BLOK 18
UNIT PEMBELAJARAN 6
Oleh :
Monica Kuswandari H.P
11/315854/KH/07138
Kelompok 13
A. LEARNING OBJECTIVE
1. Mengetahui etiologi, patogenesis, gejala klinis, diagnosa, dan terapi pada CEH-P
(Cystic Endometrial Hyperplasia-Pyometra Syndrome)
2. Mengetahui tata pelaksanaan KB pada anjing
B. PEMBAHASAN
1. Cystic Endometrial Hyperplasia-Pyometra Syndrome
a. Etiologi
CEH terkait dengan perubahan degeneratif dalam jaringan uterus (kistik
,distensi kelenjar, fibrosis, dll). Uterus yang diinvasi oleh bakteri oportunistik
patogen (utamanya E. coli) dari vagina akan menyebabkan adanya infeksi pada
uterus yang menyebabkan terlepasnya sekresi cairan dan berakumulasi pada lumen
uterus, menurunkan imunitas lokal, yang akhirnya berkaitan dengan degenerasi
jaringan (Igna et al, 2009).
b. Patogenesis
Salah satu program untuk menghambat gejala estrus dalam rangka
pengendalian
populasi
menggunakan
preparat
hormonal,
misalnya
e. Terapi
Untuk terapi CEH dan pyometra dapat dilakukan dengan 2 metode pada
pyometra cervix terbuka dapat dilakukan terapi hormonal,terapi hormon yang
diberika yakni PGF2 dosis yang diberikan berkisar antar 0,1-0,2 mg/kg BB 2 kali
sehari selama 5-7 hari. Perkembangan kesembuhan dipantau melalui USG, selain itu
terapi dilakukan dengan antibiotik spektrum luas. Pada kasus pyometra tertutup
biasanya terapi hormonal tidak terlalu berpengaruh, sehingga biasanya dilakukan
ovariohisterektomi.
(Boothe, 2001)
2. Tata pelaksanaan KB pada anjing
a. Penggunaan Preparat Homon
1) Prostaglandin F2 dan bromocriptine
Prinsip dari penggunaan kombinasi antara prostaglandin F2 dan
bromocriptine ialah menginduksi terjadinya abortus pada anjing (Palmer dan
Post, 2002). Kerjanya identik dengan PIF (Prolactin Inhibiting Factor) yang
menyebabkan berkurangnya sekresi prolaktin. Berkurangnya sekresi prolaktin
akan menurunkan kadar progesterone dalam darah sehingga dapat menyebabkan
abortus. Prostaglandin F2 digunakan untuk mengakhiri kehamilan pada bagian
ke dua kebuntingan. Hal ini terjadi karena penyebab luteolisis saat bagian
pertama kebuntingan.
Metode yang dilakukan dengan memberikan bromokriptine secara peroral
(PO) dan prostaglandin F2 secara subcutan (SC). Perlakuan diberikan saat hari
ke 6 diestrus. Pemberian waktu jeda antara bromkriptine dan prostaglandin F2
untuk mencegah terjadinya muntah.
Efek samping dari penggunaan prostaglandin F2 ialah adanya gangguan
pada otot halus, anjing menjadi terengah-engah (panting), muntah, hipersalivasi,
urinasi dan defekasi. (Palmer & Post, 2002).
2) Ova-Ban
Merupakan megesterol acetate, progesteron sintesis. Untuk mencegah
estrus diberikan 0,25 mg/lb untuk 32 hari. Maksium efeknya 32 hari. Untuk
mencegah siklus selanjutnya diberikan sau minggu sebelum untuk mengantisipasi
siklus estrus. Estrus selanjutnya terjadi 4-5 bulan jika Ova-Ban diberikan sebelum
estrus selanjutnya terjadi. Megesterol acetate menginduksi proliferasi glandula
pada endometrium dan menekan respon imun lokal pada uterus. Efek ini dapat
meningkatkan insiden pyometra dan infertilitas (Boothe, 2001).
3) Antagonist progesterone anglepristone (alizone)
Progesteron dibentuk oleh corpus luteum, plasenta, testes dan kortex anak
ginjal dibawah pengaruh FSH dan LH dari hipofisis. Progesteron merupakan
hormone kebuntingan yang dapat menyebabkan penebalan endometrium dan
perkembangan kelenjar uterin sebelum terjadinya implantasi dari ovarium yang
dibuahi. Selama kebuntingan, progesterone menahan timbulnya ovulasi melalui
inhibisi umpan balik FSH dan LH dari adenohipofisis.
Zat-zat anti progesterone akan melawan kegiatan progesterone dengan
jalan memblok secara kompetitif reseptornya di organ tujuan. Kehamilan akan
dihentikan akibat efek progesterone terhadap endometrium dihambat.
4) GnRH analogue
Penggunaan gonadrotropin agonist akan menimbulkan folikulogenesis dan
ovulasi yang diikuti dengan diperpanjangnya ovaria pasif. Beberapa GnRH
agonist mampu menekan gonadal atau mencegah pubertas baik pada hewan
jantan maupun betina, diantaranya: including goseralin, buseralin, nafarelin, azagly-nafarelin, dan doseralin. Kelanjutan dari penggunaan GnRH agonist pada
doisis efektif, estrus fertile tidak diikuti keberhasilan kebuntingan. Hal ini terjadi
karena menurunnya regulasi LH (dan FSH) secara terus menerus sehingga akan
menekan sekresi progesterone normal sampai pada level yang lebih rendah yang
diperlukan untuk kebuntingan selanjutnya (Concannon, 2006).
Implant GnRH analogue dapat menyebabkan terjadinya penekanan pada
fungsi reproduksi secara reversible. Pelepasan GnRH analogue deslorelin yang
terus menerus akan memberikan hasil berupa aksi antifertilitas yang reversible.
Penundaan estrus dapat terjadi hingga 27 bulan (Trigg et al, 2001).
DAFTAR PUSTAKA
Boothe, D.M. 2001. Small Animal Clinical Pharmacology and Therapeutics. Saunder:
Philladelpia.
Concannon, P.W. 2006. Use of GnRH Agonists and Antagonists for Small Animal
Contraception. Proceedings of the Third International Symposium on Non-Surgical
Contraceptive Methods for Pet Population Control.
Hickman, J., Houlton, J., & Edwards, B. 1995. An Atlas of Veterinary Surgery, Third
Edition. Oxford: Blackwell Science.
Igna, C,. Igna, V., Schuszler, L., Dascalu, R., Sala, A., Sabau, M. 2009. Oestrus control with
progestins and cystic endometrial hyperplazia-pyometra complex in the bitch.
Lucrri stiinifice medicin veterinar vol. Xlii (2), 2009, Timisoara.
Nelson, R., & Couto, C. 2009. Small Animal Internal Medicine. St. Louis: Mosby Elsevier.
Palmer, C.W dan Post, K. 2002. Prevention of Pregnancy in the Dog with a Combination of
Prostaglandin F2 and bromocriptine. Can Vet J. 43: 460-462.
Trigg, T.E., Wright, P.J., Armour, A.F., Williamson, P.E., Junaidi, A., Martin, G.B., Doyle,
A.G., dan Walsh, J. 2001. Use of a GnRH analogue implant to produce reversible
long-term suppression of reproductive function in male and female domestic dogs. J
Reprod Fertil Suppl. 57:255-61.
Verstegen, J., G. Dhaliwal, dan K. Verstegen-Onclin. 2008. Mucometra, Cystic Endometrial
Hyperplasia, and Pyometra in the Bitch: Advances in Treatment and Assessment of
Future reproductive Success. United States: Science Direct.