JURNAL HUKUM
OLEH :
M.SOFIAN HADI
NIM. D1A.008.098
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
2013
Halaman Pengesahan
PERLINDUNGAN TERHADAP TENAGA KESEHATAN DALAM
MELAKSANAKAN TUGAS DAN PROFESINYA
OLEH :
M.SOFIAN HADI
NIM. D1A.008.098
Menyetujui,
Mataram, .. Maret 2013
Pembimbing Pertama,
ABSTRACT
The purpose of this study to elaborate setting the legal protection of health
personnel in implementing the tasks and profession, a form of legal protection for
health workers in carrying out the duties and profession. This type of research is
described normative-empirical research using legal materials Primary, Secondary
and Tertiary, and the kind of field data Primary, Secondary, and collection of legal
materials / techniques of data collection techniques with field studies.
The results showed that setting the legal protection of health workers in
carrying out the duties and profession regulated in Law Number 36 Year 2009 on
Health, Law Number 29 Year 2004 concerning the Practice of Medicine, Law No.
44 Year 2009 on the Hospital, Government Regulation Number 32 Year 1996
About Medicals. While the forms of legal protection for health workers and
professional duty due to negligence and lack of care and any liability whether
civil, criminal, and administrative.
Keywords: Legal Protection and Health Workers
PENDAHULUAN
berdaya-guna,
untuk
menjamin
terselenggaranya
pembangunan
kemakmuran
dan
meningkatkan
kesehatan
masyarakat
walaupun
telah
berusaha
dengan
sungguh-sungguh,
ada
PEMBAHASAN
A. Pengaturan
Perlindungan
Hukum
Tenaga
Kesehatan
Dalam
Kesehatan
merupakan
komponen
utama
pemberi
hukum
apabila
pasien
sebagai
konsumen
kesehatan
Siregar, Charles. JP., 2004. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. Cetakan I,
Penerbit EGC, Jakarta.
10
Dalam hal ini, rumah sakit harus dapat memberikan perlindungan dan
kepastian hukum bagi seluruh tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan di rumah sakit melalui pembentukan berbagai perangkat aturan di
rumah sakit meliputi, peraturan internal staf medis, standar prosedur
operasional dan berbagai pedoman pelayanan kesehatan serta melalui
penyediaan SDM (Sumber Daya Manusia) yang memiliki kompetensi dalam
bidang medikolegal.
c. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran
Undang- Undang Praktik Kedokteran diundangkan pada tanggal 6 bulan
Oktober tahun 2004. Undang- Undang Praktik Kedokteran diundangkan
untuk mengatur praktik kedokteran dengan tujuan agar dapat memberikan
perlindungan kepada pasien, mempertahankan dan meningkatkan mutu
pelayanan medis dan memberikan kepastian hukum kepada masyarakat,
dokter dan dokter gigi.
Undang-Undang ini secara sistematika terdiri dari 12 Bab 88 Pasal.
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 ini secara khusus mengatur tentang
Praktek Kedokteran. Undang-Undang ini merupakan petunjuk atau pedoman
yang harus ditaati oleh tenaga kesehatan dalam melakukan atau
melaksanakan tugas sesuai profesinya. serta bertujuan untuk memberikan
perlindungan bagi tenaga kesehatan yang terdapat dalam bab VI tentang
penyelenggara praktik kedokteran. Hak dan kewajiban dokter di atur dalam
pasal 50 dan pasal 51 Undang-Undang No.29 Tahun 2004 adalah :
11
standar
prosedur
operasional
adalah
suatu
perangkat
12
Tahun
1996
Nomor
49,
Tambahan
Lembaran
Negara Nomor 3637. Produk hukum ini lebih mengatur tentang pernecanaan
tenaga kesehatan.Perencanaan tenaga kesehatan diatur melalui PP No.32
tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan. Dalam Peraturan Pemerintah ini
dinyatakan antar lain bahwa pengadaan dan penempatan tenaga kesehatan
dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan yang merata bagi
masyarakat.
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 terdiri dari 11 bab 37
pasal. Ketentuan yang terdapat di dalam PP Nomor 32 Tahun 1996 yang
berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap tenaga kesehatan terdapat
pada Bab V Standar Profesi Dan Perlindungan Hukum yang tetrdapat dalam
pasal 24 yang berbunyi:
(1) Perlindungan hukum diberikan kepada tenaga kesehatan yang
melakukan tugasnya sesuai dengan standar profesi tenaga
kesehatan.
(2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur
lebih lanjut oleh Menteri.
Penjelasan pasal 24 di atas, Perlindungan hukum di sini misalnya rasa
aman dalam melaksanakan tugas profesinya, perlindungan terhadap keadaan
membahayakan yang dapat mengancam keselamatan atau jiwa baik karena
alam maupun perbuatan manusia.
13
335-337.
Ridwan H.R., Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hlm.
14
atau kondisi yang menciptakan tugas untuk melaksanakan undangundang. Istilah liability menunjuk pada pertanggungjawaban
hukum, yaitu tanggung gugat akibat kesalahan yang dilakukan oleh
subyek hukum atau orang lain.
Tanggung jawab tersebut di dasarkan pada ketentuan pasal 1365 dan
pasal 1367 KUHPerdata yang menyebutkan sebagai berikut:
Dari segi hukum perdata, didasarkan pada ketentuan Pasal 1365 BW
(Burgerlijk Wetboek), yang bunyinya sebagai berikut:
Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada
orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan
kerugian yang disebabkan kelalaian atau kurang hati-hati.
Undang-undang sama sekali tidak memberikan batasan tentang
perbuatan melawan hukum, yang harus ditafsirkan oleh peradilan. Akan
tetapi sejak tahun 1919 yurisprudensi tetap telah memberikan pengertian
yaitu setiap tindakan atau kelalaian baik yang : (1) Melanggar hak orang lain
(2) Bertentangan dengan kewajiban hukum diri sendiri (3) Menyalahi
pandangan etis yang umumnya dianut (adat istiadat yang baik) (4) Tidak
sesuai dengan kepatuhan dan kecermatan sebagai persyaratan tentang diri dan
benda orang seorang dalam pergaulan hidup.
Pada pasal 1366 KUH Perdata seorang tenaga kesehatan selain dapat
dituntut atas dasar wanprestasi dan melanggar hukum seperti tersebut di atas,
dapat pula dituntut atas dasar lalai, sehingga menimbulkan kerugian. Gugatan
atas dasar kelalaian ini diatur dalam Pasal 1366 KUH Perdata, berbunyi
sebagai berikut:
Setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang
disebabkan karena perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang
disebabkan karena kelalaian atau kurang hati hatinya.
15
138
Bambang Poernomo, Azas-azas Hukum Pidana, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1984 hal.
16
Ritonga, ILK. Hubungan Hukum Antara Pasien dan Dokter serta Tanggung Jawab
Dokter Dalam Upaya Pelayanan Medis. (diakses tanggal 17 Desember 2012). Diunduh dari :
www.repository.usu.ac.id.
17
perikemanusiaan,
keseimbangan,
manfaat,
perlindungan,
penghormatan terhadap hak dan kewajiban keadilan gender dan nondiskriminatif dan norma-norma agama. Tentang tenaga kesehatan, diatur
dalam Pasal 27 :
(1) Tenaga kesehatan berhak mendapatkan imbalan dan perlindungan
hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya;
(2) Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban
mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan yang
dimiliki;
(3) Ketentuan mengenai hak dan kewajiban tenaga kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam
Peraturan pemerintah.
2. Hak dan kewajiban Tenaga Kesehatan
Pribadi yang luhur adalah pribadi yang selalu mengutamakan kewajiban
diatas hak-hak ataupun kepentingan pribadi. Namun demikian halnya sebagai
manusia, tenaga kesehatan memiliki tanggung jawab terhadap pribadi dan
keluarga, serta tanggung jawab profesinya kepada masyarakat. Berikut hak
dan kewajiban tenaga kesehatan secara umum yaitu:
18
3. Ganti Rugi
Undang-undang perlindungan konsumen mengatur lebih luas mengenai
subjek yang dapat digugat untuk mengganti kerugian. Konsumen tidak hanya
dapat menggugat produsen, tetapi konsumen juga dapat menggugat pelaku
usaha yang termasuk didalamnya adalah tenaga kesehatan yang dianggap
sebagai pelaku usaha.
Dalarn bidang medis dapat dipaharni bahwa tidak semua kerugian yang
dialarni pasien adalah akibat dari kesalahan seorang dokter. Kerugian dapat
saja timbul sebagai akibat dari perjalanan penyakit atau dapat juga
disebabkan oleh resiko atau komplikasi tindakan medis tersebut, yang tidak
dapat dihindari namun karena kelalaian. Pada ke dua keadaan tersebut
seorang dokter tidak dapat dimintai tanggung jawabnya untuk mengganti
rugi.
19
4. Bantuan Hukum
Apabila mengacu pada Pasal 28D ayat (1) Undang-undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945, yang mengatakan:
setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan
kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan
hukum.
Bantuan hukum telah diatur secara khusus dalam Undang-undang
nomor 16 tahun 2011 tentang Bantuan Hukum. Dengan kehadiran undangundang ini diharapkan mampu menjamin hak konstitusional setiap warga
negara untuk mendapatkan perlindungan hukum yang pantas sesuai dengan
proporsi masing-masing.
Tujuan dari pemberian bantuan hukum itu harus orang-orang yang
sesuai dengan kriteria yang dimaksud dalam undang-undang. Menurut Pasal
5 Undang-undang Bantuan Hukum, yang berhak mendapatkan bantuan
hukum yaitu sebagai berikut:
1) Penerima Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat (1) meliputi setiap orang atau kelompok miskin yang tidak dapat
memenuhi hak dasar secara layak dan mandiri.
2) Hak dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi hak atas
pangan, sandang, layanan kesehatan, layanan pendidikan, pekerjaan dan
berusaha, dan/atau perumahan.
5. Pemulihan Nama Baik
Dengan melaksanakan apa yang dianggap baik berarti pula menjaga
nama baik dirinya sendiri, yang berarti menjaga nama baik keluarga. Pada
hakekatnya, pemulihan nama baik adalah kesadaran manusia akan segala
20
kesalahannya bahwa apa yang telah diperbuatnya tidak sesuai dengan ukuran
moral atau tidak sesuai dengan akhlak.
Dalam perspektif RUU Kesehatan dalam pasal 14 ditegaskan Setiap
orang berhak menuntut kompensasi dan/atau ganti rugi terhadap seseorang
atau tenaga kesehatan dalam memberikan layanan kesehatan yang
menimbulkan kerugian. Namun tuntutan ini tidak berlaku dalam hal tenaga
kesehatan melakukan dalam keadaan darurat untuk menyelamatkan jiwa atau
badan orang tersebut.
21
PENUTUP
22
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku;
Siregar, Charles. JP., 2004. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. Cetakan
I, Penerbit EGC, Jakarta.
Ridwan H.R., Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006,
hlm. 335-337.
Bambang Poernomo, Azas-azas Hukum Pidana, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1984
hal. 138
Peraturan Perundang-undangan;
Indonesia, Undang-Undang tentang Kesehatan, UU No. 36 Tahun 2009, LN, No.
36 Tahun 2009
Indonesia, Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran
Indonesia, Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Indonesia, Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
Indonesia, Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran
Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan