarat-syarat seperti di atas.
Insisi kulit mulai dari garis aksila tengah ke posterior kira-kira 2 cm di bawah
angulus inferior skapula dan prosesus spinosus vertebra. Kulit, subkutis, otot
latisimus dorsi dipotong dengan hemostasis yang baik dengan kauter dan otot
seratus anterios hanya dibelah dan dipotong pada insertionya.
Rongga toraks dibuka pada sela iga ke 4 dengan diseksi di bagian atas iga ke V
untuk menghindari pembuluh darah. Setelah selesai rongga toraks ditutup dengan

mengikat iga dengan jahitan absorbable dan selanjutnya otot diapraksimasi


kembali seperti aslinya dan kulit dijahit subkutikuler.
3. Torakotomi Anterolateral
Posisi penderita terlentang dan bagian kiri diganjal sedikit sehingga lebih . Insisi
pada sela iga ke V. Pendekatan ini untuktinggi / miring 45 emergensi karena luka
tusuk jantung dengan tamponade atau hanya perikardiotomi banding pulmonalis.
2.6.
Persiapan penderita prabedah.
Setelah penderita diputuskan untuk operasi maka perlu dipersiapkan agar operasi
dapat berlangsung sukses. Persiapan terdiri dari :
a) Persiapan mental
Menyiapkan klien secara mental siap menjalani operasi, menghilangkan
kegelisahan menghadapi operasi. Hal ini ditempuh dengan cara wawancara
dengan dokter bedah dan kardiolog tentang indikasi operasi, keuntungan operasi,
komplikasi operasi dan resiko operasi. Diterangkan juga hal-hal yang akan
dialami/akan dikerjakan di kamar operasi dan ICU dan alat yang akan dipasang,
juga termasuk puasa, rasa sakit pada daerah operasi dan kapan drain dicabut.
b) Persiapan medikal
1. Obat-obatan
Semua obat-obatan antikoagulan harus dihentikan 1 minggu sebelum
operasi (minimal 3 hari sebelum operasi).
Aspirin dan obat sejenis dihentikan 1 minggu sebelum operasi.
Digitalis dan diuretik dihentikan 1 hari sebelum operasi.
Antidiabetik diteruskan dan bila perlu dikonversi dengan insulin injeksi
selama operasi.
Obat-obat jantung diteruskan sampai hari operasi.
Antibiotika hanya diberikan untuk propilaksis dan diberikan waktu
induksi anestesi di kamar operasi, hanya diperlukan test kulit sebelum
operasi apakah ada alergi.
2. Laboratorium 1 hari sebelum operasi antara lain :
Hematologi lengkap + hemostasis.
LFT.
Ureum, Creatinin.
Gula darah.
Urine lengkap.
Enzim CK dan CKMB untuk CABG.
Hb S Ag.
Gas darah.
Bila ada kelainan hemostasis atau faktor pembekuan harus diselidiki penyebabnya
dan bila perlu operasi ditunda sampai ada kepastian bahwa kelainan tersebut tidak
akan menyebabkan perdarahan pasca bedah
3. Persiapan darah untuk operasi.
Permintaan darah ke PMI terdiri dari :
Packad cell
: 750 cc
Frash Frozen Plasma
: 1000 cc
Trombosit
: 3 unit.
Permintaan darah ke PMI minimal 24 jam sebelum operasi elektif dan tentu
tergantung persediaan darah yang ada di PMI saat itu.
4. Mencari infeksi fokal.

Biasanya dicari gigi berlobang atau tonsilitis kronis dan ini konsultasikan ke
bagian THT dan gigi. Kelainan kulit seperti dermatitis dan furunkolosis/bisul
harus diobati dan juga tidak dalam masa inkubasi/infeksi penyakit menular.
5. Fisioterapi dada.
Untuk melatih dan meningkatkan fungsi paru selama di ICU dan untuk
mengajarkan bagaimana caranya mengeluarkan sputum setelah operasi untuk
mencegah retensi sputum. Bila penderita diketahui menderita asthma dan penyakit
paru obstruktif menahun (PPOM) maka fisioterapi harus lebih intensif dikerjakan
dan kadang-kadang spirometri juga membantu untuk melihat kelainan yang
dihadapi. Bila perlu konsultasi ke dokter ahli paru untuk problem yang dihadapi.
6. Perawatan sebelum operasi.
Saat ini perawatan sebelum operasi dengan persiapan yang matang dari poliklinik
maka perawatan sebelum operasi dapat diperpendek misalnya 1 - 2 hari sebelum
operasi. Hal ini untuk mempersiapkan mental klien dan juga supaya tidak bosan di
Rumah Sakit.
2.7.
Perawatan pasca bedah
Perawatan pasca bedah dimulai sejak penderita masuk ke ICU. Untuk mengetahui
problem pasca bedah dianjurkan untuk mengetahui problem penderita pra bedah
sehingga dapat diantisipasi dengan baik.
Misalnya problem pernapasan, diabetes dan lain-lain.
Perawatan pasca bedah dibagi atas :
1. Perawatan di ICU.
a) Monitoring Hermodinamik.
Setelah penderita pindah di ICU maka timbang terima antara perawat yang
mengantar ke ICU dan petugas/perawat ICU yang bertanggung jawab terhadap
penderita tersebut : Dianjurkan setiap penderita satu perawat yang bertanggung
jawab menanganinya selama 24 jam. Pemantauan yang dikerjakan harus secara
sistematis dan mudah :
CVP, RAP, LAP,
Denyut jantung.
Wedge presure dan PAP.
Tekanan darah.
Curah jantung.
Obat-obat inotropik yang digunakan untuk support fungsi jantung dosisnya,
rutenya dan lain-lain.
Alat lain yang dipakai untuk membantu seperti IABP, pach jantung dll.
b) EKG
Pemantauan EKG setiap saat harus dikerjakan dan dilihat irama dasar jantung dan
adanya kelainan irama jantung seperti AF, VES, blok atrioventrikel dll.
Rekording/pencatatan EKG lengkap minimal 1 kali dalam sehari dan tergantung
dari problem yang dihadapi terutama bila ada perubahan irama dasar jantung yang
membahayakan.
c) Sistem pernapasan
Biasanya penderita dari kamar operasi masih belum sadar dan malahan diberikan
sedasi sebelum ditransper ke ICU. Sampai di ICU segera respirator dipasang dan
dilihat :
Tube dan ukuran yang diapakai, melalui mulut / hidung.

, PEEP.Tidak volume dan minut volume, RR, Fi O


Dilihat aspirat yang keluar dari bronkhus / tube, apakah lendirnya normal,
kehijauan, kental atau berbusa kemerahan sebagai tanda edema paru ; bila perlu
dibuat kultur.
d) Sistem neurologis
Kesadaran dilihat dari/waktu penderita mulai bangun atau masih diberikan obatobatan sedatif pelumpuh otot. Bila penderita mulai bangun maka disuruh
menggerakkan ke 4 ektremitasnya.
e) Sistem ginjal
Dilihat produksi urine tiap jam dan perubahan warna yang terjadi akibat hemolisis
dan lain-lain. Pemerikasaan ureum / kreatinin bila fasilitas memungkinkan harus
dikerjakan.
f) Gula darah
Bila penderita adalah dabet maka kadar gula darah harus dikerjakan tiap 6 jam
dan bila tinggi mungkin memerlukan infus insulin.
g) Laboratorium :
Setelah sampai di ICU perlu diperiksa :
HB, HT, trombosit.
ACT.
Analisa gas darah.
LFT / Albumin.
Ureum, kreatinin, gula darah.
Enzim CK dan CKMB untuk penderita bintas koroner.
h) Drain
Drain yang dipasang harus diketahui sehingga perdarahan dari mana mungkin bisa
diketahui. Jumlah drain tiap satuan waktu biasanya tiap jam tetapi bila ada
perdarahan maka observasi dikerjakan tiap jam. Atau tiap jam. Perdarahan
yang terjadi lebih dari 200 cc untuk penderita dewasa tiap jam dianggap sebagai
perdarahan pasca bedah dan muingkin memerlukan retorakotomi untuk
menghentikan perdarahan.
i) Foto thoraks
Pemerikasaan foto thoraks di ICU segera setelah sampai di ICU untuk melihat ke
CVP, Kateter Swan Ganz. Perawatan pasca bedah di ICU harus disesuaikan
dengan problem yang dihadapi seperti komplikasi yang dijumpai. Umumnya bila
fungsi jantung normal, penyapihan terhadap respirator segera dimulai dan begitu
juga ekstratubasi beberapa jam setelah pasca bedah.
j) Fisioterapi.
Fisioterapi harus segera mungkin dikerjakan termasuk penderita dengan
ventilator. Bila sudah ekstubasi fisioterapi penting untuk mencegah retensi sputum
(napas dalam, vibrilasi, postural drinase).
2. Perawatan setelah di ICU / di Ruangan.
Setelah klien keluar dari ICU maka pemantauan terhadap fungsi semua organ
terus dilanjutkan. Biasanya pindah dari ICU adalah pada hari ke dua pasca bedah.
Umumnya pemeriksaan hematologi rutin dan thoraks foto telah dikerjakan
termasuk laboratorium LFT, Enzim CK dan CKMB.
Hari ke 3 lihat keadaan dan diperiksa antara lain :
Elektrolit thrombosis.

Ureum
Gula darah.
Thoraks foto
EKG 12 lead.
Hari ke 4 : lihat keadaan, pemeriksaan atas indikasi.
Hari ke 5 : Hematologi, LFT, Ureum dan bila perlu elektrolit, foto thoraks tegak.
Hari ke 6 - 10 pemerikasaan atas indikasi, misalnya thrombosis.
Obat - obatan : Biasanya diberikan analgetik karena rasa sakit daerah dada
waktu batuk akan mengganggu pernapasan klien. Obat-obat lain seperti anti
hipertensi, anti diabet, dan vitamin harus sudah dimulai, expectoransia,
bronchodilator, juga diperlukan untuk mengeluarkan sputum yang banyak
sampai hari ke 7 atau sampai klien pulang.
Perawatan luka, dapat tertutup atau terbuka. Bila ada tanda-tanda infeksi
seperti kemerahan dan bengkak pada luka apalagi dengan tanda-tanda panas,
lekositosis, maka luka harus dibuka jahitannya sehuingga nanah yang ada bisa
bebas keluar. Kadang-kadang perlu di kompres dengan antiseptik supaya
nanah cepat kering. Bila luka sembuh dengan baik jahitan sudah dapat di buka
pada hari ke delapan atau sembilan pasca bedah. Untuk klien yang gemuk,
diabet kadang-kadang jahitan dipertahankan lebih lama untuk mencegah luka
terbuka.
Fisioterapi, setelah klien exstubasi maka fisioterapi harus segera dikerjakan
untuk mencegah retensi sputum yang akan menyebabkan problem pernapasan.
Mobilisasi di ruangan mulai dengan duduk di tempat tidur, turun dari tempat
tidur, berjalan disekitar tempat tidur, berjalan ke kamar mandi, dan keluar dari
ruangan dengan dibimbing oleh fisioterapis atau oleh perawat
2.8. Askep pada klien bedah jantung
1.pengkajian
Aktivitas/istirahat
a. Gejala : Keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari,
insomnia, nyeri dada dengan aktivitas, dispnea pada saat istirahat.
b. Tanda : Gelisah, perubahan status mental mis : letargi, tanda vital
berubah pad aktivitas.
Sirkulasi
a. Gejala : Riwayat HT, IM baru/akut, episode GJK sebelumnya,
penyakit jantung , bedah jantung , endokarditis, anemia, syok septic,
bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen.
b. Tanda :
1) TD ; mungkin rendah (gagal pemompaan).
2) Tekanan Nadi ; mungkin sempit.
3) Irama Jantung ; Disritmia.

4) Frekuensi jantung ; Takikardia.


5) Nadi apical ; PMI mungkin menyebar dan merubah
6) posisi secara inferior ke kiri.
7) Bunyi jantung ; S3 (gallop) adalah diagnostik, S4 dapat
8) terjadi, S1 dan S2 mungkin melemah.
9) Murmur sistolik dan diastolic.
10) Warna ; kebiruan, pucat abu-abu, sianotik.
11) Punggung kuku ; pucat atau sianotik dengan pengisian
12) kapiler lambat.
13) Hepar ; pembesaran/dapat teraba.
14) Bunyi napas ; krekels, ronkhi.
15) Edema ; mungkin dependen, umum atau pitting
16) khususnya pada ekstremitas.
Integritas ego
a. Gejala : Ansietas, kuatir dan takut. Stres yang berhubungan dengan
penyakit/keperihatinan finansial (pekerjaan/biaya perawatan medis)
b. Tanda
: Berbagai manifestasi perilaku, mis : ansietas, marah,
ketakutan dan mudah tersinggung.
Eliminasi
Gejala: Penurunan berkemih, urine berwana gelap, berkemih malam hari
(nokturia), diare/konstipasi.
Makanan/cairan
a. Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambhan berat
badan signifikan, pembengkakan pada ekstremitas bawah,
pakaian/sepatu terasa sesak, diet tinggi garam/makanan yang telah
diproses dan penggunaan diuretic.
b. Tanda
: Penambahan berat badan cepat dan distensi abdomen
(asites) serta edema (umum, dependen, tekanan dn pitting).
Higiene
a. Gejala : Keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas
Perawatan diri.
b. Tanda
: Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal.
Neurosensori
a. Gejala : Kelemahan, pening, episode pingsan.
b. Tanda : Letargi, kusut pikir, diorientasi, perubahan perilaku dan
mudah tersinggung.
Nyeri/Kenyamanan
a. Gejala : Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan
atas dan sakit pada otot.
b. Tanda : Tidak tenang, gelisah, focus menyempit danperilaku
melindungi diri.

10

Pernapasan
a. Gejala : Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan
beberapa bantal, batuk dengn/tanpa pembentukan sputum, riwayat
penyakit kronis, penggunaan bantuan pernapasan.
b. Tanda
:
1) Pernapasan; takipnea, napas dangkal, penggunaan otot asesori
pernpasan.
2) Batuk : Kering/nyaring/non produktif atau mungkin batuk terus
menerus dengan/tanpa pemebentukan sputum.
3) Sputum ; Mungkin bersemu darah, merah muda/berbuih (edema
pulmonal)
4) Bunyi napas ; Mungkin tidak terdengar.
5) Fungsi mental; Mungkin menurun, kegelisahan, letargi.
6) Warna kulit ; Pucat dan sianosis.
Keamanan
Gejala : Perubahan dalam fungsi mental, kehilangankekuatan/tonus otot,
kulit lecet.
Interaksi sosial
Gejala: Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa
dilakukan.
Pembelajaran/pengajaran
a. Gejala : menggunakan/lupa menggunakan obat-obat jantung,
misalnya : penyekat saluran kalsium.
b. Tanda
: Bukti tentang ketidak berhasilan untuk meningkatkan.

2. Diagnosa Keperawatan
Pre Operatif
a. Nyeri dada b/d ketidak seimbangan suplai dan demand
b. Takut/cemas b/d ketidaktahuan akan tindakan operasi
c. Takut/cemas terhadap sakit
d. Takut/cemas terhadap perubahan gambaran diri
e. Takut/cemas terhadap kematian

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Post operatif
Resti terjadinya penurunan curah jantung
Gangguan pola nafas
Gangguan pertukaran gas
Jalan nafas tidak efektif
Nutrisi kurang dari kebutuhan
Kelebihan volume cairan
Koping tidak efektif
Resti terjadi infeksi

3. perencanaan.

11

Umtuk mengatasi diagnosa keperawatan yang ada, maka rencana keperawatan


yang dapat di berikan meliputi.
Pre operatif
Diagnosa 1 :
Nyeri dada berhubungan dengan ketidak seimbangan suplai dan demand.
Tujuan : Nyeri dada berkurang atau tidak ada
Intervensi :
1. Ajarkan klien untuk melaporkan nyeri dada (1-100)
2. Kaji dan catat serangan nyeri,lokasi penyebaran, lamanya dan faktor
pencetus
3. Kaji vital sign
4. Rekam EKG 12 lead
5. Kolaborasi : X-ray, pemeriksaan lab,enzim dan pemeriksaan terapi
6. Beri oksigen dan nitrogliserin sesuai program.
7. Evaluasi respon terapi
8. Tirah baring, posisi semi fowler
9. Limgkungan nyaman dan tenang
10. Penuhi kebutuhan sehari-hari
11. Tehnik relaksasi
12. Diet porsi kecil danmakanan lunak
Diagnosa 2 :
Takut atau cemas berhubungan dengan ketidaktahuan akan tindakn operasi
Tujuan : rasa cemas berkurang atau tidak ada
Intervensi :
1. Beri penjelasan dan diskusikan tentang persiapan operasi
2. Peraturan-peraturan dan tim bedah
3. Pemeriksaan sebelum operasi
4. Diet, puasa, obat-obatan, persiapan kulit
5. Kunjungan tim bedah
6. Jadwal operasi,set keluar
7. ICU : peralatan yang digunakan
8. Perawatan rutin
9. Metode komunikasi
10. Latihan batuk dan nafas dalam
Diagnosa 3 :
Tujuan : cemas terhadap sakit berkurang.
Intervensi :
1. Anjurkan klien mengungkapkan rasa takutnya
2. Buat perbandingan antara sakit operasi dengan sakit yang lain
3. Jelaskan tentang sedasi pre operasi, anastesi dll
4. Yakinkan rasa sakit adalah normal
5. Biarkan klien mengungkap kan rasa sakitnya, akan dilakukan intervensi
perawat dan dokter
6. Ukur tanda-tanda vital

12

Diagnosa 4 :
Takut atau cemas terhadap perubahan gambaran diri
Tujuan : cemas terhadap perubahan gambaran diri berkurang atau hilang
Intervensi :
1. iJinkan klien mengungkapkan rasa takutnya
2. diskusikan tentang anggapan klien salah
3. beri kesempatan klien untuk bicara dengan klien yang telah di operasi
4. yakinkan bahwa tim kesehatan akan menolong dalam proses enyembuhan
diagnosa 5 :
takut atau cemas berat terhadap kematian
intervensi :
1. ijinkan klien untuk mengekspresikan rasa takutnya
2. yakinkan bahwa rasa takutny norma
3. mengutamakan penjelasan post operasi agar tetap yakin akan keputusan
operasi
4. bicarakan dengan keluarga untuk mendatangkan ulama/ pendeta bila perlu
pre operasi
diagnosa 1 :
resiko tinggi terjadi penurunan curah jantung
tujuan : tidak terjadi penurunan curah jantung
intervensi :
1. obstruksi tanda vital
2. catat adanya aritmia dan obstruksi respon klien
3. obstruksi adanya perubahan status mental ( bingung, disorientasi,kurang
kooperatif)
4. obstruksi perfusi jaringan
5. obstruksi intake output
6. ajarkan tekhnik relaksasi,nafas dalam
7. program perkembangan aktifitas, respon dll
diagnosa 2 :
gangguan pola nafas
tujuan : gangguan pola nafas teratasi
intervensi :
1. obstruksi pernafasan : frekuensi,pola , kedalaman,sesak nafas, penggunaan
otot-otot cuping hidung
2. auskultasi bunyi nafas, area nafas yang hilang,ronchi.
3. Obstruksi, bentuk,pergerakan,pengembangan,kesimetrisan dada
4. Obstruksi batuk dan produksi sputum
5. Obstruksi sianosis pada kulit, mukosa
6. Atur posisi tidur yang nyaman (semi fowler)
7. Ajarkan klien nafas dalam 7 batuk efektif
8. Berikan analgetik sebelum fisioterapi sesuai program
9. Pemeriksaan X-ray,lab,(AGDA, Hb)
10. Berikan oksigen sesuai kolaborasi

13

Diagnosa 3 :
Gangguan pertukaran gas
Tujuan : gangguan pertukaran gas teratasi
Intervensi :
1. Obstruksi pernafasan : frekuensi, kedalaman, sesak nafas, penggunaan
otot-otot tambahan, perubahan warna kulit, pucat
2. Auskultasi bunyi nafas dan pergerakan dada
3. Obstruksi adanya kelainan ,status mental dan tingkat kesadaran
4. Pertahankan kelancaran jalan nafas bila di perlu
5. Ajarkan klien menarik nafas dalam melalui hidung dan mengeluarkan dari
mulut
6. Catat jumlah dan jenis cairan drain sera perubahannya
7. Kaji respon terhadap aktivitas: kooperatif a tidak
8. Pemeriksaan X-ray,lab (AGDA,Hb)
9. Berikan oksigen sesuai kolaborasi
Diagnosa 4 :
Jalan nafas tidak efektif
Tujuan : jalan nafas menjadi efektif
Intervensi :
1. Anjurkan klien untuk batuk efektif
2. Tarik nafas dalam, tahan selama 3-5 detik dan batukkan dengan kuat ,
lakukan beberapa kali
3. Support daerah dada dengan bantal dan tangan saat batuk
4. Pertahankan hidrasi adekuat
5. Buat rencana dan anjurkan klien istirahat
6. Beri pendidikan kesehatan dan reinforcement positif
Diagnosa 5 :
Nutrisi kurang dari kebutuhan
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Intervensi :
1. Timbang BB dengan indikasi
2. Beriksn makanan sesuai dengan program diet
3. Auskultasi bising usus, catat dan kolaborasi bila ada mual ,muntah,nyeri
4. Pertahankan nutrisi per oral
5. Berikan makanan porsi kecil dan sering
6. Pertahankan kebersihan mulut
7. Monitor dan catat intake output
8. Ciptakan suasana makan yang nyaman
9. Obstruksi adanya tanda-tanda hipoglikemia
10. Periksa gula darah,konsul gizi
Diagnosa 6 :
Kelebihan volume cairan
Tujuan : kelebihan cairan tidak terjadi
Intervensi :
1. Monitor intake output cairan

14

2. Obstruksi tanda vital,auskultasi jantung dan paru


3. Kaji pola, kualitas, kedalaman nafas, penggunaan otot tambahan
pernafasan serta periode apnea
4. Obstruksi adanya edema preorbital dan sacral
5. Timbang Timbang BB bila memungkinkan
6. Kaji masukan diit diit dan kebiasaan makanan yang mengakibatkan retensi
cairan
7. Hindari konsumsi makanan yang mengandung garam
8. Berikan diuretik, periksa X-ray dan lab sesuai program
Diagnosa 7 :
Koping tidak efektif
Tujuan : koping klien lebih efektif
Intervensi :
1. Kaji status kopin klien
2. Tentukan kapan mulai timbulnya gejala , perubahan perasaan /prilaku
3. Kaji kemampuan klien dalam mengatasi stressor
4. Dengarkan ucapan dan amati ekspresi wajah, gerakan tubuh dan kontak
mata , inovasi dan intensitas bicara
5. Berikan dukungan pada saat klien bicara
6. Tenangkan klien dan lingkungan
7. Jika klen pesimis, berikan harapan dan pandangan yang realistis
8. Jika klien marah/ dalam keadaan marah pertahan kan lingkungan dengan
stimulasi rendah
9. Perlihatkan sikap tenang dan menerima
10. Perlihatkan bahwa tingkah laku tersebut dapat diterima
11. Jujur dan penuhi janji yang telah di buat
12. Jangan tanggapi kata-kata yang bermusuhan
13. Bantu klien mengenali saat marah dan bertanggung jawab terhadap
tindakan
Diagnosa 8 :
Resiko terjadi infeksi
Tujuan : infeksi tidak terjadi
Intervensi :
1. Obstruksi tanda-tanda infeksi dan radang
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh klien
3. Pertahan kan tehnik aseptik dan antiseptik pada waktu melakukan
prosedur/tindakan
4. Pertahankan kebersihan kulit klien, alat tenun kering tidak berkerut dan
bersih
5. Aauskultasi bunyi paru dan saluran pernafasan
6. Obstruksi tanda-tanda vital
7. Ajarkan klien dan keluarga mengenai tanda-tanda infeksi
8. Berikan antibiotik spektrum luas dan periksa lab sesuai program

15

DAFTAR PUSTAKA
1.Smeltzer, Suzanne C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth, ; alih bahasa, Agung Waluyo; editor Monica Ester, Edisi 8, EGC;
Jakarta.
2.Carolin, Elizabeth J, Buku Saku Patofisiologi, EGC, Jakarta, 2002.
3.Doenges, Marilynn E, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, ; alih bahasa, I Made
Kariasa ; editor, Monica Ester, Edisi 3, EGC ; Jakarta.
4.Tucker, Susan Martin, 1998, Standar Perawatan Pasien; Proses Keperawatan,
Diagnosis dan Evaluasi, Edisi 5, EGC, Jakarta.
5.Soeparman, Sarwono Waspadji, 1998, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Penerbit

16

FKUI, Jakarta.
6.Long, Barbara C, 1998, Perawatan Medikal Bedah, 1998, EGC, Jakarta.
7.PRICE, Sylvia Anderson, 1994, Patofisiologi; Konsep Klinis Proses Proses
Penyakit, EGC, Jakarta.
8.Keliat, Budi Anna, Proses Keperawatan

17

Anda mungkin juga menyukai