Anda di halaman 1dari 5

Penerapan Konsep Logika Sebagai Metode Berpikir Analitik

Pada Epistemologi Burhani


Eka Mukti Arifah – NIM : 13507100
Jurusan Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung
Jl. Ganesha No. 10 Bandung
Email : if17100@students.if.itb.ac.id

Abstract – Makalah ini membahas tentang penerapan Dalam perspektif Barat, dikenal adanya tiga aliran
konsep logika sebagai metode berpikir analitik pada yaitu empirisme, rasionalisme, dan positivisme.
epistemologi burhani. Penerapan konsep logika disini Sedangkan dalam perspektif Islam, ada tiga model
melibatkan silogisme sabagai salah satu elemen yang sering digunakan, yaitu bayani, irfani, dan
penting untuk mendapatkan suatu pengetahuan. burhani.

Epistemologi merupakan suatu cabang filsafat yang Secara singkat, epistemologi bayani didasarkan atas
membahas tentang asal-usul pengetahuan, metodologi teks, baik secara langsung maupun tidak langsung.
untuk memperoleh pengetahuan tersebut, dan Epistemologi irfani didasarkan pada ilham atau intuisi.
validitasnya. Selain di dunia Barat, ternyata di dalam Sedangkan epistemologi burhani didasarkan pada
Islam juga memiliki aliran epistemologi. Tiga di rasio dan akal. Epistemologi burhani yang dipengaruhi
antaranya adalah epistemologi bayani, irfani, dan dasar logika Aristoteles ini sering disebut-sebut
burhani. sebagai metode berpikir yang memberikan peluang
untuk perkembangan sains.
Epistemologi burhani menggunakan prinsip logika,
termasuk silogisme, sebagai metode berpikir. Hal ini 2. INFERENSI
sering dianggap sebagai sesuatu yang lebih pada
epistemologi burhani karena dapat dijadikan sebagai Kaidah metode-metode inferensi pada dasarnya adalah
model yang representatif untuk pengembangan ilmu sebuah tautologi. Kaidah inferensi bermacam, macam,
pengetahuan di tengah lemahnya pengembangan ilmu antara lain modus ponen, modus tollen, silogisme,
pengetahuan oleh ilmuwan-ilmuwan Muslim. simplifikasi, penjumlahan, dan konjungsi. Agar lebih
jelas, berikut ini adalah penjelasan mengenai beberapa
Kata Kunci: logika, silogisme, epistemologi, metode inferensi, yaitu modus ponen, modus tollen,
epistemologi Islam, epistemologi burhani dan silogisme. [1]

1. PENDAHULUAN 2.1. Modus Ponen


Dasar modus ponen adalah tautologi
Logika merupakan dasar dari semua penalaran ( p ∧ ( p → q )) → q . Hipotesisnya adalah pernyataan
(reasoning).[1] Dengan logika, bisa diperoleh
hubungan antarpernyataan. Namun, tidak semua p dan p → q , sedangkan q adalah konklusinya.
pernyataan berhubungan dengan logika. Hanya Modus ponen dapat ditulis sebagai berikut :
pernyataan yang bernilai benar atau salah yang bisa p→q
dihubungkan dengan logika. Pernyataan seperti ini
disebut proposisi. p

∴q
Salah satu poin penting dalam logika adalah metode
penarikan kesimpulan dari beberapa proposisi Modus ponen menyatakan bahwa jika hipotesis p dan
(inferensi). Terdapat beberapa kaidah inferensi, di implikasi p → q benar, maka konklusi q benar.
antaranya modus ponen, modus tollen, dan silogisme.
Silogisme dapat digunakan sebagai salah satu aturan Contoh :
dalam memperoleh suatu pengetahuan. Misalnya 2
Jika a bilangan genap, maka a genap
dalam epistemologi burhani.
a bilangan genap
Epistemologi adalah suatu cabang dari filsafat yang
membahas tentang asal-usul pengetahuan, metodologi ∴ a 2 genap
untuk memperoleh pengetahuan tersebut, dan
validitasnya. Suatu pengetahuan baru bisa dikatakan yang dapat dibaca “Jika a bilangan genap, maka a2
sebagai ilmu jika landasan epistemologinya jelas. [2] genap. a bilangan genap. Karena itu, a2 genap.”
Epistemologi sering juga disebut sebagai filsafat ilmu.
2.2. Modus Tollen 3. EPISTEMOLOGI
Dasar modus tollen adalah tautologi
(~ q ∧ ( p → q )) → ~ p . Hipotesisnya adalah Secara etimologi, kata epistemologi berasal dari kata
pernyataan ~ q dan p → q , sedangkan ~ p adalah Yunani, episteme dan logos. Episteme berarti
pengetahuan, sedangkan logos berarti ilmu. Jadi,
konklusinya. Modus tollen dapat ditulis sebagai
epistemologi adalah teori tentang pengetahuan. [2]
berikut :
p→q Istilah epistemologi terkait dengan : [3]
~q a. Filsafat, yaitu sebagai ilmu berusaha mencari
hakekat dan kebenaran pengetahuan.
∴~ p b. Metode, yaitu sebagai metode bertujuan
mengantarkan manusia untuk memperoleh
Contoh : pengetahuan.
2 c. Sistem, yaitu sebagai suatu sistem bertujuan
Jika a bilangan genap, maka a genap memperoleh realitas kebenaran pengetahuan.
2
a ganjil
Dalam perspektif Barat dikenal adanya tiga aliran
∴ a bilangan ganjil epistemologi, yaitu empirisme, rasionalisme, dan
positivisme. Aliran empirisme berdasarkan pada alam,
yang dapat dibaca “Jika a bilangan genap, maka a2 sesuai dengan penyelidikan ilmiah secara empiris.
genap. a2 ganjil. Karena itu, a bilangan ganjil.” Aliran rasionalisme menganggap empirisme memiliki
kelemahan karena alat indera mempunyai kemampuan
yang terbatas, sehingga alat indera diposisikan sebagai
2.3. Silogisme
alat yang menyebabkan akal bekerja.
Ada dua jenis silogisme, yaitu :
Sedangkan metode positivisme yang dikemukakan
a. Silogisme Hipotetis
August Comte menyatakan bahwa hasil penginderaan
Dasar silogisme hipotetis adalah tautologi
menurut rasionalisme adalah sesuatu yang tidak jelas
(( p → q ) ∧ ( q → r )) → ( p → r ) . Silogisme
dan tidak sistematis. Aliran positivisme menganggap
hipotetis ini dapat ditulis sebagai berikut : bahwa penginderaan itu harus dipertimbangkan oleh
p→q akal, kemudian disistemisasi sehingga terbentuk
pengetahuan.
q→r

∴p → r Epistemologi-epistemologi dalam dunia Barat tersebut


memperlihatkan bahwa pengetahuan berpusat pada
dua hal, indera dan rasio. Ini menunjukkan bahwa
pusat dari epistemologi adalah manusia sendiri. Di
Contoh :
2
dalam Islam, epistemologi tidak berpusat kepada
Jika a bilangan genap, maka a genap manusia.
2 2
Jika a genap, maka a habis dibagi 2
Manusia bukanlah makhluk mandiri yang dapat
∴ Jika a bilangan genap, maka a habis dibagi 2
2 menentukan kebenaran seenaknya. Semuanya berpusat
kepada Allah. Di satu pihak, epistemologi Islam
berpusat pada Allah, dalam arti Allah sebagai sumber
a. Silogisme Disjungtif pengetahuan dan sumber segala kebenaran. Namun,
Dasar silogisme hipotetis adalah tautologi bukan berarti manusia tidak penting. Di pihak lain,
(( p ∨ q ) ∧ ~ p ) → q . Silogisme disjungtif ini dapat epistemologi Islam berpusat pula pada manusia, dalam
ditulis sebagai berikut : arti manusia sebagai pelaku pencari pengetahuan.
p∨q
Seperti telah disebutkan pada pendahuluan, dalam
~ p epistemologi Islam setidaknya ada tiga model yang
digunakan, yaitu bayani, irfani dan burhani. [4]
∴q
3.1. Epistemologi Bayani
Contoh : Epistemologi bayani menitikberatkan pada teks (nash)
2
a bilangan genap atau a genap baik secara langsung dan tidak langsung. Secara
langsung maksudnya memahami teks sebagai
a bilangan ganjil pengetahuan yang sudah jadi dan langsung diterapkan
tanpa adanya pemikiran terlebih dahulu. Secara tidak
∴ a 2 genap langsung maksudnya memahami teks sebagai
pengetahuan mentah yang masih perlu ditafsirkan dan
dinalar. Epistemologi irfani yang lebih menekankan pada
pengalaman langsung ini membuat otoritas akal
Sesuai dasarnya, masalah yang muncul dengan tertepis karena lebih bersifat partisipatif.
epistemologi bayani adalah pemaknaan teks. Apakah
teks dimaknai sesuai konteksnya atau makna aslinya. 3.3. Epistemologi Burhani
Maka, pemaknaan teks oleh epistemologi bayani Epistemologi burhani didasarkan pada kekuatan rasio,
menggunakan dua cara. akal, dan dalil-dalil logika, bukannya teks atau intuisi.
Rasio akan memberikan penilaian dan keputusan
Pertama, dengan berpegang pada redaksi teks sesuai terhadap informasi yang masuk lewat indra.
kaidah bahasa Arab. Kedua, berpegang pada makna
teks dengan menggunakan logika, penalaran atau rasio Untuk mendapatkan pengetahuan dengan metode
sebagai sarana analisa. burhani, digunakan penarikan kesimpulan dengan
aturan silogisme. Silogisme ini harus memenuhi
Meskipun perlu dinalar atau dianalisa, akal tidak beberapa syarat, yaitu :
bebas menentukan makna karena dasar utamanya tetap
berupa teks. Ini berarti sumber pengetahuan utama 1. Mengetahui latar belakang penyusunan premis
epistemologi bayani adalah Al-Quran dan hadits. 2. Adanya alas an logis antara alas an dan kesimpulan
3. Kesimpulan yang diambil bersifat pasti dan benar,
3.2. Epistemologi Irfani tidak menimbulkan kebenaran atau kepastian lain.
Epistemologi irfani didasarkan pada kasyf, yaitu
tersingkapnya rahasia-rahasia realitas oleh Tuhan. Al Farabi mempersyaratkan bahwa premis-premis
Pengetahuan dengan metode berpikir irfani diperoleh burhani haruslah premis yang benar, primer, dan
dengan olah ruhani. Tahapan untuk memperoleh diperlukan. Otoritas referensi epistemologi burhani
pengetahuan irfani ada tiga, yaitu persiapan, adalah Al-Quran, hadits, dan pengalaman salaf.
penerimaan, dan pengungkapan.
Epistemologi bayani mulai berkembang saat
Pada tahap persiapan, ada tujuh tahapan yang harus kemapanan pemerintahan Islam pada masa
dijalani, yaitu taubat, menjauhkan diri dari segala pemerintahan Abbasiyah. Masuknya pemikiran filsafat
sesuatu yang syubhat (wara’), tidak tamak dan tidak Yunani dan logika Aristoteles ke dalam komunitas
mengutamakan kehidupan dunia (zuhud), Muslim menumbuhkan proses berpikir yang analitik.
mengosongkan seluruh fikiran dan harapan masa Hal yang saat itu sangat kurang di dalam epistemologi
depan dan tidak menghendaki apapun kecuali Allah Arab. [5]
SWT (faqir), sabar, tawakkal, dan ridla.
Berikut ini adalah tabel perbandingan antara ketiga
Pada tahap penerimaan, jika telah mencapai tingkat epistemologi Islam yang telah dijelaskan sebelumnya,
tertentu, seseorang akan mendapat limpahan epistemologi bayani, irfani, dan burhani : [4]
pengetahuan langsung dari Tuhan.

Sedangkan pada tahap pengungkapan, pengalaman


mistik disampaikan kepada orang lain, baik lewat
ucapan maupun tulisan. Masalahnya, karena
pengetahuan yang didapat adalah sebuah pengalaman
dimensi batin, terkadang sulit untuk menyampaikan
pengetahuan itu.

Tabel 1. Perbandingan Epistemologi Bayani, Irfani, dan Burhani


Bayani Irfani Burhani
Teks Keagamaan/
Sumber Ilham/ Intuisi Rasio
Nash
Tahlili (analitik),
Metode Istinbat/ Istidlal Kasyf
Diskursus
Pendekatan Linguistik Psikho-Gnostik Logika
Ashl – Furu’ Zahir – Batin Essensi – Aksistensi
Tema Sentral
Kata – Makna Wilayah – Nubuwah Bahasa – Logika
Validitas Koherensi
Korespondensi Intersubjektif
Kebenaran Konsistensi
Kaum Teolog,
Pendukung ahli Fiqh, Kaum Sufi Para Filosof
ahli Bahasa
4. LOGIKA DALAM c. Bentuk ketiga, term tengah (middle term) menjadi
EPISTEMOLOGI BURHANI subyek pada premis mayor dan premis minor.

Menurut sejarah munculnya metode pemikiran Contoh :


burhani, dasar logika yang paling berpengaruh di Setiap manusia mempunyai rasa takut.
dalamnya adalah logika Aristoteles. Istilah logika ini Tetapi setiap manusia adalah makhluk hidup.
sebenarnya muncul belakangan dan tidak pernah Sebagian makhluk hidup mempunyai rasa takut.
disebut oleh Aristoteles.
Dengan landasan logika Aristoteles, beberapa metode
Aristoteles sendiri memperkenalkan metode yang dipakai dalam epistemologi burhani adalah
berpikirnya ini sebagai metode berpikir analitik. metode deduksi (istintaj, qiyas jami), induksi (istiqra),
Logika Aristoteles sering disebut sebagai logika konsep universalisme (al-kulli), universalitas-
tradisionalis, logika formal, atau logika deduktif. universalitas induktif, prinsip kausalitas dan historitas,
Salah satu ajaran penting dalam logika Aristoteles serta tujuan syariah (al-maqashid).
adalah silogisme.
Perbedaan mendasar antara penalaran dengan
Aristoteles menjelaskan silogisme dengan cara yang epistemologi bayani dan burhani adalah inferensi pada
berbeda dengan metode silogisme yang telah bayani didasarkan atas lafal, sedangkan pada
disebutkan sebelumnya. Model silogisme yang epistemologi burhani didasarkan pada makna.[5]
disebutkan pada penjelasan metode-metode inferensi
sebelumnya adalah silogisme yang dikenalkan oleh 5. HASIL DAN PEMBAHASAN
logika Stoik.
Menurut dasar-dasar teori yang disampaikan di atas,
Model silogisme Aristoteles sering disebut sebagai diketahui bahwa epistemologi burhani menggunakan
silogisme katagorik karena semua proposisinya konsep berpikir dengan logika Aristoteles yang
katagorik. Silogisme terdiri dari beberapa komponen, menimbulkan pemikiran yang analitik.
yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Di
dalam istilah yang digunakan oleh Skolastik, terdapat Cara berpikir analitik ini tentunya sangat penting
beberapa bentuk silogisme : [6] dalam pengembangan ilmu pengetahuan, terutama di
dalam pengembangan ilmu pengetahuan oleh
a. Bentuk pertama, term tengah (middle term) ilmuwan-ilmuwan muslim. Apalagi di tengah
menjadi subyek pada premis mayor dan menjadi terpuruknya pengembangan pengetahuan di antara
predikat pada premis minor. ilmuwan-ilmuwan muslim.

Contoh : Salah satu penyebab lemahnya pengembangan


1. Semua manusia fana. (premismayor). pengetahuan oleh ilmuwan muslim saat ini terjadi
Sokrates adalah seorang manusia. (premis karena adanya sudut pandang yang menyebutkan
minor) bahwa ilmu agama dan ilmu pengetahuan adalah
Sokrates fana. (kesimpulan) sesuatu yang terpisah. Padahal sebenarnya dalam
- Model ini disebut Barbara. Islam, ilmu agama adalah sesuatu yang utuh, mulai
2. Tak ada ikan yang rasional. dari ilmu pengetahuan, petunjuk, hukum, dan lain lain.
Semua hiu adalah ikan.
Tak ada hiu yang rasional. Epistemologi yang saat ini lebih berkembang adalah
- Model ini disebut Calerent. epistemologi bayani. Epistemologi ini kurang bisa
3. Semua manusia rasional. merespon dan mengimbangi perkembangan dunia.
Sebagian makhluk hidup adalah manusia. Epistemologi burhani unggul di bidang ini. Namun
Sebagian makhluk hidup rasional. begitu, tidak berarti epistemologi burhani tidak
- Model ini disebut Darii. memiliki kekurangan.
4. Tak ada orang Yunani berkulit hitam.
Sebagian manusia adalah orang Yunani. Tiap-tiap epistemologi yang telah dijelaskan
Sebagian manusia tak berkulit hitam. sebelumnya pasti memiliki kelebihan dan kekurangan
- Model ini disebut Ferio. masing-masing. Kelemahan epistemologi burhani
adalah ketidakmampuannya untuk menjelaskan
b. Bentuk kedua, term tengah (middle term) menjadi eksistensi di luar pikiran, misalnya warna, bau, rasa,
predikat pada premis mayor dan premis minor. atau bayangan.

Contoh : Meskipun memiliki dasar yang berbeda-beda, ketig


Semua tumbuhan membutuhkan air. epistemologi Islam ini saling berhubungan.
Tidak satupun benda mati membutuhkan air. Epistemologi bayani mampu menjadi pembuka pintu
Tidak satupun benda mati adalah tumbuhan. bagi irfani dan burhani.
6. KESIMPULAN

Dari penjelasan di atas, dapat diperoleh kesimpulan


sebagai berikut :
1. Logika dapat diaplikasikan sebagai metode berpikir
analitik, misalnya dalam epistemologi burhani.
2. Premis-premis yang akan diinferensi dengan
silogisme dalam epistemologi burhani harus
memenuhi syarat :
1. Mengetahui latar belakang penyusunan premis
2. Adanya alasan logis antara alas an dan
kesimpulan
3. Kesimpulan yang diambil bersifat pasti dan
benar, tidak menimbulkan kebenaran atau
kepastian lain.
3. Otoritas referensi epistemologi burhani adalah tetap
pada Al-Quran dan hadits.
4. Walaupun memiliki dasar yang sangat berbeda,
ketiga epistemologi Islam, yaitu epistemologi
bayani, irfani, dan burhani, memiliki hubungan
yang bisa saling melengkapi.
5. Epistemologi burhani sangat representatif
digunakan sebagai model berpikir dalam
pengembangan ilmu penegtahuan.

DAFTAR REFERENSI

[1] Rinaldi Munir, “Diktat Kuliah IF 2153,


Matematika Diskrit, Edisi Keempat “, Program
Studi Teknik Informatika, STEI, ITB, 2006.
[2] http://agustianto.niriah.com/2008/03/11/
epistemologi-ekonomi-islam/
waktu akses : 1 Januari 2009, 12:33
[3] Nasrah, “Pengetahuan Manusia dan Epistemologi
Islam”, Universitas SumateraUtara
[4] http://khudorisoleh.blogspot.com/2008/07/model-
model-epistemologi-islam.html
waktu akses : 1 Januari 2009, 12:38
[5] Wahib Wahab, “Rekonstruksi Epistemologi
Burhani”, --
[6] Juandi, “Struktur Logika Dalam Hukum Islam”,--

Anda mungkin juga menyukai